Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT


(M10B207)
Uji Resistensi Bakteri terhadap Antibiotik

disusun oleh:
1. Asia Salsabilla 230210160063
2. M. Thariq Fathul Hakim 230210160069
3. Bintang Chandra 230210160080

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT (M10B207)


Semeser Ganjil, TA 2017/2018

Disusun Oleh :
1. Asia Salsabilla 230210160063
2. M. Thariq Fathul Hakim 230210160069
3. Bintang Chandra 230210160080

Menyetujui, Jatinangor, 11 November 2017


Pembimbing

M. Untung Kurnia Agung, S.Kel., M.Si


NIP. 19830714 200604 1 004

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang menguasai
seluruh ilmu pengetahuan, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tim
penulis dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum Mikrobiologi Laut.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil dari praktikum mikrobiologi laut dan
penelusuran kepustakaan dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah
Mikrobiologi laut. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama
tim asisten dosen yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk
membimbing dalam praktikum mikrobiologi sehingga laporan ini dapat disusun.
Untuk itu melalui kata pengantar ini kami sangat terbuka menerima kritik
serta saran yang membangun sehingga secara bertahap kami dapat
memperbaikinya. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Jatinangor, 11 November 2017

Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................1

1.2. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3

2.1 TINJAUAN UMUM UJI SENSITIVITAS BAKTERI................................3

2.2 RESISTENSI BAKTERI (BAKTERIOSTATIK DANBAKTERIOSIDAL)


.....................................................................................................................4

2.3 TINJAUAN TEKNIK DIFUSI AGAR DALAM UJI PENGENDALIAN


MIKROBA..................................................................................................6

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM...........................................................................8

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum.................................................8

3.2. Alat dan Bahan............................................................................................8

3.3. Prosedur Kerja.............................................................................................9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................11

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................15

5.1. Kesimpulan................................................................................................15

5.2. Saran..........................................................................................................15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mikroorganisme telah menjadi bagian dari lingkungan manusia.
Mikroorganisme tersebar luas baik pada lingkungan bersuhu tinggi dan rendah,
pada sebagian besar makanan dan minuman, maupun ada di dalam dan
permukaan tubuh manusia (Ibrahim, 2007). Mikroorganisme yang bersifat
patogen dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dan sangat merugikan,
baik bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan. Usaha manusia dalam mengatasi
berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen salah
satunya adalah dengan mengembangkan senyawa antibiotik.
Antibiotik merupakan zat-zat atau senyawa kimia yang berasal dari
satu mikrooranisme yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain (Ibrahim 2007). Umumnya suatu jenis antibiotik
mempunyai spesifikasi dalam menghambat atau membunuh suatu
mikroorganisme. Ada beberapa bakteri yang resisten, dan ada juga yang sensitif
terhadap suatu antibiotik tertentu. Kondisi ini bergantung pada jenis dan kadar
antibiotik, lamanya antibiotic berinteraksi dengan mikro organisme, serta
kekuatan zat aktif dari antibiotik tersebut. Penggunaan antibiotik yang tidak
terkendali telah menyebabkan terjadinya efek samping yang sangat
membahayakan, yaitu menyebabkan bakteri-bakteri tertentu menjadi tahan atau
resisten terhadap antibiotik.
Bakteri yang mengalami resistensi terhadap suatu antibiotik memiliki
kesempatan yang lebih besar untuk dapat terus hidup daripada bakteri lain yang
lebih rentan. Bakteri yang rentan atau sensitif dapat dihambat pertumbuhannya
oleh suatu antibiotik, menghasilkan suatu tekanan selektif terhadap bakteri lain
yang masih bertahan hidup untuk menciptakan turunan yang resisten terhadap
antibiotik (Haryadi 2011).

1
2

Efektivitas suatu antibiotik dapat ditentukan dengan mengetahui


tingkat resistensi bakteri tertentu terhadap antibiotik. Tingkat resistensi dapat
ditentukan melalui uji Kirby-Bauer. Metode ini menggunakan paper disk yang
telah mengandung antibiotik dengan beberapa kadar tertentu dan diletakkan
pada media agar tempat mikroorganisme tumbuh, sehingga antibiotik akan
berdifusi pada media tersebut. Zona bening mengindikasikan adanya hambatan
pertumbuhan mikroorganisme oleh antibiotik pada permukaan media agar.
Zona bening yang terbentuk pada permukaan media agar akibat hambatan
antibiotik sulfametoksazol dalam uji resistensi bakteri terhadap antibiotik
menggunakan metode Kirby-Baueradalah sebesar 14,3 mm, antibiotik
ampisillin sebesar 0 mm, antibiotik amoksisilin sebesar 0,1 mm, dan gentamisir
sebesar 4,1 mm (Haryadi, 2011).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dilakukan suatu
percobaan mengenai uji resistensi bakteri terhadap suatu antibiotik. Antibiotik
yang digunakan dalam percobaan ini adalah amoxillin.

1.2. Tujuan
Mengetahui tingkat resistensi bakteri terhadap berbagai jenis antibiotik.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN UMUM UJI SENSITIVITAS BAKTERI

Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat


kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang
memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara
bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan
anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau
mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan
suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan
untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri.
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap
antibiotik atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik untuk
memberikan daya hambat terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu antimikroba
untuk dapat menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya
terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba akan dapat menunjukkan
perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian
secara mikrobiologis dan biologi dilakukan. Biasanya metode merupakan standar untuk
mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas antimikroba (Djide,
2008).
Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan
sensitif ke keadaan yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya. Sedangkan resisten
adalah suatu keadaan dimana mikroba sudah peka atau sudah kebal terhadap antibiotik
(Djide, 2008).
Resisten adalah ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti mikroba
atau antibiotik tertentu. Resisten dapat berupa resisten alamiah, resisten karena adanya
mutasi spontan (resisten kromonal) dan resisten karena terjadinya pemindahan gen yang
resisten (resistensi ekstrakrosomal) atau dapat dikatakan bahwa suatu mikroorganisme
4

dapat resisten terhadap obat-obat antimikroba, karena mekanisme genetik atau non-
genetik (Djide, 2008).
Penyebab terjadinya resisten terhadap mikroorganisme adalah penggunaan
antibiotik yang tidak tepat, misalnya penggunaan dengan dosis yang tidak memadai,
pemakaian yang tidak teratur, demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama,
sehingga untuk mencegah atau memperlambat terjadinya resisten tersebut, maka cara
pemakaian antibiotik perlu diperhatikan (Djide, 2008).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya
akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat
pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya:
Tetracycline, Erytromycin, dan Streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang
memiliki spektrum yang luas sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara
luas (Djide, 2008).

2.2 RESISTENSI BAKTERI (BAKTERIOSTATIK DAN BAKTERIOSIDAL)

Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak terganggunya sel mikroba oleh
antimikroba (Setiabudy dan Gan, 1995). Resistensi mikrobia terhadap obat terjadi
akibat perubahan genetik dan dilanjutkan serangkaian proses seleksi oleh obat
antimikroba (Jawetz, 2001).

Ada tiga cara mengklasifikasikan antibiotik, yaitu berdasarkan sifat antibiotik


(bakteriostatik atau bakterisid), berdasarkan target antibiotik pada bakteri, dan
berdasarkan struktur kimia antibiotik. Bakterisidal adalah sifat antibiotik yang dapat
membunuh bakteri, bersifat menetap (irreversible), sedangkan bakteriostatik adalah
sifat antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, bersifat sementara
(reversible). Konsentrasi hambat lebih rendah daripada konsentrasi bakterisidal
( Setiabudi, 2005).

Kadar minimum yang diperlukan antibiotik untuk menghambat pertumbuhan


mikroba dan membunuhnya dikenal masing-masing sebagai kadar hambat minimum
(KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM). Antibiotik seperti golongan aminoglikosida
dan makrolid dapat meningkat aktivitasnya dari bakteriostatik menjadi bakterisidal bila
kadar antibiotiknya ditingkatkan melebihi KHM. Secara umum, obat-obat yang aktif
5

pada dinding sel adalah bakterisid, dan obat-obat yang menghambat sintesis protein
adalah bakteriostatik.

Antibiotik yang bersifat bakteriostatik adalah kloramfenikol dan eritromisin,


sedangkan antibiotik yang bersifat bakterisidal adalah penisilin, sefalosporin, dan
aminoglikosida (dosis besar). Antibiotik yang bersifat bakteriostatik lebih berhasil
dalam pengobatan karena menghambat peningkatan jumlah bakteri dalam populasi, dan
selanjutnya mekanisme pertahanan host yang akan menangani infeksi bakteri. Tetapi,
pada pasien dengan gangguan sistem imun, sebaiknya antibiotik yang digunakan adalah
bersifat bakterisidal (Istiantoro dkk, 2007).

Menurut Madigan dkk. (2000), berdasarkan sifat toksisitas selektifnya,


senyawa antimikrobia mempunyai 3 macam efek terhadap pertumbuhan mikrobia yaitu:

1. Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan tetapi


tidak membunuh. Senyawa bakterostatik seringkali menghambat sintesis
protein atau mengikat ribosom. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan
antimikrobia pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah
penambahan zat antimikrobia pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total
maupun jumlah sel hidup adalah tetap.
2. Bakteriosidal memberikan efek dengan cara membunuh sel tetapi tidak terjadi
lisis sel atau pecah sel. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antimikrobia
pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan
zat antimikrobia pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total tetap
sedangkan jumlah sel hidup menurun.
3. Bakteriolitik menyebabkan sel menjadi lisis atau pecah sel sehingga jumlah
sel berkurang atau terjadi kekeruhan setelah penambahan antimikrobia. Hal ini
ditunjukkan dengan penambahan antimikrobia pada kultur mikrobia yang
berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antimikrobia pada fase
logaritmik, jumlah sel total maupun jumlah sel hidup menurun.
6

2.3 TINJAUAN TEKNIK DIFUSI AGAR DALAM UJI PENGENDALIAN


MIKROBA

Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode
pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur diameter
zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan
pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak. Syarat jumlah bakteri
untuk uji kepekaan/sensitivitas yaitu 105-108 CFU/mL (Hermawan dkk., 2007).

Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur
Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode
ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan
akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat
antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas
bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona
hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Waluyo, 2008).

Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan. Metode
difusi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode silinder, metode lubang/sumuran dan
metode cakram kertas. Metode lubang/sumuran yaitu membuat lubang pada agar padat
yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan tujuan
penelitian, kemudian lubang diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji. Setelah
dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah
hambatan di sekeliling lubang.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Percobaan dilakukan pada hari Kamis, 9 Nopember 2017 pukul 14.30
sampai 16.30 WIB di Laboratorium Mikrobiologi, Gedung 3 Lt. 1 Universitas
Padjadjaran.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan digunakan pada praktikum ini meliputi :
A. Alat

Tabel 1 Alat praktikum beserta fungsinya

No Alat Fungsi

1 Tabung reaksi Wadah sumber bakteri


2 Jarum Ose Mengambil bakteri dari biakkan
3 L Glass Meratakan sampel bakteri
4 Beaker Glass Wadah pereaksi antibotik
5 Pinset steril Memegang paper disk
6 Bunsen Alat pembakar
7 Jangka Sorong Mengukur diameter zona hambat bakteri
8 Cawan Petri Menempatkan media pengujian

B. Bahan

7
8

Tabel 2 Bahan praktikum beserta fungsinya

No Bahan Fungsi

1 Biakan Agar Plate Hasil kultivasi medium padat


2 NaCl Fisiologis Bahan campuran pembuatan sampel
3 Spirtus Bahan bakar
4 Paper disk Tempat menyimpan antibiotic
5 Antibiotik Pereaksi dalam pengujian
6 Aquadest steril Pereaksi uji yang bersifat sebagai kontrol -
7 Amoxilin Pereaksi uji yang bersifat sebagai kontrol +

3.3. Prosedur Kerja

Teknik Uji Resistensi Bakteri terhadap Antibiotik

Diambil biakkan bakteri yang sudah ditanam dalam medium agar miring

Diambil 1 Ose biakkan, dimasukkan ketabung reaksi berisi 10


ml NaCl Fisiologis

Disuspensikan biakan dengan Vortex

Diukur densitas / kekeruhan suspensi dengan membandingkannya dengan


Reagent Mc Farlans

Reagent Mc Farlans
Diambil 100 L suspensi dengan menggunkaan mikropipet, ditebar diatas
medium dan diratakan dengan L Glass
9

Dicelupkan Paper disk ke dalam Antibiotik dengan Pinset steril,


ditempatkan diatas lempeng agar

o
Diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam

Diamati dan diukur zona hambat yang terbentuk

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
10

Tabel Hasil Pengamatan


Sampel Konsentrasi D1 D2 D3 Rerata Kategori Sifat
(Ppm) (mm) (mm) (mm) (-6
mm)
Kontrol 30 22.2 14.22 12 10.14 Kuat Bakterio-
(+) statik
Kontrol 30 14.30 11.40 9.14 5.61 Sedang Bakterio-
(-) statik
Ekstrak 10 11.97 x 9.87 3.28 Lemah Bakterio-
Gliserid statik
100 15.43 17.51 13.47 9.47 Sedang Bakterio-
a
statik
500 9.61 12.92 19.30 7.94 Sedang Bakterio-
statik
1000 14.26 11.02 17.45 8.24 Sedang Bakterio-
statik
5000 11.52 18.85 15.39 9.92 Sedang Bakterio-
statik
10000 11.05 12.00 11.84 5.63 Sedang Bakterio-
5 statik
100000 39.48 20.93 20.27 20.893 Sangat Bakterio-
Kuat statik

4.2. Pembahasan

4.2.1. Deskripsi Preparasi Pembuatan Variasi Konsentrasi Antibiotik

Pada pembuatan variasi konsentrasi antibiotik terdapat 3 bahan yaitu


ampicillin, aquades steril, dan ekstrak Glacilaria sp. Ampicillin pada praktikum ini
digunakan sebagai kontrol positif sedangkan aquades steril digunakan sebagai
kontrol negatif. Selanjutnya, ekstrak Glacillaria sp dibuat dengan konsentrasi yang
berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk mengkalsifikasikan tingkat konsentrasi yang
11

paling efektif untuk pembuatan antibiotik. Sebelum memulai praktikum, dibuat


terlebih dahulu larutan ekstrak Glacillaria sp dimulai dari konsentrasi 100.000 ppm
lalu semakin kecil sampai 10 ppm. Dalam pembuatan pengenceran digunakan
rumus titrasi yaitu V1 x N1 = V2 x N2, yang mana pada proses pengenceran ini
dilakukan secara bertahap dari konsentrasi yang paling tinggi ke yang paling
rendah. Apabila telah selesai melakukan pengenceran pada ekstrak Glacillaria sp,
setiap sampel harus dihomogenkan dengan vortex agar larutan tersebut dapat
bercampur.

4.2.2. Deskripsi dan Pengukuran Zona Hambatan yang Terbentuk

Pengukuran zona hambat yang terbentuk pada praktikum ini dilakukan


setelah proses inkubasi selama 24 jam pada suhu 37C. Hasilnya, zona hambat yang
terbentuk pada kontrol positif yang menggunakan ampicillin dapat dimasukkan ke
dalam kaegori kuat, sedangkan zona hambat yang terbentuk pada kontrol negatif
yang menggunakan aquades steril dapat dimasukkan ke dalam kategori sedang.
Namun, seharusnya zona hambat pada kontrol negatif masuk ke dalam kategori
lemah karena aquades steril tidak mengandung zat antibiotik sama sekali.
Kemudian, pengukuran zona hambat pada ekstrak Glacillaria sp yang
dikategorikan kuat ada pada larutan stok dengan konsentrasi 100.000 ppm.
Selanjutnya, zona hambat pada ekstrak Glacillaria sp yang masuk ke dalam
kategori sedang dan efektif terdapat pada konsentrasi 5000 ppm. Dikatakan efektif
karena pada zona hambat tersebut memiliki rata-rata zona hambat yang paling
besar.
12

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah semakin besar
konsentrasi larutan maka semakin besar juga kandungan antibiotik atau anti
bakteri yang ada dalam larutan tersebut. Dengan demikian, semakin besar
juga zona hambat yang terbentuk karena besar kecilnya zona hambat
berbanding lurus dengan besar kecilnya konsentrasi larutan

5.2. Saran

Untuk perlakuan kontrol negatif yang mana menggunakan aquades steril


seharusnya alat ataupun aquades steril itu sendiri harus benar-benar steril agar
hasil dari pengukuran zona hambat untuk kontrol negatif tersebut masuk ke
dalam kategori kecil.
13

DAFTAR PUSTAKA

Djide M, Natsir., dan Sartini. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas


Hasanuddin: Makassar.
Hariyadi dan R, Dewanti. 2011. Food Safety Issues In South East Asia.
Department of Food Science and Technology.
Hermawan, A., 2007, Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap
Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Dengan
Metode Difusi Disk. Surabaya: Artikel Ilmiah Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga
Ibrahim A.S.S and Al Dewany. 2007. Isolation and Identification of New
Cellulases Producing Thermophilic Bacteria from an Egyptian Hot
Spring and Some 25 Properties of the Crude Enzyme. Australian
Journal of Basic and Applied Sciences, 1(4): 473-478
Istiantoro, Yati H dan Gan, Vincent HS. 2007. Penisilin, Sefalosporin dan
Antibiotik Betalaktam lainnya. Dalam: Ganiswarna, Sulistia G, editor.
Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; hal. 664- 693.
Madigan, M.T., J.M.Martinko, dan J.Parker. 2000. Brock Biology of
Microorganism. Prentice Hall Inc. New Jersey.
Setiabudi, R. 2005. Pengantar Antimikroba.,dalam Gunawan, S.G., Setiabudy,
R., Nafrialdi. dan Elysabeth., Farmakologi dan Terapi,Hal 585,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Setiabudy, R. dan Vincent H.S. Gan. 1995. Antimikroba. Dalam: Farmakologi
Dan Terapi, edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. Halaman 571-3
Waluyo, L,. 2008. Mikrobiologi Umum. UPT Penerbita UMM. Malang.
14

Lampiran

NO Kelompok Hasil

1 3A

2 3B

3 3C

4 3D

5 3E
15

6 3F

7 3G

8 3H

Praktikum

Gambar Keterangan

Larutan hasil pengenceran


gliseralida dengan NaCl fisiologis
16

Cawan petri berisi medium agar


disiapkan.

Pengambilan bakteri uji dalam


tabung reaksi dengan mikropipet
untuk dipindahkan kedalam cawan
petri berisi medium tumbuh
bakteri.

Bakteri yang diambil dengan


mikropipet dipindahkan kedalam
medium agar dengan proses steril,
dekat dengan Bunsen.
17

Pengambilan paper disk dengan


pinset yang sudah dibakar
ujungnya pada Bunsen agar steril
dan sudah dianginkan sedikit agar
tidak terlalu panas saat mengambil
paper disk.

Paper disk dibasahkan pada


menggunakan pinset dengan hati-
hati dan tidak terlalu basah,
dilakukan dekat dengan Bunsen
agar tetap steril.

Paper disk yang sudah basah.

Selanjutnya dimasukkan kedalam


media agar berisi bakteri dengan
hati-hati, steril di dekat Bunsen.

Anda mungkin juga menyukai