Anda di halaman 1dari 10

DETERMINAN PERILAKU PACARAN MAHASISWA SEKOLAH

TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) “X” JAKARTA TIMUR


TAHUN 2016

Siti Pangarsi Dyah Kusuma Wardani 1; Caroline Endah Wuryaningsih2

1
Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia; Jln. Lingkar Beji, Depok,
16424; Jawa Barat.
2
PKIP, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia; Jln. Lingkar Beji, Depok, 16424;
Jawa Barat.

E-mail: dani.midwife@gmail.com

Abstrak

Mahasiswa yang melakukan pacaran berisiko menunjukkan bahwa bentuk pacaran dari mahasiswa saat ini
telah mengalami suatu perubahan dalam tujuannya (memilih pasangan). Kejadian kehamilan yang tidak
diinginkan di kalangan mahasiswa STIKes “X” sebagai dampak dari perilaku pacaran berisiko, meskipun ada
peraturan larangan hamil saat kuliah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku pacaran,
determinan perilaku pacaran mahasiswa STIKes “X” Jakarta Timur Tahun 2016, dan variabel yang paling
dominan dengan menggunakan teknik penelitian kuantitatif dan desain cross sectional. Hasil penelitian diperoleh
87,1% mahasiswa memiliki perilaku pacaran berisiko. Status tempat tinggal, komunikasi dengan orang tua, dan
paparan media pornografi memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pacaran. Status tempat tinggal
memiliki nilai p 0,020 dan OR 12,508; komunikasi dengan orang tua memiliki nilai p 0,001 dan OR =254,09; dan
paparan media pornografi memiliki nilai p 0,001 dan OR = 3,440 (artinya mahasiswa yang terpapar media
pornografi berpeluang 3 kali lebih besar melakukan perilaku pacaran berisiko dibandingkan dengan yang tidak
terpapar pornografi). Paparan media pornografi memiliki hubungan paling dominan dengan perilaku pacaran.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa sebagian besar perilaku pacaran mahasiswa STIKes “X” adalah berisiko.

Kata kunci: perilaku, pacaran, mahasiswa

Determinants of Dating Behavior of Student College of Health Science Institute of “X” East
Jakarta 2016

Abstract

Students who play out risky dating shows that the shape of the current student’s dating behavior has
undergone a change in its objectives (choosing a partner). The incidence of unwanted pregnancies among the
students Health Science Institute of “X” as the impact of risky dating behavior though there is legislation
prohibiting pregnant while in college. The purpose of this study was to determine the description of dating
behavior, dating behavior determinant students Health Science Institute of “X” East Jakarta 2016, and the most
dominant variables using quantitative research techniques and cross-sectional design. The results showed that
87.1% of students had a risky dating behavior. Residence status, communication with parents, and exposure to
pornographic media has a significant relationship with courtship behavior. Status residence has a p-value of
0.020 and OR 12,508; communication with parents has a p-value of 0.001 and OR = 254,09; and media exposure
to pornography has a p-value of 0.001 and OR = 3.440 (students who are exposed to pornographic media three
times greater chance of doing courtship behavior risk compared with those not exposed to pornography). Media
exposure to pornography has the most dominant relationship with courtship behavior. The study concluded that
most of the dating behavior of students Health Science Institute of “X” is risky.

Keywords: behavior, dating, ,courtship,student

1
Universitas Indonesia
2

Pendahuluan

Menjalin hubungan dengan orang lain merupakan manifestasi dari dorongan


menjadi suatu hal yang penting dan tidak seksual yang diwujudkan mulai dari melirik
dapat dihindari. Perasaan memiliki, ke arah bagian sensual pasangan sampai
perasaan hangat dan perasaan dicintai dapat bersenggama yang dilakukan oleh kaum
terpenuhi dengan menjalin hubungan yang muda yang sedang pacaran10,11.
dekat dengan orang lain. Hubungan tersebut Di Amerika pada tahun 2013, sekitar
sering disebut hubungan yang intim 80% kaum muda melaporkan telah pacaran
(intimate relationship)1. Intimate sebelum lulus SMA12. Menurut data Youth
relationship melewati beberapa tahap yang Risk Behavior Surveillance System
berbeda antara individu satu dengan yang (YRBSS) pada tahun 2015, sekitar 47%
lainnya. Beberapa individu bisa langsung kaum muda di Amerika pada saat pacaran
tertarik atau jatuh cinta pada pandangan telah melakukan hubungan badan
pertama, tetapi ada pula yang memutuskan (intercourse), dimana sekitar 23%
untuk berteman dahulu, baru kemudian diantaranya adalah kaum muda dari ras
menjadi pasangan. Proses ini biasa disebut Asia. Salah satu negara yang termasuk ke
proses pengenalan terhadap pasangan atau dalam ras Asia adalah Indonesia13. Menurut
pacaran2. Perilaku pacaran merupakan suatu data Survei Kesehatan Reproduksi Kaum
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang muda Indonesia (SKRRI) tahun 2007 dan
dengan pasangan lawan jenisnya2. Bagi data SKRRI tahun 2012 menunjukkan,
orang muda perilaku pacaran pertama kali persentase kaum muda usia 20–24 tahun
dianggap sebagai sesuatu hal yang penting yang pacaran mengalami peningkatan
karena dia telah menarik lawan jenisnya3,2. sekitar 3%, yaitu 89,7% pada tahun 2007
Tidak jarang pacaran pada akhirnya menjadi 92,7% pada tahun 2012, dengan
menjadikan pasangan merasa semakin intim rata–rata usia pertama kali pacaran adalah
dan nyaman sehingga terkadang pada saat usia 15–17 tahun3,14. Meningkatnya perilaku
pacaran tanpa disadari mereka melakukan pacaran pada dewasa muda (20–24 tahun),
kegiatan bersentuhan mulai dari mengingatkan kita pada risiko yang akan
berpegangan tangan, berpelukan, terjadi yaitu perilaku berisiko terjadinya
berciuman, petting, bahkan sampai hubungan seksual dalam pacaran.
berhubungan badan (senggama)5. Aktivitas Banyak faktor yang mempengaruhi
pacaran tersebut dianggap sebagai salah satu meningkatnya perilaku pacaran dikalangan
bentuk ekspresi rasa cinta dan seolah–olah dewasa muda, khususnya mahasiswa.
sudah menjadi hal yang lazim dilakukan Adapun faktor – faktor tersebut, menurut
oleh kaum muda yang pacaran, namun hal hasil Survei Kesehatan Reproduksi Kaum
tersebut di dalam masyarakat Indonesia muda tahun 2007 adalah usia, jenis kelamin,
masih dipandang sebagai perbuatan yang usia pertama pacaran, status tempat tinggal,
tidak bisa diterima, baik secara sosial dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi,
budaya6,7. sikap permisif, religiusitas, keterpaparan
Aktifitas bersentuhan sudah masuk ke media pornografi, komunikasi dengan orang
dalam tahap perilaku pacaran yang berisiko tua, dan pengaruh teman sebaya3.
menurut Kinsey, dimana 4 tahap tersebut Adanya dorongan seksual yang
adalah: bersentuhan (touching), berciuman menggebu tersebut disertai dengan tuntutan
(kissing), bercumbuan (petting) dan untuk menyelesaikan perkuliahan terlebih
berhubungan kelamin9. Dampak yang dahulu sebelum menikah, maka apabila
menonjol akibat pacaran yang berisiko tidak dapat mengendalikan nafsu dan
adalah masalah seksualitas (sex pranikah, dorongan seksualnya, masa tenggat ini
kehamilan tak diinginkan, dan aborsi). sangat rentan bagi mereka untuk melakukan
Perilaku berisiko kaum muda dalam pacaran aktifitas pacaran yang berisiko secara

Universitas Indonesia
3

seksual. Kasus tersebut saat ini semakin salah satu dampak dari perilaku berisiko
merebak di kampus dan dapat menyebabkan dalam pacaran.
generasi muda yang diharapkan bangsa Berdasarkan hasil studi pendahuluan
menjadi kehilangan arah15. Salah satunya yang dilakukan peneliti pada tanggal 1 Juni
adalah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 2015 di STIKes “X” Jakarta dengan
(STIKes) “X”, di Jakarta Timur. membagikan kuesioner pada 30 mahasiswa
Provinsi DKI Jakarta merupakan salah yang berjenis kelamin perempuan sedang
satu provinsi di Indonesia yang menjadi pacaran atau pernah pacaran, didapatkan
sampel dalam penelitian Survei Terpadu hasil sebagai berikut: 1 dari 30 mahasiswi
Perilaku Berisiko (STBP) tahun 2007. tersebut pernah melakukan hubungan
Penelitian ini dilakukan oleh Kementerian seksual dengan pacarnya, 5 dari 30
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes mahasiswa pernah melakukan perabaan
RI) dengan jumlah sampel kaum muda yang pada bagian sensitif termasuk alat kelamin,
duduk di kelas 3 SLTA sebanyak 1.051 13 dari 30 mahasiswa melakukan ciuman
kaum muda untuk 5 wilayah di Jakarta16. bibir, dan sisanya sampai tahap
Wilayah Jakarta Timur merupakan salah berpelukan/berangkulan.
satunya, dengan hasil penelitian, sekitar Tingginya kejadian perilaku seksual dalam
14,6% telah melakukan perilaku pacaran pacaran dikalangan mahasiswa membuat
berisiko17. Provinsi DKI Jakarta juga peneliti tertarik untuk meneliti tentang
merupakan satu dari 14 provinsi yang determinan perilaku pacaran pada
ditetapkan oleh pemerintah sebagai wilayah Mahasiswa STIKes “X”, Jakarta Timur
prioritas untuk penanggulangan HIV/AIDS tahun 2016.
di Indonesia18.
Mahasiswa merupakan individu yang Metode Penelitian
memasuki masa kuliah. Menurut
Poerwadarminta, mahasiswa tergolong ke Penelitian ini menggunakan metode
dalam kelompok kaum muda yang meliputi kuantitatif dengan desain studi yang
rentang umur 18–21 tahun19. STIKes “X” digunakan adalah cross sectional. Penelitian
yang merupakan salah satu institusi ini berlokasi di STIKes “X” Jakarta Timur,
pendidikan kesehatan swasta yang berlokasi dengan waktu penelitian selama ± 4 bulan
di wilayah Jakarta yang memiliki puluhan pada tanggal 04 Maret – 07 Juli 2016.
mahasiswa, sebagai calon tenaga kesehatan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
Berdasarkan pada laporan data mahasiswa Mahasiswa STIKes “X” Jakarta Timur,
STIKes “X” tahun 2008, 2012, dan 2014 yaitu mahasiswa program DIII Kebidanan
terdapat beberapa kasus mahasiswa yang dan S1 Kesehatan Masyarakat tahun ajaran
mengundurkan diri dari bangku perkuliahan 2012/2013 sampai tahun ajaran 2015-2016.
dikarenakan mahasiswa tersebut hamil20. Sampel pada penelitian ini adalah total
STIKes “X” memiliki peraturan yang sampling (392 orang). Namun untuk
tercantum dalam buku Pedoman Pendidikan penelitian ini subjeknya adalah yang sedang
STIKes “X” Tahun 2014–2015, yang isinya menjalin hubungan pacaran, yang aktif di
untuk mewajibkan seluruh mahasiswi bangku perkuliahan pada tahun 2015-2016
program studi DIII Kebidanan untuk tidak serta mahasiswa dan mahasiswi STIKes “X”
boleh hamil selama menempuh Jakarta Timur yang belum menikah. Kriteria
21
pendidikan . Adanya kejadian hamil eksklusi sampel adalah mahasiswa yang
selama masa perkuliahan pada mahasiswi tidak datang/masuk pada saat pengambilan
STIKes “X” Tahun 2014–2015 merupakan data. Jumlah sampel akhir pada penelitian
suatu pelanggaran terhadap peraturan yang ini berjumlah 342 orang. Instrumen
telah di tetapkan oleh pihak STIKes “X”. penelitian ini adalah kuesioner yang berisi
Hamil pada saat perkuliahan merupakan pertanyaan dan pernyataan yang

Universitas Indonesia
4

berhubungan dengan variabel-variabel yang yang mendapatkan pengaruh negatif dari


diteliti. teman sebayanya, yaitu 27,2%.
Sumber data penelitian ini adalah data Pada tabel 1diperoleh, nilai OR sebesar
primer yang dikumpulkan dengan cara 12,508 (95% CI: 1,480 – 105,69) artinya
mengumpulkan mahasiswa perangkatan ke responden yang tidak tinggal dengan orang
dalam kelas, kemudian mahasiswa mengisi tuanya berisiko 12,508 kali lebih besar
kuesioner penelitian yang berisi variabel untuk memiliki perilaku pacaran berisiko
penelitian (perilaku pacaran, usia, jenis dibandingkan responden yang tinggal
kelamin, usia pertama pacaran, status tempat dengan orang tua. Hasil analisis juga
tinggal, pengetahuan tentang kesehatan diperoleh nilai p value sebesar 0,020 artinya
reproduksi, sikap permisif, religiusitas, terdapat hubungan antara status tempat
paparan media pornografi, komunikasi tinggal dengan perilaku pacaran setelah ada
dengan orang tua, dan pengaruh teman interaksi antara variabel komunikasi kepada
sebaya) yang sudah diuji validitas dan orang tua dengan variabel peran teman
realibilitasnya di institusi pendidikan yang sebaya dan ada interaksi antara komunikasi
memiliki karakteristik hampir sama. Setelah kepada orang tua dengan status tempat
data dikumpulkan kemudian data diolah tinggal.
dengan langkah: editing, coding, entry data, Untuk variabel keterpaparan media
cleaning data entry. Data kemudian pornografi diperoleh nilai OR sebesar 3,440
dianalisis secara univariat, bivariat, dan (95% CI: 1,642 – 7,208) artinya responden
multivariat. yang terpapar media pornografi berisiko
3,440 kali lebih besar untuk memiliki
Hasil Penelitian perilaku pacaran berisiko dibandingkan
dengan responden yang kurang terpapar
Sebagian besar responden memiliki media pornografi. Hasil analisis juga
perilaku pacaran berisiko dibandingkan diperoleh nilai p value sebesar 0,001 artinya
dengan perilaku pacaran yang tidak berisiko, terdapat hubungan antara keterpaparan
yaitu sekitar 87,1%. Tahap perilaku pacaran media pornografi dengan perilaku pacaran
responden 86,8% berpegangan tangan, 31% setelah ada interaksi antara variabel
berpelukan, 66,1% ciuman pipi, 53,5% komunikasi kepada orang tua dengan
ciuman bibir, 33,6% ciuman leher, 28,4% variabel peran teman sebaya dan ada
meraba dada/payudara, 6,7% petting, 7,6% interaksi antara komunikasi kepada orang
sex oral, 5% hubungan badan (senggama). tua dengan status tempat tinggal.
Usia responden 95% berusia > 19 tahun, Untuk variabel komunikasi dengan
9,6% berjenis kelamin laki-laki, 1,5% orang tua diperoleh nilai OR sebesar 254,09
mengaku mulai pacaran pada usia ≥ 12 (95% CI: 12,804 – 5042,6) artinya
tahun, 43,9% tidak tinggal bersama orang responden yang tertutup membicarakan
tua, 30,7% memiliki pengetahuan tentang masalah kesehatan repsoduksi kepada orang
kesehatan reproduksi yang rendah, 43,3% tua berisiko 254,09 kali lebih besar untuk
memiliki sikap yang permisif, 39,8% memiliki perilaku pacaran berisiko
responden memiliki tingkat religiusitas yang dibandingkan dengan responden yang
rendah. terbuka membicarakan masalah kesehatan
Lebih banyak responden yang mengaku reproduksi kepada orang tua. Hasil analisis
terpapar dengan media pornografi juga diperoleh nilai p value sebesar 0,001
dibandingkan dengan responden yang tidak artinya terdapat hubungan antara
terpapar dengan media pornografi yaitu komunikasi dengan orang tua dengan
sekitar 56,1%. Lebih banyak responden perilaku pacaran setelah ada interaksi antara
yang mengaku kurang terbuka berbicara variabel komunikasi kepada orang tua
tentang kesehatan reproduksi dengan orang dengan variabel peran teman sebaya dan ada
tua yaitu 56,7%. Hanya sedikit mahasiswa interaksi antara komunikasi kepada orang

Universitas Indonesia
5

tua dengan status tempat tinggal. Dari tabel Hasil analisis bivariat pada penelitian
1 juga tampak variabel yang paling dominan ini diperoleh nilai p value sebesar 0,011
yaitu paparan media pornografi, karena sehingga variabel ini masuk ke dalam
variabel keterpaparan media pornografi seleksi bivariat untuk analisis multivariat.
memiliki nilai p <0,05 dan rentang nilai CI Pada analisis multivariat untuk melihat
lebih sempit di bandingkan dengan variabel perubahan nilai OR, ternyata variabel status
lain setelah dilakukan interaksi antara tempat tinggal memberikan perubahan nilai
variabel komunikasi kepada orang tua OR pada variabel komunikasi orang tua
dengan variabel peran teman sebaya dan ada lebih dari 10%. Hasil akahir dari analisis
interaksi antara komunikasi kepada orang multivariat diperoleh nilai OR 12,508 (1,480
tua dengan status tempat tinggal. – 105,69) dengan nilai p value sebesar
0,020.
Tabel 1.1 Pemodelan Terakhir Analisis Hasil penelitian ini sesuai dengan
Multivariat beberapa penelitian lain, diantaranya:
sekitar 52,3% mahasiswa khususnya
perempuan pernah melakukan hubungan
seksual selama pacaran di tempat
kossannya24. Penelitian lain turut
membuktikan, sekitar 20,6% mahasiswa
yang berkuliah di Yogyakarta yang tinggal
di kossan mengaku pernah melakukan
hubungan di kossan bersama pacarnya25.
Penelitian lain menunjukkan 4 dari 10
mahasiswa di Bandung mengaku telah
melakukan hubungan badan bersama
kekasihnya di tempat kost26.
Adanya kesesuaian antara penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya di duga
karena persentase responden yang tinggal
Pembahasan dengan orang tua (56,1%) dengan persentase
responden yang tinggal tidak dengan orang
Hubungan antara Variabel – Variabel tua hampir sama banyak (43,9%). Dugaan
dari Faktor Predisposisi, Faktor lain adanya keterkaitan antara status tempat
Pemungkin, dan Faktor Penguat dengan tinggal dengan komunikasi dengan orang
Perilaku Pacaran tua, dimana pada penelitian ini diperoleh
lebih banyak dari responden yang terbuka
a. Status tempat tinggal membicarakan masalah kesehatan
reproduksi dengan orang tua (43,3%).
Tempat tiggal bagi seorang anak
Seseorang yang tinggal bersama dengan
merupakan lingkungan dengan aturan
orang tua diduga akan lebih dekat dan lebih
tertentu dengan pengawasan orang tua
intim kebersamaannya karena adanya
maupun orang dewasa lainnya. Faktor –
frekuensi bagi responden untuk lebih sering
faktor dalam keluarga seperti hubungan
bertemu dengan orang tuanya, sehingga
orang tua dan anak merupakan alasan utama
mereka akan lebih terbuka untuk
anak meninggalkan rumah19. Status tempat
membicarakan hal – hal yang lebih spesifik
tinggal memiliki pengaruh terhadap perilaku
kepada orang tuanya.
berisiko dalam pacaran, terutama pada
mereka yang memilih pergi mencari ilmu
yang tempat tinggalnya jauh dari tempat
tinggal orang tua mereka24.

Universitas Indonesia
6

b. Sikap permisif komunikasi kepada orang tua dengan


variabel peran teman sebaya dan ada
Sikap permisif adalah sikap positif interaksi antara komunikasi kepada orang
terhadap perilaku seksual yang ditujukan tua dengan status tempat tinggal.
dalam pacaran yang “serba boleh”, mulai Beberapa penelitian hasil laporan data
dari berciuman sampai akhirnya SDKI tahun 2012, menunjukkan sekitar
berhubungan seksual, dan sikap tersebut 53,6% kaum muda yang pacaran memiliki
disepakai oleh kedua belah pihak atau “mau perilaku seksual karena keterpaparan media.
sama mau”18,29. Sikap terhadap perilaku Penelitian yang dilakukan oleh Ali tahun
seksual ini dapat dibedakan mulai dari sikap 2007, menunjukan setiap tahun lebih dari
sangat positif sampai dengan sikap permisif 80% anak usia 9 -12 tahun telah mengakses
(erotophilic) hingga sikap sangat negatif dan pornografi. laporan data SKRRI (2007)
membatasi (erotophobic)30. menunjukkan, sekitar 79 % kaum muda
Pada hasil akhir analisis multivariat wanita umur (15-24 tahun) dan 77 % kaum
diperoleh nilai p value sebesar 0,545 dengan muda laki-laki umur (15-24 tahun) yang
nilai OR sebsar 0,797 (95% CI: 0,382 – menonton televisi sedikitnya sekali
1,661) artinya tidak terdapat hubungan seminggu, sedangkan kaum muda yang
antara sikap permisif dengan perilaku terpapar media cetak terdapat 24 % kaum
pacaran. muda wanita dan 23 % kaum muda laki-
Beberapa penelitian sebelumnya laki3. hasil sebagian besar (70,0%) remaja
menunjukkan hasil yang sama dengan telah terpapar oleh media pornografi
penelitian ini, diantaranya: hasil penelitian dibandingkan dengan yang belum terpapar
Faturrochman (1995) pada orang muda usia (30,0%), diperoleh (p= 0,000), dengan nilai
20 – 29 tahun di wilayah administratif OR = 7,46 artinya remaja yang terpapar
setingkat kabupaten, satu daerah yang dengan media pornografi beresiko 7,46 kali
mewakili perkotaan dan satu kabupaten akan berperilaku sex yang beresiko
yang mempengaruhi perdesaan di dibandingkan dengan yang tidak
Yogyakarta menunjukkan faktor tempat terpapar35.
tinggal, jenis kelamin dan usia Kesimpulannya adalah berdasarkan
mempengaruhi sikap permisif seseorang pada hasil penelitian ini diperoleh sebagian
terhadap perilaku seksual31. besar dari responden mengaku jika mereka
lebih banyak terpapar dengan media
c. Keterpaparan media pornografi pornografi (56,1%). Seseorang yang sering
terpapar media pornografi akan memberikan
Media memiliki peran yang sangat stimulus pada otaknya untuk melakukan
penting dalam penyebarluasan informasi, perilaku berisiko sehingga mereka akan
dimana media dibedakan menjadi media mencoba mempraktikkan apa yang mereka
elektronik, dan media cetak3. The lihat.
Commission on Obscenity and Pornography
menyatakan bahwa terpaan erotika d. Komunikasi dengan orang tua
walaupun singkat dapat membangkitkan
gairah seksual pada pria maupun wanita. Komunikasi merupakan salah satu
Selain itu dapat menimbulkan reaksi bentuk kualitas pertemuan dan berperan
emosional lain seperti resah, impulsif, dalam mengendalikan perilaku seseorang4.
agresif dan gelisah35. Masih tabunya untuk membicarakan
Hasil akhir dari penelitian ini diperoleh masalah seksual pada anak oleh orang tua
nilai p value sebesar 0,001 artinya terdapat akan berdampak pada kurangnya
hubungan antara keterpaparan media pengetahuan kaum muda tentang
pornografi dengan perilaku pacaran setelah seksualitas. Peran orang tua dalam mendidik
dilakukan interaksi antara variabel anaknya sangat menentukan dalam

Universitas Indonesia
7

pembentukan karakter dan perkembangn sebaya ini akan ditiru oleh kaum muda
kepribadian anak. Komunikasi yang baik sebagai bentuk dari loyalitas mereka
antara orang tua dan anak dapat terhadap teman sebayanya39. Sumber
menciptakan suasana saling memahami informasi seks pada kaum muda adalah
terhadap berbagai jenis masalah keluarga, kelompok sebaya40.
terutama tentang problematika kaum muda, Hasil akhir pada analisis multivariat
sehingga kondisi tersebut akan berpengaruh diperoleh nilai p value sebesar 0,084 artinya
terhadap sikap maupun perilaku yang akan tidak terdapat hubungan antara peran teman
dibawa anak36. sebaya dengan perilaku pacaran setelah
Hasil akhir pada analisis multivariat dilakukan interaksi antara variabel
diperoleh nilai p value sebesar 0,001 artinya komunikasi kepada orang tua dengan
terdapat hubungan antara komunikasi variabel peran teman sebaya dan ada
dengan orang tua dengan perilaku pacaran interaksi antara komunikasi kepada orang
setelah dilakukan interaksi antara variabel tua dengan status tempat tinggal.
komunikasi kepada orang tua dengan Kesimpulannya adalah tidak adanya
variabel peran teman sebaya dan ada hubungan antara variabel peran teman
interaksi antara komunikasi kepada orang sebaya dengan perilaku pacaran adalah
tua dengan status tempat tinggal. masih tingginya peran orang tua di dalam
Penelitian ini senada dengan hasil diri responden, hal ini terlihat dari
penelitian sebelumnya, diantaranya: persentase responden yang hampir setengah
penelitian yang dilakukan di Surakarta persen atau 43,3% mau terbuka untuk
menjelaskan kaum muda yang tinggal membicarakan hal – hal yang berhubungan
bersama orang tuanya memperlihatkan kesehatan reproduksi dan juga berdasarkan
komunikasi antara orang tua dan kaum muda data hasil penelitian ini juga terlihat hampir
baik, dan hal tersebut yang membuat kaum setengah dari responden memiliki teman
muda memiliki perilaku seksual dalam yang memberikan pengaruh positif terhadap
pacaran rendah37. Mahasiswa yang diri mereka (72,8%). Adanya kedekatan
menerima pola asuh permisif (longgar) dari antara orang tua dengan anaknya akan
orang tua akan memiliki risiko 2,462 kali memberikan pengaruh yang positif
lebih besar berperilaku seksual dalam pencarian informasi yang dibutuhkan oleh
pacaran dibandingkan kaum muda dengan anaknya.
pola asuh orang tua yang otoritatif38. Dugaan lain adalah karena responden
Kesimpulannya adalah sebagian besar bersekolah pada sekolah kesehatan,
dari responden mengaku masih terbuka kemungkinan besar memiliki teman yang
untuk membicarakan masalah terkait akan memberikan pengaruh negatif akan
kesehatan reproduksi dengan orang tuanya lebih sedikit, karena mereka akan lebih tau
(43,3%). tentang hal – hal yang berisiko terhadap
kesehatan reproduksinya.
e. Peran teman sebaya
Kesimpulan
Teman merupakan orang yang paling
mudah dan sering untuk di temui. Biasanya, Perilaku pacaran mahasiswa STIKes “X”
sesama teman saling melindungi satu sama mayoritas berisiko. Pada faktor predisposisi
lain sehingga wajar bila mereka juga saling terdapat variabel yang berhubungan dengan
bercerita mengenai masalah – masalah perilaku pacaran, yaitu: variabel status
seksual. Menurut Billy dan Udry tahun1985, tempat tinggal, pada faktor pemungkin:
kecendrungan kaum muda untuk terlibat variabel keterpaparan media pornografi
dengan perilaku seksual akan semakin besar memiliki hubungan dengan perilaku pacaran
saat teman sebayanya mempunyai sikap serta pada faktor penguat ternyata
positif terhadap perilaku seksual dari teman komunikasi dengan orang tua yang memiliki

Universitas Indonesia
8

hubungan dengan perilaku pacaran; variabel dan pendekatan interpersonal seperti


yang paling dominan yang mempengaruhi layaknya teman dengan anaknya, meskipun
perilaku pacaran pada mahasiswa STIKES mereka sudah memasuki jenjang pendidikan
“X” Jakarta Timur adalah keterpaparan perguruan tinggi. Bagi STIKES “X”
media pornografi setelah dilakukan interaksi Jakarta Timur: menambahkan kegiatan -
antara variabel komunikasi kepada orang tua kegiatan yang positif sebagai upaya untuk
dengan variabel peran teman sebaya dan ada pembentukan karakter mahasiswa STIKes
interaksi antara komunikasi kepada orang “X”, misalnya kegiatan rutin pelatihan kilat,
tua dengan status tempat tinggal. outbond, kegiatan spiritualitas emotional
spiritual quotient (ESQ), workshop tentang
Saran: bagi mahasiswa STIKes “X” psikologi mahasiswa dengan melibatkan
Jakarta Timur: hendaknya mahasiswa orang tua, pemberian materi di kelas tentang
mengembangkan potensi-potensi diri, salah mata kuliah character building tidak hanya
satu sarana adalah mengikuti kegiatan- pada mahasiswa DIII kebidanan saja, tetapi
kegiatan positif dikampus dan organisasi di kepada seluruh mahasiswa STIKes,
fakultas atau universitas sehingga dapat melakukan pembimbingan yang lebih
mengisi waktu luang untuk hal yang intensif kepada mahasiswa, supaya
bermanfaat dan mengasah kemampuan terbentuk hubungan yang lebih dekat antara
untuk menjauhkan diri dari pengaruh negatif dosen dan mahasiswa, sehingga lebih
teman sebaya dan hal-hal yang bersifat mudah melakukan pengawasan pada
pornografi. Sering membaca dan menambah mahasiswa. Bagi Kementerian Kesehatan
wawasan mengenai kesehatan reproduksi dan Kemenristek Dikti: memasukkan
baik melalui buku di perpustakaan maupun materi pembentukan karakter dan internet
media internet, sehingga bisa menjadi peer sehat ke dalam kurikulum pendidikan
educator. Menjalin komunikasi yang mahasiswa sebagai mulok, penerapan
terbuka dengan orang tua. Bagi orang tua: program PIK Mahasiswa di lingkungan
menambah wawasan mengenai kesehatan perguruan tinggi, membina kader kesehatan
reproduksi dengan cara membaca buku atau remaja dan mahasiswa melalui pelatihan
menonton acara televisi yang memberikan pendidik dan konselor sebaya dan
informasi tentang kesehatan reproduksi agar pelaksanaan kegiatan PKPR di lingkungan
dapat memberikan wawasan tentang perguruan tinggi meliputi penyuluhan,
kesehatan reproduksi bagi anaknya, pelayanan klinis medis termasuk
sehingga akan tercipta komunikasi yang pemeriksaan penunjang, konseling,
terbuka mengenai kesehatan reproduksi pendidikan keterampilan hidup sehat
dengan anaknya, melakukan pendampingan (PKHS), serta pelayanan rujukan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Brehm,S.S. Intimate Relationships (2nd ed). New York : Mc Graw – Hill; 1992.
2. Evelyn Ruth Millis Duval, Brent C. Miller. Marriage and Family Development. New York:
Harper and Row; 1985.
3. Badan Pusat Statistik (BPS);, Depkes. Survei Kesehatan Reproduksi Kaum muda (SKRRI)
Tahun 2007. Calverton, Maryland, USA; 2007.
4. Suryoputro, A dkk. 2006. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja
di Jawa Tengah Implikasinya Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual dan
Reproduksi. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2006: 29-40. Semarang:
Universitas Diponegoro.

Universitas Indonesia
9

5. Kinsey, Alfred C et al. 1965. Serenal Behavior in The Human Fimale. New York Pocket
Books.
6. Connolly, J; Nguyen H. N. T; Pepler, D; Craig, W; Jiang, D. 2013. Developmental
trajectories of romantic stages and associations with problem behaviours durinG
adolescence. Journal of Adolescence, 36, 1013–1024;
7. Helfland, M. 2008. Ten years of longitudinal research on U.S. adolescent sexual behavior:
Developmental correlates of sexual intercourse, and the importance of age, gender and
ethnic background. Developmental Review, 28, 153–224;
8. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2014. 1991 – 2013 High School Youth
Risk Behaviour Survey Data.;
9. Kemenkes et al. 2012. Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012. Jakarta:
Kemenkes;
10. Musthofa & Winarti, 2010. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah
Mahasiswa di Pekalongan Tahun 2009-2010. Jurnal;
11. Unnes Sex Care Community (UseCC). 2008. Gaya Pacaran UNNES Memprihatinkan,
Semarang;
12. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). 2015. Modul 2, Perkembangan
Seksualitas Remaja. Jakarta;
13. Badan Pusat Statistik (BPS) & Depkes. 2004. Situasi Perilaku Berisiko Tertular HIV di
DKI Jakarta; Hasil SSP Tahun 2004 di Kota Jakarta. Jakarta: BPS.
14. Siswoyo, Dwi dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press;
15. Santrock, John W. 2002. Life Span Development. Jakarta: Erlangga
16. Papalia, Diane & Feldman, RD. 2008. Human Development. Jakarta: Kencana;
17. Green, Lawrence & Kreuter, M. W. 2005. Health Program Planning: An Educational and
Ecological Approach (4th Ed.). New York: McGraw – Hill;
18. Jessor, R., Van Den Bos, J., Vanderryn, J., Costa, F. M., & Turbin, M. S. 1995. Protective
Factors in Adolescent Problem Behavior: moderator effects and developmental change.
Developmental Psychology Vol. 31;
19. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan (Teori dan Perilaku). Jakarta: PT.
Rineka Cipta;
20. Samino. 2011. Analisis Perilaku Sex Remaja SMAN 14 Bandar Lampung 2011. Jurnal
Dunia Kesmas, 1(4) [Online]
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1949026/ [Unduh : 2 Januari 2014];
21. Mochtar, A. 2011. Mahasiswi Bandung Melakukan Hubungan Seks di Rumah Kost,
Bandung;
22. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 2009. Survei Terpadu
Biologis Perilaku (STBP) tahun 2007.Jakarta: Kemenkes RI;
23. Wijayanti, F. A. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita Penjaja Seks (WPS)
Tentang HIV/AIDS di Resosialisasi Argorejo Kelurahan Kali Banteng Kulon Semarang.
Semarang;
24. Arviyah, Sova. Tahap Perilaku Seks Pranikah Pada Mahasiswa Kost [Skripsi].
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta;
25. Arviyah, Sova. Tahap Perilaku Seks Pranikah Pada Mahasiswa Kost [Skripsi].
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta;

Universitas Indonesia
10

26. Banun, Fadila Oktavia & Styorogo, Soedijono. 2012. Faktor – Faktor Yang Berhubungan
Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Semester V STIKes X Jakarta Timur
2012 [Jurnal Ilmiah Kesehatan, No. 5, Vol. 1 Januari 2013]
27. Hartaji, Damar A. 2012. Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah Dengan
Jurusan Pilihan Orangtua. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma;
28. Ahmadi, A & Sholeh, M. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta;
29. Bandi, Ramli dkk. 1991. Laporan Penelitian Pengetahuan Sikap dan Perilaku Pemuda
mengenai Masalah Kesehatan di DKI Jakarata dan Yogyakarta. Jakarta: Puslit Ekologi
Kesehatan Badan Litbangkes, Depkes RI;
30. Ajik, S., & Sarwanto. (2003). Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Untuk Anak Jalanan
Melalui Rumah Singgah. http://tempo.co.id/medika/arsip/012003/pus-1.htm, diakses pada
tanggal: 25 Maret 2016
31. Pramono, Ajikusumo; Prasaja, H; & Sitohan, S. 2001. Baseline Survey Untuk Program
Dukungan dan Pemberdayaan Anak Jalanan di Perkotaan Jakarta. Jakarta. Save The
Children Federation Inc;
32. Wulandari, Ice Sesi. 2010. Perilaku Seksual Pranikah Remaja Di DKI Jakarta, Jawa Barat
dan Jawa Timur (Analisis Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2007).
[Skripsi]. FKM UI;
33. Winkle, W. S & Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan.Yogyakarta: Media Abadi;
34. Kementerian Kesehatan. 2011. Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
35. Gunarsa, Singgih. 2001. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. BPK Jakarta:
Gunung Mulia;
36. Pujiati, S. dkk. 2013. Gambaran Perilaku Pacaran Remaja Di Pondok Pesantren Putri
K.H Sahlan Rosjidi (Unimus) Semarang. [Skripsi]. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang;
37. Kushartati, Sri. 2004. Pemberdayaan anak jalanan. Humanities: Indonesian Psychological
Journal, 1, 45-54
38. http://hqweb01.bkkbn.go.id/
39. Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai