Anda di halaman 1dari 15

Susanne Dida / Jurnal Keluarga Berencana Vol.4 No.

02 (2019) 35-46 32

JURNAL KELUARGA BERENCANA


e-ISSN : 2503-3379
p-ISSN : 2527-3132
http://ejurnal.bkkbn.go.id

PEMETAAN PRILAKU PENGGUNAAN MEDIA INFORMASI


DALAM MENGAKSES INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI DI
KALANGAN PELAJAR DI JAWA BARAT

Susanne Dida1, Syauqy Lukman2, Sukarno3, Feliza Herison4, Centurion Chandratama


Priyatna5,
Arif Rifqi Zaidan6, Titut Yuli Prihyugiarto7
1, 2, 4, 5, 6
Universitas Padjadjaran, Fakultas Ilmu Komunikasi
3, 7
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
1
susanne.dida@unpad.ac.id, 2syauqy.lukman@unpad.ac.id, 3lararashida@gamil.com,
4
felizaherizon@yahoo.co.id, 5centurion.priyatna@gmail.com, 6arif.zaidan@bkkbn.go.id, 7pakyugi@gmail.com

Diterima 27 Januari 2019; diterima dalam bentuk revisi 17 April 2019; diterima 1 October 2019
diterbitkan online 20 Desember 2019

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (a) mengetahui dan kemudian menjabarkan perilaku penggunaan
media informasi di kalangan remaja dalam mencari informasi tentang kesehatan reproduksi; serta
(b) perilaku penggunaan internetnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan populasi
remaja tahun pertama hingga keempat dengan rentang umur 18 hingga 24 tahun yang berada di
Jawa Barat. Penggumpulan data akan dilakukan melalui angket, wawancara dan observasi. Tipe
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan data kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan
dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang berkaitan dengan
komunikasi kesehatan, khususnya seputar informasi kesehatan reproduksi di kalangan remaja dengan
tujuan untuk memetakan pola, prilaku penggunaan media informasi di kalangan remaja di Jawa
Barat. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa platform media informasi yang banyak diakses di
kalangan remaja adalah melalui media sosial, paling tinggi instagram dan twitter sedangkan paling
rendah koran kemudian diikuti radio. Metode penyampaian pesan dengan infografis dan meme dirasa
paling efektif disampaikan melalui media sosial, ini menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan dalam
mengemas pesan-pesan kesehatan reproduksi untuk remaja, baik oleh BKKBN, maupun pihak-pihak
lain yang berkepentingan.

© 2019 Pusat Penelitian Kependudukan, Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera - Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Ini adalah artikel akses terbuka di
bawah lisensi CC BY-NC-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/)

Kata Kunci: Komunikasi Kesehatan, Kesehatan Reproduksi, Media Informasi, Pelajar

©2019 - BKKBN All rights reserved


I. PENDAHULUAN yang mengutip pernyataan dari Kepala
Prilaku seks pranikah di kalangan anak BKKBN Pada tahun 2011 tentang data riset
muda, adalah fenomena yang seringkali BKKBN pada 2010, hasil kajian tersebut
ditinjau sebagai permasalahan sosial yang menunjukkan, 54 persen remaja di wilayah
kritikal oleh sebagian besar masyarakat. Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan
Sikap pasangan pranikah yang permisif Bekasi atau Jabodetabek telah melakukan
terhadap perilaku seksual pranikah terlihat hubungan seksual pranikah2.
dari bentuk perilaku seksual yang mereka Kemajuan dan keberhasilan suatu negara
lakukan. dapat dilihat dari kualitas remaja di negara
Berdasarkan Data Badan Koordinasi dan tersebut. Remaja menurut Santrock (2003)
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah masa transisi dari masa anak-anak ke
tahun 2010 yang dikutip oleh Murni masa dewasa awal, dimulai kira-kira usia 12
Manurung pada website BKKBN Jawa Barat, tahun sampai 15 tahun dan berakhir diusia 18
51% remaja di Jabodetabek telah melakukan tahun sampai 22 tahun. Remaja merupakan
seks sebelum menikah. Hasil Survei DKT masa penting yang akan dialami oleh setiap
Indonesia tahun 2005 juga menunjukkan manusia, perlu pengawasan dan pendidikan
bahwa remaja di beberapa wilayah Indonesia yang baik agar dihasilkan generasi penerus
telah melakukan seks sebelum menikah, bangsa yang berkualitas untuk melanjutkan
diantaranya Surabaya 54%, di Bandung 47% pembangunan suatu negara. Berdasarkan
dan di Medan 52%. Sementara itu, hasil data sensus penduduk yang dilakukan oleh
Survei SKKRI TAHUN 202/2003, bahwa Badan Pusat Statistik tahun 2010, Indonesia
remaja memiliki teman yang pernah memiliki jumlah remaja usia 10-24 tahun
berhubungan seksual dimulai dari usia 14-19 yang cukup banyak yaitu sebesar 63.367.920
tahun, dengan wanita 34,7% dan pria 30,9%1. jiwa atau 26.67 persen dari 237.6 juta jiwa
Di kota Bandung sendiri, lebih dari jumlah penduduk total Indonesia. Melihat
setengah jumlah remaja atau tepatnya 56% jumlahnya yang cukup banyak, maka perlu
sudah melakukan perilaku seksual dilakukan pengontrolan dan perhatian
intercourse pranikah. Data ini diperoleh terhadap mereka, karena usia tersebut
berdasarkan survei yang dilakukan oleh merupakan usia pencarian jati diri. Mereka
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia sangat berisiko terhadap masalah-masalah
(PKBI) Jabar pada bulan Juni 2008 di setiap penyimpangan perilaku yang berkaitan
kecamatan dengan sampel 100 orang remaja dengan kesehatan seperti perilaku seksual
berusia 15-24 (13/08/08. Harian Pagi Tribun pranikah, Napza, HIV/AIDS, dan Aborsi.
Jabar). Perilaku seksual pranikah menurut
Masalah perilaku seksual pranikah sudah Sarwono (2010) adalah tingkah laku yang
ada dari beberapa tahun yang lalu dan kasus berhubungan dengan dorongan seksual
tersebut terus meningkat setiap tahunnya. Hal bersama lawan jenis maupun sesama jenis
ini membuat pemerintah Republik Indonesia yang dilakukan sebelum adanya tali
mengeluarkan kebijakan pada tahun 1998, perkawinan yang sah baik secara hukum
melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan maupun agama. Perilaku seksual pranikah
Nomor 433/MENKES/SK/V/1998 tentang yang dilakukan oleh remaja dapat memicu
Komisi Kesehatan Reproduksi yang permasalahan baru yang akan dihadapi oleh
membentuk sebuah Komisi Kesehatan remaja dan lingkungannya seperti aborsi,
Reproduksi yang terdiri atas empat penularan penyakit seksual menular,
Kelompok Kerja (Pokja), salah satunya yaitu HIV/AIDS, pelacuran dan tindakan-tindakan
Pokja Kesehatan Reproduksi Remaja asusila jika dibiarkan terus menerus.
(PKRR). Dalam artikel di media liputan6 Mengutip artikel Kepala BKKBN Jabar pada
tahun 2009 dalam website resmi BKKBN
1 Jawa Barat tentang aborsi, kasus aborsi di
Murni Manurung, “membangun Remaja Jawa Barat
yang bebas dari masalah seksualitas, Napza, dan Indonesia mencapai 2.4 juta jiwa per tahun.
HIV/AIDS”,
2
http://jabar.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID= https://www.liputan6.com/news/read/308777/bkkbn-
586 51-persen-remaja-jabotabek-tidak-perawan
©2018 - BKKBN All rights reserved
Susanne Dida / Jurnal Keluarga Berencana Vol.4 No.02 (2019) 35-46 34

Artikel tersebut mengutip penelitian lembaga melalui sponsorship, kegiatan CSR,


Demografi Fakultas Ekonomi Universitas sosialisasi secara langsung, dll.
Indonesia tahun 2000 yang melaporkan Kajian-kajian komunikasi kesehatan
bahwa kejadian aborsi diperkirakan 2,4 juta terkait bagaimana pola komunikasi,
per tahun dan 700 -800 ribu diantaranya preferensi media, sikap, dan prilaku
dilakukan oleh kalangan remaja (BLS LD-FE komunikasi remaja terkait pesan-pesan
UI 2000)3. Selain itu, menurut data Pusdatin kesehatan reproduksi, juga perlu
Kemenkes, total kasus HIV/AIDS di mendapatkan perhatian demi lancarnya
Indonesia yang dilaporkan pada satu Januari proses diseminasi informasi kesehatan
sampai tiga puluh Juni 2012 tercatat reproduksi remaja.
sebanyak 9.883 kasus HIV dan 2.224 kasus Berdasarkan uraian di atas, maka
AIDS, dengan 45 persen di antaranya penelitian ini berusaha memetakan tentang
diderita oleh remaja. Angka- angka ini prilaku penggunaan media informasi
memiliki kemungkinan lebih besar kesehatan reproduksi yang digunakan oleh
jumlahnya di lapangan karena masih remaja. Dalam penelitian yang dilakukan
banyaknya kasus yang belum teridentifikasi oleh Syuderajat (2014) tentang pola
dan kasus baru yang bermunculan4. penggunaan media internet yang
Mengetahui tentang tingginya risiko yang berhubungan dengan aktifitas seksual, remaja
dapat ditimbulkan dari prilaku seks pranikah mengakses internet setiap hari minimal satu
yang kurang baik, negara melalui BKKBN jam, bahkan ada yang mengakui mengakses
membuat SKRRI (Survey Kesehatan internet lebih dari lima jam setiap hari
Reproduksi Republik Indonesia) dan sebesar 20%. Lalu situs-situs jejaring sosial
diperbaharui menjadi Survei Kependudukan, menjadi kategori situs yang paling sering
Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi dibuka 36%. Sebagian besar yaitu 71%
Remaja dan Pembangunan Keluarga di remaja menyatakan pernah mengakses situs
Kalangan Remaja Indonesia, salah satunya porno, hampir setengahnya sebesar 39%
untuk mengetahui tingkat kesadaran remaja menyatakan pernah mengunduh gambar
akan kesehatan reproduksi dan porno sedangkan video porno sebesar 46.
memasukannya dalam program KKBPK Fakta menarik lainnya adalah sebagian besar
(Kependudukan dan KB Pembangunan remaja menyatakan pernah melakukan
Keluarga). aktivitas seksual yaitu sebanyak 81% dan
Salah satu program yang dilakukan sebagian besar melakukan aktivitas seksual
BKKBN dalam melakukan diseminasi melibatkan pacar sebesar 66%, sebagian
informasi kesehatan melalu sejumlah media kecil melibatkan teman 8%, PSK 2%, dan
massa dengan berbagai metode penyampaian lainnya 8% yaitu “pecun” (perempuan cuma-
informasi, baik dengan menggunakan iklan, cuma) serta tetangga atau anak tetangga
endorsement, sponsorship acara, dll. rumah maupun kos/kontrakan. Temuan
Aktifitas yang dilakukan oleh BKKBN penting dalam riset tersebut adalah, internet
adalah menggunakan media above the line dianggap sebagai media penting yang
(media lini atas), seperti iklan di TV, koran, mempengaruhi aktifitas seksual, baik melalui
radio, kemasan acara siar, dll. Alternatif fasilitas email, chatting, dan video chat/web
lainnya adalah dengan menggunakan media cam. Sebagian besar remaja berpendapat
below the line (media lini bawah), yaitu bahwa tayangan asusila di internet
berpengaruh terhadap aktivitas seksual
mereka yaitu sebesar 62%.
3
Rukman Heryana, Aborsi dalam perspektif Sementara itu, Susanto (2013) dalam
kependudukan. 4 Juli 2009. penelitiannya menemukan bahwa ada
http://jabar.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?I hubungan positif yang sangat signifikan
D=29&ContentTypeId=0x01003DCABABC04B7084
antara Sikap terhadap media pornografi
595DA364423DE7897
4
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian dengan perilaku seksual. sikap positif
Kesehatan RI tentang situasi dan analisis HIV AIDS. terhadap media pornografi terhadap perilaku
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin seksual pranikah secara umum memberi
/infodatin/Infodatin%20AIDS.pdf

©2019 - BKKBN All rights reserved


Susanne Dida / Jurnal Keluarga Berencana Vol.4 No.02 (2019) 35-46 35

sumbangan sebesar 44% terhadap perilaku sehat, baik secara fisik, mental maupun sosial.
seksual pranikah. Kesimpulan dalam Komunikasi itu sendiri adalah pertukaran pesan
penelitian ini adalah ada hubungan positif verbal maupun nonverbal antara si pengirim
yang signifikan antara antara ada hubungan dengan si penerima pesan, sedangkan kesehatan
memiliki pengertian keadaan (status) sehat, baik
positif antara sikap terhadap media
secara fisik, mental maupun sosial.
pornografi dengan perilaku seksual pranikah Adapun jenis-jenis komunikasi yaitu
pada remaja. Artinya semakin positif sikap komunikasi verbal (melalui kata-kata) dan non
terhadap media pornografi maka semakin verbal (melalui bahasa tubuh). Namun
tinggi perilaku seksual pranikah pada berdasarkan jenis yang lain komunikasi terbagi-
individu. Sebaliknya individu yang memiliki bagi kembali menjadi komunikasi langsung
sikap negatif terhadap media pornografi (tanpa menggunakan alat), komunikasi tidak
maka semakin rendah perilaku seksual langsung (menggunakan alat), komunikasi massa
pranikah pada individu. (kelompok orang dengan jumlah yang besar),
komunikasi kelompok (sekelompok orang yang
Media Informasi umumnya bisa dihitung), komunikasi perorangan
Media berasal dari bahasa latin “medius” (tatap muka), komunikasi satu arah (tidak
yang berarti pengantar atau perantara. Cangara mempunyai kesempatan memberikan umpan
(2009) mendefinisikan media sebagai alat atau balik), komunikasi timbal balik (memberikan
sarana yang digunakan untuk menyampaikan umpan balik).
pesan dari komunikator kepada khalayak. Media
digolongkan kedalam empat macam yaitu media Kesehatan Reproduksi
antar pribadi, media kelompok, media publik dan Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang
media massa. Rogers (1986) dalam Bungin artinya kembali dan kata produksi yang artinya
(2009) menyatakan bahwa dalam hubungan membuat atau menghasilkan. Jadi istilah
komunikasi di masyarakat, dikenal empat era reproduksi mempunyai arti suatu proses
komunikasi. Era komunikasi yang dimaksud kehidupan manusia dalam menghasilkan
yaitu: era tulis, era media cetak, era media keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan
telekomunikasi dan era media komunikasi yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh
interaktif. Dalam era terakhir media komunikasi yang berfungsi untuk reproduksi manusia.
interaktif dikenal media komputer, internet, Menurut BKKBN, (2010), defenisi kesehatan
videotext, teleconferencing, tv kabel dan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental,
sebagainya. dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua
Sayling Wen (2002) dalam Bungin (2009) hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi
membagi media menjadi tiga bagian yaitu serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi
yang bebas dari penyakit dan kecacatan.
media komunikasi antar pribadi, media
Menurut ICPD, International Conference on
penyimpanan dan media transmisi. Media Population and Development (1994) kesehatan
komunikasi antar pribadi dikategorikan oleh reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan
Wen menjadi enam media yaitu suara, grafik, sehat sejahtera secara fisik, mental, dan sosial
teks, musik, animasi dan video. dan tidak hanya bebas dari penyakit atau
Hernandez (2007) menyatakan bahwa media kecacatan dalam segala hal yang terkait dengan
massa yang sering digunakan oleh masyarakat sistem, fungsi serta proses reproduksi.
saat ini terutama remaja yaitu televisi, internet, Menurut Depkes RI (2000) kesehatan
musik, radio, dan majalah. Sama halnya dengan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara
Hernandez (2007), Brown et al. (2006) menyeluruh mencakup fisik, mental dan
menyatakan bahwa media yang sering digunakan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat,
oleh remaja adalah media massa seperti televisi, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran
film, musik, dan majalah. Media menjadi faktor kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang
kuat dalam mempengaruhi perilaku seksual bebas dari penyakit melainkan bagaimana
remaja. seseorang dapat memiliki kehidupan seksual
yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah
Komunikasi Kesehatan menikah..
Komunikasi kesehatan yaitu proses Maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan
penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator reproduksi adalah keadaan sehat secara
melalui saluran/media tertentu pada komunikan menyeluruh mencakup fisik, mental dan
dengan tujuan yang mengarah pada keadaan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan

©2019 - BKKBN All rights reserved


Susanne Dida / Jurnal Keluarga Berencana Vol.4 No.02 (2019) 35-46 36

alat,fungsi serta proses reproduksi. Dengan manusia yang mengetahui segalanya, sehingga
demikian kesehatan reproduksi bukan hanya banyak orang berpikir bahwa masa remaja
kondisi bebas dari penyakit,melainkan merupakan masa yang penuh dengan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan pertentangan dan menolak nilai-nilai yang telah
seksual yang aman dan memuaskan sebelum ditetapkan oleh orang tuanya. Erikson dalam
menikah dan sesudah menikah. Santrock (2007) menyatakan bahwa pada masa
remaja, remaja akan mencermati siapa dirinya,
Remaja bagaimanakah dirinya, dan arah kehidupan
Berdasarkan data sensus penduduk yang mereka. Pertanyaan mengenai identitas ini akan
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2010, muncul selama rentang kehidupan remajanya,
Indonesia memiliki jumlah remaja usia 10-24 ketika mereka mulai menyadari mereka akan
tahun yang cukup banyak yaitu sebesar bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri
63.367.920 jiwa atau 26.67 persen dari 237.6 juta dan kehidupan mereka, remaja mulai mencari
jiwa jumlah penduduk total Indonesia. Istilah kehidupan seperti apa yang akan mereka jalani.
remaja yang dikenal dalam bahasa inggris Selain itu, Gunarsa dan Gunarsa (2003)
“adolescence” berasal dari bahasa latin menyebutkan beberapa karakteristik remaja,
“adolescere” (kata benda, adolescence yang yaitu: (1) keadaan emosi yang labil, (2) sikap
berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi menentang orang tua maupun orang dewasa
dewasa atau dalam perkembangan menjadi lainnya, (3) pertentangan dalam dirinya menjadi
dewasa. Monks (2002) mendefinisikan remaja sebab pertentangan dengan orang tuanya, (4)
sebagai suatu fase perkembangan antara masa eksperimentasi atau keinginan yang besar dari
kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung remaja untuk melakukan kegiatan orang dewasa
antara usia 12 sampai 21 tahun. Sarwono (2010) yang dapat ditampung melalui saluran ilmu
menyatakan bahwa masa remaja dikenal sebagai pengetahuan, (5) eksplorasi atau keinginan untuk
suatu tahap perkembangan fisik dimana alat menjelajahi lingkungan alam sekitar yang sering
kelamin manusia mencapai puncak kematangan. disalurkan melalui penjelajahan atau
Rentang usia remaja menurut sarwono berada petualangan, (6) banyaknya fantasi atau khayalan
pada usia 15-24 tahun. Hurlock (2004) dan bualan, dan (7) kecenderungan membentuk
menjelaskan remaja sebagai masa perkembangan kelompok dan melakukan kegiatan berkelompok.
seksual, perkembangan tersebut ditandai oleh
datangnya haid pertama atau menarche pada Kerangka Teoretik
remaja perempuan yang terjadi pada usia 11 Teori Uses and Gratifications
tahun dan noctural emission (wet dream atau Teori Uses and Gratifications meripakan teori
mimpi basah) yakni pengeluaran sperma cairan efek komunikasi massa yang berfokus pada
yang antara lain berisikan seks kelamin laki-laki, khalayak yang aktif memilih pesan media sesuai
pada remaja laki-laki yang terjadi pada usia 13- dengan kebutuhannya. Teori tersebut dikenal
14 tahun. Masa remaja terbagi menjadi tiga dengan asumsi bahwa khalayak aktif dan
periode yaitu masa remaja awal usia 12-15 tahun, penggunaan media adalah bertujuan untuk
masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan ditonjolkan. Hal ini dikarenakan, setiap individu
masa remaja akhir usia 18-21 tahun. memiliki derajat aktivitas dalam pemanfaatan
Serupa dengan Monks, Gunarsa dan Gunarsa media mereka.
(2003) menyatakan bahwa masa remaja sebagai
masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa Tahap Perkembangan Teori Uses and
dewasa, meliputi semua perkembangan yang Gratifications
dialami untuk persiapan memasuki masa dewasa. Teori Uses and Gratifications merupakan
Semua aspek perkembangan dalam masa remaja perpanjangan dari teori kebutuhan dan motivasi
secara global berlangsung antara umur 12-21 yang dikembangkan Abraham Maslow pada yang
tahun, dengan pembagian periode usia menjadi mengemukakan bahwa manusia secara aktif
12-15 tahun masa remaja awal, 16-18 tahun masa mencari pemuasan kebutuhannya mulai lebih
remaja pertengahan dan 19-21 tahun adalah masa konkrit sampai kepada hal-hal yang bersifat
remaja akhir. abstrak. Maslow (1954) kemudian membagi
Santrock (2007) menyatakan bahwa kebutuhan manusia kedalam bentuk piramida
bersamaan dengan berkembangnya aspek yang berkembang dalam suatu urutan hirarki
kognitif pada masa remaja, sering muncul dengan kebutuhan fisiologi.
perbedaan pendapat antara remaja dengan orang
tuanya atau orang dewasa lainnya. Mereka tidak Asumsi Teori Uses and Gratifications
lagi memandang orang tua sebagai sosok

©2019 - BKKBN All rights reserved


Susanne Dida / Jurnal Keluarga Berencana Vol.4 No.02 (2019) 35-46 37

Teori Uses and Gratifications memberikan adalah pilihan-pilihan media komunikasi


kerangka piker untuk memahami kapan dan kesehatan reproduksi remaja di Jawa Barat.
bagaimana individu mengkonsumsi produk-
produk media menjadi lebih atau kurang aktif Sikap terhadap media
dan berdampak pada meningkatnya atau Menurut Berkowitz dalam Azwar (2013:4)
menurunnya keterlibatan. Beberapa asumsi Teori sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau
Uses and Gratifications yang dikemukakan oleh reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu
penemu dalam pendekatan ini yaitu Katz, Blimer objek adalah perasaan mendukung atau memihak
dan Gurevitch (1973), bahwa terdapat lima maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
asumsi dasar dalam Teori Uses and Gratifications memihak pada objek tersebut. Sedangkan
yaitu : 1). Khalayak adalah aktif dan menurut Thurstone dalam Azwar (2013:5) sikap
menggunakan media adalah bertujuan. 2). merupakan derajat afek positif atau afek negative
Inisiatif atas keterlibatan pemuasan kebutuhan terhadap suatu objek psikologis. Menurut La
terhadap pemilihan media tertentu berada Pierre dalam Azwar (2013:5) sikap adalah
ditangan khalayak. 3). Media dan sumber-sumber respons terhadap stimuli sosial yang telah
lain bersama-sama memenuhi kebutuhan terkondisikan. Sedangkan menurut Secord
khalayak. 4). Orang-orang memiliki cukup Backman dalam Saiffudin (2013:5)
kesadaran atas penggunaan media, ketertarikan mendefinisikan sikap sebagai keteraturan dalam
dan motif. Hal ini yang membuat para peneliti hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
mendapatkan gambaran lebih akurat atas predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap
penggunaan media tersebut. 5). Penilaian suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
terhadap isi media hanya dapat dilakukan oleh Sikap terhadap media adalah bagaimana
khalayak itu sendiri. bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, yang
merupakan derajat positif dan negatif audiens
Konsep Khalayak Aktif terhadap media komunikasi yang menjadi stimuli
Mark Levy dan Sven Windahl (1984) sosial audiens. Dalam konteks penelitian ini,
memberikan gambaran terhadap konsep khalayak adalah media komunikasi kesehatan reproduksi
aktif yaiitu adanya rasa suka rela dan orientasi remaja.
yang selektif dari khalayak terhadap proses
komunikasi. Selanjutnya Jay G Blumer (1979) Pengetahuan
mengemukakan beberapa aktifitas khalayak Pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu”
dimana konsumsi media akan terjadi yaitu : 1). dan ini terjadi setelah orang melakukan
Utility. Media mempunyai kegunaan dan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
manusia dapat menempatkan media pada Penginderaan terjadi melalui panca indera
kegunaan tersebut. 2). Intentionality. Terjadi manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran,
pada saat motivasi utama manusia menentukan penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
konsumsi dari isi media mereka. 3). Selectifity. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
Penggunaan media merupakan refleksi dari telinga (Notoadmodjo 2003).
ketertarikan dan preferensi mereka. 4). Dalam konteks penelitian ini, pengetahuan
Imperviouses to influence. Khalayak membangun yang berusaha diketahui dari sampel, adalah
makna mereka atas isi media dan makna tersebut pengetahuan kesehatan reproduksi. Pengetahuan
mempengaruhi apa yang dipikirkan dan lakukan. diukur dengan sejumlah butir pertanyaan tentang
kesehatan reproduksi remaja, yaitu pengetahuan
Preferensi Media seputar anatomi dan perawatan kesehatan alat
Menurut Doris Grober dalam Vivian (2008) reproduksi, pengetahuan tentang kehamilan,
preferensi media umumnya meminta pengguna penyakit seks menular, dan alat kontrasepsi.
media untuk mengurutkan media mana yang
paling disukai. Secara umum kata preferensi Prilaku penggunaan media
diartikan sebagai pilihan utama, sehingga kata Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi
preferensi media dapat diartikan media pilihan antara seorang individu dengan lingkungannya.
utama. Penggunaan kata preferensi media lazim Perilaku manusia menurut Thoha, adalah fungsi
digunakan dalam melihat penggunaan media dari interaksi antara individu dengan
massa oleh khalayak. Media massa saat ini cukup lingkungannya. Perilaku komunikasi sendiri yaitu
banyak dan bervariasi, sehingga masyarakat suatu tindakan atau perilaku komunikasi baik itu
menentukan pilihan media yang paling disukai berupa verbal ataupun non verbal yang ada pada
untuk digunkan sesuai tujuannya. Dalam konteks tingkah laku seseorang. Menurut Kwick dalam
penelitian ini, preferensi media yang dimaksud Notoatmodjo (2003), perilaku adalah tindakan

©2019 - BKKBN All rights reserved


Susanne Dida / Jurnal Keluarga Berencana Vol.4 No.02 (2019) 35-46 38

atau perbuatan organisme yang dapat diamati dan dampak-dampak prilaku (Ivanov dan Werner,
bahkan dapat dipelajari. 2010).
Prilaku komunikasi merujuk pada Dalam konteks penelitian ini, prilaku
kecenderungan individu untuk mengekspresikan penggunaan media adalah bagaimana remaja
perasaan, kebutuhan, dan pemikiran dengan menggunakan media-media sosial.
menggunakan pesan tidak langsung serta

II. METODE

Penelitian Tahap 1 Penelitian Tahap 2


Pengolahan Data Kuantitatif Pengolahan data Kualitatif

Tipe penelitian ini adalah penelitian Alasan peneliti manggunakan jenis


deskrtiptif dengan data kualitatif dan penelitian deskripsi adalah karena dengan
kuantitatif yang dilakukan dengan tujuan penelitian ini mampu memberikan gambaran
menggambarkan atau mendeskripsikan obyek yang menyeluruh dan jelas terhadap satu
dan fenomena yang berkaitan dengan situasi dengan situasi sosial yang lain atau
komunikasi kesehatan dalam meningkatkan dari waktu tertentu dengan waktu yang lain,
kesadaran remaja mengenai pemeliharaan atau dapat menemukan pola-pola hubungan
kesehatan reproduksi. antara aspek tertentu dengan aspek yang lain,
Metode penelitian deskriptif adalah salah dan dapat menemukan hipotesis dan teori.
satu metode penelitan yang banyak Dari data deskriptif tersebut diharapkan dapat
digunakan pada penelitian yang bertujuan dihasilkan insight yang baik untuk
untuk menjelaskan suatu kejadian. Seperti perumusan hipotesis dan teori.
yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011) Adapun jenis data dalam penelitian ini ada
“penelitian desktiptif adalah sebuah dua macam, yaitu jenis data primer dan jenis
penelitian yang bertujuan untuk memberikan data sekunder. Yang dimaksudkan dengan
atau menjabarkan suatu keadaan atau jenis data primer adalah jenis data tentang
fenomena yang terjadi saat ini dengan prilaku subyek dalam menggunakan media
menggunakan prosedur ilmiah untuk informasi dalam mencari dan mendapatkan
menjawab masalah secara aktual”. informasi kesehatan reproduksi. Dari data ini,
Sedangkan, Sukmadinata (2006) menyatakan akan diidentifikasi preferensi media subyek
bahwa metode penelitian deskriptif adalah dalam mencari informasi kesehatan
sebuah metode yang berusaha reproduksi, intensitas penggunaan medianya,
mendeskripsikan, menginterpretasikan serta aspek prilaku lain dalam konteks
sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan mendapatkan informasi kesehatan
yang ada, pendapat yang berkembang, proses reproduksi.
yang sedang berlangsung, akibat atau efek Data sekunder adalah data yang memuat
yang terjadi atau tentang kecenderungan identitas subyek dan beberapa informasi
yang sedang berlangsung. penting lainnya sebagai referensi triangulasi
data. Diantara lain didapatkan dari sumber
literatur, riset terdahulu, khususnya dari

©2019 - BKKBN All rights reserved


Susanne Dida / Jurnal Keluarga Berencana Vol.4 No.02 (2019) 35-46 39

lembaga BKKBN yang berhubungan dengan dokumentasi untuk sumber data yang sama
topik penelitian. secara serempak sesuai tahapan yang telah
Untuk keabsahan data peneliti dijelaskan sebelumnya.
menggunakan telaah teknik triangulasi
sumber, yaitu penggunaan sumber yang Populasi, Sampel, Informan Kunci, dan
berbeda untuk mengumpulkan data sejenis. Partisipan FGD
Pengumpulan data kualitatif dilakukan Pada tahap pertama, penelitian kuantitatif
dengan cara observasi dan wawancara yang memetakan pengetahuan kespro,
mendalam. Wawancara dengan beberapa preferensi media, dan sikap terhadap media,
narasumber kunci atau key informants populasi utama dari penelitian ini adalah
dengan kriteria informan meliputi: 1) remaja. Berdasarkan data, jumlah penduduk
Pengamat sosial, khususnya prilaku remaja Indonesia saat ini mencapai 65 juta
penggunaan Media; 2) Psikolog/ahli yang jiwa atau sekitar 30% dari total jumlah
mengamati prilaku komunikasi di kalangan penduduk Indonesia. Sementara jumlah
remaja/remaja; 3) representasi dari institusi penduduk remaja di Provinsi Jawa Barat
yang memiliki kepentingan seputar masalah mencapai 11.358.704 jiwa atau sebesar
informasi kesehatan reproduksi dan 26,60% dari total jumlah penduduk di Jawa
penggunaan media yaitu perwakilan dari Barat.
BKKBN dan Diskominfo Jawa Barat Menurut Sugiyono (2011: 60) menyatakan
bahwa sampling kuota adalah teknik untuk
Instrumen Penelitian menentukan sampel dari populasi yang
Instrumen yang digunakan untuk mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
penelitian deskriptif ini adalah berupa (kuota) yang diinginkan. Adapun target dari
kuesioner dengan pertanyaan tertutup, kuisioner ini adalah 1.000 orang sampel yang
dengan item pertanyan seputar preferensi harus mewakili seluruh daerah kabupaten dan
media, pengetahuan kesehatan reproduksi, kota di Jawa Barat. Angka 1.000 sampel,
sikap terhadap media, dan prilaku dinilai dapat memenuhi keterwakilan
komunikasi terhadap media. populasi remaja di Jawa barat.
Sedangkan untuk data kualitatif, Sayangnya, tidak ada data akurat
dirumuskan panduan wawancara dengan mengenai jumlah penduduk usia remaja
pertanyaan terbuka untuk wawancara serta berdasarkan masing-masing Kabupaten dan
pertanyaan pancingan untuk kegiatan Focus Kota pada data BPS. Untuk itu, peneliti
Group Discussion. Panduan wawancara menentukan proporsi sampel berdasarkan
dibuat untuk memagari alur wawancara agar proporsi jumlah penduduk Jawa Barat
tetap focus pada bahasan seputar prilaku berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dari
penggunaan media informasi dalam data Biro Pusat Statistik Jawa Barat per
pencarian informasi kesehatan reproduksi. Kabupaten Kota pada tabel di bawah ini.
Aspek yang diteliti yaitu preferensi media, Proporsi jumlah penduduk masing-masing
prilaku penggunaan media, serta beberapa Kabupaten/Kota, akan dibagi relatif dengan
aspek lainnya yang berkaitan dengan topik total penduduk Jawa Barat, lalu
penelitian. prosentasenya akan dikalikan dengan quota
Teknik pengumpulan data menggunakan sampel yang ditentukan yaitu sebanyak 1.000
bukti multi sumber (triangulasi) artinya sampel.
teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik Penentuan Informan Kunci dan peserta
pengumpulan data dan sumber data yang Focus Group Discussion
telah ada. Teknik triangulasi berarti peneliti Pada tahap kedua penelitian, data
menggunakan teknik pengumpulan data yang kuantitatif pada tahap pertama akan dijadikan
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari rujukan analisis data dengan menggunakan
sumber yang sama. Peneliti akan metode interview mendalam dan Focus
menggunakan observasi partisipatif, Group Discussion Tujuan dari penelitian
wawancara mendalam, FGD, dan tahap kedua adalah membuat model

©2019 - BKKBN All rights reserved


Susanne Dida / Jurnal Keluarga Berencana Vol.4 No.02 (2019) 35-46 40

komunikasi/rekomendasi terkait hal-hal pertanyaan telah diuji validitas dan


penting yang perlu diperhatikan dalam reliabilitasnya.
mensosialisasikan informasi kesehatan
reproduksi di kalangan remaja. Data akan
digunakan berdasarkan analisis kualitatif
menggunakan FGD dan in-depth interview Statistics
dengan stakeholder terkait diseminasi NILAI/SKOR
informasi kesehatan reproduksi remaja. Hasil N Valid 1006
analsis data kualitatif akan dirumuskan Missing 0
Mean (Rata-rata) 59.17
menjadi masukan kepada pemerintah Mode (Modus) 60
khususnya BKKBN mengenai model Minimum (Nilai terendah) 20
komunikasi untuk mensosialisasikan Maximum (Nilai tertinggi) 100
informasi kesehatan reproduksi kepada
remaja dengan media yang tepat. Secara umum, memperhatikan nilai total
Setiap informan kunci dan peserta FGD yang diperoleh dari responden terkait
akan diberikan penjelasan mengenai data pengetahuan kesehatan reproduksi dengan
kuantitatif yang diperoleh dalam tahap analisis kecenderungan gejala pusat atau
pertama, dan akan menganalisis data tersebut central tendency mean 59.17, mode 60,
berdasarkan latar belakang/kompetensi minimum 20, max 100, maka dapat
masing-masing. Adapun daftar informan disimpulkan bahwa dari 1006 responden
kunci dan partisipan FGD dapat dilihat pada tersebut, pengetahuannya berada di angka
tabel transkrip analisis FGD terkait prilaku menengah cenderung baik, walaupun tidak
penggunaan media informasi remaja pada dapat dikatakan tinggi. Namun jika data
hasil dan pembahasan. antara PIK-R/M dengan remaja ‘umum’
dipisah, dapat dilihat bahwa
III. HASIL DAN PEMBAHASAN kecenderungannya berubah.

Kuisioner Pengetahuan Kesehatan Preferensi Komunikasi


Reproduksi dan Preferensi Komunikasi
Kesehatan Reproduksi Dalam kuisioner preferensi kuisioner,
terdapat 11 item pertanyaan tertutup yang
Kuisioner yang disebar berusaha untuk berusaha memetakan preferensi komunikasi
memetakan pengetahuan sampel seputar dari responden, berusaha untuk melihat
Kesehatan Reproduksi dan juga terkait kondisi existing pengetahuan responden
preferensi mereka mengenai pola komunikasi berdasarkan perspektif mereka sendiri,
kesehatan reproduksi. Pengukuran preferensi terkait penyampaian informasi dari
pengetahuan, dilakukan dengan cara menguji BKKBN, preferensi media berdasarkan
responden dengan pertanyaan benar dan bedahan media konvensional, mainstream,
salah di mana jawaban yang salah akan diberi dan media baru, juga 4 pertanyaan terbuka
nilai nol (0) dan jawaban yang benar akan terkait preferensi platform komunikasi dan
mendapatkan nilai 1. Sedangkan pengukuran gaya yang disukai.
preferensi menggunakan skala likert dengan
pembobotan nilai maksimal 5 untuk jawaban
yang paling positif, dan nilai minimal 1
untuk jawaban yang paling negative.
Kuisioner pengetahuan kesehatan
reproduksi, diukur dengan 10 pertanyaan
yang terdiri dari pertanyaan tema-tema
pengetahuan kesehatan reproduksi, yaitu
pendewasaan usia pernikahan, penyakit
seksual menular, alat kontrasepsi, dan
kesehatan organ reproduksi, semua item

©2019 - BKKBN All rights reserved


Frekuensi Skor Indeks
Variabel Pertanyaan Total Rata- Keterangan
Skor 1 2 3 4 5
Rata
P1 Remaja pada umumnya sudah Frekuensi 59 206 313 254 174 1006 Benar bahwa remaja pada
mendapatkan pengetahuan kesehatan % 5.86% 20.48% 31.11% 25.25% 17.30% 100.00% umumnya sudah mendapatkan
reproduksi secara baik dari sekolah Skor 59 412 939 1016 870 3296 3.28 pengetahuan kesehatan
reproduksi secara baik dari
sekolah
P2 Remaja pada umumnya sudah Frekuensi 7 233 350 253 96 1006 Benar bahwa remaja pada
mendapatkan pengetahuan kesehatan 4 umumnya sudah mendapatkan
reproduksi secara baik dari media % 7.36% 23.16% 34.79% 25.15% 9.54% 100.00% 3.07 pengetahuan kesehatan
internet Skor 74 466 1050 1012 480 3082 reproduksi secara baik dari
media internet
P3 Remaja pada umumnya TIDAK Frekuensi 110 187 291 282 136 1006 Benar bahwa remaja pada
mendapatkan pengetahuan kesehatan % 10.93% 18.59% 28.93% 28.03% 13.52% 100.00% umumnya TIDAK mendapatkan
reproduksi secara baik dari BKKBN Skor 550 748 873 564 136 2871 pengetahuan kesehatan
2.86
reproduksi secara baik dari
BKKBN
P4 Televisi adalah media yang EFEKTIF Frekuensi 100 256 275 249 126 1006 Benar bahwa televisi adalah
untuk menyampaikan informasi % 9.94% 25.45% 27.34% 24.75% 12.52% 100.00% media yang EFEKTIF untuk
kesehatan reproduksi kepada remaja Skor 100 512 825 996 630 3036 3.01 menyampaikan informasi
kesehatan reproduksi kepada
remaja
P5 Radio adalah media yang TIDAK Frekuensi 107 262 264 230 143 1006 Benar bahwa radio adalah media
EFEKTIF untuk menyampaikan % 10.64% 26.04% 26.24% 22.86% 14.21% 100.00% yang TIDAK EFEKTIF untuk
informasi kesehatan reproduksi kepada Skor 535 1048 792 460 143 2978 2.97 menyampaikan informasi
remaja kesehatan reproduksi kepada
remaja
P6 Buku pelajaran dan buku-buku ilmiah Frekuensi 24 129 267 378 208 1006
Benar bahwa buku pelajaran dan
adalah media yang EFEKTIF untuk % 2.39% 12.82% 26.54% 37.57% 20.68% 100.00%
buku-buku ilmiah adalah media
menyampaikan informasi kesehatan Skor 24 258 801 1512 1040 3635 yang EFEKTIF untuk
reproduksi kepada remaja 3.61
menyampaikan informasi
kesehatan reproduksi kepada
remaja
P7 Website adalah media yang TIDAK Frekuensi 189 343 258 135 81 1006 Salah bahwa website adalah
EFEKTIF untuk menyampaikan % 18.79% 34.10% 25.65% 13.42% 8.05% 100% media yang TIDAK EFEKTIF
informasi kesehatan reproduksi kepada Skor 945 1372 774 270 81 3442 3.42 untuk menyampaikan informasi
remaja kesehatan reproduksi kepada
remaja
©2018 - BKKBN All rights reserved
Susanne Dida / Jurnal Keluarga Berencana Vol.4 No.02 (2019)
42 35-46

P8 Social Media seperti Instagram, Frekuensi 290 290 185 146 95 1006 Salah bahwa sosial media seperti
Facebook, Twitter adalah media yang % 28.83% 28.83% 18.39% 14.51% 9.44% 100.00% Instagram, Facebook, Twitter
TIDAK EFEKTIF untuk Skor 1450 1160 555 292 95 3552 adalah media yang TIDAK
3.53
menyampaikan informasi kesehatan EFEKTIF untuk menyampaikan
reproduksi kepada remaja informasi kesehatan reproduksi
kepada remaja
P9 Penggunaan Duta Genre EFEKTIF Frekuensi 26 39 612 183 146 1006 Benar bahwa Penggunaan Duta
untuk mengkomunikasikan info % 2.58% 3.88% 60.83% 18.19% 14.51% 100.00% Genre EFEKTIF untuk
kesehatan reproduksi kepada remaja Skor 26 78 1836 732 730 3402 3.39 mengkomunikasikan info
(silakan klik pilihan ke-3 jika Anda kesehatan reproduksi kepada
tidak tahu apa itu Duta Genre) remaja.
P10 Penggunaan Selebrita (Orang terkenal) Frekuensi 37 127 238 424 180 1006 Benar bahwa penggunaan
dan figur publik, EFEKTIF untuk % 3.68% 12.62% 23.66% 42.15% 17.89% 100.00% Selebrita (Orang terkenal) dan
mengkomunikasikan info kesehatan Skor 37 254 714 1696 900 3601 figur publik, EFEKTIF untuk
3.59
reproduksi kepada remaja mengkomunikasikan info
kesehatan reproduksi kepada
remaja
P11 Media website genrejabar.or.id akan Frekuensi 36 86 408 321 155 1006 Benar bahwa media website
EFEKTIF dalam mengkomunikasikan % 3.58% 8.55% 40.56% 31.91% 15.41% 100.00% genrejabar.or.id akan EFEKTIF
info kesehatan reproduksi kepada Skor 36 172 1224 1284 775 3491 3.47 dalam mengkomunikasikan info
remaja kesehatan reproduksi kepada
remaja

Notes:
Pertanyaan positif > 3 = Benar
Pertanyaan negative > 3 = Salah
< 3 = Benar

©2019 - BKKBN All rights reserved


kesehatan reproduksi kepada remaja
Secara umum terkait preferensi (indeks 3.61), ini menunjukkan bahwa
komunikasi kesehatan reproduksi dapat jika konten kesehatan reproduksi
disimpulkan beberapa hal berikut ini: menggunakan buku-buku pelajaran,
remaja merasa media tersebut sebagai
• Benar bahwa remaja pada umumnya rujukan yang efektif, bisa menjadi
sudah mendapatkan pengetahuan pertimbangan untuk pelengkap
kesehatan reproduksi secara baik dari kurikulum.
sekolah (indeks 3.28), dengan demikian
pengetahuan di sekolah tentang kesehatan • Salah bahwa website adalah media yang
reporudksi sudah cukup baik. TIDAK EFEKTIF untuk menyampaikan
informasi kesehatan reproduksi kepada
• Benar bahwa remaja pada umumnya remaja (indeks 3.42), cukup jelas,
sudah mendapatkan pengetahuan website adalah salah satu media daring
kesehatan reproduksi secara baik dari yang dianggap efektif dalam
media menyampaikan info kespro.

internet (indeks 3.07), dengan demikian • Salah bahwa sosial media seperti
pengetahuan reproduksi dari internet juga Instagram, Facebook, Twitter adalah
sudah cukup baik meskipun idenksnya media yang TIDAK EFEKTIF untuk
berada di ambang batas nilai minimun (3) menyampaikan informasi kesehatan
dan perlu digali lebih dalam informasi reproduksi kepada remaja (indeks 3.52),
yang diperoleh sebenarnya seperti apa begitu juga media daring berbasis socmed
dari internet terkait kesehatan reproduksi. memang dirasa efektif dalam
menyampaikan info kesehatan
• Benar bahwa remaja pada umumnya reproduksi.
TIDAK mendapatkan pengetahuan
kesehatan reproduksi secara baik dari • Benar bahwa Penggunaan Duta Genre
BKKBN (indeks 2.86), indeks ini EFEKTIF untuk mengkomunikasikan
menunjukkan bahwa responden merasa info kesehatan reproduksi kepada remaja.
belum terpapar informasi kesehatan (indeks 3.39), menunjukkan bahwa
reproduksi dari BKKBN. penggunaan duta genre efektif.

• Benar bahwa televisi adalah media yang • Benar bahwa penggunaan Selebrita
EFEKTIF untuk menyampaikan (Orang terkenal) dan figur publik,
informasi kesehatan reproduksi kepada EFEKTIF untuk mengkomunikasikan
remaja (indeks 3.01), cukup jelas bahwa info kesehatan reproduksi kepada remaja
TV memang masih dianggap efektif (indeks 3.59)
dalam menyampaikan pesan ksehatan
reproduksi. • Benar bahwa media website
genrejabar.or.id akan EFEKTIF dalam
• Benar bahwa radio adalah media yang mengkomunikasikan info kesehatan
TIDAK EFEKTIF untuk menyampaikan reproduksi kepada remaja (indeks 3.47),
informasi kesehatan reproduksi kepada menunjukkan bahwa web ini sudah
remaja (indeks 2.97), cukup jelas bahwa menjalankan fungsinya dengan baik
radio dianggap tidak efektif dalam untuk mengkomunikasikan info kesehata
mendiseminasikan informasi kesehatan reproduksi kepada remaja.
reproduksi.

• Benar bahwa buku pelajaran dan buku-


buku ilmiah adalah media yang EFEKTIF
untuk menyampaikan informasi
©2018 - BKKBN All rights reserved
Susanne Dida / Jurnal Keluarga Berencana Vol.4 No.02 (2019) 35-46 44

Platform social media mana yang menurut Anda Sedangkan pada persepsi remaja terkait
paling tepat dan disukai remaja untuk menyebarkan media-media yang digunakan BKKBN
informasi kesehatan reproduksi? dalam menyampaikan pesan kesehatan
reproduksi dinilai masih kurang baik,
Freque Valid Cumulative
ncy Percent Percent Percent dengan penekanan preferensi mereka pada
Valid Line 256 25.4 25.4 25.4 media-media online. Remaja juga merasa
Whatsapp 49 4.9 4.9 30.3 bahwa mereka merasa kurang mendapatkan
Kakao 2 .2 .2 30.5 informasi kesehatan reproduksi yang cukup,
Facebook 62 6.2 6.2 36.7 baik dari BKKBN, sekolah, maupun sumber
Twitter 31 3.1 3.1 39.8 lainnya.
Instagram 589 58.5 58.5 98.3
Platform media yang paling banyak
Snapchat 4 .4 .4 98.7
Lainnya.. 13 1.3 1.3 100.0
dipilih adalah social media, khususnya
Total 1006 100.0 100.0 Instagram dan Line, sedangkan Koran
adalah platform yang paling tidak dipilih
Analisis kuisioner pengetahuan dan oleh responden disusul dengan radio.
preferensi komunikasi kesehatan Metode penyampaian yang dirasa paling
reproduksi efektif oleh responden adalah infografis dan
Secara umum pengetahuan remaja meme, ini menjadi sesuatu yang perlu
seputar kesehatan reproduksi ada pada diperhatikan dalam mengemas pesan-pesan
angka 59,4 dengan nilai maksimal 100. kesehatan reproduksi untuk remaja, baik
Pengetahuan diukur dengan beberapa oleh BKKBN, maupun pihak-pihak lain
pertanyaan seputar pengetahuan tentang alat yang berkepentingan.
kontrasepsi, penyakit seksual menular,
penundaan usia pernikahan, dan pemberian Focus Group Discussion
jarak kehamilan. Angka ini menunjukkan Tahapan kedua penelitian adalah
bahwa secara umum pengetahuan remaja melakukan FGD dengan mengundang
yang menjadi sampel populasi secara umum sejumlah narasumber untuk mendiskusikan
berada di angka menengah. Namun angka hasil penelitian tahap pertama dengan
menjadi berubah saat karakteristik sejumlah stakeholder yang memiliki
responden dipisah antara remaja PIR-R/M kepentingan seputar issue komunikasi
dengan remaja umum, di mana remaja PIK- kesehatan reproduksi. Berikut ini adalah
R/M secara umum memiliki tingkat matriks yang berisi daftar narasumber FGD
pengetahuan yang sedikit lebih tinggi terkait yang menjadi peserta kegiatan dan issue
kesehatan reproduksi. Begitu juga jika seputar komunikasi kesehatan reproduksi
memisahkan remaja yang pernah terpapar remaja yang dikaji dalam FGD tersebut
materi dari BKKBN dengan yang belum
terpapar.

©2019 - BKKBN All rights reserved


Susanne Dida / Jurnal Keluarga Berencana Vol.4 No.02 (2019) 35-46 45

Secara garis besar, setelah mendiskusikan • Persepsi remaja terkait media-media yang
temuan penelitian dan para stakeholder digunakan BKKBN dalam
berdiskusi tentang issue komunikasi menyampaikan pesan kesehatan
kesehatan reproduksi, maka ditarik reproduksi dinilai masih kurang baik,
kesimpulan antara lain: dengan penekanan preferensi mereka
-Bagaimana diseminasi informasi pada media-media online. Remaja juga
kesehatan reproduksi ternyata di BKKBN, merasa bahwa mereka merasa kurang
Diskominfo, Dinas Kesehatan, dan dinas mendapatkan informasi kesehatan
terkait, tidak ada kerjasama, jadi masing- reproduksi yang cukup, baik dari
masing berjalan dengan medianya sendiri BKKBN, sekolah, maupun sumber
(asyik sendiri), masih kurang koordinasi; lainnya.
-Keberadaan duta Genre (generasi • Platform media yang paling banyak
berencana) atau konsultan sebaya (peer group dipilih adalah social media, khususnya
educators), dapat mendorong komunikasi Instagram dan Line, sedangkan Koran
kesehatan reproduksi, walau dapat diakui adalah platform yang paling tidak dipilih
tidak semua duta genre memiliki kemampuan oleh responden diikuti oleh radio.
berkomunikasi dengan baik; • Metode penyampaian pesan yang dirasa
-Walaupun kita menggunakan media paling efektif oleh responden adalah
social dalam mengkomunikasikan kesehatan infografis dan meme.
reproduksi, media konvensional tetap • Diskusi seputar issue komunikasi
diperlukan terutama untuk orang tua, maupun kesehatan reproduksi banyak menyorot
orang-orang yang tidak tersentuh media issue kurang kompaknya dinas-dinas
sosial dan internet. Selain itu, di keluarga, terkait dalam mengolah informasi
setiap orang harus diberikan pemahaman dan kesehatan reproduksi. Selain itu diskusi
adanya keterbukaan antara orang tua dan tentang pentingnya mengeksplorasi
anak; berbagai platform komunikasi, khususnya
-Platform komunikasi perlu disesuaikan yang memang disukai oleh remaja,
dengan karakteristik audiens, juga seperti platform social media dengan
disesuaikan dengan kemampuan mengakses berbagai turunannya, diakui masih
platform-platform yang digunakan. Penting kurang tersentuh dinas-dinas terkait.
untuk menggunakan endorser, influencer,
blogger, namun perlu juga ada figure-figur Rekomendasi
inspirator di media social.
-Yang juga disoroti adalah political will • Pengukuran pengetahuan kesehatan
dari pemerintah terkait keseriusan reproduksi, meskipun memiliki
mendorong issue ini dalam berbagai lini keterbatasan dengan hanya 10 item
pemerintahan, juga perlunya ada pertanyaan, menunjukkan bahwa
pembelajaran terhadap ilmu lain yang • BKKBN dan dinas-dinas yang
menunjang juga perlu diterapkan di sekolah. berkepentingan terhadap diseminasi
informasi kesehatan reproduksi
IV. KESIMPULAN DAN SARAN sebaiknya melaksanakan evaluasi
terhadap media yg digunakan untuk
• Dari hasil FGD dan analisis dari kuisioner, kegiatan sosialisasi pesan kesehatan
dapat disimpulkan bahwa pemahaman reproduksi remaja agar dalam
informasi kesehatan reproduksi di menentukan media sesuai dengan
kalangan remaja masih berada di kisaran kebutuhan masyarakat.
menengah, responden anggota PIK-R/M • Penentuan media untuk komunikasi
memiliki tingkatan pengetahuan yang kesehatan reproduksi dapat
lebih baik, begitu juga responden yang dikonsetrasikan pada platform-platform
pernah terpapar materi dari BKKBN, online, khususnya Instagram dan
memiliki tingkatan pengetahuan yang Youtube, dengan menggunakan
lebih baik ketimbang remaja biasa. infografis, meme, dan video. Koran dan

©2019 - BKKBN All rights reserved


Susanne Dida / Jurnal Keluarga Berencana Vol.4 No.02 (2019) 35-46 46

Radio dirasa sudah tidak efektif oleh Personality and Individual Differences.
remaja, dapat diabaikan untuk 49: 19–23.
penyampaian pesan pada segmen remaja. Katz, E., Blumler, J. G., & Gurevitch, M.
• Temuan terkait masih kurang optimalnya 1973. Uses and gratifications research.
pengetahuan informasi kesehatan The Public Opinion Quarterly, 37(4),
reproduksi remaja, perlu mendapatkan 509-523.
perhatian di level kebijakan baik di Levy, M. R., & Windahl, S. 1984. Audience
BKKBN maupun kelembagaan terkait activity and gratifications. A conceptual
seperti Dinkes, Diskominfo, dan Dinas clarification and exploration.
Pendidikan. Mendorong konten Communication Research, 11(1), 51–78.
kesehatan reproduksi sebagai bagian dari Maslow, A. H. 1954. Motivation and
kurikulum Pendidikan, bisa menjadi personality. New York, NY: Harper &
solusi. Row.
Maslow, A. H. 1970. Motivation and
personality (2nd ed., Rev.). New York,
REFERENSI NY: Harper and Row.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan
Azwar, Saifuddin. 2013. Metode Penelitian . Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cipta
Alderfer, C. P. 1972. Existence, relatedness, Santrock, J.W. (2003) Adolescence,
and growth. New York: Free Press. Perkembangan Remaja. Jakarta: PT.
Blumler, J. G., & Katz, E. 1974. The uses of Erlangga.
mass communications: Current Sarwono, Sarlito Wirawan (2010). Psikologi
perspectives on gratifications research. Remaja (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Raja
Beverly Hills, CA: Sage Gravido Persada
Brown J. D., Kelly L., Pardun C. J., Guo G., Susanto. 2013. Hubungan Antara Sikap
Kenneavy K., and Jackson C.. 2006. terhadap Media Pronografi dengan
Sexy Media Matter, Exposure to Sexual Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja.
Content in Music, Movies, Television, Jurnal Fakultas Psikologi “Empathy”
and Magazines Predicts Black and White Universitas Ahmad Dahlan edisi 2013.
Adolescents Sexual Behavior. Jogjapress. Yogyakarta
Pediatrics.[internet]. Pediatrics, DOI. 10. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
1542/1081: 1018-1027. Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
http://pediatrics.org/cgi/doi/10.1542/ped Bandung: Afabeta.
s Syuderajat & Rachman. 2014. Perilaku
Bungin B.. 2009. Sosiologi Komunikasi Seksual Remaja dan Penggunaan
(Teori, Paradigma, dan Diskursus Internet Pada Salah Satu Perguruan
Teknologi Komunikasi di Masyarakat). Tinggi di Jatinangor, Sumedang, Jawa
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Barat. Universitas Padjadjaran.
Cangara H. 2009. Pengantar Ilmu Jatinangor.
Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Thoha, Miftah. Perilaku organisasi. Jakarta:
Hernandez R. E. 2007.Remaja dan Media. Rajawali.
Bandung: Pakar RayaMonks K. J. 2002. Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi
Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Massa. Jakarta: Kencana
Gajah Mada University Press.

Gunarsa S. D., Gunarsa Y. 2003. Psikologi
Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Ivanov, Michael. Werner, Paul D. 2010.
Behavioral communication: Individual
differences in communication style.

©2019 - BKKBN All rights reserved

Anda mungkin juga menyukai