Anda di halaman 1dari 15

TUGAS


CRITICAL JOURNAL REPORT (CJR)


PREVALENSI RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS MULTI
DRUG RESISTANCE (TB-MDR) DI KABUPATEN MUNA
TAHUN 2013 – 2015

Mata Kuliah :

Disusun Oleh :

Nama: dr. Sujan Ali Fing, Sp.M, MSOphth

NIM:

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN


MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
Karunia – Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan critical journal report
berjudul “Prevelensi Resiko Kejadian Tuberculosis Multi Drug Resistence (TB-MDR) Di
Kabupaten Muna Tahun 2013-2015” ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing dan semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan critical
journal report ini sejak awal sampai selesai.

Tujuan penulisan critical journal report adalah sebagai salah satu syarat dalam
kegiatan Magister Kesehatan Universitas Prima Indonesia . Penulis menyadari bahwa
penulisan critical journal report ini masih jauh dari sempurna.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungannya,
semoga penulisan critical journal report ini dapat bermanfaat bagi semua.

Medan, 5 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

BAB II RINGKASAN ....................................................................................................... 2

BAB III KELEBIHAN ..................................................................................................... 7

BAB IV KEKURANGAN................................................................................................. 8

BAB V PENUTUP............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Identitas Jurnal


Judul : Prevelensi Resiko Kejadian Tuberculosis Multi Drug Resistence
(TB- MDR) Di Kabupaten Muna Tahun 2013-2015
Jurnal : Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Volume :2
Halaman : 1-10
Tahun : 2013-2015
Penulis : Melina Nunkaidah, Haritati Lestari, Jusniar Rusli Afa.

1.2. Tujuan
1. Mengetahui kelebihan dan kekurangan jurnal yang di review
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa dan
membandingkan serta memberi kritik pada jurnal
3. Mengetahui latar belakang dan alasan jurnal tersebut di terbitkan
1.3. Manfaat
1. Sebagai rujukan bagaimana cara menyempurnakan sebuah jurnal dan mencari
sumber bacaan yang relevan
2. Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terarah dalam
mengkritisi sebuah jurnal

1
BAB II
RINGKASAN

2.1. Ringkasan Jurnal


Tuberculosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi masalah global utama dan bertanggung jawab terhadap buruknya
kesehatan jutaan orang di dunia. Penyakit TB menempati peringkat kedua
penyebab kematian terbesar diantara penyakit menular lainnya setelah HIV (human
Immunodeficiency Virus). Resisten obat ganda dalam pengobatan Tb atau biasa
disebut dengan Tuberculosis Multidrug Resistance (TB-MDR) merupakan masalah
kesehatan masyarakat terhadap pemberantasan dan pencegahan TB di dunia
maupun di Indonesia. Kekebalan Mycobacterium tuberculosis terhadap obat anti
Tuberculosis (OAT) ini menyebabkan program pengedalian TB secara global
terhambat.
Indonesia pada tahun 2014 jumlah penemuan kasus TB paru dengan BTA
(+) yaitu 176.677 jiwa dari 248 juta penduduk dengan angka 71 per 100.000
penduduk dengan jumlah laki-laki 106.451 jiwa (60,3%) dan jumlah perempuan
70.226 jiwa (39,7%). Distribusi menurut kabupaten/kota kasus TB paru di Sulawesi
tenggara tahun 2014 menunjukan, kasus tertinggi Tb paru BTA positif terjadi di
kabupaten Muna sebanyak 829 kasus dari 279.928 penduduk, kabupaten konawe
sebanyak 607 kaus dari 223.727 penduduk dengan prevelensi sebanyak 271 per
100.000 penduduk. Kabupaten Muna jumlah kasus TB paru BTA positif pada tahun
2013 sebanyak 715 kaus dari 196.307 penduduk dengan insidensi sebesar 364 per
100.000 penduduk tahun 2014 sebnayak 655 kasus dari 208.916 penduduk dengan
insidensi 314 per 100.000 penduduk, pada tahun 2015 sebanyak 565 kasus dari
211.622 penduduk dengan insidensi sebesar 267 per 100.000 penduduk. Pada
tahun 2016 sampai Triwulan ke 3 (bulan januari-semptember) sekitar 431 kasus
baru yang ditemukan. Multi drug resistence (MDR) adalah suatu kondisi dimana
obat rifampisin dan isoniazid sudah tidak efektif dalam membunuh kuman
mycobacterium tuberculosis dikarenakan kuman yang sudah resisten terhadap obat
tersebut. Saat ini TB-MDR sudah mulai menyebar, pemberitahuan terbaru dari

2
WHO menyatakan, bahwa secara global 5 % dari kasus TB diperkirakan telah
memiliki multidrug-resistant TB (MDR-TB) pada tahun 2013. Faktor penghambat
keberhasilan pengobatan TB yang dapat menyebabkan TB MDR diantanya adalah
pengobatan pasien TB yang tidak lengkap dan tidak adekut, terputusnya
ketersediaan OAT, dan kualitas obat yang rendah yang dapat menyebabkan
kekambuhan (Nawas, 2010). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Anggia
yaitu TB MDR yang paling terbanyak yaitu tipe TB MDR yang paling terbanyak
yaitu TB kasus kambuh 15 (83,3), TB kasus putus obat 2 (11,1%) dan TB kasus
gagal 1 (5,6%).
Resistensi obat berhubungan pula dengan riwayat pengobatan sebelumnya.
Pada pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya, kemungkinan terjadi
resistensi sebesar 10 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan pasien yang belum
pernah diobati (burhan,2010). Berdasarkan teori Crofton dalam Rasmin bahwa
pasien tuberculosis paru yang memiliki sputum BTA(+) adalah orang yang sangat
infektif menularkan infeksi tuberculosis paru kepada orang lain, jika dibandingkan
dengan pasien TB dengan BTA (-). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Resmin
dkk, menunjukan bahwa hasil pemeriksaan sputum pada 50 pasien tuberculosis
paru lebih banyak ditemukan BTA (+) yaitu 44 orang (88%) (Rasmin,2010).
Sebagian besar pasien TB yang resisten OAT memiliki status gizi kurang sebasar
61,5% . infeksi TB dapat menyebabkan penurunan berat badan, status gizi yang
buruk meningkatkan resiko infeksi dan penyebabran penyakit TB.
Factor karakteristik pasien TB yang dapat menyebabkan terjadinya TB
MDR diantaranya adalah jenis kelamin dan usia. Pada penelitian sangadah,
penyakit Tb cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dari pada
prempuan, karena perempuan lebih cenderung mencari pelayanan kesehatan dan
cenderung lebih patuh terhadap pengobatan dibandingkan dengan laki-laki.
Penderita TB mayoritas terjadi antara usia kurang lebih 45 tahun. Hal ini
dimungkinkan karena pada kelompok usia kurang dari 45 memiliki aktivitas cukup
tinggi sehingga terjadi ketidakteraturan minum obat bahkan terjadi Drop Out.

Kabupaten muna adalah daerah dengan pravelensi tertinggi penderita Tb di


Sulawesi tenggara dengan angka kesembuhan pada tahun 2014 yaitu sekitar 95,2%,

3
sehingga memungkinkan terjadi TB-MDR. Maka dari itu, perlu diadakan
pencegahan sejak dini adar jumlah penderta TB yang resisten tidak bertambah.
Mengetahui sejak dini kondisi pasien, yang berpeluang untuk menjadi TB-MDR
adalah salah satu bentuk pencegahan dalam menurunkan resiko terjadinya TB-
MDR. Mengacu pada fenomena tersebut, peneliti ingin meneliti tentang
“prevenlensi risiko kejadian TB-MDR dikabupaten Muna”.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi mendalam
mengenai prevalensi risiko kejadian Tuberkulosis Multi Drug Resistance (TB-MDR)
di Kabupaten Muna tahun 2013- 2015. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dari
cacatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Muna, didapatkan total keseluruhan data
sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yaitu sebanyak 598 pasien TB. Pada analisis
data, diketahui bahwa prevalensi risiko kejadian TB-MDR dari 310 pasien TB yaitu
sebanyak 24 orang (7,7%). Menentukan risiko kejadian TB-MDR pada penderita TB
yaitu dengan melihat riwayat pengobatan pasien TB dibandingkan dengan klasifikasi
risiko TB-MDR menurut klasifikasi RAN-PMDT Kemenkes 2011-2014.
Usai
Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar penderita TB berada pada ≤45
tahun yaitu sebanyak 213 orang (68,7%), dan jumlah penderita TB terendah berada
pada >45 tahun yaitu sebanyak 97 orang (31,3%). Berdasarkan asumsi peneliti bahwa
penderita TB Paru yang dikategorikan ≤45 tahun umumnya aktifitas cukup tinggi
dalam sehari-hari sehingga kadang-kadang terlupakan untuk datang berobat dan
minum obat secara teratur. Sedangkan pada >45 tahun kebanyakan orang tua yang
tidak banyak kegiatan diluar rumah sehingga lebih teratur untuk berobat. Maka Usia
sangat berpengaruh terhadap kepatuhan penderita TB dalam menjalani pengobatan.
Usia pasien TB-MDR dipoli TB-MDR RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
didapatkan terbanyak pada kelompok usia 25-44 tahun sebanyak 7 orang (53,9%)
dan diikuti kelompok usia 45-64 tahun sebanyak 6 orang (46,1%). Usia ≤45 tahun
merupakan usia yang memiliki risiko tinggi terinfeksi TB karena lebih banyak
melakukan aktifitas di luar rumah dibandingkan kelompok usia >45 tahun sehingga
mudah berinteraksi dengan orang lain menyebabkan mudahnya untuk tertular TB dan
juga menularkan TB11. Berdasarkan teori pada usia ≤45 tahun proporsi yang bekerja

4
lebih banyak (74%) sehingga masih banyak yang tidak patuh dalam berobat TB
sampai tuntas sehingga ketidaksembuhan pasien TB dapat menjadi faktor penular
dilingkungannya.

Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara
biologis sejak seseorang lahir12. Pada penelitian ini distribusi
penderita TB paling banyak adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 197 orang
(63,5%), sedangkan yang paling sedikit adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak
113 orang (36,5%). Pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki didapatkan lebih
banyak, kemungkinan karena secara prevalensi penyakit TB paru lebih banyak
menyerang pada laki-laki dan laki-laki lebih berat beban kerjanya, kurang istirahat,
gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan minum alkohol serta adanya
perbedaan aktivitas keluar rumah terutama untuk bekerja, sosial, paparan polusi udara,
paparan polusi industri dan bermasyarakat antara laki-laki dan perempuan juga
berbeda. Hal itu dibuktikan dengan penelitian Jamil bahwa laki-laki lebih rentan
menderita penyakit TB dibandingkan dengan perempuan karena laki-laki sebagian
besar mempunyai kebiasaan merokok, minum alkohol, dan menggunakan obat-obatan
terlarang13.

Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum yang dimaksud merupakan hasil pemeriksaan sputum pada
tahap awal pengobatan pada penderita TB. Pemeriksaan sputum dibagi menjadi dua
yaitu BTA (+) dan BTA (-). Penderita TB BTA (+) yaitu sekurang-kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS) hasil BTA (+) dan 1 spesimen dahak
SPS hasilnya positif, foto rontgen dada menunjukan gambaran tubekulosis aktif13.
Sedangkan penderita TB BTA (-) bukan berarti hasil pemeriksaannya tidak
mengandung bakteri di dalam dahaknya hanya saja jumlah bakterinya berjumlah
≤5.000/cc sehingga bakteri sulit terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis
langsung. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan rotgen sebagai pemeriksaan

5
penujang. Jika, hasil pemeriksaan rotgennya positif maka dapat di diagnosis positif
TB.
Hasil analisis penelitian ini distribusi penderita TB berdasarkan pemeriksaan
sputum paling banyak adalah BTA (+) sebanyak 292 orang (94,2%), sedangkan yang
paling sedikit adalah BTA (-) sebanyak 18 orang (5,8%). Menurut asumsi peneliti
bahwa pasien TB pada penelitian ini lebih banyak yang memiliki hasil pemeriksaan
sputum BTA (+) karena pasien dengan hasil pemeriksaan sputum BTA (+) lebih besar
peluangnya untuk menularkan penyakit TB kepada orang lain jika di bandingkan
pesien dengan hasil pemeriksaan sputum BTA (-). Tingginya insidensi dan prevalensi
TB terutama kasus TB BTA (+) merupakan ancaman penularan TB yang serius di
masyarakat, karena sumber penularan TB adalah penderita TB BTA(+).

Indeks massa tubuh


Distribusi penderita TB dengan indeks massa tubuh paling banyak yaitu penderita
TB yang memiliki status gizi kurang. Pada keadaan gizi yang kurang bahkan buruk,
maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun sehingga kemampuan dalam
mempertahankan diri terhadap infeksi menjadi menurun.

6
BAB III
KELEBIHAN
3.1. Kelebihan Jurnal
1. Penulisan judul sudah benar, di cetak dengan huruf besar/kapital, dicetak
tebal (bold) tidak melebihi jumlah kata maksimum 15 kata. Penulisan nama
penulis juga sudah benar, nama penulis ditulis di bawah judul tanpa gelar,
tidak boleh disingkat, diawali dengan huruf kapital, tanpa diawali dengan
kata “oleh”. Urutan penulis adalah penulis pertama diikuti oleh penulis
kedua, ketiga dan seterusnya.
2. Tata cara penulisan dan isi abstrak sudah baik karena penulis dapat
memberikan gambaran menyeluruh mengenai kegiatan penelitian tentang
Prevelensi Resiko Kejadian Tuberculosis Multi Drug Resistence (TB-
MDR) Di Kabupaten Muna Tahun 2013-2015 yang dibuat secara ringkas,
tepat dan jelas. Dalam penulisan jurnal jenis huruf yang digunakan sama,
penggunaan sistem penomoran (numbering) juga tersusun dengan baik.
3. Peneliti mengunakan table sehingga pembaca lebih mudah memahami isi
dari penelitian.
4. Referensi yang digunakan peneliti sudah cukup baik. Seluruh kutipan
pustaka sudah sesuai dengan daftar pustaka.

7
BAB IV
KEKURANGAN

4.1 Kekurangan Jurnal


1. Pada bagian judul sebaiknya dicantumkan sampel yang diambil dalam
penelitian ini agar lebih terfokus dan spesidik. Sehingga judul yang di
maksud menjadi “Prevelensi Resiko Kejadian Tuberculosis Multi Drug
Resistence (TB-MDR) Di Puskesmas Kabupaten Muna Tahun 2013-2015”
2. Secara keseluruhan jurnal ini memang dapat dikategorikan kedalam jurnal
yang baik sebab penulis mampu menyampaikan materinya didalam jurnal
ini dengan sistematis dan terstruktur. Namun data yang digunakan adalah
data tahun 2013-2015.
3. Pada penelitian ini tidak diperlihatkan grafik pie maupun batang, sehingga
pembaca kurang bias melihat praverensi penyakit di tahun 2013 sampai
2015.

4. Pada jurnal ini tidak didapatkan data mengenai pasien yang terkena
Tuberculosis Multi Drug Resistence (TB-MDR). Peneliti hanya
memaparkan resiko pasien yang terkena Tuberculosis Multi Drug
Resistence (TB-MDR).

8
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pada jurnal ini yang berjudul “Prevelensi Resiko Kejadian Tuberculosis
Multi Drug Resistence (TB-MDR) Di Kabupaten Muna Tahun 2013-2015”
membahas mengenai hasil penelitian berdasarkan laporan Survei kabupaten Muna
Tahun 2013-2015 yang bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan adengan
resiko kejadian TB-MDR melibatkan usia, jenis kelamin, faktor pemeriksaan
sputum pasien dan faktor IMT.
Berdasarkan hasil penelitian didapati prevelensi resiko TB-MDR di
Kabupaten Muna tahun 2013-2015 yaitu sebar 24 orang (7,7%). Seseorang pada
usian produktif (45≥tahun ) memiliki resiko 3 kali lebih besar menderita TB-MDR
dibandingkan dengan seseorang pada usia lanjut (45≤tahun). Seseorang yang
berjenis kelamin laki-laki memiliki resiko 3 kali lebih besar menderita TB-MDR
dibandingkan perempuan. Factor pemeriksaan sputum pasien Tb tidak
berhubungan dengan resiko kejadian Tb-MDR di Kabupaten Muna Tahun 2013-
2015 dan factor IMT pasien Tb berhubungan dengan resiko kejadian TB-MDR di
KAbupaten Muna Tahun 2013-2015. Seseorang yang memiliki Indeks Tubuh
kurang memiliki resiko 2 kali lebih besar menderita TB-MDR.

Saran

Saran yang perlu untuk disampaikan diantaranya sebagai berikut:


1. Pelaksanaan strategi terhadap penyeluruhan dapat dilakukan untuk penanganan
resistensi.
2. Pencegahan penularan dengan meminta warga kontak dekat dengan pasien TB-
MDR untuk segera diperiksakan di rumah sakit.
3. Edukasi mengenai pentingnya berobat teratur dapat diberikan untuk pasien dan
keluarga pasien.

9
4. Untuk penelitian yang lebih baik diharapkan data yang ada adalah data dengan
pemeriksaan yang lengkap obat pada lini pertama (Rifampicin, Isoniazid,
Ethambutol, Streptomicin) maupun pada obat lini kedua (Kanamycin, Ofloxacin)
pada semua pasien TB-MDR, sehingga dapat terlihat secara luas gambaran obat
yang banyak resisten dan obat yang relatif masih sensitif.

10
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. 2015. Global Tuberculosis Report 2014,
(Online),(https://extranet.who.int/sree/reports .html,diakses tanggal 20 0ktober
2016).
2. Kemenkes RI. 2015.Profil kesehatan indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
3. Dinkes Kesehatan Provinsi Sulawesi tenggara. 2015. Profil Kesehatan Sulawesi
tenggara tahun 2014. Kendari.
4. Dinkes Kesehatan Kabupaten Muna. 2016. Laporan penemuan BTA Positif di
Kabupaten muna.Muna.
5. WHO. 2014. Global Tuberculosis Report 2013,
(Online),(http://www.who.int/tb/publications/ global_report/en/.html, diakses
tanggal 20 0ktober 2016).
6. Angggia, V., Yovi. P., Fauzia. D. 2015. Profil Pasien Tuberculosis Multidrug
Resistance (TBMDR) di poliklinik TB-MDR RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau Periode April 2013-Juni 2014.Jurnal Respirologi Indonesia,27 (1):1-17.
7. Setyariyanti, D. 2011. Evaluasi Penggunaan Obat Anti tuberkulosis Pada Pasien
Tuberkulosis Paru di Instalasi Rawat Jalan RSUD. DR. R. Soedjati Purwodadi
Tahun 2009. Surakarta: Universitas Muhamadiyah . Skripsi dipublikasikan.
8. Sangadah. 2012. Profil Pengamatan Faktor Resiko pada Pasien Multi Drug
Resistant Tuberkulosis Paru di RSUP H. Adam Malik tahun 2011. Jurnal
Universitas Sumatera Utara,12 (2): 1-10.
9. Notoatmodjo, S.,2012, Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi cetakan ke
dua. Jakarta: PTRinekaCipta.
10. Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jogyakarta: Mitra Cendikia.
11. Angggia, V., Yovi. P., Fauzia. D. 2015. Profil Pasien Tuberculosis Multidrug
Resistance (TBMDR) di poliklinik TB-MDR RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau Periode April 2013-Juni 2014. Jurnal Respirologi Indonesia, 27 (1): 117
12. Hungu. 2007. Demografi kesehatan indonesia. Jakarta:Grasindo.

11
13. Jamil AS., Hammad AQ. 2009. Factors Associated with Relapsed Tuberculosis in
Males and Females : A Comparative Study. National Research Institute of
Tuberculosis and Lung Disease, Iran..8(3), 22-27.
14. Depkes RI. 2002. Pedoman Penanggulangan TB. Jakarta: Direktorat Jendral
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.
15. Rasmin. 2010. Profil Penderita Tuberkulosis Paru di RS Persahabatan Januari -
Juli 2009. Jurnal Respirologi Indonesia, 27 (1): 402-408.
16. Chandra. 2010. Nutrition and Immunity. The American Journal of Clinical
Nutrition.
17. Ibrahim, L. M., Hadejia, I. S., Nguku, P., Dankoli, R., Waziri, N. E., Akhimien,
M. O., … Nsubuga, P. 2014. Factors associated with interruption of treatment
among Pulmonary Tuberculosis patients in Plateau State, Nigeria. 2011. The Pan
African Medical Journal,17,78.doi:10.11604/pamj.2014.17.7.
18. Rusnoto. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian TB Paru Pada
Usia Dewasa (Studi Kasus Di BP4 Pati). Jurnal UNDIP. Semarang.
19. Fatimah. 2008. Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah yang berhubungan dengan
kejadian TB di kabupaten cilacap (Kecamatan : Sidereja, Clacap, Kedungan,
Patimuran, Gandrungmanguyu, Bantarasari) Tahun 2008 Tesis.Semarang
Universitas Diponegoro.

12

Anda mungkin juga menyukai