Anda di halaman 1dari 10

Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Nipah, Imra et al.

JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3


Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi DOI: 10.17844/jphpi.2016.19.3.241

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK NIPAH


(Nypa fruticans) TERHADAP Vibrio sp. ISOLAT KEPITING BAKAU (Scylla sp.)

Antioxidant and Atibacterial Activities of Nipah (Nypa fruticans) against Vibrio sp.
Isolated From Mud Crab (Scylla sp.)

1
Imra*, Kustiariyah Tarman1,2, Desniar1
1
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
2
Divisi Bioteknologi Kelautan, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor,
Kampus IPB Baranangsiang, Bogor 16680, Telepon (0251) 8374726, Faks. (0251) 8374839
*Korespodensi: imranmomo@gmail.com
Diterima: 02 Oktober 2016/ Review: 28 November 2016/ Disetujui: 15 Desember 2016

Cara sitasi: Imra, Kustiariyah, Desniar. 2016. Aktivitas antioksidan dan antibakteri nipah (Nypa fruticans)
terhadap Vibrio sp. isolat kepiting bakau (Scylla sp.). Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 19(3):
241-250.

Abstrak
Nipah (Nypa fruticans) potensial sebagai sumber senyawa aktif antioksidan dan antibakteri. Tanaman
ini banyak tersebar di pesisir pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Penelitian ini
bertujuan menentukan aktivitas antioksidan dan antibakteri dari nipah buah dan daun yang diekstraksi
dengan metanol serta toksisitas dan komponen aktif yang terkandung di dalamnya. Metode difusi dan
DPPH digunakan masing-masing pada pengujian antibakteri dan antikosidan ekstrak nipah. Aktivitas
antioksidan ekstrak daun nipah lebih efektif (22,50 µg/mL) dibandingkan dengan ekstrak buah (415,00 µg/
mL) dan diklasifikasikan sebagai antioksidan yang sangat kuat (IC50 <50 µg/mL). Ekstrak daun memiliki
aktivitas antibakteri lebih tinggi dengan zona penghambatan bakteri Vibrio sp. (8,75 mm) dibandingkan
dengan buah (5,25 mm) pada ekstrak 2 mg. Ekstrak kasar terpilih daun nipah memiliki toksisitas yaitu
663,598 µg/mL dan termasuk kategori toksik. Ekstrak kasar terpilih daun nipah mengandung senyawa
flavonoid, steroid, tanin, saponin, dan fenol hidroquinon.

Kata kunci: bioaktif, fitokimia, fraksinasi, toksisitas

Abstract
Nipah (Nypa fruticans) is the potential plant for source of active compound such as antioksidant and
antibacterial substances. The plants are dispersed in Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku and Papua
Island. The aim of this research were determine the antioxidant and antibacterial activity from of nipah (fruit
and leaf) that it extraction with methanol, and than determine toxicity and active compound contained in
this extract. Diffusion agar and DPPH method were use for antibacterial and antioxsidant assay, respectively.
Antioxsidant activity from nipah’s leaf extract was more effective (22,5 µg/mL) than nipah’s fruit extract (415
µg/mL). This activity to be classified to the strong antioxidant activity (IC50<50 µg/mL). The antibacterial
activity from leaf extract was strong to inhibited Vibrio sp. with inhibition zone 8,75 mm. The crude extract
of nipah’s leaf was toxic with toxicity value is 663,598 µg/mL. Flavonoids, steroids, tanin, saponin and phenol
hidroquinon were the active compounds contained in the extract of nipah’s leaf.

Keywords: bioactive, fitochemical, fractionation, toxicity

PENDAHULUAN bakau di perairan payau (daerah pasang


Nipah (Nypa fruticans) merupakan salah surut). Luas hutan nipah alami di Indonesia
satu jenis tanaman bakau berbentuk palem mencapai 4.237.000 hektar (Dinas kehutanan
yang umumnya tumbuh di lingkungan hutan 2012). Hutan nipah tersebar di pesisir pulau

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 241


JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Nipah, Imra et al.

Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Scylla sp. memiliki nilai ekonomis tinggi dan
Papua. Nipah telah banyak dimanfaatkan oleh banyak diminati di pasaran baik di dalam
masyarakat diantaranya untuk membuat atap maupun luar negeri. Selama ini kebutuhan
rumah, berbagai kerajinan, kayu bakar dan konsumen akan kepiting bakau sebagian
sapu lidi, serta beberapa produk misalnya gula besar masih dari hasil penangkapan di alam
nira, tepung dan makanan olahan. Bagian yakni di kawasan mangrove dengan substrat
tanaman nipah juga telah dimanfaatkan berlumpur, yang memungkinkan terjadinya
sebagai bahan obat tradisional diantaranya kontaminasi mikroorganisme dari lingkungan
obat sakit perut, diabetes dan obat penurun habitatnya. Aftabuddin et al. (2014)
panas dalam oleh masyarakat pesisir perairan mengemukakan spesies mikroorganisme
Banyuasin Sumatera Selatan. Masyarakat yang disolasi dari kepiting Scylla sp. yakni
pesisir Aceh mempercayai air rebusan daun dari jenis Vibrio diantaranya V. cholerae,
nipah berkhasiat sebagai obat sariawan V. harveyi, V. fluvialis, V. parahaemolyticus
dan sakit gigi. Air rebusan arang akar dan dan V. mimicus. V. harveyi adalah spesies
daun nipah di Kalimantan digunakan yang dominan terisolasi. Ashofa et al. (2014)
sebagai obat sakit gigi dan sakit kepala menyatakan Vibrio merupakan patogen yang
(Mangrove Information Center 2009). mengakibatkan kematian kepiting bakau di
Penelitian sebelumnya diketahui lingkungan perairan.
tanaman nipah memiliki kandungan senyawa Nypa fruticans mampu menghasilkan
bahan aktif antioksidan dan antibakteri. senyawa antimikroba dan antioksidan yang
Putri et al. (2013) menunjukkan bahwa turut berperan mengendalikan populasi
ekstrak kasar daun nipah dengan pelarut mikroorganisme dan kerusakan bahan
polar metanol 1:5 (b/v) memiliki nilai IC50 sehingga diharapkan penggunaan N. fruticans
17,72 ppm. Effendi dan Suhardi (1998) dapat menjadi alternatif untuk mengatasi
menyebutkan bahwa Nypa fruticans memiliki kontaminan kepiting bakau oleh Vibrio sp.
aktivitas antibakteri terhadap Vibrio harveyi dan dapat mempertahankan kelangsungan
pada udang windu (Penaeus monodon). hidup kepiting bakau tersebut. Kajian tentang
Lestari et al. (2016) mendapatkan adanya senyawa antibakteri untuk menanggulangi
zona penghambatan fraksi etil asetat ekstrak infeksi bakteri yang menginfeksi Scylla sp.
daun nipah terhadap bakteri Eschericia coli sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan
(9,39 mm) dan Bacillus cereus (9,01 mm) untuk menentukan aktivitas antioksidan
pada kosentrasi 1000 ppm. Senyawa-senyawa dan antibakteri N. fruticans terhadap bakteri
aktif yang umumnya berperan dalam aktivitas Vibrio sp. isolat kepiting bakau (Scylla sp.)
antioksidan yaitu tanin, flavonoid, fenolik, serta menentukan toksisitas ekstrak dan
saponin, dan terpenoid. Margaretta et al. komponen dari fraksi senyawa aktif.
(2011) menyatakan senyawa fenolik memiliki
gugus hidroksil pada struktur molekulnya BAHAN DAN METODE
yang mempunyai aktivitas penangkap radikal Bahan dan Alat
bebas dan apabila gugus hidroksilnya lebih Bahan utama yang digunakan adalah
dari satu maka aktivitas antioksidannya buah dan daun N. fruticans serta bakteri
semakin kuat. Ajizat (2004) mengatakan Vibrio sp. isolat kepiting bakau (Scylla sp.).
senyawa flavonoid, saponin, terpenoid, fenolik Bahan-bahan lain yang digunakan meliputi
dan tanin juga merupakan senyawa aktif yang bahan kimia untuk ekstraksi dan fraksinasi
berfungsi sebagai senyawa antimikroba. Nypa senyawa aktif, analisis kimia (kadar air
fruticans diduga mengandung komponen dan kadar abu), pengujian antioksidan,
yang memiliki aktivitas antioksidan dan fitokimia dan toksisitas. Peralatan utama
antibakteri. yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kepiting bakau (Scylla sp.) merupakan shaker, vaccum rotary evaporator IKA RV 05
salah satu komoditas perikanan yang hidup basic, Spektrofotometer UV-Vis mini 1240,
di perairan pantai khususnya di hutan bakau. kromatografi lapis tipis (KLT), dan kolom
kromatografi (Merck).

242 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Nipah, Imra et al. JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3

Metode Penelitian menggunakan metode 1,1-diphenyl-2-


Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap picrylhydrazil (DPPH) pada konsentrasi
percobaan. Tahap pertama adalah preparasi 250, 500, 750, dan 1000 ppm. Asam askorbat
dan ekstraksi meliputi analisis kimia (kadar digunakan sebagai kontrol positif, dan untuk
air dan kadar abu), pengujian aktivitas pembanding dengan masing masing kosentrasi
antioksidan dan antibakteri, pengujian 2, 4, 6, 8, dan 10 µg/mL. Aktivitas antioksidan
fitokimia dan toksisitas dari ekstrak terpilih. masing-masing sampel dinyatakan dengan
Tahap dua adalah fraksinasi senyawa aktif persentase penghambatan radikal bebas yang
ekstrak terpilih. dihitung dengan rumus:

Preparasi dan Ekstraksi Daun dan Inhibisi (%) =


Buah Nipah Absorbansi blanko − absorbansi sampel
Preparasi sampel daun nipah dilakukan
Inhibisi (%) = x100%
Absorbansi blanko
dengan membuang tulang daun, kemudian
memotong kecil-kecil lalu diblender. Sampel Nilai konsentrasi dan hambatan ekstrak
buah nipah dipreparasi dengan mengupas kulit diplot masing-masing pada sumbu x dan y.
buah, kemudian daging buah yang didapatkan Persamaan garis yang diperoleh dalam bentuk
dihaluskan dengan menggunakan blender. y= b Ln(x) + a digunakan untuk mencari
Daun dan buah yang telah halus kemudian nilai IC (Inhibitory concentration) dengan
ditentukan komposisi kimianya, antara menyatakan nilai y sebesar 50 dan nilai x
lain: kadar air dan abu dengan mengunakan sebagai IC50.
metode AOAC (2005).
Ekstraksi pada serbuk dilakukan Pengujian Antibakteri (Moorthy et al.
dengan metode maserasi menggunakan 2007)
pelarut metanol dengan perbandingan 1:5 Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan
(b/v), selanjutnya ekstrak difiltrasi untuk menggunakan metode difusi sumur agar.
memisahkan pelarut dengan sampel. Filtrat Konsentrasi yang digunakan adalah 0,5; 1,0
yang terkumpul dipisahkan antara pelarut dan 2,0 mg masing-masing sebanyak 20 μL.
dan ekstraknya menggunakan vacum rotary Kontrol positif menggunakan antibiotik
evaporator pada suhu 40-50oC hingga kloramfenikol 300 μg/sumur dan kontrol
diperoleh ekstrak kasar berbentuk pasta. Hasil negatif menggunakan pelarut metanol.
ekstraksi menghasilkan ekstrak kasar, yang
kemudian ditimbang untuk mendapatkan Pengujian Fitokimia (Harbone 1984)
rendemen ekstraknya. Rendemen ekstrak dan Toksisitas (Mayer et al. 1982)
kasar adalah persentase bobot ekstrak kasar Ekstrak kasar yang memiliki aktivitas
yang diperoleh dalam sampel kering. Hasil antioksidan dan antibakteri terbaik
ekstraksi tersebut selanjutnya diuji aktivitas kemudian dilakukan analisis fitokimia untuk
antioksidan dan antibakteri sehingga diperoleh mengetahui golongan senyawa aktif pada
kondisi ekstrak terbaik yang menunjukkan ekstrak tersebut serta uji toksisitas dengan
aktivitas antioksidan dan daya hambat metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
tertinggi. Uji aktivitas antioksidan dilakukan (Mayer et al. 1982) dengan konsentrasi
menggunakan metode 1,1-diphenyl-2- masing-masing 50 ppm, 100 ppm, 500 ppm
picrylhydrazil (DPPH). Ekstrak kasar dan 1000 ppm dan ditambahkan air laut
terpilih selanjutnya dianalisis fitokimia untuk sampai volume 5 mL.
mengetahui komponen senyawa aktif pada
ekstrak tersebut dan diuji toksisitas. Fraksinasi Komponen Aktif dengan
Kromatografi Lapis Tipis dan
Pengujian Antioksidan (Hanani et al. Kromatografi Kolom
2005 yang dimodifikasi) Fraksinasi senyawa aktif ekstrak N.
Uji aktivitas antioksidan ekstrak kasar fruticans terpilih dilakukan dalam dua
daun dan buah nipah dilakukan dengan tahap pemisahan. Tahap pertama adalah

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 243


JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Nipah, Imra et al.

pemisahan dengan dengan kromatografi Hasil pengukuran menunjukkan bahwa


lapis tipis menggunakan eluen heksana, daun dan buah nipah memiliki kadar air
diklorometana dan etil asetat yang bertujuan masing-masing sebesar 57,85% dan 58,02%.
untuk mengetahui rasio eluen terbaik yang Ristiana et al. (2012) menyatakan buah nipah
dapat memisahkan senyawa aktif pada yang sudah tua memiliki kadar air yang
ekstrak kasar terpilih. Tahap kedua adalah cukup tinggi sebesar 89,05 %. Herman et al.
pemisahan dengan kolom kromatografi untuk (2011) mendapatkan buah nipah tua dan
memperoleh fraksi-fraksi senyawa aktif yang muda yang berasal dari Kaliwanggu Teluk
kemudian dianalisis aktivitas antioksidan dan Kendari Sulawesi Tenggara memiliki kadar air
antibakterinya. masing-masing 41,86% dan 33,49%. Rahman
(1991) menyatakan kadar air pada nira nipah
HASIL DAN PEMBAHASAN berkisar 60-70%. Semakin besar kadar air
Karakteristik Daun dan Buah Nipah suatu bahan maka semakin mudah bahan
Nipah (Nypa fruticans) merupakan terebut menyerap air.
tanaman dari subfamili Nipoideae yang Hasil penetapan yang diperoleh
tumbuh di lingkungan hutan bakau atau diketahui bahwa kadar abu daun lebih kecil
daerah pasang surut dekat tepi laut. Nipah (0,08%) dibandingkan buah nipah (3,72%).
mempunyai akar serabut yang menjalar, Buah memiliki kadar abu yang cukup tinggi
batang sangat pendek, kulit tangkai mengkilap dimungkinkan karena kandungan mineral
dan keras, sedangkan dibagian dalamnya yang terkandung pada buah nipah. Hasil
berupa empular atau gabus. Bunga nipah penelitian Herman et al. (2011) mendapatkan
berwarna kuning jingga. Bagian buah dan kandungan mineral pada buah nipah cukup
daun nipah umumnya digunakan masyarakat tinggi yakni 1,38; 7,92; 3,79; dan 9.24 ppm
baik dikonsumsi langsung, sebagai obat alami, masing-masing untuk kandungan Fe, Mg, K
maupun digunakan sebagai bahan baku dan Na. Ristiana et al. (2012) mendapatkan
kerajinan. kadar abu buah nipah yaitu 0,57%. Herman
Buah nipah berbentuk berbulat telur dan et al. (2011) kadar abu buah nipah muda dan
gepeng dengan 2-3 rusuk, berwarna coklat buah tua masing-masing 0,88% dan 1,01%.
kemerahan. Buah berkelompok membentuk Heriyanto et al. (2011) Tepung buah nipah
bola berdiameter sekitar 30 cm. Buah nipah kering memiliki kadar abu 1,14 persen.
yang muda teksturnya lembek, berwarna
bening sedikit keruh pada bagian dalamnya Rendemen Ekstrak Kasar
dan berwarna putih seperti kelapa jika sudah Rendemen ekstrak merupakan
tua. Daun nipah mempunyai bentuk seperti perbandingan berat hasil akhir ekstrak
janur kelapa, daun muda berwarna kuning dengan berat bahan awal sebelum diekstraksi.
dan daun yang sudah tua berwarna hijau Ekstraksi dilakukan untuk memisahkan
(Gambar 1).

Gambar 1 Buah dan daun nipah

244 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Nipah, Imra et al. JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3

komponen senyawa aktif dari suatu bahan dengan demikian pelarut metanol mampu
campuran dan dapat dilakukan menggunakan untuk menghancurkan dinding sel dan
pelarut. Putri et al. (2013) melaporkan bahwa menyebabkan komponen-komponen dalam
dimana ekstrak daun nipah dengan pelarut sel hancur dan larut dalam pelarut metanol.
metanol memiliki rendemen ekstrak terbesar
yakni 6,6% terbaik dibandingkan pelarut Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kasar
lain. Hasil ekstraksi daun dan buah nipah Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan
didapatkan rendemen ekstrak pada buah dengan metode 1,1-difenil-2 pikrilhidrazil
dan daun masing-masing sebesar 2,67% (DPPH). Antioksidan asam askorbat
dan 7,62%. Danata dan Yamindago (2014) digunakan sebagai pembanding dan kontrol
melaporkan daun mangrove Avicennia marina positif. Parameter yang umum digunakan
yang diekstrak dengan pelarut metanol untuk menginterpretasikan hasil pengujian
mendapatkan rendemen ekstrak sebesar DPPH adalah nilai IC50. Hasil analisis nilai
5,38%. Trianto et al. (2004) menyebutkan aktivitas antioksidan asam askorbat, ekstrak
daun mangrove Aegiceras corniculatum yang kasar daun dan buah nipah dapat dilihat pada
di ekstrak dengan metanol didapat rendemen Tabel 1.
ekstrak sebesar 13,25%. Trianto et al. (2004) Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak kasar
menyebutkan daun mangrove Aegiceras daun memiliki aktivitas antioksidan yang
corniculatum yang di ekstrak dengan metanol sangat kuat yaitu dengan nilai IC50 22,5 µg/mL,
didapat rendemen ekstrak sebesar 13,25%. sedangkan ekstrak buah memiliki aktivitas
Harbone (1984) menyatakan hasil ekstrak antioksidan yang lemah dengan nilai IC50 415
akan sangat bergantung pada beberapa µg/mL. Molyneux (2004) menyatakan Nilai
faktor, yaitu jenis pelarut, metode ekstraksi IC50 merupakan konsentrasi larutan sampel
yang digunakan, ukuran partikel sampel, yang dibutuhkan untuk mereduksi DPPH
kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti
ekstraksi, serta perbandingan jumlah pelarut aktivitas antioksidannya semakin tinggi, suatu
terhadap jumlah sampel. Harbone (1987) senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat
menyatakan hasil ekstrak yang diperoleh kuat apabila nilai IC50 kurang dari 50 µg/mL,
akan sangat bergantung pada beberapa kuat apabila nilai IC50 antara 50-100 µg/mL,
faktor, yaitu jenis pelarut, metode ekstraksi sedang apabila nilai IC50 berkisar 100-150
yang digunakan, ukuran partikel sampel, µg/mL, dan lemah apabila nilai IC50 berkisar
lama waktu ekstraksi, serta perbandingan antara 150-200 µg/mL.
jumlah pelarut terhadap jumlah sampel. Hasil yang tertera pada tabel 1
Harbone (1987) juga menyatakan bahwa menunjukkan ekstrak daun dan asam askorbat
metanol merupakan pelarut dari golongan memiliki nilai IC50 >50. Ekstrak daun dan asam
alkohol yang baik digunakan untuk ekstraksi askorbat memiliki aktivitas antioksidan yang
karena dapat mengekstraksi habis komponen sangat kuat. Ekstrak daun memiliki aktivitas
aktif. Menurut Lapornik et al. (2005) pelarut mendekati asam askorbat. Putri et al. (2013)
metanol mampu mengekstrak komponen juga menyatakan bahwa aktivitas antioksidan
yang berasal dari golongan alkaloid, fenolik, yang kuat pada ekstrak daun nipah dengan
karotenoid, tanin, asam amino dan glikosida, pelarut bertingkat metanol dengan nilai IC50
selain itu pelarut metanol juga memiliki 17,72 µg/mL. Beberapa vegetasi mangrove
sifat kurang polar dibandingkan dengan air, juga diketahui memiliki aktivitas antioksidan

Tabel 1 Nilai IC50 ekstrak nipah dan standar asam askorbat dengan metode DPPH
Sampel Garis linear IC50 ( µg/mL) Antioxidan
Ekstrak Kasar
Daun y=0,040x + 49,1 22,50 Sangat kuat
Buah y=0,049x - 6,78 415,00 sangat lemah
Asam askorbat y=4,101x+5,033 10,97 sangat kuat

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 245


JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Nipah, Imra et al.

Tabel 2 Diameter hambat ekstrak daun dan buah nipah terhadap Vibrio sp.
Diameter zona hambat (mm)
(Ekstrak kasar)
2 mg 1 mg 0,5 mg (+) (-)
Daun nipah 8,75 7,50 6,50 25,00 0,00
Buah nipah 5,50 1,63 1,00 22,50 0,00

yang sangat kuat. Sudirman et al. (2014) hambat bakteri Vibrio alginolyticus sebesar
melaporkan ekstrak kasar buah bakau berdaun 5,48 mm. Saptiani et al. (2012) menyebutkan
besar (Bruguiera gymnorrhiza) memiliki ekstrak daun jeruji dengan pelarut metanol
IC50 pada buah tua dan muda masing- dapat menghambat bakteri Vibrio harveyi
masing yakni 13,46 µg/mL dan 81,60 µg/mL. dengan zona hambat sebesar (7,00-7,67 mm)
Nurjanah et al. (2015) mendapatkan IC50 pada konsentrasi 50-800 µg/mL.
yaitu 56,93 µg/mL pada ekstrak metanol kulit Hasil pengamatan pada Gambar 2
batang (B. gymnorrhiza). Haq et al. (2014) menunjukkan penghambatan pertumbuhan
melaporkan ekstrak metanol kulit batang Vibrio sp. sangat dipengaruhi oleh konsentarasi
Sonneratia alba memiliki IC50 yaitu 38 µg/mL zat aktif yang terlarut dalam ekstrak daun dan
ppm. buah nipah. Zona hambat semakin tinggi
sejalan dengan meningkatnya kosentrasi
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar ekstrak. Ajizat (2004) menyatakan bahwa
Hasil pengujian aktivitas antibakteri aktivitas antibakteri dari suatu ekstrak sangat
dengan metode difusi agar menunjukkan tergantung pada kosentrasi dan komponen
bahwa ekstrak kasar daun nipah menghasilkan yang terkandung dalam ekstrak. Ekstrak daun
penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri mempunyai daya hambat terhadap bakteri
Vibrio sp. yang diisolasi dari kepiting bakau Vibrio sp., sehingga dapat dikembangkan
(Scylla sp.) pada Gambar 2 dan Tabel 2. untuk fungsi aktivitas yang lainnya.
Tabel 2 menunjukkan bahwa aktivitas Vibrio sp. digunakan untuk uji potensi
ekstrak kasar daun dan buah menggunakan antibakteri ekstrak daun dan buah nipah,
pelarut metanol terjadi penghambatan karena bakteri ini yang paling sering
pertumbuhan bakteri Vibrio sp. Aktivitas menimbulkan penyakit pada budidaya di
antibakteri dari ekstrak daun dan buah tambak. Menurut Saptiani et al. (2012), Vibrio
tergolong sedang pada konsentrasi ekstrak adalah golongan bakteri gram negatif yang ada
2 mg yakni 8,75 mm pada ekstrak daun dan di perairan laut yang menyebabkan penyakit
5,5 pada ekstrak buah nipah. Davis dan Stout serius pada budidaya.
(1971) menyatakan bahwa diameter zona
hambat >10 mm termasuk kuat, 5-10 mm Komponen Aktif Ekstrak Terpilih
termasuk kategori sedang dan lemah jika <5 Uji fitokimia dilakukan terhadap sampel
mm. Hasil penelitian lain dimana Danata yang menunjukkan hasil terbaik pada uji
dan Yamindago (2014) melaporkan ekstrak antioksidan dan antibakteri. Berdasarkan
metanol daun Avicennia marina memiliki zona kedua pengujian tersebut, ekstrak daun

Gambar 2 Uji antibakteri ekstrak daun (a) dan buah (b) nipah terhadap bakteri Vibrio sp.

246 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Nipah, Imra et al. JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3

Tabel 3 Komponen bioaktif daun nipah


Ekstrak Parameter Senyawa Hasil Antioksidan
Fitokimia Alkaloid Negatif
Fenol hidroquinon Positif
Tanin Positif
Daun nipah Flavonoid Positif
Saponin Positif
Diterpen Positif
Steroid Positif

nipah merupakan ekstrak terbaik yang membutuhkan ekstrak dalam jumlah sedikit
memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri (Pisutthanan et al. 2004). Uji toksisitas ekstrak
dibandingkan dengan ekstrak buah nipah. kasar terpilih daun nipah dengan metode
Penentuan komponen aktif pada ekstrak daun BSLT termasuk dalam kategori toksik dengan
nipah dilakukan melalui uji fitokimia. Uji nilai LC50 663,60 µg/mL. Suatu zat dikatakan
fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, aktif atau toksik bila nilai LC50 30-1000 µg/mL
steroid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, untuk ekstrak (Carballo et al. 2002). Toksisitas
dan tanin. Hasil skrining fitokimia ekstrak tanaman berkaitan erat dengan senyawa-
daun nipah dapat dilihat pada Tabel 3. senyawa metabolit sekunder yang ada
Berdasarkan uji fitokimia (Tabel 3) didalamnya. Hasil uji fitokimia sebelumnya
menunjukkan bahwa ekstrak daun nipah menunjukkan bahwa pada ekstrak daun
mengandung senyawa kimia aktif antara lain; nipah positif mengandung senyawa aktif
flavonoid, tanin, fenol hidrokuinon, diterpen, flavonoid, steroid, tanin, saponin dan
steroid dan saponin. Senyawa-senyawa aktif terpenoid. Senyawa-senyawa aktif tersebut
yang umumnya berperan dalam antioksidan diduga toksik pada kadar-kadar tertentu.
dan antibakteri yakni tanin, flavonoid, Harbone (1987) menyatakan senyawa saponin
saponin dan steroid. Ajizat (2004) menyatakan merupakan salah satu senyawa yang bersifat
bahwa senyawa flavonoid, saponin, toksik dapat menyebabkan iritasi pada selaput
terpenoid, fenolik dan tanin juga merupakan lendir, bersifat toksis pada binatang berdarah
senyawa aktif yang berfungsi sebagai bahan dingin termasuk A. salina yang digunakan
antimikroba. Mekanisme kerja bahan aktif sebagai hewan percobaan pada uji toksisitas.
dalam mematikan bakteri dilakukan dengan Tomayahu et al. (2013) menyatakan bahwa
cara mendenaturasi protein dan merusak metabolit sekunder dari tumbuhan dapat
membran sel bakteri dengan cara melarutkan digunakan untuk mengobati berbagai macam
lemak yang terdapat pada dinding sel. penyakit pada manusia dan senyawa aktif
umumnya bersifat toksik pada dosis tinggi.
Toksisitas Ekstrak Terpilih
BSLT adalah suatu metode yang Senyawa Aktif Fraksi
digunakan untuk menentukan toksisitas Pemisahan senyawa ekstrak kasar
suatu senyawa. Metode ini bersifat sederhana, terpilih daun nipah meliputi fraksinasi
mudah dilakukan, murah, cepat, dan ekstrak kasar dengan pelarut metanol

Tabel 4 Nilai Rf KLT dengan eluen heksana : diklorometana : etil asetat (3:1:3)
Bercak pada Jarak tempuh Jarak tempuh
Nilai Rf
KLT pelarut (cm) komponen (cm)
I 8 3,8 0,475
II 8 7,5 0,938
III 8 7,8 0,975

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 247


JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Nipah, Imra et al.

Gambar 3 Kromatogram KLT ekstrak kasar daun nipah

menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) kromatografi kemudian diuji aktivitas


dan kromatografi kolom. Pemisahan senyawa antioksidannya untuk menentukan fraksi
dilakukan dengan beberapa perbandingan terbaik yang memiliki aktivitas antioksidan
pelarut. Fraksinasi senyawa menggunakan paling efektif. Metode pengujian sama dengan
teknik kromatografi lapis tipis dilakukan untuk pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak
memisahkan senyawa yang ada pada ekstrak kasar. Hasil pengujian aktivitas antioksidan
kasar terpilih daun nipah. Kromatografi ini fraksi dapat dilihat pada Tabel 5.
digunakan untuk mencari eluen yang sesuai Hasil pengujian memperlihatkan fraksi
untuk memisahkan komponen yang terdapat II sebagai fraksi yang aktivitas antioksidan
dalam ekstrak. Ekstrak kasar yang digunakan terbaik yaitu 8,42 µg/mL (Tabel 5). Pengujian
yaitu ekstrak daun nipah yang memiliki antioksidan fraksi - fraksi dilakukan dengan
aktivitas antioksidan terbaik dengan nilai metode penangkap radikal DPPH. DPPH
IC50 22,5 µg/mL. Eluen yang diperoleh, yaitu merupakan radikal sintetik yang stabil.
n-heksana : diklorometana : etil asetat (3:1:3). Senyawa ini mudah larut dalam pelarut polar
Eluen terbaik pada pemisahan KLT kemudian seperti metanol dan mempunyai intensitas
digunakan sebagai pelarut dalam kromatografi warna ungu yang dapat diukur pada
kolom. Pemisahan dengan kombinasi eluen panjang gelombang 517 nm (Pokorny et al.
terbaik tersebut pada plat KLT menghasilkan 2001). Interaksi antara antioksidan dengan
3 spot fraksi dengan nilai Rf yang berbeda DPPH dapat berupa transfer elektron atau
Tabel 4 dan Gambar 3. donor hidrogen, kedua interaksi tersebut
Hasil fraksinasi tersebut menggambarkan akan menetralkan karakter radikal bebas dari
bahwa ekstrak kasar daun nipah dengan DPPH. Pengujian antioksidan fraksi-fraksi
pelarut metanol diduga memiliki 3 fraksi yang dari hasil pemisahan degan kroamtografi
terdeteksi. Pengukuran nilai Rf berdasarkan kolom ditandai dengan perubahan warna
pada jarak tempuh larutan pengembang pada larutan DPPH yang semula berwarna
(pelarut) dan jarak tempuh bercak masing- ungu menjadi kuning (Gambar 4). Perubahan
masing komponen. warna ini terjadi akibat DPPH tereduksi
menjadi DPPH-H karena adanya donor atom
Aktivitas Antioksidan Fraksi hidrogen dari senyawa hidroksil yang diduga
Fraksi yang terbentuk selama proses terdapat dalam masing-masing fraksi.

Tabel 5 Aktivitas antioksidan fraksi


Sampel Persamaan linear IC50 ( µg/mL) Antioksidan
Fraksi I y=0,032x + 49,24 23,75 Sangat kuat
Fraksi II y=0,038x + 49,68 8,42 Sangat kuat
Fraksi III y=0,038x + 49,31 18,18 Sangat kuat

248 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Nipah, Imra et al. JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3

KESIMPULAN 1907-9931.
Ekstrak kasar daun nipah memiliki Darsana IGO, Besung INK, Mahatmi H.
aktivitas antioksidan dan antibakteri terhadap 2012. Potensi daun binahong (Anredera
Vibrio sp. isolat kepiting bakau (Scylla sp.) cordifolia) dalam menghambat
lebih tinggi dibandingkan ekstrak kasar buah, pertumbuhan bakteri Escherichia coli
tetapi aktivitas antibakteri keduanya termasuk secara In Vitro. Indonesia Medicus
dalam aktivitas sedang. Ekstrak terpilih Veterinus 1(3): 337-351.
daun nipah mengandung senyawa flavonoid, Davis WW, Stout TR. 1971. Disc plate method
steroid, tanin, saponin, fenol hidroquinon of microbiologial antibiotic assay. Journal
dan diterpen serta memiliki toksisitas kuat. Applied Microbiology 18(3): 403-414.
Fraksi hasil pemisahan memiliki aktivitas Dinas Kehutanan [Dishut]. Potensi hutan
antioksidan yang sangat kuat dimana fraksi nipah Indonesia. Jakarta: Dinas
II memiliki aktivitas antioksidan paling kuat Kehutanan.
(IC50 8,42 µg/mL) dibandingkan fraksi I (IC50 Effendi I, Suhardi. 1998. Studi pendahuluan
23,75 8,42 µg/mL) dan III (IC50 18,18 µg/mL). tumbuhan mangrove sebagai antibakteri
terhadap bakteri penyakit udang V.
DAFTAR PUSTAKA parahaemolyticus dan V. harveyi.
Aftabuddin S, Sikder MNA, Rahman MA, Prosiding, Seminar VI Ekosistem
Zafar M. 2014. Antibiotic resistance Mangrove, Pekanbaru 15-18 September
of Vibrio bacteria isolated from mud 1998.
crab Scylla serrata of Chakoria Coast, Haq I, Hosain ABMS, Khandaker MM,
Bangladesh. Journal Pharmaceutical, Merican AF, Faruq G, Boyce N, Azirun
Biological and Chemical Scineces 4(3): MS. 2014. Antioxidant and antibacterial
325. activities of different extracts and
Ajizat A. 2004. Sensitivitas Salmonella fractions of mangrove plant Sonneratia
typhirium terhadap ekstrak daun Psidium alba. Journal International of Agriculture
Guajava. Journal Bioscientive 1: 31-38. and Biology 16(4): 707-714.
Association of Official Analytical chemist Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Edisi
[AOAC]. 2005. Official Method of The kedua. Padmawinata K, Soediro I,
Association Official Agriculture Chemist. penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan
Washington DC: AOAC. dari : Phytochemical Methods.
Ashofa EA, Sarjito, Prayitno SB. 2014. Heriyanto NM, Subiandono E, Karlina E.
Identifikasi bakteri Vibrio yang 2011. Potensi dan sebaran Nipah (Nypa
berasosiasi dengan penyakit bakterial fructicans (Thunb.) Wurmb) sebagai
pada kepiting bakau (Scylla serrata) sumberdaya pangan. Jurnal Penelitian
yang berasal dari Rembang. Journal of dan Konservasi Alam 8 (4): 327-337.
Aquaculture Management and Technology Herman, Rusli R, Ilimu E, Hamid R,
3(2): 118-125. Haeruddin. 2011. Analisis kadar mineral
Carballo JL. Hernandez-Inda ZL, Perez P, dalam abu buah nipa (Nypa fruticans)
Garcia Gravalos MD. 2002. A comparison Kaliwanggu Teluk Kendari Sulawesi
between two brine shrimp assay to detect Tenggara. Jurnal Tropical Pharmacy
in vitro cytotoxicity in marine natural Chem 1(2) : 107-113.
product. Journal Bioorganic and Medicinal Lapornik B, Prosek, Wondra AG. 2005.
Chemistry Biotechnology 2: 17. Comparison of extract prepared from
Danata RH, YAmindago A. 2014. Analisis plant by – product using different solvents
aktivitas antibakteri ekstrak daun and extraction time. Journal of Food
mangrove Avicennia marina dari Engineering 71(2): 214-222.
Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Mangrove Information Center [MIC]. 2009.
Pasuruan terhadap pertumbuhan Nypa fruticans. Bali. Denpasar. www.
Staphylococcus aureus dan Vibrio mangrovecenter.or.id
alginolyticus. Jurnal Kelautan 7(1). ISSN: Margaretta S dan Handayani SD. 2011.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 249


JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Nipah, Imra et al.

Ekstraksi senyawa phenolik Pandanus Putri IJ, Fauziyah, Elfita. 2013. Aktivitas
amaryllifolius ROXB sebagai antioksidan antioksidan daun dan biji buah nipah
alami. Jurnal Widya Teknik 10: 21-30. (Nypa fruticans) asal pesisir Banyuasin
Mayer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen Sumatera Selatan dengan metode DPPH.
LB, Nichols DE, Mclauchlin JL. 1982. Maspari Journal 5(1): 16-21.
Brine Shrimp: a convenient general Rahman AK, Sudarto Y. 1991. Nipah Sumber
bioassay for active plant constituets. Pemanis Baru. Yogyakarta: Kanisius.
Journal of Medical Plants Research 45:31 Ristiana L, Wijana S, Putri WI. 2012.
– 34. Studi proses pengolahan koktail dari
Molyneux P. 2004. The use of stable free tanaman nipah (Nypa fruticans). Jurnal
radical diphenylpicrylhydrazil (DPPH) Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
for estimating antioksidan activity. Brawijaya.
Songklanakarin Journal Science Saptiani G, Prayitno SB. Anggoro S.
Technology 26(2): 211-219. 2012. Aktivitas antibakteri ekstrak
Moorthy K, Srinivasan K, Subramanian C, Jeruju (Acanthus ilicifolius) terhadap
Palaniswamy M. 2007. Phytochemical pertumbuhan Vibrio harveyi secara in
screening and antibacterial evaluation vitro. Journal Vetriner 13(3): 257-262.
of stem bark of Mallotus philippinensis Sudirman S, Nurjanah, Jacoeb. AM. 2014.
var. Tomentosus. African Journal of Proximate compositions, bioactive
Biotechnology 6(3): 1521-1523. compounds and antioxidant activity
Nurjanah N, Jacoeb AM, Hidayat T, Shylina from large-leafed mangrove (Bruguiera
A. 2015. Bioactive compuonds and gymnorrhiza) fruit. Journal International
antioxidant activities of Lindur Stem Food Research 21(6): 2387-2391.
Bark (Bruguiera gmnorrhiza). Journal Tomayahu R, Bialang N. Salimi YK. 2014.
International of Plant Science and Ecology Identifikasi senyawa aktif dan uji
1(5): 182-189. toksisitas ekstrak daun binahong
Pokorny, Jan, Yanishlieva, Nedyalka dan (Anredera cordifilia) dengan metode
Gordon, MIchael. 2001. Antioxidants in BSLT. Jurnal Fakultas MIPA. Universitas
Food Practical Applications. New York: Negeri Gorontalo.
CRC Press. Trianto A, Wibowo E, Suryono, Sapta RS.
Pisutthanan S, Plianbangchang, Ruanruay S, 2004. Ekstrak daun mangrove Aegiceras
Muanrit O. 2004. Brine shrimp lethality corniculatum sebagai antibakteri Vibrio
activity of Thai Medicinal plants in the harveyi dan Vibrio parahaemolyticus.
family Meliaceae. Naresuan University Jurnal Ilmu Kelautan 9(4): 186-189.
Journal 12(2): 13-8. .

250 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai