Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

BAKTERIOLOGI KLINIK
UJI SENSITIVITAS BAKTERI

OLEH:

KELAS: H3
KELOMPOK: X (SEPULUH)

DEWI WULAN APRILIA A202201171


ARTEMIDE RUCÉNIO DOS SANTOS A202201172
WAODE AULIA RAHMI A202201165
MUHAMMAD ALIFATUL RESKI A202201159
FEBRIANTI A202201151
WAODE RENI IKA APRILIA A202201154

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat bagi kami
sehingga telah menyelesaikan makalah dengan judul “UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK”
Penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah BAKTERIOLOGI KLINIK.
Sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu kami juga mengucapkan
terimakasih kepada dosen sebagai pembimbing dan semua orang yang terlibat yang telah
memberikan dorongan dan motivasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Disini kelompok
kami juga menyampaikan, jika seandainya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang
tidak sesuai dengan harapan, untuk itu kami memohon maaf dan dengan senang hati menerima
masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini dikemudian hari. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan banyak terimakasih.
Semoga apa yang diharapkan dapat di capai dengan sempurna.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. RumusanMasalah...............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Pengertian Uji sensitivitas antibiotik.................................................................4
B. Fungsi Uji sensitivitas Antibiotik......................................................................5
C. Metode-Metode uji sensitivitas Antibiotik........................................................6
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi uji sensitivitas antibiotik…………………8
E. penggunaan uji sensitivitas antibiotik dalam pengobatan infeksi.....................9
BAB III PENUTUP ..................................................................................................10
Kesimpulan…..….......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA…............................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
penting, khususnya dinegara berkembang. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk
dalam sepuluh penyakit terbanyak. Infeksi bakteri terjadi bila bakteri mampu melewati
barrier mukosa atau kulit dan menembus jaringan tubuh. Pada umumnya tubuh berhasil
mengeliminasi bakteri tersebut dengan respon imun yang dimiliki, tetapi bila bakteri
berkembang biak lebih cepat dari pada aktivitas respon imun tersebut maka akan terjadi
penyakit infeksi yang disertai dengan tanda-tanda inflamasi. Terapi yang tepat dalam
penanggulangan infeksi harus mampu mencegah berkembangbiaknya bakteri lebih lanjut
tanpa membahayakan host.

Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Antibiotik
bisa bersifat bakterisid (membunuh bakteri) atau bakteriostatik (mencegah
berkembangbiaknya bakteri). Penggunaan antibiotik dalam pengobatan untuk manusia
sudah dimulai sejak tahun 1940. Selama 63 tahun, penggunaan antibiotik semakin luas.
Antibiotik telah terbukti bermanfaat bagi kehidupan manusia sejak mulai awal
ditemukannya sampai sekarang. Namun penggunaannya yang terus menerus meningkat
dapat menimbulkan berbagai masalah dengan berbagai dampak merugikan dapat
menurunkan mutu pelayanan kesehatan. (Kemenkes, 2015). Masalah terpenting adalah
timbulnya galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat
menyebabkan pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efisien.
Munculnya mikroba (kuman) resisten terhadap antibiotik menjadi masalah di seluruh
dunia termasuk Indonesia. Situasi ini akan menjadi lebih parah apabila resistensi tidak
dikendalikan, seperti telah diketahui penggunaan antibiotik misuse, overuse dan underuse
merupakan penyebab utama munculnya mikroba resisten. Apalagi bila penggunaannya
tidak dilaksanakan secara bijak, maka terjadi kecenderungan konsumsi antibiotik untuk
pasien diberikan secara berlebihan atau bahkan tidak tepat.
Cara yang umum digunakan untuk mengetahui keampuhan antibiotik adalah dengan
cara uji sensitivitas antibiotik terhadap bakteri patogen penyebab infeksi. Uji sensitivitas
merupakan uji yang digunakan untuk menguji kepekaan suatu bakteri terhadap antibiotik
yang bertujuan untuk mengetahui daya kerja dari suatu antibiotikdalam membunuh
bakteri. Uji sensitivitas dapat diketahui denganberbagai uji laboratorium. Uji
laboratorium yang sering dilakukan yaituuji sensitivitas terhadap bakteri secara invitro.
Metode yang sering digunakan dalamuji sensitivitas adalah metode difusi sumuran dan
disk (cakram). Pada uji ini lempenganagar disemai dengan mikroorganisme penguji.
Cakram yang berisi antibiotikdiletakkan diatas lempengan agar (dif usion test).
Penghambatan pertumbuhanmikroorganisme oleh antibiotik terlihat sebagai wilayah jenih
disekitar pertumbuhanmikroorganisme.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian uji sesitivitas Antibiotik?
2. Apa fungsi uji sensitivitas Antibiotik?
3. Apa saja metode-metode uji sensitivitas Antibiotik?
4. Apa Faktor-faktir yang mempengaruhi sensitivitas Antibiotik?
5. Bagaimana penggunaan uji sensitivitas antibiotik dalam pengobatan infeksi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian uji sensitivitas Antibiotik.
2. Untuk memahami fungsi uji sensitivitas Antibiotik.
3. Untuk mengetahui metode-metode uji sensitivitas Antibiotik.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas Antibiotik.
5. Untuk Mengetahui penggunaan uji sensitivitas antibiotik dalam pengobatan infeksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Antibiotik merupakan senyawa yang bersifat sintetis maupun alami, memiliki kemampuan
untuk menghentikan atau menekan proses biokimia pada suatu organisme, terutama dalam
mengatasi infeksi bakteri. Penggunaan antibiotik, baik secara tunggal maupun dalam kombinasi,
di Rumah Sakit negara maju mencapai angka 13-37%, sementara di negara berkembang
angkanya berkisar antara 30-80%. Antibiotik termasuk dalam golongan obat keras dan menjadi
pilihan utama dalam praktek terapi farmakologi.(Anggraini, 2022).
Pemakaian antibiotik secara efektif dan optimal memerlukan pengertian dan pemahaman
mengenai bagaimana memilih dan memakai antibiotik secara benar. Pemilihan berdasarkan
indikasi yang tepat, menentukan dosis, cara pemberian, lama pemberian, maupun evaluasi efek
antibiotik. Pemakaian dalam klinik yang menyimpang dari prinsip dan pemakaian antibiotik
secara rasional akan membawa dampak negatif dalam bentuk meningkatnya resistensi, efek
samping, dan pemborosan.(Muhammad, 2017)
Ada berbagai jenis antibiotik. Setiap jenis hanya efektif melawan bakteri tertentu. Tes
sensitivitas antibiotik dapat membantu mengetahui antibiotik mana yang paling efektif dalam
mengobati infeksi Anda . Tes ini juga dapat membantu dalam menemukan pengobatan untuk
infeksi yang kebal antibiotik.( Medline plus, 2021)
Uji sensitivitas antibiotik adalah suatu metode tes yang digunakan untuk mengevaluasi
respons suatu bakteri terhadap antibiotik tertentu dengan mengukur diameter zona hambat yang
terbentuk. Tujuan dari uji sensitivitas ini adalah untuk menentukan efektivitas antibiotik tersebut
terhadap pertumbuhan bakteri. Hasil sensitivitas bakteri terhadap antibiotik diinterpretasikan
berdasarkan ukuran diameter zona hambat, di mana semakin besar diameter tersebut
menunjukkan semakin efektif antibiotik menghambat pertumbuhan bakteri. Standar acuan
digunakan untuk membedakan apakah bakteri bersifat resisten atau sensitif terhadap antibiotik
yang diuji.(Khusuma, 2019).
Uji sensitivitas antibiotik adalah suatu metode tes yang digunakan untuk mengevaluasi
respons suatu bakteri terhadap antibiotik tertentu dengan mengukur diameter zona hambat yang
terbentuk. Tujuan dari uji sensitivitas ini adalah untuk menentukan efektivitas antibiotik tersebut
terhadap pertumbuhan bakteri. Hasil sensitivitas bakteri terhadap antibiotik diinterpretasikan
berdasarkan ukuran diameter zona hambat, di mana semakin besar diameter tersebut
menunjukkan semakin efektif antibiotik menghambat pertumbuhan bakteri. Standar acuan
digunakan untuk membedakan apakah bakteri bersifat resisten atau sensitif terhadap antibiotik
yang diuji.(Soleha, 2015)
BAB III
PEMBAHSAN

A. Pengertian
Antibiotik adalah zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang dapat menghambat
atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Definisi ini harus diperluas karena
zat yang bersifat antibiotik dapat pula dibentuk oleh beberapa hewan dan tanaman tinggi.
Di samping itu berdasarkan antibiotika alam, dapat pula dibuat antibiotika baru secara
sintesis parsial yang sebagian mempunyai sifat yang lebih baik. Sejak di temukan
penisilin oleh Alexander Fleming sampai saat ini sudah beribu-ribu antibiotika yang
ditemukan, dan hanya sebagian kecil yang dapat dipakai untuk maksud terapeutik. Yang
berguna hanyalah antibiotika yang mempunyai kadar hambatan minimum (KHM) in vitro
lebih kecil dari kadar zat yang di dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik

Sensitivitas antibiotik merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat


kerentanan bakteri terhadap antibiotik dan mengetahui daya kerja suatu antibiotik dalam
membunuh bakteri dengan mengukur zona hambat disekitar disk antibiotic. Uji
Sensitivitas Antibiotik merupakan suatu metode laboratorium yang digunakan untuk
menentukan respons mikroorganisme, terutama bakteri, terhadap sejumlah antibiotik
tertentu.

Tujuan utama dari uji ini adalah untuk mengidentifikasi antibiotik mana yang
paling efektif dalam menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme
penyebab infeksi. Proses uji ini memberikan panduan kepada praktisi kesehatan dalam
memilih antibiotik yang tepat untuk pengobatan pasien berdasarkan sensitivitas
mikroorganisme tersebut terhadap berbagai jenis obat antimikroba.

Secara umum, uji sensitivitas antibiotik dilakukan dengan mengekspos


mikroorganisme pada antibiotik yang telah dipilih dalam jumlah tertentu. Hasilnya
dievaluasi berdasarkan zona inhibisi, area tanpa pertumbuhan mikroorganisme di sekitar
disk atau kertas cakram yang mengandung antibiotik. Semakin besar zona inhibisi,
semakin efektif antibiotik tersebut terhadap mikroorganisme yang diuji.
Uji sensitivitas antibiotik merupakan alat diagnostik yang krusial dalam menangani
infeksi bakteri, karena membantu memastikan bahwa pengobatan yang diresepkan tidak
hanya efektif, tetapi juga mengurangi risiko perkembangan resistensi antibiotik.

Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik merupakaan faktor penting dalam


menentukan terapi yang tepat bagi suatu penyakit infeksi, khususnya yang disebabkan
oleh bakteri. Maraknya resistensi terhadap antibiotik dapat menjadi suatu faktor penyulit
dalam kesembuhan suatu penyakit. Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba
sangat peka terhadap antibiotik atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang
masih baik untuk memberikan daya hambat terhadap mikroba. Gambaran sensitivitas
terhadap suatu antimikroba untuk dapat menunjukkan pada kondisi yang sesuiai dengan
efek daya hambatnya terhadap mikroba. Pola bakteri dan kepekaan antibiotik merupakan
21 faktor penting dalam menentukan terapi yang tepat bagi suatu penyakit infeksi,
khususnya yang disebabkan oleh bakteri.

B. Fungsi
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat indikasi dan tidak tepat dosis telah
memunculkan tekanan selektif kerentanan pada bakteri dan memungkinkan kesintasan
dari strain yang sudah resisten, bahkan beberapa strain resisten terhadap lebih dari satu
jenis antibiotik. Peningkatan yang tidak terkendali dari infeksi akibat bakteri patogen
yang resisten terhadap antibiotik telah banyak dilaporkan sebagai penyebab
meningkatnya morbiditas, mortalitas, dan biaya pelayanan kesehatan.
Tingginya jumlah sensitivitas antibiotik ini mendesak kebutuhan akan metode
baru terapi antibiotik serta penemuan agen antibiotik baru. Namun, penemuan golongan
atau generasi antibiotik baru tidak dapat mengikuti perkembangan penyakit infeksi yang
meningkat jauh lebih cepat. Diperlukan suatu strategi penggunaan antibiotik yang tepat
untuk memastikan ketersediaan pengobatan terhadap infeksi bakteri secara efektif.
Pencegahan penggunaan antibiotik yang tidak rasional menjadi kunci yang sangat penting
dan paling efektif terhadap meningkatnya resistensi antibiotik, baik di tingkat masyarakat
umum maupun di rumah sakit.
Fungsi utama dari uji sensitivitas antibiotik adalah untuk membantu dokter dalam
memilih antibiotik yang paling tepat untuk mengobati infeksi bakterial pada pasien.
Melalui pengujian ini, dapat diketahui sejauh mana suatu antibiotik dapat menghambat
atau membunuh pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Proses ini memungkinkan
pengidentifikasian antibiotik yang paling efektif dan memiliki daya bunuh yang
maksimal terhadap mikroorganisme penyebab penyakit, sambil meminimalkan resistensi
antibiotik.
Pentingnya uji sensitivitas antibiotik terletak pada kemampuannya untuk
memberikan informasi yang kritis kepada praktisi kesehatan. Dengan mengetahui
antibiotik mana yang paling efektif terhadap suatu jenis bakteri, dokter dapat membuat
keputusan yang lebih tepat dalam meresepkan obat, mengurangi risiko kegagalan
pengobatan, dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Selain itu, uji sensitivitas
antibiotik juga berperan dalam upaya pencegahan resistensi antibiotik. Dengan
mengetahui pola sensitivitas bakteri terhadap antibiotik, penggunaan antibiotik dapat
diatur dengan lebih bijak, mengurangi kemungkinan perkembangan resistensi dan
menjaga efektivitas antibiotik dalam jangka panjang.

C. Metode-metode uji sensitivitas antibiotic


Tes sensitivitas dilakukan untuk mengetahui bahwa bakteri tersebut telah resisten
terhadap berbagai sediaan antibiotika. Tes sensitivitas dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain:
1. Metode dilusi cair atau dilusi padat
Pendekatan yang lebih kuantitatif untuk menguji sensitivitas bakteri terhadap
suatu antibiotika atau mencari nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC). MIC
adalah konsentrasi terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Kadar minimum yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan suatu
mikroorganisme juga disebut Kadar Hambatan Minimum (KHM). Antimikroba dapat
meningkatkan aktivitasnya dari bakteriostatik menjadi bakteriosid, apabila kadar
antimikrobanya ditingkatkan lebih besar dari MIC tersebut. Aktivitas antibakteri
ditentukan oleh spektrum kerja, cara kerja, MIC, serta potensi pada MIC. Suatu
bakteri dikatakan mempunyai aktivitas yang tinggi bila MIC terjadi pada kadar
rendah tetapi mempunyai daya bunuh atau daya hambat yang besar. Pada dasarnya
antibiotika diencerkan sampai didapatkan beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair,
masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam media cair,
sedangkan pada dilusi padat, tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar lalu
20 ditanam kuman dalam media cair. Ada beberapa metode dilusi, yaitu Broth
macrodilution, Microdilution, dan agar dilution test.
2. Metode difusi Memakai media Mueller Hinton agar, ada beberapa cara, yaitu :
a) Cara Kirby Bauer ( diambil dari nama ahli mikrobilogi W. Kirby dan A. W. Bauer
di tahun 1966 ), atau disebut filter paper disk agar diffusion method, juga dikenal
sebagai NCCLS/ National Committee For Clinical Laboratory Standars.
Prosedur difusi- kertas cakram- agar yang terstandardisasikan merupakan
cara untuk menentukan sensitivitas antibiotika untuk bakteri. Sensitivitas suatu
bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk.
Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga
diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka
terhadap suatu antibiotik. Faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer :
a. Konsentrasi mikroba uji
b. Konsentrasi antibiotika yang terdapat dalam cakram
c. Jenis antibiotik.
d. pH medium.
Prinsipnya yaitu adanya zona hambatan yang terlihat pada paper disk di
medium Muller Hinton Agar yang telah diinkubasi selama 18- 24 jam.
b) Cara Joan- Stokes,
Suatu metode dengan membandingkan radius zona hambatan yang terjadi
antara bakteri kontrol yang sudah diketahui kepekaannya terhadap obat tersebut
dengan isolat bakteri yang diuji. Pada cara ini, prosedur tes sensitivitas untuk
bakteri control dan bakteri uji dilakukan bersama- sama dalam satu piring agar.
3. Antimicrobial Gradient
Cara ini termasuk cara baru, dengan menggunakan satu jenis antibiotika dengan
beberapa derajat konsentrasi yang diletakkan pada strip plastic, sering disebut E- test.
Prinsipnya hampir sama dengan cara Kirby Bauer, yaitu meletakkan strip pada
Muller Hinton, kemudian diinkubasi selama 12 jam dan dilakukan pengamatan
adanya zona hambat E- test.
4. Short Automated Instrument Systems ( SIAIA ) FDA (Food and Drugs
Administration) memperkenalkan dua sistem untuk tes sensitivitas yang lebih cepat
dan akurat, yaitu MicroScan walk away dan Vitek systems utilize similar techniques.
Sebuah penampang microdilution diberi bakteri dengan jumlah yang telah diketahui
sebelumnya, kemudian beberapa antibiotika dapat diberikan pada penampang
microdilution. Dalam 3 sampai 10 jam akan muncul pada software informasi
mengenai reaksi, identifikasi bakteri dan pola resistensi antibiotika. Cara ini
merupakan cara terbaru dan menggunakan teknologi tercepat. Berdasarkan metode
Kirby Bauer, beberapa antibiotika menunjukkan diameter daerah hambatannya
dengan menggunakan disk sensitivitas.
Prosedur yang paling sering digunakan dan dianjurkan oleh WHO (World Health
Organitation) dan NCCLS (Nation Committe For Clinical Laboratory Standars)
adalah metode difusi dengan cakram Kirby-Bauer

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi uji sensitivitas antibiotic

Faktor-faktor yang memengaruhi sensitivitas antibiotik memiliki implikasi


signifikan dalam uji sensitivitas. Kualitas antibiotik, termasuk keaslian, kemurnian, dan
stabilitas, krusial untuk memastikan bahwa konsentrasi yang diterapkan mencerminkan
aktivitas terapeutiknya. Kondisi lingkungan laboratorium, seperti suhu, kelembaban, dan
pH, turut memengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas antibiotik,
memerlukan pengaturan yang ketat agar hasil konsisten dan dapat diandalkan.

Sifat-sifat bakteri yang diuji menjadi aspek penting; beberapa bakteri memiliki
resistensi alami terhadap antibiotik tertentu, sementara yang lain dapat mengalami mutasi
genetik yang menyebabkan resistensi. Pemilihan bakteri perlu mempertimbangkan sifat
khusus ini untuk memastikan hasil yang akurat. Faktor farmakokinetik dan
farmakodinamik pada pasien, seperti konsentrasi antibiotik dalam darah, distribusi ke
jaringan target, dan eliminasi dari tubuh, berkontribusi pada keragaman respons individu.
Pemahaman mendalam terhadap parameter ini sangat penting untuk interpretasi yang
tepat terhadap hasil uji sensitivitas.
Secara keseluruhan, pemahaman holistik terhadap faktor-faktor ini adalah kunci
keberhasilan uji sensitivitas antibiotik dalam pengobatan pasien. Pendekatan ini
memberikan fondasi yang kokoh untuk meningkatkan interpretasi hasil uji dan
mendukung pengambilan keputusan pengobatan yang lebih presisi.

E. Penggunaan uji sensitivitas antibiotik dalam pengobatan infeksi


Uji sensitivitas antibiotik memainkan peran penting dalam pengobatan infeksi
dengan memberikan informasi tentang efektivitas antibiotik tertentu terhadap
mikroorganisme penyebab infeksi. Penggunaan uji sensitivitas antibiotik dapat
memberikan panduan yang sangat berharga bagi dokter untuk memilih antibiotik yang
paling tepat dan efektif untuk mengobati infeksi pasien. Berikut adalah beberapa aspek
utama dalam penggunaan uji sensitivitas antibiotik dalam konteks pengobatan infeksi:
1. Pemilihan Antibiotik yang Tepat: Uji sensitivitas memungkinkan identifikasi
antibiotik yang memiliki aktivitas paling kuat terhadap mikroorganisme penyebab
infeksi. Ini memungkinkan dokter untuk memilih antibiotik yang paling efektif
untuk mengatasi infeksi, yang dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan
mengurangi risiko resistensi antibiotik.
2. Individualisasi Pengobatan: Setiap mikroorganisme dapat menunjukkan tingkat
sensitivitas yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotik. Uji sensitivitas
memungkinkan pengobatan yang diadaptasi secara individual untuk
mempertimbangkan karakteristik unik dari mikroorganisme yang menyebabkan
infeksi pada pasien tertentu.
3. Pencegahan Resistensi Antibiotik: Dengan mengetahui sensitivitas
mikroorganisme terhadap antibiotik, dokter dapat menghindari penggunaan
antibiotik yang tidak diperlukan atau tidak efektif. Hal ini dapat membantu
mengurangi tekanan selektif terhadap bakteri dan mengurangi risiko
perkembangan resistensi antibiotik.
4. Optimasi Pengobatan: Uji sensitivitas dapat membantu mengoptimalkan dosis
antibiotik yang diberikan. Ini penting untuk mencapai konsentrasi antibiotik yang
efektif dalam tubuh pasien, sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme penyebab infeksi.
5. Perubahan Pengobatan Selama Perjalanan Penyakit: Kadang-kadang, respons
terhadap pengobatan antibiotik mungkin berubah selama perjalanan penyakit. Uji
sensitivitas dapat membantu dalam memantau perubahan sensitivitas
mikroorganisme terhadap antibiotik dan mendukung penyesuaian pengobatan
yang sesuai.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Antibiotik merupakan obat yang berfungsi membunuh dan/atau menghambat
pertumbuhan bakteri. Untuk mengathui kepekaan antibitik terhadap suatu bakteri
diperlukan uji sensitivitas antibiotic. Uji sensitivitas bertujuan untuk mengetahui
efektifitas dari suatu antibiotik. Uji sensitivitas dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu: difusi cakram diffusion test), pengenceran atau dilusi (dilusi test), antimicrobial
gradient dan short automated instrumen system. Konsentrasi mikroba uji, Konsentrasi
antibiotika yang, terdapat dalam cakram, Jenis antibiotik, pH medium. Uji sensitivitas
yang di anjurkan oleh WHO yaitu dengan metode difusi agar plate dapat dilakukan
dengan cara Kirby Bauer dengan teknik disc diffusion (cakram disk) atau teknik sumuran.
Faktor-faktor yang mepengaruhinya sepertI Konsentrasi mikroba uji, Konsentrasi
antibiotika yang, terdapat dalam cakram, Jenis antibiotik, pH medium. Hal ini berdampak
besar karena akan membantu dokter untuk menentukan antimikroba yang tepat dalam
mengobati infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, W., 2020. Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Pasien Rawat Jalan
Tentang Penggunaan Antibiotik di RSUD Kanjuruhan Kabupaten
Malang. Pharmaceutical Journal of Indonesia, 6(1), pp.57-62.
Febriani, T., 2013. Uji Sensitivitas Antibiotika Terhadap Bakteri Penyebab Diare Di
Puskesmas Mangasa Kota Makassar. Skripsi. Universitas Islam Negeri
AlauddinMakassar.
http://scholar.unand.ac.id/36287/2/2.%20BAB%20I.pdf#
https://p2p.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2017/12/RAP-2015-2019.pdf
Khusuma, A., Safitri, Y., Yuniarni, A. and Rizki, K., 2019. Uji Teknik Difusi
Menggunakan Kertas Saring Media Tampung Antibiotik dengan Escherichia
Coli Sebagai Bakteri Uji. Jurnal Kesehatan Prima, 13(2), pp.151-155.
Kloping, N.A., Nugraha, D., Witarto, A.P. and Irianto, K.A., 2020. POLA
SENSITIVITAS ANTIBIOTIK PADA PENYAKIT MUSKULOSKELETAL
DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
SURABAYA. Damianus Journal of Medicine, 19(1), pp.8-23.
MedlinePlus [Internet]. Bethesda (MD): National Library of Medicine (US);
[updated Jun 24; cited 2020 Jul 1]. Available from: https://medlineplus.gov/.
Muhammad, A., Nurulita, N.A. and Budiman, A., 2018. Uji Sensitivitas Antibiotik
Terhadap Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Rawat Inap di
RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto. PHARMACY: Jurnal
Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia), 14(2), pp.247-
263.
SIREGAR, N.S., 2021. UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK TERHADAP BAKTERI
PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK).
Soleha, T.U., 2015. Uji kepekaan terhadap antibiotik. Juke Unila, 5(9), pp.119-123.

Anda mungkin juga menyukai