Anda di halaman 1dari 10

Cyber sex (Studi ....

(Trimukti Rahayuning) 751

CYBER SEX (AKTIVITAS SEKSUAL MELALUI MEDIA GAWAI)

CYBER SEX (SEXUAL ACTIVITY WITH THE MEDIA HANDPHONE)

Oleh: trimukti rahayuning, bimbingan dan konseling, fakultas ilmu pendidikan universitas negeri yogyakarta,
trimukti.rahayuning2015@student.uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi seseorang melakukan cyber sex dan mengetahui kepuasan
seksual pelaku cyber sex. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini berjumlah tiga
orang, yaitu A, B, dan C. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat motif internal dan eksternal yang
mendorong seseorang melakukan aktivitas cyber sex. Motif internal yang muncul meliputi hiburan, dan keinginan
kepuasan. Motif eksternal yang muncul meliputi tuntutan pasangan, accessibility, kedekatan afeksi, dan lingkungan
yang kurang baik. Tingkat kepuasaan yang dirasakan ketiga subjek berbeda-beda. Subjek B dan subjek C merasa
bahwa aktifitas cyber sex sangat menguntungkan untuk dirinya sehingga mereka mendapatkan kepuasan seksual saat
melakukan aktifitas tersebut tanpa ada rasa penolakan ataupun penyesalan. Sedangkan subjek A, meskipun dirinya
mengakui bahwa menikmati aktifitas cyber sex, ada rasa penyesalan setelah melakukan aktifitas itu.

Kata kunci: cyber sex, gawai

Abstract
This study aims to determine a person's motivation on cyber sex and to find out the sexual satisfaction
of cyber sex offenders. The method used is descriptive qualitative. The subjects of this study were three
people, namely A, B, and C. The results of this study showed that there are internal and external motives
that encourage a person to carry out in cyber sex activities. Internal motives that appear in this study are
entertainment, and the desire for satisfaction. External motives that arise include the partner’s demand,
accessibility, affection closeness, and unfavorable environment. The level of satisfaction felt by three
subjects are different. Subject B and subject C felt that cyber sex activities were very beneficial for
themselves so that they gained sexual satisfaction while doing the activity without any sense of rejection or
regret. While subject A, although he admitted that he enjoyed cyber-sex activities, there was a sense of
remorse after doing that activity.

Keywords: cyber sex, handphone

PENDAHULUAN semua hal dengan mudah, yaitu browsing, chatting


Arus Globalisasi yang meluas saat ini maupun video call.
sangatlah rentan sehingga ada kemungkinan akan Seiring majunya zaman, hampir semua
berdampak pada lunturnya budaya yang telah masyarakat menggunakan gawai yang dapat
diwariskan oleh nenek moyang. Perkembangan terhubung dengan internet. Dengan fasilitas
sains dan teknologi yang ada pada era millenium tersebut mereka mampu mendapatkan berbagai
seperti saat ini sudah berkembang pesat sehingga informasi, surat elektronik, dan juga chatting.
memudahkan masyarakatnya dalam Begitu besar manfaat dari internet, namun
berkomunikasi salah satunya adalah teknologi penggunaan internet dengan tujuan baik ataupun
informasi seluler (gawai). Dengan gawai tersebut, buruk tergantung pada peggunanya.
masyarakat dapat dengan mudah mengakses Baumgartner (2012: 149) mengatakan
bahwa internet digunakan sebagai media guna
752 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 5, Nomer 9, September 2019

mengakses informasi apapun dengan mudah dan Saat ini, orang-orang tidak hanya sekedar
cepat. Tidak sebatas memberikan pengaruh pada mencari informasi seksual maupun melihat
kegiatan berkomunikasi dan menjalin relasi, foto/video porno saja, tidak bisa dipungkiri bahwa
internet juga dapat digunakan untuk mengeksplor banyak orang yang juga minat dengan cyber sex.
informasi seksual. Tidak dapat dipungkiri bahwa Bahkan banyak di internet yang menawarkan jasa
internet mengubah tatanan kehidupan sosial cyber sex berbasis chatting maupun video call.
budaya, bahkan internet juga mampu mengubah Harga jasa ini sangatlah bervariasi. Dalam suatu
pola perilaku penggunanya karena terdapat situs- grup sex di salah satu grup media sosial
situs pornografi. menawarkan jasa cyber sex mulai dari Rp 50.000,-
Pergaulan bebas saat ini semakin s/d Rp 300.000,-. Kategori harga bergantung pada
meningkat dari tahun ke tahun. Banyak dari media jenisnya (chatting/video call).
cetak maupun media elektronik membahas Ada beberapa penelitian yang berkaitan
mengenai seksualitas. Hal ini dapat diperoleh dari dengan perilaku seksual dunia maya, seperti hasil
membahas dengan teman sebaya, buku-buku penelitian yang dilakukan Daneback (dalam
(perkembangan hormon, organ seksualitas, novel Carvalheira, 2003: 355-356) diperoleh hasil bahwa
remaja, dll), majalah (majalah remaja, majalah rentang usia 18-65 tahun melakukan cyber sex
dewasa seperti majalah playboy), internet baik laki-laki maupun perempuan. Dari 400
(menonton video porno secara online, foto atau sample yang diteliti, 73% laki-laki-laki
paparan seks), serta melakukan eksploritasi mendominasi melakukan cyber sex dibandingkan
seksualitas dengan onani, masturbasi, hingga wanita yang hanya 11,5%. Berdasarkan penelitian
intercourse dengan lawan jenis (Sandtrock, 2003: yang dilakukan Cooper (dalam Rimington, 2007:
132). 36) dapat diketahui bahwa dari 9000 pengguna
Problematika yang tengah berkembang internet, 14% sampel perempuan menyumbang
pada masyarakat saat ini mengenai melencengnya 21% sebagai pecandu cyber sex. 5% perempuan
pergaulan masyarakat. Perilaku individu di zaman dan 13% laki-laki mengalami kecanduan untuk
yang modern saat ini telah banyak mengalami cinta dan tujuan seksual.
penyimpangan. Kemajuan teknologi juga Menurut Sarwono (2010: 188) perilaku
menambah adanya permasalahan dalam seksual merupakan segala tingkah laku yang
masyarakat menjadi lebih kompleks. Beberapa didorong oleh hasrat seksual, baik bagi lawan jenis
kasus telah terjadi adanya pergaulan bebas di maupun sesama jenis. Bentuknya bisa bermacam-
dunia maya, masyarakat umum menyebutnya macam, mulai dari perasaan tertarik sampai
sebagai cyber sex. Cooper & Griffin (2003: 277) tingkah laku berkencan, bercumbu dan
mendefinisikan Online Sexual Activity (OSA) bersenggama. Objek seksualnya bisa orang lain,
merupakan kegiatan di internet yang melibatkan orang dalam khayalan ataupun diri sendiri.
seksualitas seperti membeli produk seksual, Taufik (2005: 70) mengatakan bahwa
melihat pornografi, berbagi erotika dan cyber sex. perilaku seksual merupakan perilaku yang
Cyber sex (Studi .... (Trimukti Rahayuning) 753

melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan pengetahuan mengenai seksualitas yang memadai.
antara pria dan wanita mulai dari berciuman, Menurut Naedi (2012: 24) pengetahuan
bercumbu, dan bersenggama hingga melakukan merupakan suatu proses yang dengan
hubungan intim seperti yang dilakukan oleh menggunakan pancaindrayang dilakukan
pasangan suami istri. Penyebab utama dari seseorang terhadap objek tertentu sehingga dapat
perilaku tersebut pada remaja adalah dorongan menghasilkan pengetahuan dan keterampilan.
biologis yang sudah tidak dapat dibendung dan Pengetahuan seks seseorang juga dipengaruhi oleh
dilakukan semata-mata untuk memperkokoh beberapa hal sebagaimana yang telah dijelaskan
komitmen berpacaran, memenuhi keingintahuan oleh Setiawati (2010: 37) yaitu pengetahuan
dan merasa sudah siap melakukannya serta merasa tentang seks yang didapat oleh remaja dari
afeksi dari pasangan atau partner seks. Menurut berbagai sumber pendidikan seperti lingkungan
Sandtrock (2003: 133) bentuk perilaku seksual keluarga, sekolah dan sekitar termasuk
bermacam-macam, bentuk yang paling ringan didalamnya masyarakat, teman sebaya. Oleh
yaitu berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, karena itu peran Guru Bimbingan dan Konseling
sedangkan bentuk perilaku seksual yang berat dalam hal ini sangat dibutuhkan. Guru Bimbingan
sudah mengarah ke tahap berhubungan badan. dan Konseling dapat memberikan bantuan dengan
Perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari memberikan layanan informasi yaitu tentang
oleh dorongan seksual melalui berbagai perilaku pendidikan seksual.
yang biasanya diawali dengan necking, petting,
hingga melakukan hubunga intim. METODE PENELITIAN
Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan Jenis Penelitian
bahwa pada umumnya perilaku seksual dilakukan Jenis penelitian yang digunakan dalam
secara tatap muka secara langsung. Namun pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
beberapa kasus, masyarakat menjadikan dunia Deskriptif kualitatif bertujuan untuk membuat
maya sebagai media yang digunakan untuk deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, dan
menyalurkan hasrat seksual mereka. akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
Munculnya cyber sex mendorong peneliti hubungan antar fenomena yang diselidiki.
untuk mencoba meneliti aktivitas mengenai cyber
sex. Subjek yang di diteliti merupakan para pelaku Waktu dan Tempat Penelitian
cyber sex yang berjumlah 3 orang, yaitu subjek A, Penelitian ini dilakukan bulan April – Juli
subjek B, dan subjek C. Penelitian ini dilakukan 2019. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah
dengan tujuan mengetahui motivasi seseorang Istimewa Yogyakarta.
melakukan cyber sex dan mengetahui kepuasan
seksual yang dirasakan para pelaku cyber sex. Subjek Penelitian
Menyimak fenomena yang telah disebutkan, Subjek yang digunakan dalam penelitian ini
remaja perlu dipersiapkan agar memiliki menggunakan teknik purposive sampling. Subjek
754 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 5, Nomer 9, September 2019

penelitian ini merupakan pelaku cyber sex yang


berjumlah tiga orang yaitu A, B, dan C. Selain Teknik Analisis Data
ketiga subjek, peneliti juga menggunakan dua Teknik analisis data yang digunakan dalam
orang informan kunci yang meliputi orang terdekat penelitian ini adalah dengan mengacu pada konsep
subjek yaitu X dan Z. Milles & Huberman (1992: 20) yaitu interactive
model yang mengklarifikasikan analisis data
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan dalam tiga langkah, yaitu:
Data
1. Teknik Pengumpulan Data 1. Reduksi data
Wawancara yang digunakan dalam Pada tahap ini yaitu menyimpulkan data
penelitian ini yaitu wawancara terstruktur dengan yang diperoleh melalui wawancara mendalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendalam dengan mengumpulkan semua data kemudian
karena peneliti menggunakan pedoman peneliti memilih, menyusun, dan mengetik data
wawancara yang disusun secara sistematis untuk tersebut sesuai dengan yang diperoleh dan
mengumpulkan data yang dicari namun tidak dibutuhkan.
menutup kemungkinan jika adanya pertanyaan
terbuka. 2. Penyajian data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi
2. Instrumen Penelitian yang tersusun dan memberikan kemungkinan
Dalam penelitian ini, peneliti penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.
menggunakan teknik pengumpulan data berupa
wawancara sehingga instrumen yang digunakan 3. Penarikan kesimpulan
berupa pedoman wawancara yang mengacu pada Penarikan kesimpulan dalam analisis data
aktifitas cyber sex. peneliti menyusun pedoman kualitatif menurut Miles dan Huberman
wawancara untuk mempermudah dalam (Sugiyono, 2017 : 252) kesimpulan awal yang
menggunakan pengumpulan data. dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan buktu-bukti yang
3. Uji Keabsahan Data kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan
Uji keabsahan data yang dilakukan oleh data berikutnya, tetapi bila kesimpulan yang
peneliti adalah dengan teknik triangulasi. dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
Triangulasi teknik digunakan untuk menguji bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kredibilitas data yang dilakukan dengan cara kembali kelapangan untuk mengumpulkan data,
mengecek data kepada sumber yang sama dengan maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
teknik yang berbeda. Lebih sppesifik triangulasi kesimpulan kredibel.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi teksik dan sumber. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Cyber sex (Studi .... (Trimukti Rahayuning) 755

Hasil Penelitian Senada dengan ungkapan dari subjek A,


Penelitian ini dilakukan dalam lingkungan bahwasannya akses melakukan cyber sex itu tidak
masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta. sulit. Hal ini memudahkan subjek melakukan
Subjek dalam penelitian ini sebelumnya telah cyber sex.
ditentukan oleh peneliti. Data hasil penelitian c. Lingkungan yang Kurang Baik
diperoleh dari tehnik wawancara. Wawancara Subjek A lahir dalam keluarga agamis,
dilakukan terhadap 3 orang subjek yaitu A, B, dan namun berbeda dengan lingkungan pergaulannya,
C. Selain itu ada 2 key informan yang merupakan terutama pergaulan dengan D kekasihnya. A
orang terdekat subjek yaitu X dan Z. diperkenalkan aktifitas cyber sex oleh D,
Hasil dari penelitian ini berupa kutipan kekasihnya.
wawancara menjelaskan jawaban subjek mengenai Tidak jauh berbeda dengan A, lingkungan
aktivitas cyber sex. Lebih rincinya penelitian ini yang kurang baik juga terjadi pada subjek B.
meneliti mengenai motivasi seseorang melakukan Semua terjadi berawal dari tawaran teman untuk
cyber sex dan kepuasan seksual pelaku cyber sex. mengikuti sebuah grup sex di media sosial.
1. Motivasi Seseorang melakukan cyber sex Karena lingkungan pergaulan menawarakan
Dari pemaparan dapat sisimpulkan bahwa B untuk masuk ke dalam grup sex di salah satu
motivasi seseorang melakukan cyber sex antara media sosial, B akhirnya meminta untuk
subjek A, subjek B, dan subjek C berbeda-beda, dimasukkan kedalam grup tersebut. Seiring
berikut dibawah ini penjelasannya: berjalannya waktu, rasa penasaran B menjadi
a. Konflik Batin (Tuntutan Pasangan) berlanjut. Keinginan B menjadi lebih jauh yaitu
Hal ini dialami oleh subjek A. Aktifitas ingin mencoba melakukan aktifitas cyber sex
cyber sex yang dilakukan oleh A dimulai berawal dengan menggunakan jasa yang ditawarkan dalam
karena adanya keterpaksaan. A melakukan grup di media sosial tersebut.
aktifitas cyber sex karena hanya sekedar ingin d. Kedekatan Afeksi
membahagiakan pasangannya, yaitu D. Pada Kedekatan yang dimaksud adalah
awalnya A tidak berminat untuk menjalani kenyamanan membahas seks maupun saat berbagi
hubungan yang menyinggung hal-hal yang pengalaman melalui media yang digunakannya.
berkaitan dengan seksual. Pacar A yang memulai Hal ini yang menyebabkan seseorang mau
aktivitas cyber sex dengan A. Itu menimbulkan A melakukan obrolan seksual karena memiliki
merasa terganggu dengan adanya aktivitas kedekatan secara emosional.
tersebut. Namun kenyamanan membuat A luluh e. Keinginan Kepuasan Seksual
dan terpaksa merespon aktifitas tersebut. Hal itu Keinginan kepuasan seksual juga menjadi
dilakukannya agar terhindar dari ketegangan faktor internal penyebab munculnya motivasi
hubungan mereka. seseorang melakukan cyber sex. Hal ini dialami
b. Accessibility oleh subjek B dan C. Karena B terbiasa melakukan
cyber sex, maka saat ini dirinya menjadi ketagihan
756 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 5, Nomer 9, September 2019

dengan aktifitas tersebut. Dirinya juga mengakui ada penyesalan yang berarti. Subjek B juga
bahwa apabila dirinya sedang berfikir tentang mengakui bahwa dirinya mendapatkan kepuasan
seksual dan nafsunya tidak tersalurkan, maka seksual saat melakukan aktivitas cyber sex.
badan akan berakibat tidak enak pada badannya. Bahkan dirinya mengaku bahwa aktivitas tersebut
Berbeda dengan B, subjek C memiliki sebab mampu membuat dirinya menjadi ingin
lain. C merupakan seorang laki-laki yang telah melakukan aktivitas cyber sex kembali. Kepuasan
bersuami. Namun karena dirasa kebutuhan akan seksual juga dirasakan oleh subjek C. Dirinya juga
nafsu C tidak terpenuhi, maka C mencari mengakui saat melakukan aktivitas cyber sex
pemenuhan kepuasan seksual dengan orang lain dibersamai dengan menonton video porno.
dengan cara melakukan cyber sex. Dari ketiga pengakuan subjek, subjek A
f. Hiburan memiliki kepuasan seksual yang berbeda dengan
Bagi subjek A, melakukan cyber sex juga dua subjek lain. Meskipun begitu, saat ini A tetap
bisa menjadi hiburan bagi dirinya. A juga melakukan aktivitas tersebut.
mengaku berkat hal tersebut dirinya tidak lagi
menjadi penasaran terhadap aktivitas seksual. Pembahasan
Tidak jauh berbeda dengan A, C juga 1. Motivasi Seseorang Melakukan Cyber Sex
menjadikan aktifitas cyber sex yang dilakukannya Baumgartner (2012: 149) mengatakan bahwa
yaitu sebagai hiburan. Subjek C mengakui bahwa internet digunakan sebagai media guna mengakses
dirinya sudah lama menggemari hal-hal yang informasi apapun dengan mudah dan cepat. Tidak
menyangkut seksual. sebatas memberikan pengaruh pada kegiatan
2. Kepuasan Seksual Pelaku Cyber Sex berkomunikasi dan menjalin relasi, internet juga
Ketiga subjek pelaku cyber sex mengakui dapat digunakan untuk mengeksplor informasi
bahwa mereka menikmati dan merasa nyaman seksual.
dengan aktivitas cyber sex. Diantara ketiga subjek, Berdasarkan hasil penelitian yang telah
A memiliki perasaan yang berbeda dibandingkan dilakukan oleh peneliti bisa dilihat bahwa
dengan kedua subjek yang lain. Meskipun dirinya penyebab munculnya motivasi melakukan cyber
menikmati aktifitas cyber sex tersebut, namun sex setiap subjek memiliki faktor yang berbeda-
sebenarnya jauh di dalam dirinya ia merasa beda. Walgito (2010: 244) menyebutkan terdapat
menyesal telah melakukan aktfitas cyber sex. dua macam motif, yakni motif eksternal dan juga
Dirinya juga memiliki keinginan untuk berhenti motif internal. Hasil dari data wawancara yang
melakukan aktifitas tersebut. Namun karena saat telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan adanya
ini dirinya belum mampu untuk berhenti motivasi secara internal maupun eksternal.
melakukan aktifitas tersebut, maka aktifitas cyber Motivasi yang muncul dari ketiga subjek dapat
sex masih berlanjut hingga sekarang. dilihat berdasarkan alasan, perasaan yang muncul
Berbeda dengan pengakuan subjek A, subjek saat melakukan aktivitas cyber sex dan perolehan
B dan subjek C melakukan aktivitas tersebut tanpa yang diterima ketika melakukan aktivitas tersebut.
Cyber sex (Studi .... (Trimukti Rahayuning) 757

Dari tiga subjek yang telah diteliti oleh Walgito (2010: 244) mengemukakan bahwa
peneliti, subjek A memiliki perbedaan motivasi terdpat beberapa jenis motivasi, yaitu motivasi
tersendiri dibanding dua subjek yang lain. Pada internal (berasal dari dalam) dan juga motivasi
awalnya subjek A tidak ingin melakukan aktivitas eksternal (berasal dari luar). Berdasarkan data
cyber sex, bahkan menolak untuk melakukan yang ada, peneliti menemukam gambaran kategori
aktivitas tersebut karena dirinya merasa tidak motivasi internal yang meliputi keinginan
nyaman dengan pembahasan mengenai seksual. kepuasan seksual dan hiburan. Hal ini sejalan
Namun apabila dirinya menolak melakukan dengan Divanova (dalam Vybiral, 2004: 313) yang
aktifitas tersebut, akan terjadi ketegangan dalam menyebutkan bahwa individu melakukan aktivitas
hubungannya dengan kekasihnya sehingga untuk cyber sex sebagai aktivitas yang menyenangkan
menghindari ketegangan dalam hubungannya dan keinginan kepuasan seksual. Menyenangkan
tersebut, dirinya terpaksa untuk meakukan dalam arti bahwa seseorang melakukan aktivitas
aktifitas cyber sex dengan kekasihnya itu. Pada tersebut karena ingin mendapatkan sesuatu hal
awalnya dirinya merasa tidak nyaman dengan yang menyenangkan, bisa diartikan sebagai
aktivitas tersebut, namun karena aktifitas itu hiburan. Keinginan kepuasan seksual dapat
berjalan secara terus menerus maka membuatnya dilakukan salah satunya melalui cyber sex.
menjadi biasa dan bahkan A menikmati aktifitas Selain gambaran kategori motivasi internal,
tersebut saat ini. Hal ini berbeda sengan kedua peneliti juga meneukan gambaran kategori
subjek lain yag memang melakukan aktifitas cyber motivasi eksternal yaitu tuntutan pasangan,
sex karena memang ingin melakukan untuk accessibility, kedekatan afeksi, dan juga
memenuhi keinginan seksualnya saat berinteraksi lingkungan yang kurang baik. Salah satu
dengan pasangannya. gambaran kategori motivasi eksternal penyebab
Pada subjek B ditemukan bahwa aktifitas munculnya motivasi seseorang melakukan cyber
cyber sex dilakukan berawal karena dirinya sex yaitu accessibility. Hal ini sesuai dengan
dikenalkan oleh teman-temannya akan aktifitas Cooper (2003: 277) yakni situasi yang
tersebut, dan saat ini dilakukan secara terus memungkinkan seseorang melakukan cyber sex
menerus karena ingin memenuhi keinginan salah satunya adalah accessibility. Dengan adanya
seksual dan juga karena kedekatan afeksi dengan kecanggihan di era modern saat ini seperti adanya
pasangan. Tidak jauh berbeda dengan subjek B, gawai dan juga fasilitas internet, hal ini
subjek C melakukan aktifitas cyber sex juga memberikan kesempatan para penggunanya
karena kedekatan afeksi dengan pasangan dan juga melakukan cyber sex.
ingin memenuhi keinginan seksualnya Selanjutnya kedekatan afeksi tampaknya
dikarenakan kebutuhan akan seksual yang menjadi salah satu faktor sesorang melakukan
diberikan oleh istrinya tidak tersalurkan. aktifitas cyber sex. Kedekatan afeksi ini meliputi
Disamping itu, saat ini subjek C menjadikan keterbukaan dan kenyamanan membahas hal-hal
aktifitas tersebut sebagai hiburan. yang berbau seksual dengan pasangan yang pada
758 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 5, Nomer 9, September 2019

akhirnya mampu membuat individu merasa bebas menikmati aktifitas cyber sex. subjek B pun juga
menjadi diri sendiri bahkan dapat memperkuat mengakui hal yang sama, bahkan dirinya mengaku
komitmen dengan pasangan. Hal ini sejalan bahwa aktifitas tersebut menjadikan dirinya
dengan Divanova (dalam Vybiral, 2004: 314) ketagihan. Tidak jauh berbeda dengan subjek C,
bahwa seseorang melakukan cyber sex karena bisa dirinya juga menikmati aktifitas tersebut hingga
menjadi diri sendiritanpa harus takut ditolak. menjadikan aktifitas cyber sex menjadi aktifitas
Saat melakukan aktifitas cyber sex seseorang seksual yang dilakukannya ketika keinginan dalam
pasti memiliki tujuan tertentu. Dalam masa hal seksual harus tersalurkan.
dewasa awal pun seseorang mencoba untuk Kepuasan yang dirasakan ketiga subjek atas
merencanakan apa yang akan dilakukan ketika aktifitas cyber sex yang mereka lakukan sangat
melakukan aktifitas cyber sex. Menurut Piaget terpenuhi, sehingga hingga saat ini aktifitas
(dama Sandtrock, 2003: 35) dalam masa dewasa tersebut masih berlangsung. Namun, ada
awal, individu mengalami fase Operasional perbedaan yang menonjol dari salah satu subjek
Formal yaitu seseorang akan dibandingkan dengan dua subjek yang lain, yaitu
mengimplementasikan apa yang ada dalam subjek A. Kepuasan yang dirasakan oleh subjek A
pikirannya dan mencoba untuk melakukannya berbeda dengan subjek B dan juga subjek C.
dalam konteks aktivitas yang diinginkannya. Subjek A memang menikmati aktifitas cyber sex
Dengan adanya aktivitas cyber sex yang dilakukan yang dilakukannya. Namun disamping itu, dirinya
oleh para subjek, membuatnya merasa meiliki mengakui bahwa ada penyesalan yang
wadah untuk mengimplementasikan dan dirasakannya dan subjek A ingin berhenti
merealisasikan keinginan-keinginannya. Dengan melakukan aktifitas tersebut. Pada awal pertama
demikian dapat diketahui bahwa perilaku aktivitas kali melakukan aktifitas tersebut pun A melakukan
cyber sex yang dimunculkan seseorang aktifitas tersebut karena keterpaksaan agar
dipengaruhi karena adanya dorongan secara luar hubungan dengan kekasihnya tidak memburuk.
aupun dalam. Subjek A ingin berhenti melakukan aktifitas cyber
2. Kepuasan Psikologis Pelaku Cyber Sex sex dikarenakan aktifitas tersebut merupakan
Tjiptono (2006: 50) menyatakan pendapatnya aktifitas yang berdosa dan dirinnya ingin
bahwa kepuasan merupakan tingkat perasaan menjalani hubungan yang sehat.
seseorang setelah membandingkan hasil yang Tingkat kepuasaan yang dirasakan ketiga
dirasakannya dan juga harapannya. Dalam hal ini subjek memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-
ketika aktifitas cyber sex berlangsung, ketiga beda. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
subjek merasa bahwa subjek A, B, dan C Lupiyoadi (2004: 92) bahwa setiap individu
menikmati aktifitas cyber sex yang sedang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda
dilakukannya. Perasaan yang dirasakan oleh ketiga sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku pada
subyek sangat sesuai dengan apa yang mereka dirinya. Hal ini disebabkan karena adanya
harapkan. Subjek A mengaku bahwa dirinya perbedaan pada masing-masing individu. Setiap
Cyber sex (Studi .... (Trimukti Rahayuning) 759

orang selalu terdorong untuk melakukan suatu beda. Hal ini dapat terjadi karena adanya
tindakan yang mengarah kepada pencapaian perbedaan pada masing-masing individu. Subjek B
tujuan yang telah ditetapkan. Subjek B dan subjek dan subjek C merasa bahwa aktifitas cyber sex
C merasa bahwa aktifitas cyber sex sangat sangat menguntungkan untuk dirinya sehingga
menguntungkan untuk dirinya sehingga mereka mereka mendapatkan kepuasan seksual saat
melakukan aktifitas tersebut hingga saat ini tanpa melakukan aktifitas tersebut tanpa ada rasa
ada rasa penolakan ataupun penyesalan. penolakan ataupun penyesalan. Sedangkan subjek
Sedangkan subjek A, meskipun dirinya mengakui A, meskipun dirinya mengakui bahwa menikmati
bahwa menikmati aktifitas tersebut, namun ada aktifitas tersebut, namun ada rasa penyesalan
rasa penyesalan setelah melakukan aktifitas setelah melakukan aktifitas tersebut.
tersebut.
Saran
SIMPULAN DAN SARAN 1. Bagi Orang Tua
Simpulan Peneliti berharap orang tua lebih memberikan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah perhatian lagi kepada anaknya dalam melakukan
dilakukan, diperoleh hasil bahwa penyebab pergaulan terutama bagi anak yang mulai
munculnya motivasi melakukan cyber sex dalam menginjak masa remaja. Memberikan telepon
penelitian ini ditemukan dua jenis motif yaitu genggam kepada anaknya yang telah menginjak
motif internal dan juga motif eksternal. Motif usia remaja juga tetap harus memantau agar anak
internal yang muncul meliputi hiburan, dan tersebut bijak dalam memanfaatkan telepon
keinginan kepuasan. Sedangkan motif eksternal genggam yang dimilikinya.
yang muncul meliputi tuntutan pasangan, 2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
accessibility, kedekatan afeksi, dan juga Peneliti berharap Guru Bimbingan dan
lingkungan yang kurang baik. Secara rinci dapat Konseling mampu memberikan edukasi lebih
dikatakan penyebab munculnya motivasi untuk lanjut mengenai baik buruk nya pergaulan di era
melakukan cyber sex dari subjek A adalah hiburan modern saat ini dikarenakan era modern saat ini
, tuntutan pasangan, accessability, dan kedekatan berkembang sangat cepat. Apabila anak yang telah
afeksi. Penyebab munculnya motivasi untuk menginjak usia remaja kurang bijak
melakukan cyber sex dari subjek B adalah memanfaatkan kemajuan teknologi, maka akan
keinginan kepuasan seksual, lingkungan yang cenderung berbelok dari tingkah laku yang
kurang baik, dan kedekatan afeksi. Sedangkan seharusnya dilakukan.
Penyebab munculnya motivasi untuk melakukan 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
cyber sex dari subjek C adalah hiburan, keinginan Peneliti berharap kepada peneliti yang tertarik
kepuasan seksual, dan kedekatan afeksi. untuk meneliti topik yang sama dapat
Tingkat kepuasaan yang dirasakan ketiga memperhatikan adanya keterbatasan peneliti yang
subjek memiliki tingkat kepuasan yang berbeda- dimiliki. Hal ini dilakukan agar bisa digunakan
760 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 5, Nomer 9, September 2019

sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan Vybiral et al. (2004). Growing up in. Virtual
Reality: Adolescents and The Internet, 2,
kuantitas sample maupun metode. Peneliti
169-188
berharap peneliti lain untuk bisa menambahkan
jumlah subjek yang dimilikinya.

DAFTAR PUSTAKA

Baumgartner, et al. (2012). Identifying teen risk:


developmental pathways of OnSRB and
OffSRB, Pediatrics.

Carvalheira, A., et al. (2003). Cybersex in


portuguese chatrooms: A study of sexual
behaviors related to online sex. Journal of
Sex & Marital Theraphy, 29, 345-360.

Cooper, et al. (2003). Predicting the future of


internet sex: Online sexual activities in
sweden. Sexual and Relationship Theraphy,
18, 3

Miles & Huberman. (1992). Analisis data


kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara

Naedi. (2012). Gambaran tingkat pengetahuan


seks bebas pada remaja kelas XI di SMA N
Cileungsi Kabupaten Bogor. Skripsi Pada
Fakultas ilmukeperawatan Universitas
Indonesia

Sandtrock, J.W. (2003). Adolesence:


Perkembangan remaja Edisi 6. Jakarta:
Erlangga

Sarwono, S. (2010). Psikologi remaja. Jakarta:


Rajawali Press

Setiawati. (2010). Persepsi remaja mengenai


pendidikan seks (Study deskriptif kualitatif
pada pelajar SMA Negeri 4 Magelang.
Skripsi pada Jniversitas Sebelas Maret
Surakarta: Tidak Diterbitkan

Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif,


kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Taufik, A. (2005). Persepsi remaja terhadap


perilaku seks pranikah. Sosiatri-sosiologi,
1, 20

Tjiptono, F. (2006). Strategi pemasaran (Edisi II).


Yogyakarta: Penerbit Andi

Anda mungkin juga menyukai