Anda di halaman 1dari 4

Prosiding Psikologi http://dx.doi.org/10.29313/.v6i2.

22839

Hubungan Self-Esteem dengan Perilaku Cybersex pada


Pengguna Twitter dan Whisper
Chika Dewi Sukma, Suhana
Prodi Psikologi, Fakultas Psikologi
Universitas Islam Bandung
Bandung, Indonesia
chika_dsukma@yahoo.co.id

Abstract— The phenomenon of cybersex on social media is PENDAHULUAN


very common to found these days. These cybersex offenders
generally use anonymous accounts so that their identities are not Pada saat ini Indonesia merupakan negara dengan
recognized. This is related to self-esteem so that cybersex can be pertumbuhan teknologi yang cukup pesat di mana hampir
easily done by individuals with low self-esteem. The purpose of semua orang memiliki smartphone atau gadget serta
this study is to determine: 1) How is the self-esteem of individuals mempunyai akses ke berbagai konten dalam internet. Internet
who do cybersex, 2) How is their cybersex behavior, 3) How sangat efektif, hanya dengan satu klik kita dapat mengakses
closely is the relationship between self-esteem and cybersex ribuan bahkan jutaan informasi. Selain efek positif yang
behavior. The hypothesis in this study is that there is a negative
relationship between self-esteem and cybersex behavior. There
didapat, terdapat efek negatif yang ditimbulkan oleh internet
are 125 respondents in this study with aged 18-25 years who used salah satunya adalah pornografi. Di era teknologi seperti saat
social media such as twitter and whisper. Purposive sampling is ini, pornografi sangat mudah diakses melalui internet. Setiap
used for sampling technique. The instruments used in this study orang mempunyai smartphone yang terhubung dengan
were self-esteem measurement instruments from Rosenberg to internet sehingga sangat mudah mengakses pornografi dari
measure self-esteem and the Internet Sex Screening Test from ponsel di mana pun dan kapan pun. Hal ini sama seperti yang
Delmonico to measure cybersex which has been adapted before. telah dinyatakan oleh Arist Merdeka Sirait (Ketua Komisi
Data analysis in this study used Spearman's rho correlation to Nasional Perlindungan Anak) pada Kompas, bahwa
test the hypothesis. The results of this study indicate that there is Indonesia adalah negara terbesar ketiga di dunia sebagai
a significant negative relationship between self-esteem and
cybersex behavior (r = -0.372) with a significance of 0.000 (p
pembuat dan pengguna situs pornografi setelah China dan
<0.05), which means that the lower the self-esteem, the higher the Turki (nel/NDY, 2012).
cybersex behavior. Mengakses pornografi di internet adalah hal yang
mudah bagi siapapun, ditambah lagi jumlah perkembangan
Keywords—Cybersex, Cybersex Behavior, Self-Esteem situs dan konten seksual semakin hari semakin meningkat di
internet. Bahkan di media sosial seperti twitter dan instagram
Abstrak— Fenomena cybersex di media sosial sangat yang mana dapat diakses semua orang dari berbagai kalangan
banyak ditemukan. Para pelaku cybersex ini pada umumnya usia dapat ditemukan konten pornografi terpampang bebas.
menggunakan akun anonim sehingga identitasnya tidak
Terdapat banyak akun-akun yang membagikan atau
dikenali. Hal ini berhubungan dengan self esteem sehingga
cybersex dapat mudah dilakukan oleh individu dengan self
menikmati konten pornografi di media sosial dengan
esteem yang rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggunakan akun anonim atau akun tanpa identitas yang
mengetahui: 1) Bagaimana self esteem individu yang melakukan jelas. Jenis perilaku cybersex yang juga banyak
cybersex, 2) Bagaimana perilaku cybersexnya, 3) seberapa erat diperbincangkan saat ini adalah chatting yanglmemuat
hubungan antara self esteem dengan perilaku cybersex. Hipotesis obrolanlerotis dengan pasangan fantasi atau temanlobrolan.
pada penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara self Beberapa orang menggunakan panggilan video seolah-olah
esteem dengan perilaku cybersex. Responden dalam penelitian ini bertatap muka langsung untuk melihat pasangan mereka.
adalah 125 orang berusia 18-25 tahun yang menggunakan media Perilaku cybersex seperti di atas seringkali
sosial twitter dan whisper. Teknik pengumpulan data
ditemukan di aplikasi media sosial anonim bernama whisper
menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data
menggunakan alat ukur self esteem dari Rosenberg dan cybersex
di mana para pengguna media sosial tersebut menggunakan
ISST dari Delmonico yang sudah diadaptasi sebelumnya. media sosial ini sebagai wadah dalam mencari orang-orang
Analisis data pada penelitian ini menggunakan korelasional dengan keinginan dan minat yang sama untuk saling
Spearman’s rho untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian ini berkomunikasi agar hasrat seksualnya terpenuhi melalui
menunjukan terdapat hubungan negative yang signifikan antara chatting atau sexting berbau seks yang dibumbui dengan
self esteem dengan perilaku cybersex (r = -0.372) dengan jalan cerita sehingga akan membangun intensitas chatting.
signifikansi 0.000 (p < 0.05) yang artinya semakin rendah self- Banyak yang menjadikan media sosial whisper ini sebagai
esteem semakin tinggi perilaku cybersex. wadah menyalurkan hasrat seksualnya karena identitas
Kata Kunci—Cybersex, Perilaku Cybersex, Self-Esteem mereka tidak diketahui atau anonim.

523
524 | Chika Dewi Sukma, et al.

Kebanyakan pengguna-pengguna ini melakukan Aspek-aspek Self-Esteem yang diungkapkan oleh


cybersex karena merasa mudah untuk mencari pasangan atau Rosenberg (Tafarodi & Milne, 2002) adalah sebagai berikut:
lawan bicara untuk pemenuhan seksualnya sebab pada
kehidupan nyata mereka sulit mencari pasangan karena 1. Self competence
kurang pandai berinteraksi dengan lingkungan dan memiliki Penilaian bahwa diri mampu, memiliki potensi, efektif dan
kemampuan terbatas sehingga memilih melakukan cybersex. dapat dikontrol serta diandalkan. Self-competence
Dengan melakukan cybersex mereka juga tidak perlu takut merupakan hasil dari keberhasilan memanipulasi lingkungan
untuk menghadapi penolakan karena hanya melalui internet fisik ataupun sosial yang berhubungan dengan realisasi dan
atau media sosial, tidak diperlukan pertemuan secara pencapaian tujuan. Merasa memiliki kemampuan yang baik
langsung. dan merasa puas dengan kemampuan diri sendiri.
Hal tersebut berkaitan dengan self esteem individu
yang rendah karena dengan menggunakan identitas anonim 2. Self liking
pelaku cybersex dapat bebas melakukan perilaku cybersex di Sebuah perasaan berharga individu akan dirinya sendiri
media sosial tanpa takut identitasnya akan dikenali. dalam lingkungan sosial, apakah dirinya merupakan
seseorang yang baik atau buruk, hal ini merupakan nilai
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka sosial yang dianggap berasal dari dalam diri, memiliki sikap
identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: positif terhadap diri sendiri, seperti merasa memiliki
1. Bagaimana self esteem pada individu yang sejumlah kualitas diri yang baik, merasa diri sebagai orang
melakukan cybersex? yang berharga, merasa mampu melakukan hal-hal seperti
2. Bagaimana gambaran perilaku cybersex pada kebanyakan orang lain lakukan.
individu yang melakukan cybersex? Menurut Cooper, cybersex merupakan aktivitas melihat
3. Seberapa erat hubungan antara self esteem dengan gambar erotis, terlibat dalam chatting tentang seks, saling
perilaku cybersex pada dewasa awal? tukar menukar gambar, atau pesan email tentang seks, dan
lain sebagainya yang terkadang diikuti oleh masturbasi
Selanjutnya, tujuan dalam penelitian ini diuraikan (Erawati, Kristiyawati & Solechan, 2011). Menurut Carners,
dalam pokok-pokok sbb. Delmonico, dan Griffin (2001) cybersex adalah mengakses
1. Untuk mengetahui bagaimana self esteem individu pornografi di internet, yang terlibat dalam real-time yaitu
yang melakukan cybersex percakapan tentang seksual online dengan orang lain, dan
2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran cybersex mengakses multimedia software.
individu yang melakukan cybersex
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan Terdapat Aspek-aspek Cybersex menurut Delmonico dan
antara self-esteem dengan cybersex Miller (2009) menyebutkan lima aspek yang terdapat pada cybersex,
yaitu:
LANDASAN TEORI
a. Online Sexual Compulsivity
Rosenberg (1965) mendefinisikan self esteem sebagai Adanya perilaku berkelanjutkan melakukan seksual
evaluasi yang dilakukan seseorang baik dalam cara positif online meskipun terdapat konsekuensi yang signifikan
maupun negatif terhadap suatu objek khusus yaitu diri. dan adanya pemikiran yang obsesif terkait dengan
Menurut Branden (2007) self-esteem adalah keyakinan dalam perilaku seksual online.
diri, bahwa individu memiliki kemampuan untuk berfikir dan b. Online Sexual Behaviour Social
menghadapi tantangan hidup, serta keyakinan adanya hak Kecenderungan untuk terlibat dalam interaksi
untuk meraih kesusksesan, kebahagiaan dan memperoleh interpersonal dengan orang lain selama perilaku seksual
kebutuhan atau keinginan. Menurut Branden perilaku online, seperti email, ruang obrolan, dan lain sebagainya
seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tingkat self yang berhubungan dengan konteks seksual.
esteem yang dimilikinya. Coopersmith (1967) juga c. Online Sexual Behaviour-Isolated
mengungkapkan self-esteem merupakan evaluasi yang dibuat Seseorang yang melakukan cybersex biasanya memiliki
individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama interaksi interpersonal yang terbatas dengan orang lain,
mengenai sikap menerima dan menolak, juga indikasi seperti menghabiskan waktu untuk menonton tayangan
besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, pornografi.
keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan. d. Online Sexual Spending
Sejauh mana seseorang menghabiskan uang untuk
Dari definisi yang diungkapkan para ahli di atas maka mendukung aktivitas seksual onlinenya dan konsekuensi
dapat disimpulkan bahwa self esteem yaitu penilaian secara yang terkait dengan pengeluaran tersebut.
umum yang dilakukan oleh seseorang mengenai dirinya e. Interest in Online Sexual Behavior
sendiri baik itu penilaian yang bersifat positif maupun negatif Kecenderungan seseorang untuk menggunakan
yang akhirnya menghasilkan perasaan keberhargaan atau komputer untuk tujuan seksual, seperti menandai situs
kebergunaan maupun ketidak berhargaan dan ketidak yang berbau seksual.
bergunaan diri dalam menjalani kehidupan.

Volume 6, No. 2, Tahun 2020 ISSN 2460-6448


Hubungan Self-Esteem ... | 525

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN rendah dibanding self competence ditunjukkan dengan 75
orang atau 60% memiliki self liking rendah dan 55 orang
A. Hubungan Antara Self Esteem dengan Perilaku Cybersex
atau 44% memiliki self competence yang rendah. Hal ini
Berikut adalah penelitian mengenai hubungan antara menunjukkan bahwa individu yang melakukan cybersex
self esteem dengan perilaku cybersex, yang diuji memiliki masalah dalam self liking yaitu nilai sosial yang
menggunakan teknik analisis korelasi Rank Spearman. dianggap berasal dari dalam diri individu itu sendiri dan
Hasil pengujian dijelaskan pada tabel 1. memandang dirinya tidak mampu dalam bersosialisasi di
lingkungan. Hal ini sejalan dengan fenomena yang ada di
Corrrelation mana pelaku cybersex menggunakan identitas anonim
Signifikansi N karena ingin menutupi dirinya yang sulit bersosialisasi.
Berdasarkan hasil data juga diperoleh, kelima aspek
Coefficient dari cybersex memiliki hubungan yang negatif dengan
kedua kategori self-esteem, sehingga semakin tinggi aspek
-.372 .000 125 cybersex, semakin rendah kategori self-esteem, begitupun
sebaliknya. Aspek online sexual spending pada cybersex
dengan kategori self-competence pada self-esteem memiliki
Tabel 1. Korelasi Self Esteem dengan Cybersex nilai koefisien korelasi paling tinggi diantara yang lainnya,
yaitu sebesar 0.372 yang berarti kedua variabel tersebut
termasuk dalam kategori yang cukup. Sedangkan untuk nilai
koefisien korelasi yang paling rendah yaitu terdapat pada
Cybersex aspek online sexual behavior isolated pada cybersex dengan
Jumlah kategori self-competence pada self-esteem, yaitu sebesar
Self- Rendah Sedang Tinggi 0.205 yang berarti kedua variabel tersebut termasuk dalam
Esteem kategori sangat lemah. Maka dari itu, hubungan yang cukup
% antara online sexual spending dengan self-competence,
F % F % F F % dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki self-
competence tinggi akan memiliki online sexual spending
Rendah 12 10% 30 24% 15 12% 57 46% yang lemah.
Sedangkan hubungan yang sangat lemah antara self-
competence dengan online sexual behavior, bisa dinyatakan
Tinggi 18 14% 48 39% 2 2% 68 55% bahwa individu yang memiliki self-competence tinggi tidak
menjamin individu tersebut juga memiliki online sexual
behavior yang rendah.
Total 30 24% 78 62% 17 14% 125 100%
KESIMPULAN
Tabel 2. Tabulasi Silang Self Esteem dengan Cybersex
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, peneliti
Dari tabel-tabel di atas, dapat diketahui bahwa besarnya menyimpulkan beberapa hasil penelitian sebagai berikut:
hubungan antara self esteem dengan perilaku cybersex 1. Self-Esteem memiliki hubungan negatif dengan
adalah negatif (-0.372) yang berarti korelasi tersebut perilaku Cybersex yang artinya semakin rendah
termasuk dalam kategori cukup dengan taraf signifikansi self-esteem semakin tinggi perilaku cybersex. Dari
untuk hipotesis sebesar 0.000 yang artinya terdapat hasil penelitian juga menunjukkan bahwa individu
hubungan yang sangat signifikan. Tanda positif (-) pada yang memiliki self-esteem tinggi lebih banyak
koefisien korelasi yang didapat menunjukkan adanya dibanding self-esteem rendah karena perilaku
hubungan yang negatif antara perilaku cybersex dengan cybersex juga tidak berada di tingkat yang tinggi.
self-esteem, sehingga semakin tinggi self-esteem, maka 2. Perilaku cybersex memiliki hubungan negatif
akan semakin rendah perilaku cybersex, begitupun dengan self-esteem yang dibuktikan dengan
sebaliknya. banyaknya perilaku cybersex berada di tingkat
sedang atau at risk.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh terdapat 57 orang 3. Hubungan Self-Esteem dengan Perilaku Cybersex
dengan self-esteem rendah dan 68 orang dengan self-esteem ditunjukkan dalam hasil penelitian memiliki
tinggi. Sedangkan untuk cybersex terdapat 17 orang dengan hubungan negatif sebesar (-0.327) yang sangat
resiko cybersex yang tinggi, 78 orang dengan resiko yang signifikan dengan taraf signifikansi sebesar 0.000
sedang dan 30 orang dengan resiko yang rendah. Menurut (p<0.05) artinya memiliki hubungan yang sangat
Rosenberg (Tafarodi & Milne, 2002) ada dua aspek dalam erat.
self esteem, yang pertama adalah self competence dan yang
kedua, self liking. Berdasarkan hasil penelitian, self liking
individu yang melakukan cybersex cenderung pada tingkat

Psikologi
526 | Chika Dewi Sukma, et al.

SARAN Khazaal Y (2019). Sexual Desire, Mood, Attachment Style,


Impulsivity, and Self-Esteem as Predictive Factors for Addictive
A. Saran Teoritis Cybersex: JMIR Ment Health 2019

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menjadi


referensi bagi penelitian selanjutnya dengan juga
mempertimbangkan data yang ada di lapangan terlebih
dahulu. Bila ingin meneliti mengenai cybersex kembali
diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi
kedepannya untuk menghubungkan variabel cybersex
dengan variabel self-esteem atau variabel lain yang lebih
sesuai dengan fenomena dan data lapangan yang ada.

B. Saran Praktis
1. Bagi subjek penelitian diharapkan bila memiliki
keluhan perilaku cybersex agar menghubungi tenaga
profesional untuk mencari bantuan dan disarankan
untuk memperbaiki self-esteem agar menjadi lebih
tinggi dengan berusaha meningkatkan kepercayaan
diri terhadap diri sendiri.
2. Bagi tenaga profesional kesehatan mental seperti
konselor dan terapis untuk dapat mempertimbangkan
aspek self-esteem dalam menangani individu yang
mengalami adiksi cybersex dengan memotivasi
individu agar meningkatkan self-esteem dan lebih
percaya diri.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Carnes, P. J., Delmonico, D. D. & Griffin, E. J. (2001) Internet
addiction: Hazelden Foundation.
[2] Carnes, P., Delmonico, D. L., & Griffin, E. (2001). In The
Shadows of The Net: Breaking Free of Compulsive Online Sexual
Behavior. In Hazelden (1st editio). Center City, Minnesota.:
Hazelden Foundation.
[3] Cooper, A. (2002). Sex and the internet. U.S.A.: Brunner-
Routledge.
[4] Cooper, A., Delmonico, D. L., & Burg, R. (2000). Cybersex
Users, Abusers, and Compulsives: New Findings and
Implications. Sexual Addiction and Compulsivity, 7(1–2), 5–29.
https://doi.org/10.1080/10720160008400205
[5] Delmonico, D. L., & Miller, J. A. (2003). The Internet Sex
Screening Test: A Comparison Of Sexual Compulsives Versus
Non-Sexual Compulsives. Sexual and Relationship Therapy,
18(3), 261–276. https://doi.org/10.1080/1468199031000153900
[6] Khaira, Putri (2018). Hubungan Antara Self Esteem dengan Body
Image Pada Remaja Pria. Universitas Islam Indonesia
[7] Harianto, Erika (2017) Hubungan Antara Agresi Relasional Dan
Self Esteem Mahasiswi Universitas X. Universitas Islam
Indonesia
[8] Rahmawati, Siti (2015). Hubungan Antara Self Esteem dan Adiksi
Cybersex Pada Mahasiswa. Universitas Indonesia
[9] Rao T.S.S., dkk (2018) Cyber Sex Addiction: An Overview. India
[10] RD, Ghaisani (2016) Hubungan Self Esteem dan Loneliness pada
Remaja Akhir Pelaku Cybersex di Bandung. Universitas Islam
Bandung.
[11] Santrock, J.W. (2012). Life-span development (rev Ed). Jakarta:
Penerbit Erlangga
[12] S.K. Pramod (2017). Young Keralaite Eyes in Cybersex. Raleigh.
[13] Varfi N, Rothen S, Jasiowka K, Lepers T, Bianchi-Demicheli F,

Volume 6, No. 2, Tahun 2020 ISSN 2460-6448

Anda mungkin juga menyukai