Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

UJI AKTIVITAS SENYAWA ANTIMIKROBA

Dosen Pembimbing :

Dr. Rudy Hidana, Drs., M.Pd.

Disusun oleh :
Amelia Laila Kusumawati

1804010025

FARMASI 2A

UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI FARMASI

2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat rahmat dan
kuasa-Nya kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan segala keterbatasan yang kami
punya. Tak lupa kami ucapkan terimakasih banyak kepada dosen kami Bapak Dr. Rudy
Hidana, Drs., M.Pd. yang telah memberikan kami bantuan yang tidak terkira banyaknya
dalam penyelesaian makalah ini. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan pada kedua orang
tua dan keluarga kami yang telah memberi dukungan moral dan material pada kami beserta
pihak-pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu disini yang telah
memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada kami. Makalah laporan praktikum
mikrobiologi “Uji Aktivitas Senyawa Antimikroba” yang telah kami susun sedemikian
rupa ini untuk menjadi bentuk sumbangsih kami pada ilmu pengetahuan dan sekaligus untuk
menyelesaikan tugas kami. Kami berharap makalah ini tidak hanya menjadi salah satu tugas
yang kami selesaikan, tetapi juga bermakna bagi banyak orang. Kami percaya bahwa masih
banyak kekurangan dalam makalah ini baik dari sistematika maupun kontennya. Untuk itu
kami berharap masukan, saran dan kritik dari para pembaca sekalian terkait makalah ini agar
nantinya kami bisa memperbaiki diri pada makalah-makalah selanjutnya. Terimakasih
banyak dan semoga bermanfaat.

Tasikmalaya, Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................
BAB I Pendahuluan.......................................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Tujuan......................................................................................................
BAB II Tinjauan Pustaka..............................................................................................
2.1 Pengertian Anti Mikroba………………………………….......................
BAB III Metodologi……………………………………………………………………
3.1 Alat dan Bahan….……………………………………………………..
3.2 Prosedur..………………………………………………………………
BAB IV Hasil dan Pembahasan.....................................................................................
4.1 Hasil………...............................................................................................
4.2 Pembahasan………………………………………………………………
BAB V Kesimpulan……………………………………………………………………
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………
Daftar Pustaka................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau
menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa
antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya
atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan
berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer
dan sebagainya.
Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun
1929, yang secara kebetulan menemukan suatu zat antibakteri yang sangat efektif
yaitu penisilin. Penisilin ini pertama kali dipakai dalam ilmu kedokteran tahun 1939
oleh Chain dan Florey. antbiotik ialah suatu bahan kimia yang dikeluarkan oleh jasad
renik/hasil sintetis semi-sintetis yang mempunyai struktur yang sama dan zat ini
dapatmerintangi/memusnahkan jasad renik lainnya.
Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil maupun
spiril,dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibotik yang hanya
efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang spektrumnya sempit. Penisilin
hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin
dikatakan mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiclin efektif bagi kokus, basil dan
jenis spiril tertentu. Oleh karena itu tetrasiclin dikatakan mempunyai spectrum.
Oleh karena itu percobaan ini perlu dilakukan agar lebih memahami senyawa
yang bagaimana yang bisa dijadikan agen anti mikroba.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan anti mikroba.
2. Mengetahui senyawa apa yang dapat dijadikan agen anti mikroba serta
kandungannya
3. Menentukan sensitivitas beberapa contoh antibiotik pada suatu mikroba
penyebab infeksi dengan melihat zona hambatnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang
rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari
prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari
metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona
hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat
antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri
terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan
yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitive (Djide, 2008).

Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik
atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik untuk memberikan daya
hambat terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu antimikroba untuk dapat
menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba. Suatu
penurunan aktivitas antimikroba akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat
ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi
dilakukan. Biasanya metode merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang
kemungkinan hilangnya aktivitas antimikroba (Djide, 2008).

Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan sensitif ke
keadaan yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya. Sedangkan resisten adalah suatu
keadaan dimana mikroba sudah peka atau sudah kebal terhadap antibiotic (Suwandi, 2003).

Resisten adalah ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti mikroba atau
antibiotik tertentu. Resisten dapat berupa resisten alamiah, resisten karena adaya mutasi
spontan (resisten kromonal) dan resisten karena terjadinya pemindahan gen yang resisten
(resistensi ekstrakrosomal) atau dapat dikatakan bahwa suatu mikroorganisme dapat resisten
terhadap obat-obat antimikroba, karena mekanisme genetik atau non-genetik (Suwandi,
2003).

Penyebab terjadiya resisten terhadap mikroorganisme adalah penggunaan antibiotik


yang tidak tepat, misalnya penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang
tidak teratur, demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama, sehingga untuk
mencegah atau memperlambat terjadinya resisten tersebut, maka cara pemakaian antibiotik
perlu diperhatikan (Suwandi, 2003).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat
antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan
mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya: Tetracycline, Erytromycin,
dan Streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Waluyo, 2008).

Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme yang dalam jumlah
amat kecil atau rendah bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain. Antibiotik
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi terutama di bidang kesehatan, karena kegunaanya
dalam mengobati berbagai penyakit infeksi. Adanya penemuan antibiotik-antibiotik baru
sangat dibutuhkan dalam bidang kedokteran karena banyak kuman yang telah resisten
terhadap antibiotik-antibiotik yang sudah ada. Untuk itu perlu dilakukan penelitian eksplorasi
untuk mendapatkan isolasi bakteri yang dapat menghasilkan antibiotik. Antibiotik banyak
dihasilkan oleh alga, lichen, tumbuhan tingkat tinggi, hewan tingkat rendah, vertebrata dan
mikroorganisme (Waluyo, 2008)

Antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat mengganggu


pertumbuhan dan aktivitas mikroba, khususnya mikroba perusak dan pembusuk makanan. Zat
antimikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat
pertumbuhan bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat
pertumbuhan kapang), ataupun germisidal (menghambat germinasi spora bakteri).
Keefektifan penghambatan merupakan salah satu kriteria pemilihan suatu senyawa
antimikroba untuk diaplikasikan sebagai bahan pengawet bahan pangan. Semakin kuat
penghambatannya semakin efektif digunakan. Kerusakan yang ditimbulkan komponen
antimikroba dapat bersifat mikrosidal (kerusakan tetap) atau mikrostatik (kerusakan
sementara yang dapat kembali). Suatu komponen akan bersifat mikrosidal atau mikrostatik
tergantung pada konsentrasi dan kultur yang digunakan. Mekanisme penghambatan
mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat disebabkan oleh beberapa factor
diantaranya gangguan pada senyawa penyusun dinding sel, peningkatan permeabilitas
membran sel yang dapat menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel, menginaktivasi
enzim, dan destruksi atau kerusakan fungsi material genetic (Akhanggit, 2010).

Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk menguji
aktivitas antimikroba, metode difusi dapat dilakukan 3 cara yaitu metode silinder, lubang dan
cakram kertas. Metode silinder yaitu meletakkan beberapa silinder yang terbuat dari gelas
atau besi tahan karat di atas media agar yang telah diinokulasi dengan bakteri. Tiap silinder
ditempatkan sedemikian rupa hingga berdiri di atas media agar, diisi dengan larutan yang
akan diuji dan diinkubasi. Setelah diinkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada
tidaknya daerah hambatan di sekeliling silinder (Dwidjoseputro, 2003).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat :
 Pembakar spiritus
 Ose ujung bulat
 Pinset
 Spidol marker
 Penggaris
 Lidi kapas steril
 Tempat sampah infeksius
 Incubator
Bahan :
 Larutan standar McFarland 0,5
 Isolate murni S. aureus dalam agar darah
 Muller Hinton Agar
 Disk antibiotik yang diujikan :
- Penicillin
- Gentamicyn
- Erytromicyn
- Tetracyclin
- Cefoxitin
 Larutan NaCl 0,85% steril 2 ml
 Alcohol 70%

3.2 Prosedur Kerja

Memakai Alat Pelindung Diri

Dekontaminasi area kerja dengan menggunakan alcohol 70%

Posisikan alat dan bahan dalam radiasi panas lampu spiritus

Beri label (inisial nama, nomer lab, tanggal) pada plate agar Muller Hinton
 Membuat larutan 0,5 Mc Farland dari koloni bakteri murni

Gunakan ose steril panaskan sampai membara, tunggu agak dingin

Ambil 2-3 koloni bakteri, larutkan dalam 2 mL larutan NaCl


0,85% steril. Campurkan hingga koloni dari ose larut. Sterilkan
ose hingga membara. Larutkan hingga homogen.

Cek kekeruhan secara visual dengan membandingkan


dengan larutan standar 0,5 Mc. Farland di depan lampu atau
sinar. Jika suspense lebih keruh dari standar, tambahkan
larutan NaCl 0,85% steril sampai kekeruhan sama.

 Inokulasi pada agar Muller Hinton

Masukkan soft kapas steril ke dalam larutan


suspense bakteri, hilangkan cairan yang berlebihan
dengan cara menekan-nekan pada dinding tabung

Inokulasikan pada muller hinton agar dengan cara melakukan


menggoreskan dari sweb kapas sebanyak 3 kali ke seluruh
permukaan agar, rotasikan sekitar 60 derajat setiap kali untuk
memastikan bahwa inoculum terdistribusi dengan merata.
Buang lidi kapas ke tempat sampah infeksius.
 Aplikasi disk antibiotik ke agar muller hinton

Setelah inokulasi biarkan 3-5 menit dan tidak boleh lebih


dari 15 menit, Letakkan disk antibiotik pada muller
hinton yang sudah diinokualsi bakteri dengan
menggunakan pinset yang telah dipanaskan terlebih
dahulu.

Posisikan disk antibiotik dengan jarak yang sesuai tidak boleh kurang
dari 24 mm dari pusat disk antibiotik 1 dengan disk yang lainnya

Inkubasi agar muller hinton kedalam incubator 35


+- 2 derajat celcius selama 16-18 jam pada bakteri
non fastidious.

Pada s. aureus perlu diinkubasikan selama 24 jam

Setelah 24 jam inkubasi ambil mh agar dari incubator,


pastikan hasilnya berkualitas bagus dan tidak kontaminasi

 Pembacaan hasil uji kepekaan antibiotik

Letakkan plate di atas permukaan yang gelap dan tidak


memantulkan cahaya

Ambil penggaris ukur diameter zona hambat bakteri dari


belakang petri disk. Lakukan pengkuruan zona hambat
 Pencatatan hasil pengkuran di lembar kerja

Catat diameter zona hambat tiap antibiotik dalam


satuan mm pada kertas kerja

Jika penempatan antibiotik tidak memungkinkan


untuk mengukur diameter maka ukurlah jari-jarinya
dari senter disk ke ujung luar zona jernih yang tidak
ditumbuhi bakteri kemudian dikalikan 2 menjadi
ukuran diameter.

Jika pertumbuhan bakteri ditemukan sampai disk


antibiotik maka zona hambat dilaporkan 0
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat

Pengukuran zona hambat dengan


menggunakan penggaris, dengan cara
diukur diameter zona hambat bakteri dari
belakang petri disk.

Tabel Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat

Diameter of
No. Antibiotik inhibition zona S/I/R
(mm)
1. Penicillin 17 mm R
2. Gentamycin 0 mm R
3. Erytromicin 11 mm R
4. Tetracyclin 30 mm S
5. Cefoxitine 15 mm MRSA
Keterangan : S (Sensitif)

I (Intermediate)

R (Resisten)

MRSA (Meticillin Resisten Stapilococus Aureus)

4.2 Pembahasan
Uji sensitivitas bakteri merupakan cara untuk mengetahui dan mendapatkan produk
alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah.

Pada pengamatan yang dilakukan, terlebih dahulu melakukan inokulasi pada Agar
Muller Hinton dengan cara menggoreskan dari sweb kapas sebanyak 3 kali ke seluruh
permukaan agar, rotasikan sekitar 60 derajat setiap kali untuk memastikan bahwa inoculum
terdistribusi dengan merata. Langkah selanjutnya, memasukkan antibiotik pada masing-
masing cawan petri yang telah dipatron agar nantinya dapat diketahui mana antibiotik yang
intermediet, resisten dan sensitif terhadap bakteri.
Resisten adalah suatu keadaan dimana bakteri kurang atau tidak peka terhadap
antibiotic. Sensitive adalah suatu keadaan dimana bakteri sangat peka terhadap antibiotic.
Sedangkan intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan sensitive
ke keadaan resisten.

Dalam uji sensitifitas dengan menggunakan metode difusi, dapat mengetahui beberapa
jenis bakteri yang sensitif terhadap antibiotika yang diujikan. Discus antibiotika yang
mengandung antibiotika ditempatkan pada media agar MHA yang telah membeku dan telah
diolesi bakteri. Bakteri yang sensitif terhadap antibiotika akan menunjukkan lingkaran seperti
cincin yang disekitar discus antibiotika yang diletakkan diatas media agar, dimana lingkaran
disekitar discus antibiotika ini disebut zona hambatan atau zona inhibisi. Dengan menguji
sensitifitas antibiotika pada bakteri yang sama akan diperoleh diameter zona hambatan yang
berbeda-beda, hal ini disebabkan karena sensitifitas bakteri terhadap setiap antibiotika
berbeda. Selain itu juga dipengaruhi oleh kerentanan dari bakteri yang diuji terhadap masing-
masing antibiotika.

Berdasarkan hasil pengamatan dan buku standar CLSI guideline, pengujian terhadap
antibiotik Penicillin dengan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus, diameter sensitive
Penicillin jika ≥ 29 mm, dan diperoleh zona hambat 17 mm dengan keterangan resistensi.
Pada pengujian antibiotik Gentamycin dengan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus,
diameter sensitive Gentamycin jika ≥ 15 mm, dan diperoleh zona hambat 0 mm dengan
keterangan resistensi. Pada pengujian antibiotic Erytromicin dengan menggunakan bakteri
Staphylococcus aureus, diameter sensitive Erytromicin jika ≥ 23 mm, dan diperoleh zona
hambat 11 mm dengan keterangan resistensi. Pada pengujian antibiotik Tetracyclin dengan
menggunakan bakteri Staphylococcus aureus, diameter sensitive Tetracyclin jika ≥ 19 mm,
dan diperoleh zona hambat 30 mm dengan keterangan sensitive. Pada Pengujian terakhir
yaitu antibiotik cefotaxime. Cefotaxime tidak dilaporkan resisten atau sensitive tetapi sebagai
penapisan MRSA (Meticillin Resisten Staphylococcus Aureus). Dengan menggunakan
bakteri Staphylococcus aureus, diameter sensitive jika ≥ 22 mm, dan diperoleh zona hambat
15 mm dengan keterangan MRSA.
BAB V

KESIMPULAN
Berdasarkan uji sensitivitas antibiotic dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Bakteri Staphylococcus aureus resisten terhadap Penicillin, Gentamycin, dan
Eritromycin.
2. Bakteri Staphylococcus aureus sensitive terhadap Tetracyclin.
3. Bakteri Staphylococcus aureus MRSA (Meticillin Resisten Stapylcoccus Aureus)
terhadap Cefotaxime.
DAFTAR PUSTAKA
Akhanggit, 2010, Pengujian Aktivitas Antibakteri (http://akhanggit.wordpress.
com/2010/07/05/pengujian-aktivitas-antibakteri/), Diakses pada tanggal 26
Desember 2013, Palu.

Djide M, Natsir. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Dwidjoseputro, 2003, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.

Suwandi, U. 2003. Perkembangan Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran No. 83. Pusat
Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma, Jakarta.

Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang. UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai