Dosen Pembimbing :
dr. Indri Savitri Idrus, Sp.P, FISR
Disusun Oleh :
Silvia Emy Raras Sakti
2017730112
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan tugas Journal Reading
mengenai “Fall and Rise Phenomenon of Drug Resistance in Mycobacterium Tuberculosis”
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan tugas ini khususnya kepada dr. Indri
Savitri Idrus, Sp.P, FISR, selaku pembimbing pada Journal Reading ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses penulisan tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penyusun dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan tugas ini.
Penulis berharap semoga Journal Reading ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
A. Definisi ................................................................................................................ 5
4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Resistensi kuman M.tuberculosis terhadap OAT adalah keadaan dimana kuman tersebut
sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan OAT. TB resistan obat (TB-RO) pada dasarnya adalah
suatu fenomena “buatan manusia” sebagai akibat dari pengobatan pasien TB yang tidak adekuat
maupun penularan dari pasien TB-RO (KEMENKES, 2020). Sedangkan, Multidrug Resistant
Tuberculosis (resistensi ganda terhadap OAT) didefinisikan sebagai M. Tuberculosis yang
resisten terhadap isoniazid dan rifampisin, dengan atau tanpa OAT lini pertama lainnya.
Rifampisin dan isoniazid merupakan 2 obat terbaik untuk melawan M.tuberculosis karena
rifampisin dan isoniazid merupakan obat yang paling efektif, paling bertoleransi, dan tidak mahal
(Charles L. Daley, 2013).
Fall and rise phenomenon merupakan suatu fenomena ketika diobati dengan obat dosis
tunggal, populasi basil TB awalnya menyusut karena pembunuhan organisme yang rentan sesuai
selamat dari fase awal adalah mutan yang resistan terhadap obat dan proliferasi mutan ini
akhirnya menyebabkan seluruh populasi basil bermutasi menjadi bentuk yang resistan terhadap
obat yang terus berkembang biak sampai mereka cukup banyak untuk menyebabkan
pengulangan gejala dan BTA-positif (Lancelot Pinto, 2011). Atau dengan definisi lain ketika
diobati dengan 1 jenis obat, populasi basil TB awalnya berkurang karena membunuh populasi
TB yang sensitif dan pada sputum smear (apusan dahak) sering memberikan hasil yang negatif
(menunjukkan bahwa organisme hanya sedikit). Organisme yang bertahan pada fase awal adalah
mutan yang resisten obat, kemudian berproliferasi dan akhirnya menyebabkan seluruh populasi
basil menjadi resisten obat dan terus menerus melakukan proliferasi sampai jumlah basil yang
resisten obat cukup untuk menyebabkan gejala dan pada sputum smear memberikan hasil positif,
inilah yang disebut dengan “fall and rise phenomenon”.
5
Dalam setiap replikasi 106 hingga 108, strain MTB mengalami mutasi spontan yang memberikan
resistensi terhadap obat tunggal.
8
• Acquired Drug Resistance
Resistensi M. tuberculosis berbeda dengan bakteri lainnya. Pada bakteri lain resistensi
obat didapat umumnya terjadi melalui perpindahan horizontal dengan elemen genetik seperti
plasmid, transposon atau integron. Resistensi obat didapat pada M. tuberculosis kebanyakan
disebabkan oleh mutasi spontan pada gen kromosomal, menghasilkan seleksi strain M.
tuberculosis resisten selama pemakaian obat yang kurang optimal.
Isoniazid merupakan salah satu obat utama dalam pengobatan TB. Isoniazid hanya aktif
melawan pertumbuhan kuman M. tuberculosis dan tidak aktif melawan yang bukan M.
tuberculosis atau di dalam suasana asam. Isoniazid memiliki struktur yang sederhana yang berisi
cincin piridin dan grup hidrazid yang merupakan komponen penting untuk aktivitas melawan M.
tuberculosis. Meskipun strukturnya sederhana, tetapi kerja isoniazid lebih rumit dan strain
resisten isoniazid telah diisolasi segera setelah aktivitas anti TB diketahui. Resistensi terhadap
isoniazid merupakan proses yang rumit. Mutasi pada beberapa gen termasuk katG, ahpC, inhA,
kasA dan ndh telah dihubungkan dengan resistensi isoniazid. (Y. Zhang, 2015)
Mutasi pada rpsL (50%) dan rrs (20%) merupakan mekanisme utama pada resistensi
streptomisin (Zhang dan Yew, 2009; Da Silva dan Palomino, 2011). Mutasi utama pada rpsL
10
adalah subsitusi pada kodon 43 dari lisin ke arginin yang menyebabkan resisten yang tinggi
terhadap streptomisin. Mutasi juga terjadi pada kodon 88. Mutasi gen rrs terjadi pada loop 16S
rRNA yang terdiri dari 2 region ‘ nukleotida 530 dan 915. (Keertan Dheda, 2017)
11
DAFTAR PUSTAKA
12