Anda di halaman 1dari 7

PROSIDING ISBN: 978-602-53557-7-6 (PDF)

PENCEGAHAN NARKOLEMA DAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS


PEMBERDAYAAN MAHASISWA

Urip Tisngati1), Sri Iriyanti2), Reza Aprilia3)


1,3
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, STKIP PGRI Pacitan
email: uriptisngati@gmail.com1), rezaaprilia222@gmail.com3)
2
Pendidikan Sejarah, STKIP PGRI Pacitan)
email: sriiriyanti@ymail.com2)

abstrak

Kasus pornografi dan kekerasan seksual menjadi permasalahan yang membutuhkan peran
mahasiswa untuk menanganinya. Kegiatan ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendekatan dan
metode untuk meningkatkan pengetahuan dan bahaya narkolema dan kekerasan seksual di
kalangan remaja. Subjek atau sasaran penerima manfaat adalah mahasiswa penggiat Ormawa yaitu
UKM Pramuka STKIP PGRI Pacitan. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Desember 2021 melalui
metode tatapmuka terbatas dengan teknik penyampaian adalah ceramah, tanya jawab, dan
diskusi.Hasilnya adalah peningkatan pengetahuan dasar serta bahaya narkolema dan kekerasan
seksual dapat dilakukan melalui pemberdayaan mahasiswa penggiat Ormawa dan melalui metode
sosialisasi dengan pendekatan studi kasus. Peserta responsif dan antusias karena merasakan
dampak dan manfaat positif dari kegiatan abdimas.

Keywords: Pencegahan, Narkolema, Kekerasan Sosial, Pemberdayaan.

PENDAHULUAN
Bahaya narkotika dalam segala bentuknya sangat mengganggu dan menyebabkan kerugian,
tidak hanya pada tubuh, namun juga rugi material juga moral. Menurut BNN, jenis narkotika yang
paling sering dikonsumsi di Indonesia adalah marijuana, shabu, ekstasi dan heroin (hellosehat.com).
Pemerintah pun telah melakukan berbagai upaya pencegahan bersama masyarakat untuk
menurunkan angka pengguna narkoba dan menghilangkan obat-obatan terlarang ini dari
peredaran.
Permasalahan tidak hanya narkotika seperti dikenal masyarakat, muncul istilah “narkolema”
atau narkotika lewat mata. Masyarakat umum lebih mengenal dengan istilah pornografi di mana
korbannya lebih banyak menimpa anak-anak. Dilansir dari kumparan.com, Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Pemberdayaaan Anak (Kemen PPPA) menyebut data tahun 2016
ada lebih dari 63 ribu anak di Indonesia telah terpapar ponografi dalam dua bulan."Addiction to
pornography in children can be called Narcolemma. The child's IQ is not affected, but he has no
morals anymore. Can rape their own children and others, because the human brain system is
disturbed. It (pornography) can damage (brain) prefrontal cortex”, dengan simpulan bahwa
narkolema dapat merusak otak. Lebih lanjut, “fungsi character building manusia dapat terganggu
oleh kecanduan narkolema (www.bisnisjakarta.co.id). Dengan demikian peran orang tua sangat
penting dalam pendampingan dan pola asuh.
Narkotika melalui mata atau pornografi terjadi karena kecenderungan berinternet dalam
melakukan interaksi sosial. Diharapkan pengguna dari segala usia dapat berinternet secara cerdas.
Bergiat dengan aktivitas positif melalui pergaulan yang baik akan dapat menjadi wahana
beraktualisasi, seperti mengikuti kegiatan ektrakurikuler jika di jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta Unit Kegiatan Mahasiswa jika di perguruan tinggi. Peran tutor sebaya atau Peer
Educator sangat urgen dalam upaya sosialisasi dan pencegahan narkolema.
Sosialiasi narkolema guna mengurangi dampaknya mendukung upaya pemerintah dalam
upaya menciptakan lingkungan sekolah, lingkungan rumah, dan masyarakat yang aman. Melalui
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 30 tahun 2021,

Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Abdimas Tahun 2021 173


PROSIDING ISBN: 978-602-53557-7-6 (PDF)

kementerian berharap khususnya di di kampus menjadi wahana tumbuh kembagnya potensi


bangsa, melahirkan SDM yang unggul sehingga membawa Indoensia Jaya. Lingkungan Belajar
dicirikan dengan 3 aspek, yakni: kampus sehat, kampus nyaman, dan kampus aman, termasuk bebas
dari intoleransi, kekerasan seksual, perundungan, dan korupsi. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, Perguruan Tinggi wajib melaksanakan Permendikbud Ristek Nomor 30 Tahun 2021 itu
dalam bentuk pembelajaran, penguatan tata kelola, dan penguatan mahasiswa, pendidikan, dan
tenaga kependidikan.
Seiring dengan tuntutan pembangunan karakter, mahasiswa memiliki peran strategis
bertindak sebagai agen pemberdayaan, dengan sasaran adalah sesama rekana sebaya (mahasiswa)
juga remaja berusia di bawahnya. Ini dapat dilakukan melalui optimalisasi peran Ormawa di
lingkungan kampus, rumah, maupun masyarakat.
Peran tutor sebaya secara kelompok akan efektif karena mereka memberikan layanan
informaai secara terbuka, dapat membicarakan permasalahan dan perencanaan masa depan lebih
dekat. Secara logis tutor sebaya atau jika penyampai informasi lebih akarb maka dapat
menyadarkan adanya kenyataan yang sama-sama dihadapi. Implikasinya peserta (sasaran) kan
terdorong untuk menghadipnya dan lebih lanjut mendiskusikannya (Winkel dalam Hastuti).
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Winarti, dkk (2020), dengan hasil bahwa metode peer
educator lebih efektif daripada modul dalam meningkatkan sikap pencegahan menonton film
porno.
Selain peran tutor sebaya, penelitian Ayyun dan Malihah (2018), menunjukkan bahwa:
Terdapat berbagai faktor baik secara internal maupun eksternal yang dapat menyebabkan
terjadinya adiksi pornografi pada anak usia Sekolah Dasar, penanggulangan dilakukan kepada anak
yang telah terpapar pornografi untuk mencegah anak dari adiksi pornografi. Terdapat berbagai
upaya yang dilakukan oleh keluarga untuk melindungi dan mencegah setiap anggota dalam
keluarga terutama anak dari bahaya pornografi. Namun, hal ini tidak terlepas dari kendala-kendala
yang muncul pada saat proses pencegahan tersebut.
Keterbatasan pendampingan orang tua dalam upaya pencegahan narkolema di rumah ini
menjadi tugas bagi educator seperti tutor sebaya ke kelompok remaja untuk menjalankan perannya,
utamanya di lingkungan pendidikan (sekolah dan kampus). Dengan demikian tujuan kegiatan
abdimas ini, yaitu:1) meningkatkan pengetahuan dasar mahasiswa tentang narkolema dan
kekerasan seksual di kalangan remaja, dan 2) meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang
bahaya narkolema dan kekerasan seksual di kalangan remaja.

KAJIAN LITERATUR
Remaja
Remaja memiliki tahap perkembangan sebagai kelanjutan dari transisi kehidupan masa anak-
anak menuju masa dewasa. Secara umum menurut Ali (2012), usia remaja adalah 12-21 tahun bagi
wanita dan bagi pria adalah rentang 13-22 tahun. Umumnya usia dewasa akan meunjukkan
karakteristik yang berbeda dengan usia anak-anak. Ada pertumbuhan fisik, emosi dan sosial pada
usia remaja atau ada masa pubertas. Ini dapat ditandai dengan perkembangan hormonal dan tubuh.
Masa remaja umumnya ditandai dengan keinginan kuat untuk lebih mandiri dalam membuat
keputusan meskipun kematangan belum tercapai. Umumnya tingkah laku negatif remaja bukan
merupakan ciri perkembangan remaja yang normal. Remaja memang memperlihatkan tingkah laku
yang khas sebagai tanda mereka berkembang sebagai remaja yang normal (Umami, 2019).
Seiring dengan perkembangan area kognisi, remaja akan mengembangkan kehidupan dan
hubungan sosioal lebih intensif, utamanya dengan orang dewasa. Hubungan sosial oleh remaja
dibangun dari kehidupan di rumah dan berkembang ke kehidupan lebih luas di sekolah, di
masyarakat, dan rekan sebaya. Konsekuensi dari adanya hubungan sosial ini adalah ada
kecenderungan untuk potensi membuat pilihan-pilihan, seperti pergaulan dengan lawan jenis,
memilih teman dekat dan karir tertentu, serta memilih nilai-nilai sosial. Kehidupan sosial remaja
akan membentuk kelompok sosial sehingga ada potensi tekanan-tekanan kepada anggotanya.

Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Abdimas Tahun 2021 174


PROSIDING ISBN: 978-602-53557-7-6 (PDF)

Tekanan ini dapat mempengaruhi perkembangan perilaku. Seperti dikatakan Baron dan Byrne
(2005), penyesuaian perilaku remaja adalah mengikuti norma kelompok yang diacu. Kaitan ini
merupakan hal wajar karena anggota komunitas atau kelompok sosial akan saling membagi dan
bertukar peran, ide, harapan, aturan, dan norma-norma. Ini memberikan pesan bahwa pergaulan
masa remaja akan mempengaruhi pola berpikir dalam menghadapi hak dan tanggung jawab
mengemban peran dan status dalam kehidupan sosialnya.
Terdapat beberapa karakteristik yang menandai perkembangan remaja. Menurut Wong
(2009), tahap tersebut meliputi perkembangan psikososial, perkembangan kognitif, perkembangan
moral, perkembangan spiritual, perkembangan sosial. Selanjutnya ada tiga tahap penyesuaian diri
bagi remaja, yaitu remaja awal (10-12 tahun), remaja madya (13-15 tahun), remaja akhir (16-19 tahun)
(Sarwono, 2006). Remaja pada tahap awal akan menerima keadaan fisik dan menggunakannya
(tubuh) lebih efektif setelah dirasa adanya perubahan pada aspek tinggi badan, berat badan,dan
lainnya. Pada remaja madya menunjukkan kemandirian dan perluasan hubungan yang lebih intim ke
arah seksualitas. Pada tahap remaja akhir menunjukkan ciri seperti remaja madyatetapi lebih fokus
membentuk kepribadian lebih mandiri. Ini dapat ditandai dengan sikap penerimaan nilai dan etika.

Narkolema
Narkolema merupakan akronim dari “Narkotika Lewat Mata”. Kata kucinya adalah visualisasi
melalui pandangan (mata) sehingga menyebabkan kecanduan dan merusak otak. Menurut
Siswanto dan Purwaningsih (2018), narkolema merupakan pornografi yang dilihat oleh seseorang
dan memiliki efek kecanduan. Umumnya istilah narkotika dipakai untuk menjelaskan narkotika
berupa ganja, kokain, dan sebagainya. Namun dalam tulisan ini mengacu pada kasus pornografi dan
kekerasan seksual yang menggejala pada anak-anak dan remaja.
Ringkasan isi UU RI No. 44 tahun 2008, pornografi dapat berupa gambar, ilustrasi, sketsa,
poto, teks tulis dan percakapan, suara, gambar kartun, animasi, gerak tubuh melalui media
komunikasi dan atau pertunjukan dan memuat eksploitasi seksual. Berdasarkan uraian ini, kehadiran
media sosial dan internet menjadi salah satu faktor perluasan kasus narkolema. Hal ini karena para
pengguna media sosial lebih mudah mengaskes hubungan remaja, hubungan orang dewasa, dan
penyimpangannya, serta alat-alat seksual secara visual. Hal ini yang memicu permasalahan
pornografi.
Pornografi dalam perspektif sejarah tidak bisa dilepaskan dari perkembangan kebudayaan
manusia itu sendiri, ditandai dengan adanya kebebasan berekspresi, penemuan mesin cetak,
penemuan alat fotografi, dan teknologi komunikasi (Sudrajad, 2006). Jika dilihat dari perspektif
etika atau moral maka pornografi merusak moral dan perilaku manusia (Sulistyoko, dkk, 2019).
Selanjutnya, dalam perspektif hukum Islam adalah terlarang berdasarkan landasan QS al-Nur QS Al-
Isra (Hannani, 2012).
Berdasarkan uraian di atas, narkolema dapat dikaji dalam berbegai ilmu dan perspektif,
namun secara umum bahayanya jelas terdefinisi. Upaya pencegahan dan penyelesaian masalah
terkait narkolema menjadi pekerjaan semua pihak, utamanya lembaga pendidikan yang memiliki
binaan para peserta didik merupakan kelompok rentan sebagai korban.

METODE
Metode pelaksanaan kegiatan ini adalah tatap muka terbatas mengutamakan protokol
kesehatan 5M. Teknik penyampaian materi kegiatan adalah ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
Tempat kegiatan adalah di ruang pertemuan di STKIP PGRI Pacitan pada tanggal 7 dan 12 Desember
2021. Pelaksana Abdimas oleh tim dosen (Urip Tisngati dan Sri Iriyanti), serta tim mahasiswa (Reza
Aprilia dan Fery Adhi Nurcahyo). Mitra kegiatan adalah pengurus UKM Pramuka STKIP PGRI Pacitan.
Bentuk kegiatan berupa sosialisasi atau penyuluhan. Hasil kegiatan selanjutnya dideskripsikan dan
dianalisis secara kualitatif untuk mendapatkan evaluasi dan refleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Abdimas Tahun 2021 175


PROSIDING ISBN: 978-602-53557-7-6 (PDF)

Pelaksanaan
Sebelum dilaksanakan kegiatan abdimas, sebelumnya dilakukan analisis kebutuhan kelompok
sasaran. Kaitan ini adalah mahasiswa sebagai pendidik sebaya. Isu atau objek yang menjadi materi
kegiatan adalah narkotika lewat mata (narkolema) dan kekerasan seksual sehingga sasaran objek
yang tepat adalah kelompok dewasa (mahasiswa) selanjutnya mereka akan menjadi duta atau peer
educator ke rekan sebaya serta kelompok remaja dan anak-anak melalui kegiatan kemahasiswaan,
kegiatan di rumah, dan kegiatan di luar kampus lainnya. Oleh karen itu, UKM Pramuka menjadi
pilihan terbaik karena para Pandega STKIP PGRI Pacitan berasal dari semua program studi, mereka
telah banyak berkontribusi dalam membantu kegiatan Kwarcab, Kwaran, Gudep, dan program
lainnya. Kegiatan terakhir adalah relawan dalam kegiatan vaksinasi Covid-19 oleh Kwarcab Pacitan
Kegiatan ini diikuti oleh Pengurus dan anggota UKM Pramuka sejumlah 22 orang menimbang
kapasitas ruang mengikuti protokol kesehatan. Kegiatan didahului oleh pengantar dari Ketua UKM
Pandega putri, Reza Aprilia sekaligus sebagai Tim Abdimas dari mahasiswa. Selanjutnya adalah
pemberian materi. Terdapat 2 (dua) materi utama yang dibahasa, yaitu: 1) narkolema, dan 2)
kekerasan seksual.
Materi pertama, sosialisasi terkait Permendikbud Ristek Nomor 30 tahun 2021 tentang
Pencegaha dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi. Hal ini guna
menggali respon peserta tentang latar belakang dikeluarkannya peraturan tersebut. Tim abdimas
menjelaskan dengan pendekatan humanis demokratis guna menciptakan iklim pertemuan yang
nyaman. Selanjutnya, materi kedua diberikan studi kasus yang memicu kekerasan seksual yang
terjadi di lingkungan sekolah dengan pelaku dan korban adalah peserta didik. Materi ini disambung
dengan materi ketiga dengan penjelasan narkolema dan bahayanya.
Respon peserta terbuka dan antusias dibuktikan dengan keaktifan mahasiswa untuk
menyampaikan informasi dan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pemateri.
Pada pemberian materi studi kasus, pemateri memberikan beberapa hasil riset kekerasan seksual di
lingkungan kampus yang dilakukan oleh BEM yang mana ada mahasiswa yang berani speak up
bahwa dia pernah mengalaminya. Namun, responden yang mau mengisi kuesioner belum
representatif dan yang memberikan informasi sangat kecil.

Gambar 1. Pelaksanaan Sosialisasi

Melalui kegiatan ini, diperoleh hasil bahwa peserta kegiatan merasakan dampak dan manfaat
kegiatan. Beberapa poin peningkatan aspek kognitif adalah, 1) peningkatan pengetahuan tentang
bahaya narkolem dan kekerasan seksual, dan 2) peningkatan rasa empati, penilaian dan
pemahaman tentang sikap dan tindakan yang harus diambil jika pada posisi dan peran sebagai
korban, sebagai teman atau saksi korban, sebagai laki-laki dewasa, juga sebagai mahasiswa.

Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Abdimas Tahun 2021 176


PROSIDING ISBN: 978-602-53557-7-6 (PDF)

Pembahasan
Berdasarkan sesi tanya jawab saat kegiatan, ditemukan bahwa para mahasiswa pernah
mengalami apa yang disebut kenakalan remaja, diantaranya adalah aktivitas ke arah pornografi,
perkelahian, bullying, dan kasus lainnya. Ini sesuai data yang dilansir dari balitbangham.go.id (2016),
hasil survei Synovate Research terhadap remaja (15-24 tahun) di Kota Jakarta, Surabaya, Bandung,
dan Medan, menunjukkan hasil: 44% responden sudah punya pengalaman seks pada umur 16-18
tahun dan 16% sudah mempunyai pengalaman seks pada umur 13-15 tahun. Namun, mereka
menyadarinya kemudian sebagai tindakan yang salah. Pengakuan mereka adalah, dampaknya
sangat dirasakan, yaitu kehilangan kontrol diri sehingga tidak bisa menyelesaikan apa yang menjadi
tanggung jawabnya. Contohnya adalah, mereka tidak konsentrasi dalam mengikuti perkuliahan
serta menyelesaikan tugas. Akibatnya adalah penurunan pada nilai akademik. Kenyataan ini relevan
dan logis karena pornografi dan seks bebas berpengaruh terhadap nilai akademik sehingga perlu
dilakukan tindakan pencegahan serta upaya penanggulangan. Dengan demikian perlu intensifitas
peran orang tua dalam mengawasi anak (Frivanty, 2016).
Berdasarkan studi kasus dan hasil riset sebelumnya, diketahui bahwa terdapat korban
kekerasan seksual yang mau mengungkapkan permasalahannya, namun persentasinya sangat
rendah. Penyebabnya ada beberapa kemungkinan, diantaranya adalah karakter penerima perlakuan
itu sendiri, yaitu harga diri. Menurut Mafazi dan Nuqul (2017), beberapa karakteristik remaja
berdasarkan adalah ada hubungan positif serta signifikan antara strategi koping dan harga diri
terhadap pengungkapan diri remaja di jejaring sosial online. Penyebab lainnya adalah karena
pengalaman traumatis pada segi psikis. Kekerasan seksual tentu berdampak psikososial kepada
korban (An-nisa, 2021). Diantaranya adalah subjek mengalami harga diri rendah, perasaan malu dan
bersalah. Dampak tidak langsung adalah korban merasa dijauhi ornag-orang terdekat
sehinggadapat berakibat menurunkan mental korban. Dampak lainnya, menurut Purbararas (2018)
adalah rasa tidak percaya pada laki-laki, korban menjadi perempuan nakal dan pemabuk sebagai
pelampiasan, termasuk menjadi lesbian karena trauma.
Terdapat variasi pemahaman remaja secara umum terhadap isu pelecehan seksual, dengan
aspek yang dapat diukur antara lain: bentuk-bentuk pelecehan, dampak, dan pencegahan
pelecehan seksual (Rismawanty, 2021). Jika subjek penelitian adalah korban, berdasarkan hasil riset
Kurniawan (2016), akan menunjukkan gambaran berbeda. Subjek sangat memahami pelecehan
seksual tetapi cenderung marah jika diberikan stimulus pelecehan seksual. Berdasarkan temuan
yang beragam tersebut, dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang berasosiasi secara signifikan
terhadap sikap mahasiswa tentang sikap perempuan korban perkosaan antara lain etnisitas, sikap
terhadap peran gender, dan tingkat keberagamaan (Rusyidi & Nurwati, 2016). Latar belakang sosial,
ekonomi, budaya korban sangat mempengaruhi pandangan dan sikap yang mengarah ke tindakan
apa jika mereka menjadi korban yang berkaitan dengan pelecahan seksual.
Dengan demikian, peningkatan pengetahuan ke arah peningkatan sikap kepada para
mahasiswa melalui penggiat kegiatan kemahasiswaan sangat penting guna upaya pencegahan
kekerasan seksual juga narkolema. Peran sebagai peer educator dianggap lebih efektif. Mengacu
pada hasil riset Winarti & Sunarti (2020), pengetahuan subjek yang memperoleh sosialisasi oleh peer
educator lebih tinggi secara mandiri. Berdasarkan hasil penelitian Hardiningsih, dkk (2021), terdapat
pengaruh positif penyuluhan narkolema terhadap pengetahuan narkolema pada remaja.
Sosialiasi narkolema guna mengurangi dampaknya mendukung upaya pemerintah dalam
upaya menciptakan lingkungan sekolah, lingkungan rumah, dan masyarakat yang aman. Melalui
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 30 tahun 2021,
kementerian berharap khususnya di di kampus menjadi wahana tumbuh kembagnya potensi
bangsa, melahirkan SDM yang unggul sehingga membawa Indoensia Jaya. Lingkungan Belajar
dicirikan dengan 3 aspek, yakni: kampus sehat, kampus nyaman, dan kampus aman, termasuk bebas
dari intoleransi, kekerasan seksual, perundungan, dan korupsi. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, Perguruan Tinggi wajib melaksanakan Permendikbud Ristek Nomor 30 Tahun 2021 itu
dalam bentuk pembelajaran, penguatan tata kelola, dan penguatan mahasiswa, pendidikan, dan

Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Abdimas Tahun 2021 177


PROSIDING ISBN: 978-602-53557-7-6 (PDF)

tenaga kependidikan. Sejalan dengan Permendikbud Ristek No 30 tahun 2021, pelibatan ormawa
untuk mengembangkan diri sangat penting (Kosasih, 2016). Seperti dinyatakan Afnan (2019), bahwa
peran mahasiswa melalui pemberdayaan di masyarakat adalah dapat menguatkan mental. Selain itu
pemberdayaan mahasiswa melalui kegiatan abdimas membantu membekali daya kraetivitas,
inovasi, progresifitas mereka sebagai agent of change and social control.

KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan sosialisasi narkolema melalui pemberdayaan mahasiswa dapat diambil
kessimpulan. Pertama, peningkatan pengetahuan dasar mahasiswa tentang narkolema dan
kekerasan seksual dapat dilaksanakan melalui pemberdayaan mahasiswa penggiat organisasi
kemahaiswaan sebagai peer educator. Kedua, peningkatan pemahaman mahasiswa tentang bahaya
narkolema dan kekerasan seksual di kalangan remaja dapat dilakukan dengan metode sosialisasi
dan pendekatan studi kasus. Diperlukan kerjasama yang baik dan berkelanjutan antara perguruan
tinggi dengan pihak pemerintah, lembaga lembaga, kelompok remaja, dan masyarakat guna
mencegah tindakan yang mengarah ke kekerasan seksual.

DAFTAR PUSTAKA
Afnan, Dikhorir. 2019. Peran mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat Melalui kegiatan
kewirausahaan, JURNAL SIGNAL, 7 (2), 156-168, http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
An-nisa’, W. (2021). Gambaran Psikososial pada Remaja Korban Kekerasan Seksual. Socio Humanus,
3(1), 162-169. Retrieved from
https://ejournal.pamaaksara.org/index.php/sohum/article/view/237
Ayyun, Rifqa Tsani Qurrota dan Malihah, Elly. 2018. Peran Keluarga Dalam Upaya Pencegahan Adiksi
Pornografi Pada Anak Usia Sekolah Dasar, Sosietas, VOL. 8, NO. 2, 2018
Baron, R.A., & Byrne, D. 2015. Psikologi Sosial, Jilid Dua (edisi ke sepuluh). Alih BAhasa: RAtna
Djuwita, Melania Meitty Parman, Dyah Yasmina, Lita P. Lunanta. Jakarta: Erlangga
Bisnisjakarta, Oktober 2018. Bahaya Candu Narkolema Ancam Kerusakan Otak Remaja.
https://www.bisnisjakarta.co.id/2018/10/17/bahaya-candu-narkolema-ancam-kerusakan-otak-
remaja /
Frivanty, Siti. 31 Desember 2016. Dampak Pornografi dan Seks Bebas Terhadap Prestasi Akademik.
https://www.balitbangham.go.id/detailpost/dampak-pornografi-dan-seks-bebas-terhadap-
prestasi-akademik
Hannani. 2012. Pornografi dan Pornoaksi dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal Hukum Diktum, 10
(1), 77-86, https://media.neliti.com/
Hardiningsiha), Fresthy Astrika Yunitab), Agus Eka Nurma Yunetac). 2021. Penyuluhan Tentang
Narkolema Pada Remaja di Kelurahan Wonorejo Kabupaten Karanganyar, PLACENTUM Jurnal
Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya, Vol. 9(2), 47-54, https://jurnal.uns.ac.id
hellosehat.com. 4 Jenis Narkotika Populer di Indonesia dan Bahayanya Bagi Tubuh,
https://hellosehat.com/obat-suplemen/narkoba-terpopuler-di-indonesia-apa-efeknya-pada-
tubuh /
Kosasih. 2016. Peranan Organisasi Kemahasiswaan Dalam Pengembangan Civic Skills Mahasiswa,
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 25 (2), 64-74, https://ejournal.upi.edu/
kumparannews.Maret, 2018. Narkolema, Kecanduan Pornografi pada Anak yang Bisa Ganggu
Sistem Otak.https://kumparan.com/kumparannews/narkolema-kecanduan-pornografi-pada-
anak-yang-bisa-ganggu-sistem-otak
Kurniawan, Sindu Bagas. 2016. Sikap Mahasiswa Terhadap Pelecehan Seksual, Skripsi Online,
https://eprints.umm.ac.id/
Mafazi, Naufal dan Nuqul, Fathul Lubabin. (2017). Perilaku Virtual Remaja: Strategi Coping, Harga
Diri, dan Pengungkapan Diri dalam Jejaring Sosial Online, Jurnal Psikologi, 16 (2), pp. 128-
137,. https://doi.org/10.14710/jp.16.2.128-137

Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Abdimas Tahun 2021 178


PROSIDING ISBN: 978-602-53557-7-6 (PDF)

Naufal Mafazi, Fathul Lubabin Nuqul. 2017. Perilaku Virtual Remaja: Strategi Coping, Harga Diri, Dan
Pengungkapan Diri Dalam Jejaring Sosial Online, Jurnal Psikologi, 16 (2), 128-137,
https://ejournal.undip.ac.id
Purbararas, Esmu Diah. 2018. Problema Traumatik: Kekerasan Seksual Pada Remaja, Jurnal
IJTIMAIYA, 2 (1), 63-89, https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Ijtimaia/article/view/4289/pdf
Republik Indonesia. 2021. Permendikbud Ristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegaha dan
Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi
Rismawanti, Venny. 2021. Gambaran Sikap Remaja Terhadap Pelecehan Seksual Di Sman 2 Rengat
Tahun 2019, Menara Ilmu, 15 (1),
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/2371
Rusyidi, Binahayati dan Nurwati, Nunung. 2016. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap Mahasiswa
Program Studi Psikologi, Keperawatan dan Kesejahteraan Sosial terhadap Perempuan Korban
Perkosaan, Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 4(3, 236-247 DOI:10.24198/jkp.v4n3.3
Siswanto dan Purwaningsih, Wahyu. 2018. Pemberdayaan Remaja Untuk Mencegah Narkolema,
GEMASSIKA, 2(1),52-55. https://www.researchgate.net
Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,
Sudrajat, Ajat. 2006. Pornografi dalam Perspektif Sejarah, HUMANIKA, 6 (1),
https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/view/3806/3282
Sulistyoko, Arie; Yulida, Rusna; dan Bahran. 2019. Pornografi Dalam Perspektif Hukum Dan MoraL,
Journal of Islamic and Law Studies, 3(2), https://jurnal.uin-
antasari.ac.id/index.php/jils/article/view/3249
Umami, Ida. 2019. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Idea Press
Winarti, dkk. 2020. Peer Educator Method to Improve the Attitude of Junior High School Students in
the Prevention of Watching Porn, Jurnal Kesehatan Masyarakat,
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas
Winarti, Yuliani & Sunarti, Sri. 2020. Pendidik Sebaya Sebagai Metode alternatif dalam Peningkatan
Pengetahuan Mencegah Narkolema (Narkoba Lewat Mata) pada Siswa SMPN 4 Di Samarinda,
JURNAL Dunia Kesmas, 9 (2),
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/article/view/1531
Yuliani Winarti, Sri Sunarti. 2020. Pendidik Sebaya Sebagai Metode alternatif dalam Peningkatan
Pengetahuan Mencegah Narkolema (Narkoba Lewat Mata) pada Siswa SMPN 4 Di Samarinda,
JURNAL Dunia Kesmas, 9 (2),
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/article/view/1531

Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Abdimas Tahun 2021 179

Anda mungkin juga menyukai