Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA ASUH DENGAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP KESEHATAN REPRODUKSI


REMAJA PANTI ASUHAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2020

Relationship of Parents’ Communication and Reproductive Health Knowledge and Attitude Among
Orphan Adolescents in Klaten District 2020

intan lestari1

mail: intan.l@gmail.com

Abstrak
Latar belakang: Permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Remaja yang tinggal di panti asuhan merupakan remaja yang rawan mengalami gangguan dan masalah
kesehatan reproduksi karena mereka tidak tinggal dengan orang tuanya.
Tujuan: Menganalisis hubungan pola komunikasi orang tua dengan perilaku seksual berisiko (pengetahuan dan
sikap) pada remaja.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research dengan pendekatan survei. Adapun
penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study dengan hipotesis adanya hubungan pola
komunikasi orang tua dengan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Responden
berjumlah sebanyak 40 orang remaja panti asuhan berusia 12–16 tahun. Variabel yang diuji adalah pola
komunikasi, media informasi, kebiasaan bersosialisasi, dukungan orang terdekat, pengetahuan, dan sikap.
Instrumen penelitian menggunakan angket dengan jenis uji univariat dan bivariat.
Hasil: Analisis statistik menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan dukungan orang terdekat (p=0,859)
dan pola komunikasi (p=0,140) dengan perilaku seksual berisiko (pengetahuan dan sikap) responden. Terdapat
hubungan media informasi (p=0,007) dan kebiasaan bersosialisasi (p=0,032) dengan perilaku seksual berisiko
(pengetahuan dan sikap) responden.
Kesimpulan: Faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap responden remaja mengenai kesehatan
reproduksi adalah media untuk mendapatkan informasi dan kebiasaan bersosialisasi.

Kata kunci: komunikasi orangtua, remaja, panti asuhan, kesehatan reproduksi, Klaten
Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Asuh… (Kharisma Olivia Anugrah Cahyani, dkk)

PENDAHULUAN Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV/AIDS,


kehamilan yang tidak diinginkan (KTD),
Masa remaja ialah masa yang dimulai ketika aborsi, dan sebagainya.2,9 Pendidikan,
individu ada dalam masa tumbuh kembang.1 lingkungan tempat tinggal dan pola bermain
Remaja juga melakukan eksplorasi psikologis serta bersosialisasi juga dapat memengaruhi
yang bertujuan sebagai proses penentuan jati kebiasaan dan perilaku remaja. Langkah-
dirinya.2 Individu mulai mengembangkan cara langkah pencegahan dapat dilakukan untuk
pandang diri dan ciri-ciri abstrak yang meminimalisasi bahkan mencegah terjadinya
bervariasi. Dalam masa remaja ini pula kenakalan remaja tersebut. Pengetahuan dan
individu mulai memiliki standar penilaian kemampuan remaja dalam bertindak serta
pribadi terhadap diri dan lingkungan. Para mengambil keputusan mengenai reproduksi
remaja memiliki sifat yang unik, salah satunya merupakan hal yang penting dalam usaha
yakni remaja bisa meniru hal baru dan apapun untuk pencegahan PMS.11 Oleh karena itu,
yang dilihatnya. Remaja juga harus memiliki diperlukan peranan orang dewasa yang dapat
pengetahuan yang baik tentang kesehatan membimbing.10
reproduksi.3 Masa remaja adalah masa
kehidupan yang berisiko untuk memiliki Studi yang dilakukan di India pada tahun 2017
masalah kesehatan reproduksi yang berubah memberikan hasil bahwa pola
sesuai dengan perjalanan kehidupan.4 komunikasi yang terjalin antara orang tua dan
anaknya memiliki korelasi yang positif dengan
Masalah kesehatan reproduksi dan perilaku penentuan karir serta masa depan sang anak. 12
berisiko masih sering terjadi di Indonesia. Hal Baik bagi anak remaja maupun orang tua, pola
ini sesuai dengan data yang diambil dari komunikasi yang diterapkan dengan
Global School Student Health Survey 2015 berkualitas adalah suatu hal vital yang harus
oleh WHO, bahwa 65 persen orang tua, 83,3 ada dan dilakukan.13 Komunikasi yang terjalin
persen guru, dan 77,3 persen remaja secara baik dalam suatu keluarga akan
mempunyai pengetahuan yang kurang dalam menghasilkan dukungan yang baik pula pada
hal perkembangan reproduksi, perubahan perkembangan sang anak.14,15
psikologis dan emosional, penyakit menular
seksual dan abortus, serta 4,5 persen remaja Dalam keadaan tertentu, remaja dapat hidup
laki-laki dan 0,7 persen remaja perempuan
dan bertempat tinggal di panti asuhan.16
melakukan hubungan seksual sebelum nikah.7 Banyak alasan yang mengharuskan remaja
hidup di panti asuhan, antara lain kemiskinan,
Beberapa perubahan yang dapat menimbulkan wabah penyakit, peperangan, masalah atau
berbagai macam perilaku menyimpang, 8 antara penolakan dalam keluarga, tidak memiliki
lain kenakalan di umur remaja, orang tua, ataupun masalah lain yang
penyalahgunaan zat terlarang seperti narkoba, melatarbelakangi.15,16,17 Remaja yang
dan seks bebas yang dapat menimbulkan bertempat tinggal di panti asuhan mengaku
bahwa mereka merasakan beberapa masalah
psikis, seperti tidak adanya keluarga untuk
tempat berkeluh kesah, kesulitan untuk
mengekspresikan emosi dan perasaan, dan rasa
takut. Selain itu, mereka juga mengaku bahwa
banyak hal yang tidak bisa diceritakan.20,21

*
Korespondensi:
(agushybana@gmail.com)

16 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 12(1), 2021


Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Asuh

Komunikasi yang dibangun efektif antara kesehatan reproduksi remaja tahun 2020 di
orang tua) dan remaja memiliki andil besar panti asuhan Kabupaten Klaten.
dalam penciptaan kesempatan bagi kedua
belah pihak, khususnya remaja untuk bercerita
dan mengungkapkan mengenai isi hatinya.22
Dalam perkembangan kehidupan masa remaja, METODE
orang tua memiliki andil secara fisik maupun Metode penelitian yang digunakan adalah
psikis sehingga anak dapat mencapai deskriptif kuantitatif dan analitik. Metode ini
kematangan mental yang baik.23 Remaja yang digunakan oleh peneliti untuk memaparkan
cukup mendapatkan kasih sayang dan secara dan menganalisis gambaran sistematis
konsisten dekat dengan pengasuh sebagai mengenai hubungan komunikasi orang tua
pengganti sosok orang tua kandung serta dengan pengetahuan dan sikap kesehatan
berkomunikasi secara intensif akan terhindar reproduksi remaja. Metode deskriptif analitik
dari perilaku seksual berisiko remaja karena yang digunakan adalah dengan pendekatan
mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang survei melalui instrumen berupa angket
baik dan mereka cenderung tidak mencari pertanyaan tertutup yang setiap pertanyaannya
kasih sayang dari pihak eksternal. Pengetahuan sudah disediakan pilihan jawaban untuk
dan sikap merupakan satu kesatuan yang menghindari fleksibilitas dari responden ketika
berhubungan dengan perilaku seksual berisiko, menjawab.
karena mereka yang memiliki tingkat
pengetahuan baik akan cenderung bersikap Penelitian explanatory research dipilih untuk
baik pula. menjelaskan hubungan antara variabel bebas
yaitu pola komunikasi orang tua dengan
Penelitian yang dilakukan oleh Australian variabel terikat yaitu perilaku seksual berisiko
Institute of Criminology menyebutkan bahwa yang dinilai dengan penjumlahan skor
anak yang tinggal di panti asuhan lebih pengetahuan dan sikap remaja mengenai
berisiko untuk mengalami kekerasan baik fisik kesehatan reproduksi. Tujuan penelitian ini
maupun seksual, keterlambatan perkembangan adalah untuk mencari hubungan dan menguji
mental dan kognitif, serta masalah-masalah hipotesis, sehingga dibutuhkan informasi yang
perilaku dan sosial yang lain yang akan akurat dan rinci untuk dapat menganalisis
berpotensi menimbulkan perilaku seksual gejala yang ada. Penelitian ini menggunakan
berisiko.17,19,25 Remaja yang tinggal di panti desain penelitian cross sectional (potong
asuhan dan harus hidup bersama orang tua lintang) untuk menganalisis hubungan
asuh dan berbagi kasih sayang berisiko kausalitas antara faktor risiko dengan keadaan
mengalami masalah psikologis remaja yang kesehatan tertentu pada waktu yang
selanjutnya akan berdampak pada bersamaan.
pembentukan karakter dan identitas diri.26
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa hidup Populasi yang termasuk dalam penelitian ini
di panti asuhan akan berisiko mengalami ialah keseluruhan anak yatim, piatu, dan yatim
SECTT (sexual exploitation on children in piatu, ataupun anak kurang mampu yang
travel and tourism).17,20,27 Sebesar 50 persen menghuni empat yayasan panti asuhan di
remaja yang bertempat tinggal di panti asuhan Kabupaten Klaten sebanyak 111 orang.
berisiko mengidap HIV/AIDS di Afrika Pengambilan sampel dilakukan menggunakan
Selatan.28 Sesuai dengan penelitian yang proses non-probability sampling dengan
sudah dilakukan, banyak sumber permasalahan metode purposive sampling. Kriteria inklusi
seksual yang lebih rentan terjadi pada remaja dalam pengambilan sampel penelitian ini yaitu
yang bertempat tinggal di panti asuhan karena anak yang sudah tinggal di panti asuhan
mereka tidak memiliki pengetahuan dan sikap minimal satu tahun dan berusia 12 – 16 tahun,
kesehatan reproduksi yang baik. 29 Berdasarkan sehingga didapatkan sampel sebanyak 40
uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan responden. Instrumen dalam proses
untuk melakukan analisis hubungan pola pengumpulan data menggunakan angket yang
komunikasi orang tua dengan perilaku seksual sudah tervalidasi terdiri dari enam bagian,
berisiko (pengetahuan dan sikap) mengenai yakni bagian penilaian demografi responden
(Cronbach’s Alpha = 0,838), penilaian

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 12(1), 2021 17


Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Asuh… (Kharisma Olivia Anugrah Cahyani, dkk)

variabel pola komunikasi (Cronbach’s Alpha = Proses pengumpulan data yang dilakukan oleh
0,667), penilaian variabel dukungan orang peneliti adalah dengan meminta responden
terdekat (Cronbach’s Alpha = 0,902), yang sudah terpilih untuk menjawab penyataan
penilaian variabel kebiasaan bersosialisasi dalam angket. Data tersebut diolah dan
(Cronbach’s Alpha = 0,727), penilaian dianalisis secara univariat dan bivariat dengan
variabel media informasi (Cronbach’s Alpha = uji kai kuadrat menggunakan interval
0,882), penilaian variabel pengetahuan kepercayaan 0,05 (95%) dengan kriteria hasil
(Cronbach’s Alpha = 0,667), dan penilaian jika nilai p-value<0,05 maka hasil disimpulkan
variabel sikap (Cronbach’s Alpha = 0,871). berhubungan. Penelitian sudah mendapatkan
persetujuan ethical clearance dari Komisi Etik
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan
perilaku seksual berisiko yang didapatkan dari Masyarakat Universitas Diponegoro dengan
penjumlahan skor pengetahuan dan sikap nomor 302/EA/KEP-K/FKM/2020.
remaja panti asuhan mengenai kesehatan
reproduksi dan selanjutnya diklasifikasikan
menjadi dua kategori sesuai dengan teori HASIL
perilaku berisiko dalam reproduksi menjadi
responden dengan risiko tinggi dan risiko
rendah. Variabel bebas dalam penelitian ini Tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi
adalah pola komunikasi, media informasi, responden berjenis kelamin laki-laki (7,5%)
dukungan orang terdekat, dan kebiasaan lebih kecil dibanding responden berjenis
bersosialisasi. Penilaian pola komunikasi kelamin perempuan (92,5%). Usia terbanyak
responden diukur pada remaja dan orang tua, responden dalam penelitian ini yaitu berusia
yakni pengasuh yang ada di panti asuhan. 15 dan 16 tahun masing-masing sebesar 30
Adapun penilaian variabel media informasi persen. Adapun untuk karakter demografi usia
mencakup jenis-jenis media yang digunakan responden memiliki nilai minimal 12 tahun
oleh responden remaja untuk mengakses dan maksimal 16 tahun dengan rerata 14,63
informasi dan berkomunikasi dengan dunia tahun dan standar deviasi 1,254. Pendidikan
luar, sedangkan variabel dukungan orang tertinggi responden adalah tingkat SMP/MTS
terdekat dan kebiasaan bersosialisasi (57,5%). Alasan terbesar responden untuk
mencakup mengenai hubungan horizontal tinggal di panti asuhan adalah karena kurang
dengan orang tua (pengasuh) dan sesama anak mampu (65%). Lama waktu tinggal responden
asuh yang menghuni panti asuhan. yang paling singkat di panti asuhan adalah 1
tahun dan yang terlama adalah 5 tahun. Rerata
lama waktu tinggal responden adalah 2,44
Variabel pola komunikasi tersusun dari tujuh tahun dengan standar deviasi 1,215 tahun, dan
pernyataan. Variabel pengetahuan terdiri dari sebagian besar responden sudah tinggal di
tujuh pernyataan dengan kode 1 jika jawaban panti asuhan selama 3 tahun yaitu sebanyak 40
“benar” dan 0 jika “salah”. Variabel sikap persen.
terdiri dari enam pernyataan dengan kode 0
jika menjawab “ya” dan 1 jika menjawab
“tidak”. Dukungan orang terdekat tersusun
dari tiga pernyataan. Variabel media informasi
terdiri dari lima jenis media yang digunakan
oleh responden untuk berkomunikasi
berdasarkan rentang waktu dari yang sangat
sering sampai sangat jarang. Variabel
kebiasaan bersosialisasi diukur dengan tiga
pernyataan yaitu kode 1 jika menjawab “tidak”
dan kode 0 jika menjawab “ya”. Semua
variabel dinilai menggunakan skala Likert 1
sampai 5.

18 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 12(1), 2021


Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Asuh… (Kharisma Olivia Anugrah Cahyani, dkk)

Tabel 1. Karakteristik Responden


Karakteristik Responden N %

Jenis Kelamin
Laki-laki 3 7,5
Perempuan 37 92,5

Usia
12 tahun 3 7,5
13 tahun 5 12,5
14 tahun 8 20
15 tahun 12 30
16 tahun 12 30

Pendidikan Terakhir
Tidak sekolah 1 2,5
SD 1 2,5
SMP/MTS 23 57,5
SMA/SMK/MA 15 37,5

Status Orang Tua


Yatim 6 15
Piatu 4 10
Yatim piatu 4 10
Anak kurang mampu 26 65

Lama Tinggal di Panti Asuhan


1 tahun 12 30
2 tahun 7 17,5
3 tahun 16 40
4 tahun 1 2,5
> 4 tahun 4 10

Tabel 2 menyajikan analisis statistik dengan dan mereka yang mendapat dukungan yang
uji bivariat chi-square. Hasil penelitian baik dari orang terdekat (47,37%). Responden
menunjukkan bahwa ada dua variabel bebas yang memiliki kebiasaan bersosialisasi baik
yang memiliki hubungan dengan pengetahuan justru merupakan kelompok responden yang
dan sikap responden (p<0,05), yakni variabel berisiko rendah melakukan perilaku seksual
media informasi dan kebiasaan bersosialisasi. berisiko (77,28%). Selain itu, variabel pola
Hasil uji cross tabulation variabel media komunikasi menunjukkan hasil bahwa
komunikasi menunjukkan bahwa proporsi responden dan pengasuh yang menerapkan
remaja yang memiliki risiko tinggi untuk pola komunikasi permissive memiliki proporsi
berperilaku seksual berisiko lebih besar pada paling besar untuk berperilaku seksual berisiko
mereka yang aktif berkomunikasi (67,75%) rendah (70%).

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 12(1), 2021 19


Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Asuh… (Kharisma Olivia Anugrah Cahyani, dkk)

Tabel 2. Uji Chi-square Variabel Bebas dengan Variabel Perilaku Seksual Berisiko
(Pengetahuan dan Sikap Responden)
Perilaku Seksual
Berisiko (Pengetahuan Total 95% Cl
dan Sikap)
Variabel p-value
Risiko Risiko
rendah tinggi N % Lower Upper
n (%) n (%)
Media Komunikasi
- Tidak aktif 19 (79,17) 5 (20,83) 24 100
berkomunikasi 0,007 0,028 0,507
- Aktif berkomunikasi 5 (31,25) 11 (67,75) 16 100
Dukungan Orang
Terdekat
- Baik 10 (55,63) 9 (47,37) 24 100
- Tidak baik 14 (66,67) 7 (33,33) 16 100 0,561 0,155 1,995
Kebiasaan Bersosialisasi
- Baik 17 (77,28) 5 (22,72) 22 100
- Tidak baik 7 (38,89) 11 (61,11) 18 100 0,032 1,350 21,144

Pola Komunikasi
- Permissive 14 (70,00) 6 (30,00) 20 100
- Authoritative 6 (54,55) 5 (45,45) 11 100 0,391 0,403 0,423
- Authoritarian 4 (44,44) 5 (55,56) 9 100

PEMBAHASAN kasih sayang yang harusnya mereka


dapatkan.32 Perhatian yang cenderung kurang
Mayoritas responden dalam penelitian ini menyebabkan remaja perlu mengatur
berjenis kelamin perempuan, dengan usia kehidupannya sendiri, khususnya dalam hal
responden terbanyak adalah 15 dan 16 tahun. reproduksi yang masih dianggap tabu untuk
Remaja di usia tersebut memiliki karakteristik dikomunikasikan dengan orang tua di panti
senang bercerita, dekat dengan teman sebaya, asuhan (pengasuh).33
serta memikirkan body image dalam dirinya,
sehingga menimbulkan keinginan untuk
Berdasarkan pendidikan terakhir responden
berkencan dan memiliki banyak keingintahuan
dalam penelitian ini, mayoritas responden
mengenai aktivitas seksual.30
memiliki pendidikan SMP/MTS. Pendidikan
berbanding lurus dengan pengetahuan, karena
Sesuai dengan karakteristik remaja yang dengan memiliki pengetahuan yang baik
tinggal di panti asuhan, sebagian besar remaja mengenai kesehatan reproduksi maka
berstatus tidak mampu. Hal ini menunjukkan seseorang akan dapat mewujudkan sikap dan
bahwa mereka masih memiliki orang tua pengambilan keputusan yang benar.35
kandung yang lengkap, namun faktor ekonomi Pendidikan juga akan menjadi dasar bagi
keluarga yang menyebabkan mereka harus manusia untuk mendapatkan pekerjaan.34
bertempat tinggal di panti asuhan. Pada Mengingat mayoritas responden dalam
dasarnya, tidak ada perbedaan kehidupan penelitian ini golongan kurang mampu,
antara remaja yang tinggal di panti asuhan responden justru akan cenderung
dibandingkan remaja yang tinggal dengan menggunakan peluang yang ada di yayasan
orang tua kandungnya.31 Namun, remaja yang panti asuhan untuk dapat mengenyam jenjang
tinggal di panti asuhan secara langsung akan pendidikan. Pendidikan termasuk ke dalam
hidup terpisah dengan orang tua kandungnya kebutuhan primer dan merupakan investasi
sebagai orang terdekatnya, sehingga remaja di masa depan manusia dalam menjalani
panti asuhan akan kekurangan perhatian dan hidupnya.
Sebagian besar responden sudah tinggal

20 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 12(1), 2021


Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Asuh… (Kharisma Olivia Anugrah Cahyani, dkk)

selama 3 tahun di panti asuhan. Lama waktu Penelitian yang dilakukan di yayasan panti
tinggal di panti asuhan berpengaruh pada asuhan Kabupaten Klaten ini memberikan
komunikasi antara anak asuh dengan orang tua hasil bahwa dari lima media yang digunakan
asuh. Hal ini disebabkan karena anak asuh dalam komunikasi, remaja cenderung
yang sudah lama tinggal di panti asuhan melakukan komunikasi dengan pengasuh di
cenderung akan lebih mudah terbuka dengan tempat mereka tinggal. Hasil dari penelitian ini
pengasuh dalam hal berkomunikasi.36 sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
Komunikasi yang tercipta antara orang tua di Tangerang pada tahun 2014, yang
asuh dan anak asuh di panti asuhan dapat menunjukkan bahwa anak asuh yang tinggal di
meningkatkan kepercayaan diri dan panti asuhan justru akan lebih banyak
memunculkan penerimaan diri yang baik, berkomunikasi dengan pengasuhnya.41
sehingga dapat mencegah terjadinya perilaku Pergaulan dan komunikasi dengan teman
seksual berisiko.13 sebaya juga berdampak pada perilaku seksual
berisiko.42 Remaja yang tidak aktif
berkomunikasi akan memiliki pengetahuan
Pada uji bivariat, ditemukan bahwa ada dua
yang rendah, sehingga mereka mencari tahu
variabel yang memiliki hubungan bermakna
sendiri mengenai hal terkait seksualitas yang
(p<0,05) dengan pengetahuan dan sikap
justru akan berpotensi menyebabkan mereka
kesehatan reproduksi yakni variabel media
melakukan perilaku seksual berisiko karena
informasi dan kebiasaan bersosialisasi
remaja seringkali bertukar informasi dengan
responden. Mengenai media informasi yang
diakses oleh responden untuk mendapatkan teman sebaya.43,44
informasi sekaligus yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan sesama, semua Pola komunikasi yang tepat untuk diterapkan
informasi tentang kesehatan reproduksi di antara pengasuh dengan anak asuh ialah
masa sekarang ini menjadi konten yang sangat dengan mendekatkan diri pada anak asuhnya.45
menarik untuk dibahas dan Hal ini terjadi karena seorang anak yang
diperbincangkan.37,38 cenderung masih dalam masa transisi dari
masa anak-anak menuju remaja sangat
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil membutuhkan perhatian dan bimbingan orang
penelitian yang dilakukan di pondok pesantren lain.46 Pada akhirnya, jika remaja dapat
di Semarang yang menyebutkan bahwa ada terbuka dan merasa dicintai, maka remaja akan
hubungan antara akses media informasi berani bersosialisasi dan membangun relasi
dengan sikap dan pengetahuan mengenai yang baik dengan teman sebaya yang berawal
kesehatan reproduksi.39 Hubungan antara dari kedekatan komunikasi dengan orang tua.47
media untuk akses informasi dan
berkomunikasi dengan pengetahuan dan Variabel kebiasaan bersosialisasi memiliki
kesehatan reproduksi disebabkan oleh banyak hubungan yang signifikan dengan perilaku
faktor. Salah satunya adalah keragaman seksual berisiko (pengetahuan dan sikap)
keterpaparan informasi yang akan mendukung responden tentang kesehatan reproduksi. Hasil
peningkatan pengetahuan seseorang karena dari penelitian lain juga menunjukkan bahwa
adanya ketersediaan informasi yang tinggi, kebiasaan dalam keluarga atau masyarakat
sehingga memengaruhi pengambilan sikap berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap
seseorang.40 Media yang digunakan oleh kesehatan reproduksi.48 Hasil penelitian ini
remaja untuk mendapatkan informasi menunjukkan bahwa ada hubungan antara
mengenai kesehatan reproduksi sekaligus kebiasaan bersosialisasi responden dengan
media untuk berkomunikasi dengan sesama pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi.
termasuk ke dalam tantangan pengembangan Hal ini disebabkan karena dalam proses
pengetahuan dan sikap remaja. Oleh karena sosialisasi responden dengan lingkungan,
itu, dibutuhkan adanya strategi dan inovasi, remaja mengaku aktif bersosialisasi dalam
sehingga remaja dapat dengan mudah suatu kelompok dan mereka juga memiliki
mengakses informasi mengenai kesehatan kedekatan dengan pengasuh. Hubungan
reproduksi melalui ponsel atau layanan sosialisasi yang baik dengan teman sebaya
kesehatan masyarakat lain.11 ataupun orang dewasa dapat memiliki dampak

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 12(1), 2021 21


Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Asuh… (Kharisma Olivia Anugrah Cahyani, dkk)

yang positif, yaitu remaja dapat mengetahui dukungan orang terdekat tidak memiliki
berbagai informasi dan pengajaran yang hubungan yang signifikan dengan pengetahuan
bersifat positif ataupun negatif.26,49 dan sikap responden, namun berpotensi untuk
memengaruhi perilaku seksual berisiko
Study tentang remaja memperlihatkan bahwa responden.
remaja yang mendapatkan kasih sayang dan
perhatian serta memiliki kebiasaan
bersosialisasi yang buruk berisiko untuk SARAN
mengalami gangguan emosional dan
berpotensi untuk mencari eksistensi mengenai Panti asuhan dapat menambahkan kegiatan
kasih sayang melalui perilaku seksual berisiko. untuk remaja berupa konseling teman sebaya
Hal ini disebabkan karena remaja cenderung dengan dibimbing oleh orang yang lebih
memiliki pengetahuan yang kurang baik dewasa (pengasuh) dan memiliki tingkat
mengenai kesehatan reproduksi. Kedekatan pendidikan yang lebih tinggi, sehingga
dan komunikasi baik yang terjadi antara pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi
pengasuh dengan remaja memiliki peranan juga lebih luas. Selain itu, kerjasama lintas
yang besar.50 Pengasuh akan memberikan sektoral diperlukan untuk dapat memberi
arahan dan bimbingan mengenai kehidupan pengarahan pada remaja yang berada di panti
seksual remaja yang memiliki posisi penting asuhan agar bijak dalam menggunakan media
dalam pengembangan kehidupan remaja, sosial sebagai media berkomunikasi dan
mencegah terjadinya kehamilan tidak bersosialisasi dengan tidak mengakses konten-
diinginkan, dan memiliki kehidupan seksual konten yang cenderung memicu perilaku
yang baik.51 berisiko. Peran teman sebaya diharapkan bisa
lebih maksimal bukan hanya sekedar sebagai
rekan belajar dan bercerita, namun juga
Pengawasan secara konsisten yang dilakukan diharapkan dapat menjadi teman yang baik
oleh orang tua memiliki hubungan dengan untuk saling mengingatkan agar tidak
penurunan kejadian perilaku seksual berisiko. terjerumus dalam perilaku seksual berisiko.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengawasan memiliki arti yang sangat penting
bagi remaja. Begitu juga dengan bentuk UCAPAN TERIMA KASIH
interaksi sosial yang dilakukan oleh orang
dewasa. Hal ini dapat menimbulkan
keterikatan dan ketertarikan antar keduanya Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
untuk saling bercerita, karena masing-masing seluruh anak asuh dari panti asuhan di
sudah mengetahui karakteristik lawan Kabupaten Klaten beserta dengan seluruh
bicaranya. 47
Jika responden hanya jajaran pengelola panti asuhan di Kabupaten
bersosialisasi dengan teman sebaya dan saling Klaten.
membagikan informasi yang bersifat negatif,
sedangkan responden tidak melakukan
DAFTAR PUSTAKA
komunikasi dengan orang dewasa, maka
dikhawatirkan informasi yang diterima tidak
1. Mills AA. Navigating sexual and
sesuai. 52 reproductive health issues: Voices of deaf
adolescents in a residential school in
Ghana. Child Youth Serv Rev 2020; 118:
KESIMPULAN
105441.

Faktor yang berhubungan dengan pengetahuan 2. Rahma M. The relation between sexuality
dan sikap responden mengenai kesehatan knowledge and sexual behavior of
reproduksi adalah media yang digunakan adolescents atsenior high school 1 Subang.
untuk mendapatkan informasi dan kebiasaan Midwife J 2018; 5: 17–25.
bersosialisasi. Responden yang menerapkan 3. Rohmatika UN. Peran orangtua dalam
pola komunikasi permissive cenderung pendidikan kesehatan reproduksi remaja
berisiko lebih rendah dalam melakukan kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Mlati
perilaku seksual berisiko. Pola komunikasi dan Sleman Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu

22 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 12(1), 2021


Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Asuh… (Kharisma Olivia Anugrah Cahyani, dkk)

Kesehatan Jenderal Achmad Yani, 2017. 13. Mekie M, Addisu D, Melkie A, et al.
Parent-adolescent communication on
4. Hidayangsih PS. Perilaku Berisiko dan
sexual and reproductive health issues and
Permasalahan Kesehatan Reproduksi Pada its associated factors in Ethiopia: a
Remaja. Pus Teknol Interv Kesehat Masy
systematic review and meta-analysis. Ital J
Badan LitBangKes, Kementrian Kesehat Pediatr 2020; 46: 1–13.
2014; 5: 1–10.
14. Oros L-A. The relationship between teens’
5. BKKBN. Survei Demografi Dan
communication with their parents, faith
Kesehatan : Kesehatan Reproduksi Remaja
and religious practices, parental
2017. Badan Kependud dan Kel
involvement and their sexual behaviors
Berencana Nas 2017; 1–606.
and attitudes. ProQuest Diss Theses 2012;
6. Wulandari A. Karakteristik Pertumbuhan 1: 277.
Perkembangan Remaja dan Implikasinya
15. Esan DT, Bayajidda KK. The perception
Terhadap Masalah Kesehatan dan
of parents of high school students about
Keperawatannya. J Keperawatan Anak
adolescent sexual and reproductive needs
2014; 2: 39–43.
in Nigeria: A qualitative study. Public
7. Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat. Heal Pract 2021; 2: 100080.
Perilaku Berisiko Kesehatan pada Pelajar
16. Qian L. “Dangerous Adolescence”:
SMP dan SMA di Indonesia. Badan
Sexuality and Disability of
Litbangkes Kementrian Kesehat RI 2015;
Institutionalized Children in a Chinese
1–116.
Orphanage. Sex Disabil 2017; 35: 445–
8. Zulu JM, Goicolea I, Kinsman J, et al. 459.
Community based interventions for
17. Lyneham S& LF. Benevolent harm:
strengthening adolescent sexual
Orphanages, voluntourism and child
reproductive health and rights: How can
sexual exploitation in South-East Asia.
they be integrated and sustained? A realist
Trends issues crime Crim justice; 2019.
evaluation protocol from Zambia. Reprod
Health 2018; 15: 1–8. 18. Knight L, Yamin AE. Without a mother:
Caregivers and community members’
9. Annor C, Alatinga KA, Abiiro GA. Is the
views about the impacts of maternal
presence of an adolescent reproductive
mortality on families in KwaZulu-Natal,
health corner associated with adolescent
South Africa. Reprod Health 2015; 12: 1–
knowledge and use of reproductive health
11.
services in Ghana? Sex Reprod Healthc
2021; 27: 100583. 19. Koçtürk N, Bilginer SÇ. Adolescent
sexual abuse victims’ levels of perceived
10. Wibowo KA. Peran lingkungan social support and delayed disclosure.
pendidikan informal dalam perkembangan Child Youth Serv Rev 2020; 118: 105363.
nilai sosial remaja putus sekolah di Dusun
Surakan, Kelurahan Sidorejo, Kecamatan 20. Kavak Z. Report on World’s Orphans.
Tegalrejo, Kabupaten Magelang. In: 2014.
Skripsi Universitas Negeri Semarang.
21. Mudasir Naqshbandi M, Sehgal R,
2016.
Abdullah R, et al. Orphans in orphanages
11. Guerrero F, Lucar N, Garvich Claux M, et of Kashmir " and their Psychological
al. Developing an SMS text message problems ". Int NGO J 2012; 7: 55–63.
intervention on sexual and reproductive
22. Juma M, Alaii J, Bartholomew LK, et al.
health with adolescents and youth in Peru.
Understanding orphan and non-orphan
Reprod Health 2020; 17: 1–14.
adolescents’ sexual risks in the context of
12. Divatia A, Pandya S. A Study of poverty: A qualitative study in Nyanza
Communication between Parents and Province, Kenya. BMC Int Health Hum
Teenagers Regarding Teenagers’ Career. Rights; 13. Epub ahead of print 2013.
Int J Soc Sci Humanit 2016; 7: 378–385. DOI: 10.1186/1472-698X-13-32.

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 12(1), 2021 23


Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Asuh… (Kharisma Olivia Anugrah Cahyani, dkk)

23. Thurman TR, Nice J, Visser M, et al. health behavior among high school
Pathways to sexual health communication adolescents in Ethiopia. Reprod Health
between adolescent girls and their female 2019; 16: 1–9.
caregivers participating in a structured
HIV prevention intervention in South 33. Noor TR. Komunikasi Interpersonal
Africa. Soc Sci Med 2020; 260: 113168. Remaja Yatim DiPanti Asuhan
Hidayatush Shibyan Surkarta. Pros Semin
24. Palomino González R, Kadengye DT, Nas Call Pap Psikol Sos 2019 2019; 333–
Mayega RW. The knowledge-risk- 340.
behaviour continuum among young
Ugandans: What it tells us about 34. Indriati N. Komunikasi Interpersonal
SRH/HIV integration. BMC Public Health Dalam Lingkungan Panti Asuhan
2019; 19: 1–10. Walisongo. J Online Kinesik 2017; 4: 57–
66.
25. Desrosiers A, Betancourt T, Kergoat Y, et
al. A systematic review of sexual and 35. Michielsen K, De Meyer S, Ivanova O, et
reproductive health interventions for al. Reorienting adolescent sexual and
young people in humanitarian and lower- reproductive health research: Reflections
and-middle-income country settings. BMC from an international conference. Reprod
Public Health 2020; 20: 1–21. Health 2016; 13: 1–5.
26. Hafiar H, Hardiny D, Anisa LK. Telaahan 36. Putri DS. Keterbukaan diri anak panti
atas sikap bersosialisasi siswa sma dan asuhan dengan pengasuh. Вестник
santri ponpes di Cianjur. 2017; 6: 31–39. Росздравнадзора 2017; 4: 9–15.
27. Jones AM, Ph D, Shealy KM, et al. 37. Pozo KC, Chandra-Mouli V, Decat P, et
Children, Orphanages, and Families. 2015; al. Improving adolescent sexual and
11: 398–409. reproductive health in Latin America:
Reflections from an International
28. Simmonds J, Parry C, Abdullah F, et al. Congress. Reprod Health 2015; 12: 1–7.
“Knowledge I seek because culture
doesn’t work anymore … It doesn’t work, 38. Sychareun V, Vongxay V, Houaboun S, et
death comes”: The experiences of third al. Determinants of adolescent pregnancy
generation female caregivers (“gogos”) in and access to reproductive and sexual
South Africa discussing sex and HIV and health services for married and unmarried
AIDS with children in their care. 2020; 1– adolescents in rural Lao PDR: a qualitative
9. study. BMC Pregnancy Childbirth 2018;
29: 3233–3236.
29. Kassa TA, Luck T, Bekele A, et al. Sexual
and reproductive health of young people 39. Sidik TA. Hubungan media informasi
with disability in Ethiopia: A study on dengan tingkat pengetahuan kesehatan
knowledge, attitude and practice: A cross- reproduksi pada santri di pondok
sectional study. Global Health 2016; 12: pesantren Darut Taqwa Bulusan Semarang
1–11. Tiara. J Kesehat Masy 2019; 53: 1689–
1699.
30. Saputro Z khamim. Memahami Ciri dan
Tugas Perkembangan Masa Remaja. J Apl 40. Nurhayati. Hubungan pola Komunikasi
Ilmu Ilmu Agama 2017; Volume 17: 25– dan Kekuatan Keluarga dengan Perilaku
32. Seksual Berisiko pada Remaja di Desa
Tridaya Sakti Kecamatan Tambun Selatan
31. Seif SA, Thecla W, Moshiro CS. Kabupaten Bekasi. Jakarta 2013; 1: 122–
Caretaker-adolescent communication on 129.
sexual and reproductive health : a cross-
sectional study in Unguja-Tanzania 41. Wibowo T. Pola komunikasi antara
Zanzibar. 2018; 1–13. pengasuh dan santri dalam menjalankan
kedisiplinan shalat dhuha di yayasan
32. Yimer B, Ashebir W. Parenting pendidikan islam pondok pesantren
perspective on the psychosocial correlates modern alfa sanah Cisauk – Tangerang.
of adolescent sexual and reproductive Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, 2014.
24 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 12(1), 2021
Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Asuh… (Kharisma Olivia Anugrah Cahyani, dkk)

42. Raymond JM, Zolnikov TR. AIDS- 47. Azeharie S, Khotimah N. Pola
Affected Orphans in Sub-Saharan Africa: Komunikasi Antarpribadi antara Guru dan
A Scoping Review on Outcome Siswa di Panti Sosial Taman Penitipan
Differences in Rural and Urban Anak âMelatiâ Bengkulu. Pekommas
Environments. AIDS Behav 2018; 22: 2015; 18: 213–224.
3429–3441.
48. Indriyani D. Buku Ajar Keperawatan
43. Tesfaye Y, Agenagnew L. Knowledge, Maternitas. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
Attitude, and Practices of Jimma Teacher 2014.
Training College Students Toward Risky
49. Mason-Jones AJ, Mathews C, Flisher AJ.
Sexual Behaviors, Jimma, Ethiopia. Sex
Can peer education make a difference?
Med 2020; 8: 554–564.
Evaluation of a South African adolescent
44. Morales A, Vallejo-Medina P, Abello- peer education program to promote sexual
Luque D, et al. Sexual risk among and reproductive health. AIDS Behav
Colombian adolescents: Knowledge, 2011; 15: 1605–1611.
attitudes, normative beliefs, perceived
50. Widyatuti, Hafilah Shabrina C, Yuni
control, intention, and sexual behavior.
Nursasi A. Correlation between parent-
BMC Public Health 2018; 18: 1–13.
adolescent communication and
45. Rahmadiana F, Sekar DAC. Kontribusi adolescents’ premarital sex risk. Enferm
Pengasuh Di Panti Asuhan Muslimin Clin 2018; 28: 51–54.
Dalam Pemenuhan Dimensi Emosional
51. Klein V, Becker I, Aleksandar Š.
Warmth Berdasarkan Kerangka
Parenting , Communication about
Perlindungan Dan Kesejahteraan Sosial
Sexuality , and the Development of
Anak. J Ilmu Kesejaht Sos 2019; 20: 30–
Adolescent Womens ’ Sexual Agency : A
49.
Longitudinal Assessment. 2018; 1486–
46. Fitriyani R, Khairulyadi. Komunikasi 1498.
interpersonal pengasuh dalam membentuk
karakter kedisiplinan anak (Studi Pada 52. Widodo AC. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Remaja Pria Dengan Perilaku
Panti Asuhan Yayasan Islam Media Kasih
Banda Aceh). J Ilm Mhs FISIP Unsyiah Menjaga Kesehatan Reproduksi Di Sma
Bhineka Karya 2 Boyolali. Universitas
2019; 4 (2): 1–13.
Muhammadiyah Surakarta, 2016.

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 12(1), 2021 25

Anda mungkin juga menyukai