Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

DOSEN PENGAMPU

Dewa Gede Bambang Erawan, S.Pd.M.Pd

Disusun Oleh :

Ni Made Sriati

12

2102612010659

KELAS G REGULER MALAM


PROGRAM STUDI
MANAJEMEN FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
HUJATAN DAN UJARAN KEBENCIAN DI MEDIA SOSIAL TERHADAP
MARAKNYA KOMENTAR NEGATIF

BLASPHEMY AND HATE SPEECH ON SOCIAL MEDIA AGAINST THE RISE OF NEGATIVE
COMMENTS

Ni Made Sriati
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar

ABSTRAK

Di Indonesia, perundungan siber tidak hanya menimpa kalangan selebritas, tetapi juga
masyarakat biasa dan ujaran kebencian tidak hanya kita temukan dalam kehidupan sehari-hari,
tetapi juga ada dalam dunia maya. Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi
memudahkan manusia untuk berkomunikasi jarak jauh. Komunikasi tersebut terjalin melalui
media sosial yang memiliki beragam fitur. Mulai dari fitur kolom komentar, obrolan pribadi,
tombol berbagi dan live streaming. Beragam fitur tersebut menjadi sarana baru untuk
mengekspresikan diri dan gagasan. Hal ini yang dapat menyebabkan korbannya bunuh diri. Akan
tetapi, pelaku tidak merasa bersalah. Dari fenomena ini sangat perlu dijelaskan bentuk
perundingan siber dimedia sosial. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kualitatif dan
observasi terhadap akun media sosial di Instagram, Twitter, dan Tiktok yang teridentifikasi
perundungan siber dan ujaran kebencian. Langkah pencegahan yang perlu dilakukan adalah etika
berinternet yang disebut „PIKIR‟ yaitu Penting, Informatif, Kebaikan, Inspiratif, dan Realitas.

Kata Kunci : perundungan siber, ujaran kebencian, etika berinternet

ABSTRACT

In Indonesia, cyber bullying not only affects celebrities, but also ordinary people and hate

speech is not only found in everyday life, but also exists in cyberspace. Over time, technological

developments have made it easier for humans to communicate over long distances. The

communication is established through social media which has various features. Starting from the
comments column features, private chat, share buttons and live streaming. These various

features become a new means of expressing oneself and ideas. This can cause the victim to

commit suicide. However, the perpetrator did not feel guilty. From this phenomenon, it is very

necessary to explain the form of cyber negotiation on social media. This study uses descriptive

qualitative methods and observations of social media accounts on Instagram, Twitter, and Tiktok

which are identified as cyberbullying and hate speech. The preventive step that needs to be taken

is internet ethics called 'PIKIR' which is Important, Informative, Kind, Inspirational, and

Reality.

Keywords: cyber bullying, hate speech, internet etiquette

PENDAHULUAN

Perundungan siber atau Cyberbullying adalah prilaku agresif dan bertujuan yang
dilakukan suatu kelompok atau individu, menggunakan media sosial terhadap seseorang yang
dianggap tidak mudah melakukan perlawanan atas tindakan tersebut. Burgess-Proctor, Hinduja,
dan Patchin (2009) mendefinisikan perundungan siber sebagai perbuatan merugikan yang
dilakukan dengan sengaja dan berulang-ulang melalui computer, telepon genggam, dan
perangkat elektronik lainnya. Perbuatan ini dilakukan dengan mengirimkan pesan mengancam
atau mempermalukan seseorang melalui pesan teks, menulis komentar menghina seseorang di
website atau media sosial, mengancam atau mengintimidasi seseorang melalui berbagai bentuk
daring atau dalam jaringan (Hinduja dan Patchin, 2010). Kasus perundungan siber di Indonesia
cukup tinggi, sebagaimana temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi
dan Informatika bersama UNICEF pada tahun 2011 hingga 2012 (Kominfo, 2012). Penelitian
tersebut melibatkan 400 anak daan remaja pada rentang usia 10 hingga 19 tahun yang berada di
provinsi di Indonesia. Hasil riset menunjukan bahwa 13% menyatakan mengalami perundungan
siber dalam bentuk hinaan, dan dipermalukan di media sosial. Tidak hanya itu 9% menyatakan
pernah mengirimkan pesan berupa hinaan dan kemarahan melalui media sosial.
Perundungan siber di Indonesia tidak hanya terjadi dikalangan selebritas, tetapi juga
dapat menimpa kalangan pelajar, politikus, bahkan institusi pemerintah. Sebut saja perundungan
siber yang dialami oleh mentalis DC (nama inisial). Ia diejek sebagai pecundang yang beruntung
oleh AE di Instagram. Tak tinggal diam, DC berhasil menemukan sang pelaku perundungan
siber dan melaporkannya ke polisi. Kasus perundungan akan terus terjadi seiring dengan
perkembangan teknologi. Berkembangnya gadget, tentu akan mengembangkan media-media
sosial baru seperti Tiktok. Sementara perkembangan media sosial tersebut, mau tidak mau, sadar
atau tidak sadar akan menghasilkan dampak negatif. Mungkin hal ini yang menjelaskan mengapa
pelaku merasa tidak melakukan hal yang salah dan menganggap prilakukanya sebagai tindakan
imajiner yang tidak akan melukai siapapun. Pelaku pun berfikir bahwa tindakan perundungan
siber yang dilakukan tanpa empati dan apa yang dilakukan tidak berdampak besar bagi korban.

Sementara itu ujaran kebencian adalah tindakan komunikasi yang dilakukan oleh suatu
individu maupun kelompok yang berupa hinaan, body shaming, dan hasutan yang ditujukan
kepada sekelompok orang atau individu. Menurut Walters et, al, (2006), peneliti-peneliti dari
University of Sussex, ujaran kebencian tergolong kedalam kriminalitas kebencian. Pada zaman
dahulu sebelum teknologi secanggih hari ini ujaran kebencian dicerminkan melalui gosip.
Menurut Mejelis Ulama Indonesia (MUI) penyebaran fitnah, hoaks, dan gosip juga tergolong
dalam ujaran kebencian. Beberapa hal tersebut sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
namun kini hal tersebut ditemukan dalam media sosial. Media sosial memang berjuan untuk
mengekspresikan diri dari gagasan, tetapi dalam penggunaannya dibutuhkan tanggung jawaba
dan kebijaksanaan dari si pengguna. Maraknya fake account di media sosial, sengaja dibuat
untuk mengemukakan gagasan seseorang atau kelompok anonim. Gagasan tersebut biasanya
ditulis dalam komentar maupun obrolan pribadi pada account seseorang. Terkadang komentar
peadas yang dilontarkan warganet disebebkan oleh konten atau unggahan seseorang yang
umumnya artis, youtuber, hingga selebgram. Jadi komentar tersebut tidak semata-mata hanya
karena kebencian melainkan perilaku korban yang terkadang dianggap menyeleneh oleh netizen.

Tujuan Artikel Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk atau kejadian dan dampak
perundungan siber pada kalangan pelajar maupun mahasiswa dan mahasiswi dan dapat
memberikan informasi factor apa saja yang mempengaruhi prilaku perundungan siber, serta
sebagai sumber acuan bagi penelitian yang akan datang mengenai hubungan control diri dengan
prilaku perundungan diri

Urgensi Artikel

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian tentang ujaran kebencian pada artikel ilmiah yang
berjudul “Hujatan dan Ujaran Kebencian di Media Sosial Terhadap Maraknya Komentar
Negatif”. Hal ini sangat urgen pentingnya melakukan penelitian ini adalah memberikan
informasi kepada pembaca bahwa terdapat dampak negative bagi korban jika melakukan
perundungan siber dan ujaran kebencian. Harapan dari hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi bahwa perbuatan perundungan siber dan ujaran kebencian tidaklah baik untuk kita
semua dan dapat merusak mental dan bahkan ada yang sampai ingin bunuh diri. Dan bisa lebih
berfikir lagi bahwa berkomentar yang negative adalah tindakan yang tidak baik.

Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini yaitu kekerasan simbolik yang terjadi ketika seseorang yang
berkomentar negatif tanpa berfikir terlebih dahulu, tanpa mereka sadar dan secara tidak langsung
dapat membuat korban merasa sakit hati bahkan dapat berpengaruh negatif untuk kita dan dapat
menjadi terbiasa untuk berkomentar seenaknya tanpa berfikir terlebih dahulu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kualitatif. Holsti (dalam Arafat, 2018)
menyebutkan bahwa analisis isi adalah kesimpulan yang dibuat dengan cara mengidentifikasi
berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara obyektif dan sistematis. Penggunaan metode
analisis isi kualitatif menurut Schreier adalah untuk menyusun tinjauan dan analisis litelatur serta
merupakan metode penelitian deskriptif dengan kerangka pengkodean kualitatif (Snelson, 2016).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah mengumpulkan unggahan tentang
selebiriti dari akun Instagram berita gosip Lambeturah dengan nama @lambeturah_official
selama bulan JuniAgustus 2021. Akun Lambeturah dipilih karena merupakan akun gosip dengan
pengikuti paling banyak dan jangkauan sosialnya juga luas. Sedangan selebriti yang dipilih
adalah Ayu Ting Ting, Kartika Putri. Keduanya dipilih dengan sengaja karena pada beberapa
bulan terakhir berita mereka viral di media online/sosial kemudian banyak di-bully oleh
warganet.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ayu Ting Ting dan Kartika Putri adalah dua nama yang cukup tenar didunia hiburan.
Selama bulan Juni dan Agustus 2021, berita tentang keduanya viral di media sosial, ketika akun
gosip lambeturah_official mengunggahnya di Instagram. Ayu Ting Ting dengan kasus tudingan
plagiat style selebritis lain.

Hal ini yang kemudian ditanggapi beragam komentar oleh warganet. Akun lambeturah_official
pada tanggal 22 Juni 2021 mengunggah berita dengan judul “Jawaban Ayu Ting Ting Soal
Kalungnya mirip Nagita Slavina”. Berita ini diberi keterangan : “Setelah dituduh plagiat kalung
mbak Gigi akhirnya mbak Ayu buka suara Sc; Cumicumi.com”. Uanggahan ini kemudian
menuai bullying dari warganet yang ditujukan kepada Ayu Ting Ting. Kasus selanjutnya adalah
selebriti Kartika Putri vs Dr. Richard Lee. Keduanya terlibat perseteruan yang berawal pada
Februaru 2021 Dr. Richard memberikan edukasi melalui channel YouTube soal sebuah krim
wajah yang menurutnya mengandung bahan yang berbahaya seperti mekuri. Produk itu pernah di
promosikan oleh Kartika Putri. Tidak terima produk itu dikatakan berbahaya, Kartika kemudian
mensomasi dan melaporkan Dr. Richard atas tudingan pencemaran nama baik.

Terlepas dari sebuah kasus yang dialami oleh selebriti yang memposisikan diri mereka
salah atau tidak, perundungan dan komentar negatif tetap terjadi. Meski banyak juga warganet
yang menjadi fans selebriti tetap melakukan pembelaan terhadap selebriti. Dari kedua kasus
tersebut netizen atau warganet mempunyai kesempatan untuk memberikan komentar atau pesan-
pesan secara spontan dengan kalimat yang kasar, tidak pantas dan kurang dapat dikendali.
Beragam komentar yang berisikan penghinaan soal gaya pakaian, masa lalu hingga fisik selebriti
tersebut di beri komentar. Perundungan dan komentar negatif yang dilakukan oleh netizen
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adanya variable situasional dan variable individual
yang mana individual tidak bisa mengontrol emosi mereka secara personal. Sedangkan faktor
situasional adalah keberadaan akun gosip lambeturah_official dan kemudahan menggunakan
media sosial memberi peluang besar terjadinya perundungan.

PENUTUP

Simpulan

Kemajuan teknologi internet memiliki berbagai dampak baik itu dampak positif maupun
negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah munculnya prilaku yang tidak mementingkan
moral, dan menyakiti orang lain. Prilaku pengguna internet mengalami perubahan dan menjadi
sebuah kebiasaan bahwa apa yang dilakukan sebagai sesuatu yang tidak etis akibat dari
fenomena ini. Perundungan dan komentar negatif yang dilakukan oleh netizen disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain adanya variable situasional dan variable individual yang mana
individual tidak bisa mengontrol emosi mereka secara personal. Sedangkan faktor situasional
adalah keberadaan akun gosip lambeturah_official dan kemudahan menggunakan media sosial
memberi peluang besar terjadinya perundungan.

Saran

Rekomendasi dari penelitian ini ditujukan kepada warganet untuk tidak cepat bertindak
dengan memberikan komentar-komentar negatif kepada selebriti maupun secara umum. Perlu
pemahaman yang cukup tentang etika serta peningkatan literasi saat berinteraksi di media sosial.

Daftar Pustaka

Aida, N. R. (2021). "Kronologi Kasus Dokter Richard Lee-Kartika Putri hingga Munculnya
Petisi‟‟ SelamatkanTokoh Penyelamat Kaum Wanita Indonesia.” Kompas.Com.
Kominfo. 2012. Digital Citizenship Safety among Children and Adolescent in
Indonesia. https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/users/12/Kominfo-
Presentasi%20Laporan%20Hasil%20Penelitian%20-%20Gati%20Gayatri.pdf

Pokin, Steve. (2007). Megan‟s Story. http://www.meganmeierfoundation. org/megans-story.html


diakses pada 31 Maret 2016 Pk.20.03 Suicide Prevention LLC. (2012).

Amanda Todd Suicide. https://www.youtube. com/watch?v=_gycqAJcDFM diakses pada 31


Maret 2016 Pk.21.00

Irawan, D. (n.d.). Fatwa MUI: Gosip dan Ujaran Kebencian di Media Sosial Haram. Retrieved
from https://news.detik.com/berita/d-3521392/fatwa-mui-gosipdan-ujaran-kebencian-di-
media-sosial-haram

Pramisti, N. Q., & Kirnandita, P. (2017, June 15). Mengapa Orang Membuat Ujaran Kebencian?
Retrieved from https://tirto.id/mengapa-orang-membuatujaran-kebencian-cqJK

Anda mungkin juga menyukai