Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

RESISTENSI ANTIBIOTIK PADA DIARE

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Dewi Mardiawati, S.ST.,M.Biomed

DISUSUN OLEH:
1. MIKEL ATLINAL DWI PUTRA 1102201069
2. RISKY ANGGINA SIAGIAN 1102201079
3. SOFIA ELIZA 1102201084
4. WAHYU FIRDAUS 1102201089
5. FANY AFRIMA YENTI 1101901064

PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


STIKES DHARMA LANDBOUW PADANG
TAHUN 2023/2024

0
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengsih lagi maha penyayang saya
mengucapkan puju syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “Resistensi Antibiotik Pada
Diare”

Makalah ini saya susun dengan sebaik-baik nya dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, sehigga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya bisa memperbaiki
makalah saya.

Demikian penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Padang, Desember 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. Latar belakang..............................................................................................................................3
B. Rumusan masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................................................4
D. Manfaat.........................................................................................................................................4
BAB II TEORI PERMASALAHAN....................................................................................................5
A.Pengertian Obat Antibiotik............................................................................................................5
B.Golongan Obat Antibiotik..............................................................................................................5
C.Efek Samping Obat Antibiotik.......................................................................................................8
D.Resistensi.......................................................................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................................................10
A.Masalah yang ditemukan.............................................................................................................11
B.Analisa Masalah...........................................................................................................................12
C.Solusi Permasalahan....................................................................................................................13
BAB 1V PENUTUP............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Diare adalah keadaan buang air dengan banyak cairan dan merupakan gejala dari
penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lain. Penyebab diare diantaranya : infeksi,
makanan (alergi atau keracunan), imunodefisiensi dan fisiologi. Infeksi dapat disebabkan
oleh bakteri (E Colli,Shigella, Salmonella, Vibrio, Collerae, dll), virus atau (Rotavirus,
Adenovirus, dll), Frtozoa (Entamoeba, Hystolicia, Girardia lambia, dll), cacing (A.
Lumbricoides, A doudenela, dll).

Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan utama di
Indonesia dan merupakan salah satu penyakit yang paling sering meningkatkan
morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. Tata laksana yang cepat dan tepat
sangat dibutuhkan untuk penanganan diare. Antibiotik merupakan terapi terhadap infeksi
bakteri. Antibiotik digunakan pada kasus diare yang berat untuk mengurangi lamanya
diare dan mencegah traveler’s diarrhea. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional pada
penyakit diare cenderung akan meningkatkan resistensi kuman yang semula sensitif.

Resistensi kuman terhadap antibiotik sangat dipengaruhi oleh intensitas


pemaparan antibiotik. Perkembangan resis-tensi kuman terhadap antibiotik perlu dipantau
agar dalam pengobatan penyakit diare dengan antibiotik dapat dilakukan pemilihan obat
yang tepat. Resistensi terhadap antibiotik terjadi sebagai akibat modifikasi genom kuman.
mencakup inaktivasi enzim pada antibiotik, berkurangnya permeabilitas membrane pada
intraseluler antibiotik aktif, dan proteksi atau perubahan target site antibiotik, serta
produksi target site yang berlebihan. Berdasarkan studi epidemiologik oleh Fazeli et al3
di Iran, ditemukan bahwa E.Coli merupakan jenis kuman yang paling banyak diisolasi
dari sampel feses pasien diare dan menunjukkan prevalensi resistensi yang tinggi
terhadap antibiotik seperti Penisilin, Erytromisin, Tetrasiklin.

3
B. Rumusan masalah
Bagaimana resistensi antibiotik terhadap penyakit diare

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui resistensi antibiotik pada
penyakit diare. Selain itu, untuk memenuhi tugas mata kuliah.

D. Manfaat
Makalah ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
resistensi antibiotik pada diare, memperluas pengetahuan tentang tantangan medis
yang di hadapi dalam pengobatan penyakit diare.
Dengan mempelajari resistensi antibiotik pada diare, makalah ini dapat
memberikan wawasan yang berguna bagi praktisi medis dalam memenuhi strategi
pengobatan yang lebih efektif untuk penyakit diare.
Makalah ini juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya penggunaan antibiotik yang bijaksana dan pencegahan resistensi antibiotik
pada penyait diare.
Demikian makalah ini dapat memberikan konstribusi penting dalam
memahami, menghadapi, dan mencegah masalah resistensi antibiotik pada diare.

BAB II
TEORI PERMASALAHAN

A.Pengertian Obat Antibiotik

4
Antibiotik adalah suatu zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, yang dapat
menghambat ataupun membunuh mikroba jenis lain. Antibiotik merupakan obat yang
digunakan untuk membunuh mikroba penyebab infeksi yang harus memiliki sifat
toksisitas selektif setinggi mungkin, yang artinya obat tersebut harus bersifat sangat
toksik bagi mikroba (Gunawan dkk, 2009).

B.Golongan Obat Antibiotik


1. Penicillin
Antibiotik golongan penicllin adalah salah satu yang paling sering digunakan.
Beberapa contoh antibiotik yang termasuk dalam golongan ini antara lain
adalah amoxicillin dan ampicilin. Penicillin adalah jenis obat antibiotik spektrum
luas dan merupakan antibiotik pertama yang ditemukan di dunia.
2. Tetracycline
Tetracycline juga termasuk sebagai golongan antibiotik berspektrum luas yang
dapat digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit, di antaranya:
a. Infeksi saluran kemih
b. Infeksi mata
c. Infeksi saluran pencernaan
d. Infeksi menular seksual
Penggunaan tetracycline dalam jangka waktu lama bisa membuat gigi
mengalami perubahan warna menjadi gelap atau abu-abu. Sehingga, penggunaan
obat ini sekarang sudah cukup dibatasi. Contoh antibiotik golongan tetracycline
antara lain :
a. Doxycycline
b. Minocycline
c. Omadacycline
3. Cephalosporin
Cephalosporin adalah antibiotik yang biasanya digunakan untuk membunuh
berbagai jenis bakteri, termasuk bakteri gram negatif. Obat ini biasanya
diresepkan untuk mengobati berbagai penyakit seperti:
a. Radang tenggorokan
b. Infeksi telinga
c. Infeksi kulit
d. Infeksi saluran kemih

5
e. Infeksi paru-paru
f. Meningitis bakteri
Contoh antibiotik golongan cephalosporin antara lain:
1.Cefotaxime
2. Ceftazidime
3. Cefuroxime
4. Quinolon
Antibiotik golongan quinolone atau yang sering juga disebut sebagai
fluoroquinone, merupakan antibiotik spektrum luas yang bisa digunakan untuk
mengobat berbagai kondisi, seperti:
a. Pneumonia nosokomial
b. Prostatitis bakteri
c. Antraks

Contoh antibiotik golongan quinolon antara lain:

a. Ciprofloxacin
b. Levofloxacin
c. Moxifloxacin
5. Lincomycins
Lyncomycin efektif untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri
gram positif aerob dan anaerob, serta bakteri gram negatif anaerob. Obat ini dapat
digunakan untuk mengatasi infeksi yang parah seperti:
a. Pelvic inflammatory disease (PID)
b. Infeksi intra-abdominal
c. Infeksi saluran pernapasan bawah
d. Infeksi tulang dan sendi

Contoh obat yang termasuk dalam golongan lyncomycin adalah clyndamycin dan
lincomycin.

6. Macrolid

Golongan antibiotik macrolid dapat digunakan untuk mengatasi penyakit seperti:

a. Batuk rejan
b. Pneumonia nosokomial

6
c. Infeksi kulit ringan

Contoh antibiotik golongan macrolid antara lain:

a. Azithromycin
b. Clarithomycin
c. Erythromycin
7. Sulfonamid
Sulfonamid efektif digunakan untuk mengobati bakteri gram positif maupun
negatif. Namun resistensi bakteri akan obat ini sudah banyak terjadi. Obat ini
dapat digunakan untuk mengatasi infeksi saluran kemih, pneumonia
pneumocystis, dan infeksi telinga.
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain sulfamethoxazole
dan trimethoprim, serta sulfasalazine.
8. Glikopeptid
Obat yang masuk dalam golongan antibiotik ini dapat digunakan untuk
mengatasi infeksi methicillin-resistant staphyloccus aureus (MRSA). Selain itu,
glycopeptid juga dapat menyembuhkan infeksi kulit yang berat hingga
endokarditis.
Contoh obat yang masuk dalam golongan ini antara lain dalbavancin,
oritavancin, telavancin, dan vancomycin.
9. Aminoglikosida
Berbeda dari antibiotik lain yang lebih sering dikonsumsi secara oral,
aminoglikosida lebih sering diberikan secara injeksi atau suntikan, langsung ke
pembuluh darah. Contoh obat yang masuk dalam golongan antibiotik ini antara
lain gentamicin, tobramycin, amikacin.
10. Carbapenem
Carbapenem adalah antibiotik spektrum luas yang dapat digunakan untuk
mengatasi infeksi parah yang sudah membahayakan nyawa, seperti infeksi
lambung, infeksi ginjal, pneumonia, dan infeksi yang didapat dari rumah sakit
yang resisten terhadap banyak jenis obat.Obat ini biasanya baru akan digunakan
jika antibiotik lainnya benar-benar sudah tidak mampu membunuh bakteri
penyebab penyakit. Yang termasuk obat golongan ini antara lain:
a. Imipenem dan cilastatin

7
b. Meropenem
c. Doripenem
d. Ertapenem

C. Efek Samping Obat Antibiotik

1. Gangguan pencernaan
Gangguan pencernaan merupakan efek samping antibiotik yang paling sering
terjadi. Gejala gangguan saluran cerna akibat penggunaan antibiotik meliputi diare,
mual, muntah, dan kram perut. Efek samping ini lebih sering terjadi pada penggunaan
antibiotik golongan penisilin, cephalosporin, dan fluoroquinolone.

2. Reaksi alergi

Reaksi alergi antibiotik terbilang jarang terjadi. Namun, ketika muncul, reaksi
alergi antibiotik biasanya berat dan berbahaya. Sebagian orang yang merasakan reaksi
alergi antibiotik dapat mengalami komplikasi berat berupa syok anafilaktik
dan sindrom Stevens-Johnson.

3. Infeksi jamur

Penggunaan antibiotik dapat mengurangi jumlah bakteri baik di dalam tubuh.


Ketika jumlah bakteri baik tersebut berkurang, maka jamur akan mudah tumbuh.
Penyakit infeksi jamur ini biasanya muncul berupa sariawan di mulut, yang disebut
kandidiasis oral. Pada wanita, efek samping antibiotik bisa berupa infeksi jamur
vagina yang menimbulkan keluhan gatal dan perih pada vagina, nyeri saat
berhubungan intim, anyang-anyangan, hingga keputihan dengan bau tidak sedap.

4. Sensitif terhadap cahaya

Penggunaan antibiotik tertentu, terutama golongan tetrasiklin, dapat


menyebabkan Anda lebih sensitif terhadap cahaya, termasuk cahaya lampu dan sinar
matahari. Akibatnya, semua cahaya yang Anda lihat akan terasa menyilaukan dan
membuat mata tidak nyaman.

8
5. Perubahan warna gigi

Beberapa jenis antibiotik, seperti tetrasiklin dan doksisiklin, juga dapat


menyebabkan efek samping berupa perubahan warna pada gigi yang bersifat
permanen, jika diberikan pada anak-anak berusia di bawah 8 tahun.

6. Resistensi antibiotik

Penggunaan antibiotik yang terlalu sering atau tidak sesuai dosisnya dapat
menyebabkan kuman mengalami resistensi atau kekebalan. Hal ini merupakan salah
satu efek samping antibiotik yang paling mengkhawatirkan. Ketika kuman yang
menyebabkan infeksi sudah kebal terhadap antibiotik, maka penyakit infeksi bakteri
akan susah disembuhkan. Karena kekebalannya, kuman juga berisiko tinggi
menimbulkan infeksi berat, seperti sepsis.

Selain beberapa efek samping di atas, antibiotik juga dapat menimbulkan efek
samping berikut ini:

a. Kerusakan jaringan ikat


b. Sakit kepala
c. Kejang
d. Gangguan jantung, seperti detak jantung tidak teratur dan tekanan darah rendah
e. Kelainan darah, misalnya leukopenia (menurunnya jumlah sel darah putih) atau
trombositopenia (jumlah trombosit yang terlalu rendah)

D. Resistensi

Resistensi adalah kondisi dimana bakteri, virus, jamur, dan parasit tidak
mampu di matikan oleh antibiotik. Resistensi terjadi apabila bakteri mengalami
perubahan genetik sehingga menyebabkan hilangnya efektivitas antibiotik. Bakteri
dikatakan resisten apabila suatu antibiotik tidak dapat menghambat pertumbuhan
bakteri padahal sebelumnya bakteri tersebut sensitif terhadap antibiotik tersebut.
Timbulnya infeksi akibat bakteri setelah pengobatan antibiotik merupakan salah satu
bentuk resistensi antibiotik, dimana antibiotik tersebut tidak mampu menghambat
pertumbuhan sehingga menimbulkan infeksi berkelanjutan (Entjang, 2019).

9
E.Penyakit Diare

Diare adalah keluhan buang air besar encer atau berair yang terjadi lebih dari 3
kali dalam sehari. Penyebab diare diantaranya: infeksi, makanan (alergi atau
keracunan), imunodefisiensi dan fisiologi. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri (E
colli, Shigella, Salmonella, Vibrio cholerae, dll), Virus (Rotavirus, adenovirus, dll),
protozoa (Entamoeba hystoliticia, girardia lambia, dll), cacing (A. lumbricoides, A
doudenela, dll) (Wijaya, 2012).

BAB III
PEMBAHASAN

A. Masalah yang ditemukan


Diare adalah pengeluaran tinja encer lebih dari tiga kali sehari, dengan/tanpa
darah dan/atau lendir dalam tinja. Antibiotik adalah zat kimiawi yang dihasilkan oleh

10
mikroorganisme untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme
lain.

Resistensi terhadap antibiotik terjadi sebagai akibat modifikasi genom kuman.


Mekanismenya mencakup inaktivasi enzim pada antibiotik, berkurangnya
permeabilitas membrane pada intraseluler antibiotik aktif, dan proteksi atau
perubahan target site antibiotik, serta produksi target site yang berlebihan.

Dari jurnal yang ditemukan, didapatkan hasil penelitian bahwa Kuman


penyebab diare pada penderita yang dirawat di bangsal IKA RS Dr. M. Djamil
Padang yang paling sering ditemukan berupa E.Coli, klebsiela sp dan enterobacter sp.
Sulfametoxazoletrimetoprim mempunyai resistensi paling tinggi terhadap kuman
penyebab diare akut .

Resistensi kuman E Coli terhadap antibiotka AMP sebesar 53,3%, terhadap


TE 67,4% dan terhadap STX 87%. Dan resistensi kuman Klebsiella sp terhadap
antibotika AMP sebesar 46,7%, terhadap TE 40% dan terhadap STX 73,3%. Tingkat
resistensi kuman enterobakter terhadap AMP 64,3%, terhadap TE 75% dan terhadap
SXT 82,1%. Kuman penyebab diare akut (E Coli, klebsiella sp, enterobacter sp)
menunjukkan resistensi yang tinggi terhadap Sulfame-toxazoleTrimetoprim (STX).
Kuman penyebab diare pada penderita yang dirawat di bangsal IKA RS Dr. M.
Djamil Padang yang paling sering ditemukan berupa E.Coli, klebsiela sp dan
enterobacter sp. Sulfametoxazoletrimetoprim mempunyai resistensi paling tinggi
terhadap kuman penyebab diare akut .

B. Analisa Masalah
Tentang analisa kenapa bisa terjadi resistensi antibiotik pada penyakit diare :
1. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat : penggunaan antibiotik secara
berlebihan, penggunaan dosis yang tidak sesuai, atau penggunaan antibiotik
yang tidak tepat untuk jenis bakteri yang menyebabkan demam tifoid. Hal ini
memungkinkan bakteri untuk berkembang biak dan berkembang ke dalam
strain yang resisten terhadap antibiotik.

11
2. Penyebaran kuman yang resisten : kuman E.Coli, klebsiela sp dan enterobacter
sp. Sulfametoxazoletrimetoprim mempunyai resistensi paling tinggi terhadap
kuman penyebab diare akut .
3. resistensi antibiotik menyebabkan bakteri sulit dibunuh. Dalam jangka
panjang, bakteri bisa berkembang menjadi jenis baru yang tidak mati setelah
diobati dengan antibiotik yang umum digunakan.
4. Mutasi bakteri resistensi secara alami : Jika kondisi tersebut terjadi,
mengonsumsi antibiotik dapat membuat bakteri resisten semakin kebal.
Kebalnya bakteri resisten bukan hanya terjadi karena mengonsumsi antbiotik
saja, tetapi juga dikarenakan menerima gen resistensi dari bakteri lain.
5. Tidak menjaga kebersihan : Menjaga kebersihan tubuh penting dilakukan guna
mencegah terjadinya berbagai penyakit. Bukan itu saja, menjaga kebersihan
menjadi salah satu upaya untuk mencegah bakteri resisten berkembang, rajin
mencuci tangan dapat mencegah penyebaran bakteri yang resisten terhadap
antibiotik.

C. Solusi Permasalahan
Dari pembahasan masalah yang dibahas maka didapatkan solusi dari
permasalahan resistensi obat antibiotik diantaranya adalah :
a. Mengonsumsi antibiotik dengan benar dan sesuai resep dokter
b. Tidak berbagi antibiotik atau menggunakan antibiotik sisa orang lain
c. Mencuci tangan dengan benar dan rutin, terutama sebelum makan atau setelah
menggunakan toilet
d. Menghindari kontak dengan orang sakit

12
e. Menyimpan bahan makanan dengan benar
f. Memasak makanan hingga benar-benar matang
g. Menjaga sanitasi rumah dan lingkungan
h. Menghindari kontak atau tidak bersalaman dengan orang yang terkena infeksi
i. Melakukan hubungan seksual yang sehat
j. Melakukan imunisasi sesuai jadwal

BAB IV
PENUTUP
A. kesimpulan

Meskipun terdapat keterbatasan dalam data yang tersedia, meningkatnya resistensi


antibiotik dan dampak buruk pada hasil klinis memerlukan pengawasan berkelanjutan dan
pertimbangan ulang pedoman praktik.

13
Makalah tentang resistensi antibiotik pada diare sebaiknya pencangkup pengenalan
tentang resistensi antibiotik, faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi pada penyakit diare,
dampak resistensi antibiotik terhadap penanganan diare, strategi pencegahan dan
penanggulangan resistensi antibiotik dalam konteks penyakit

B. Saran

Saran yang dapat diberikan termasuk promosi penggunaan antibiotik yang bijak,
peningkatan kebersihan, dan penelitian lebih lanjut untuk pengembangan alternatif
pengobatan diare yang tidak melibatkan antibiotik guna mengurangi risiko resistensi.

DAFTAR PUSTAKA

Aniwidayati.2021. Mencegah registensi obat. Yogyakarta : Dinas Kesehatan Yogyakarta.

Rahma,ismail.2019.Resistensi antibiotic terhadap salmonella typi pada penyakit demam tipoit


kota Makasar.Ternate: Universitas kairon.

Work Health Organizations. 2020. Antibiotik Resisence.

14
Yunita,Sendilia,dkk.2021.Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan dan perilaku
Penggunaan antibiotika pada mahasisawa frmasi universitas muhammadiyah, Malang.
Universitas Muhamadiyah Malang.

15

Anda mungkin juga menyukai