Anda di halaman 1dari 20

Pengaruh Pergaulan Bebas terhadap Kesehatan Mental Remaja

Karya Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran


Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:
Nama: Felicia Nadine Priharsanto
Kelas: XI IPS 4
Nomor Absen: 08

SMAN 60 JAKARTA
Jl. Kemang Tim. I No.6, RT.6/RW.4, Bangka, Kec. Mampang Prpt., Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12730

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas segala
limpahan kasih, karunia, dan kehendak-Nya sehingga tugas karya ilmiah dengan
judul Pengaruh Pergaulan Bebas Terhadap Kesehatan Mental Remaja di Indonesia
dapat diselesaikan dengan baik Selesainya tugas karya ilmiah ini tidak lepas dari
bantuan, bimbingan dari guru bahasa Indonesia. Pada kesempatan ini ingin
disampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan karya ini.
Dalam pembuatan proposal tugas karya ilmiah ini walaupun telah
berusaha semaksimal mungkin, tentunya masih banyak kekurangan dan
keterbatasan yang dimiliki, oleh karena itu diharapkan saran dan kritik untuk
membangun kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat.

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan


Istilah pergaulan bebas bukan hal yang tabu lagi dalam kehidupan
masyarakat, artinya bahwa ketika masyarakat mendengar kata pergaulan bebas
maka akan langsung berpikir tentang tindakan kurang pantas yang melarang
norma agama yang dilakukan oleh remaja. Di era globalisasi pada zaman modern
seperti ini ,salah satu permasalahan yang sedang berkembang di tengah
masyarakat salah satunya adalah pergaulan bebas, yang merupakan suatu bentuk
perilaku menyimpang yang telah melanggar aturan hukum ,norma agama dan
kesusilaan. Perubahan-perubahan sosial yang serba cepat akibat dari proses
modernisasi dan globalisasi telah mengakibatkan perubahan pola kehidupan dan
pola pikir manusia, sehingga merubah etika dan hilangnya nilai-nilai yang baik
pada diri seseorang
Pergaulan bebas yang sedang berkembang saat ini biasanya terjadi pada
anak yang akan tumbuh remaja, mereka belum cukup pandai dalam membedakan
permasalahan yang positif maupun negatif dan seringkali menganggap apa yang
mereka lakukan adalah suatu perbuatan biasa, tanpa mereka sadari bahwa
perbuatan tersebut adalah suatu perbuatan menyimpang yang bisa membawa
pengaruh yang merugikan. Seharusnya seusia mereka yang semestinya digunakan
untuk belajar mengembangkan bakat dan hobi serta bermain dengan alam dan
lingkungan, justru dihadapkan dengan masalah hukum yang semestinya belum
pantas untuk dihadapi oleh anak seumurannya.
Pergaulan bebas atau kenakalan remaja tidak lepas dari hubungannya
dengan orang tua. Selain itu, pengaruh lingkungan pertemanan juga menjadi salah
satu faktor yang sangat menentukan. Tentunya kita sudah sering mendengar
keluhan-keluhan tentang betapa sulitnya menemukan solusi atas masalah tersebut.
Menurut BPS 2015 jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 254,9 juta
jiwa, diantaranya laki-laki sebanyak 128,1 juta jiwa dan perempuan sebanyak
126,8 juta jiwa. Data menunjukkan adanya peningkatan kenakalan remaja dari
tahun ketahun diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS), tren kenekalan remaja
dan kriminalitas remaja mulai dari kekerasan fisik dan kekerasan psikis
menunjukkan angka peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 angka
kenakalan remaja di Indonesia mencapai 6325 kasus 147 kasus tawuran antar
pelajar, sedangkan pada tahun 2014 jumlahnya mencapai 7007 kasus 255 kasus
tawuran antar pelajar dan pada tahun 2015 mencapai 7762 kasus. Artinya dari
tahun 2013 – 2014 mengalami kenaikan sebesar 10,7%, kasus tersebut terdiri dari
berbagai kasus kenakalan remaja diataranya, pencurian, pembunuhan, pergaulan
bebas dan narkoba yang banyak dilakukan oleh anak pelajar.

3
Kasus yang berkembang mengenai pergaulan bebas yang terjadi pada anak
tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi sudah mendunia, setiap harinya kerap kali
media cetak ataupun elektronik menerbitkan informasi mengenai hal tesebut. Ini
merupakan sebuah kejadian yang sudah mengakar dan mengakibatkan dampak
buruk yang sangat besar, faktor utama masalahnya adalah kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap batasan pergaulan yang mengakibatkan mudahnya budaya
asing masuk yang nilai kebudayaannya jauh dari norma agama. Tentunya sangat
bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai agama dan
Pancasila. Kasus ini telah membuat banyak pihak merasa cemas, terutama bagi
Komisi Perlindungan Anak yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan
efektivitas dalam melindungi hak dan kewajiban anak.
Pada lain sisi, isu yang saat ini sedang marak di kalangan remaja adalah
isu mengenai kesehatan mental. Kesehatan mental menurut WHO (World Health
Organization) yaitu mencakup pencapaian kesejahteraan dan optimalisasi potensi
diri dan kontribusi terhadap orang lain ataupun masyarakat dan tidak hanya
terbatas pada ketiadaan gangguan mental dalam diri individu (Boas & Morin,
2014). Kesehatan mental dibagi atas dua dimensi yaitu psychological distress (afe
negatif yang menggambarkan kondisi stres yang karakteristik dengan ekspresi
emosi negatif seperti kemarahan, kecemasan dan kelelahan) dan psychological
well being (afek positif dimana ditandai dengan perasaan bahagia dan kekuatan
diri) (Afriani & Lestari, 2017)
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2016 secara
global ada 35 juta orang mengalami depresi, 60 juta orang dengan gangguan
bipolar, 21 juta orang dengan skizofrenia dan 47,5 juta orang mengalami
demensia. Depresi juga menjadi penyebab kematian akibat bunuh diri dengan
kasus 850.000 jiwa dalam setahun. Rata-rata kasus depresi banyak diderita antara
usia remaja dengan dewasa yaitu pada rentang usia 15-29 tahun (Purwanto, 2019).
Data dari National Survey on Drug Use and Health di Amerika Serikat, tingkat
depresi berat pada usia remaja naik lebih dari 50% yaitu dari 8,7% menjadi 13,2%
(Maharrani, 2019).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
suatu analisis penelitian sosial yang berjudul “Pengaruh Pergaulan Remaja
terhadap Kesehatan Mental Remaja”

4
B. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai pengaruh pergaulan bebas terhadap kesehatan mental remaja di
Indonesia, serta juga diharapkan untuk mengetahui cara mencegah isu
pergaulan remaja di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan
mengenai pengaruh pergaulan bebas terhadap kesehatan mental
remaja di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas pelajaran Bahasa
Indonesia.
b. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini membantu pembaca untuk melihat serta
menganalisis bagaimana perkembangan remaja di Indonesia yang
sudah dipengaruhi oleh pergaulan bebas.

5
C. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dapat kita ketahui beberapa permasalahan.
Perkembangan kasus pergaulan bebas yang selalu meningkat setiap tahunnya
sangat memprihatinkan terutama pada generasi remaja yang akan memimpin
Indonesia ke depannya. Pada masa di mana penyebaran isu pergaulan bebas
terjadi dengan cepat dan kewaspadaan terhadap kesehatan mental mulai marak di
kalangan masyarakat, adakah keterkaitan antara dua isu tersebut? Adakah
pengaruh pergaulan bebas terhadap kesehatan mental remaja atau malah
sebaliknya? Adanya pengaruh kesehatan mental terhadap pergaulan bebas yang
tersebar.
Kepribadian remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling terkait, baik
yang berasal dari dalam (internal) maupun berasal dari luar (eksternal). Dengan
demikian tidak ada faktor tunggal yang secara otomatis menentukan kepribadia
remaja. Beberapa masalah yang berkaitan dengan kepribadian remaja antara lain:
contoh perilaku orang tua yang kurang sesuai, pengawasan terhadap anak yang
kurang, disiplin yang diterapkan terhadap anak yang kurang, kemiskian dan
kekerasan dalam keluarga, anak tidak berada satu rumah dengan orang tua,
pergaulan dengan teman yang tidak sebaya, peran dari perkembangan iptek yang
mempunyai dampak negatif, tidak ada bimbingan kepribadian dari sekolah, dasar-
dasar agama yang kurang, dan sebagainya. Dalam konteks ini tentu masih banyak
lagi masalah yang dapat dikemukakan dan dapat berkaitan dengan kepribadian
remaja.

6
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang tertera, maka dapat
dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa ciri-ciri dari pergaulan bebas dan apa faktor pendukungnya?
2. Apa saja macam-macam kenakalan remaja yang disebabkan oleh
pergaulan bebas?
3. Dampak apa saja yang terjadi pada mental remaja apabila telah terjerumus
dalam pergaulan bebas?
4. Bagaimana cara menanggulangi pergaulan bebas dan mengatasi dampak
negatifnya?

7
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas berasal dari kata "pergaulan" dan "bebas".
Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata
pergaulan berarti menjalin pertemanan dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan kata bebas berarti lepas atau tidak
terikat. Maka dapat disimpulkan jika pergaulan bebas adalah
jalinan pertemanan dalam kehidupan bermasyarakat yang bersifat
lepas atau tidak terikat. Pergaulan bebas merupakan perilaku
menyimpang yang melewati batas norma atau peraturan yang ada.
Istilah pergaulan bebas bukan hal yang tabu lagi dalam
kehidupan masyarakat, tanpa melihat jenjang usia kata pergaulan
bebas sudah sangat populer, artinya bahwa ketika masyarakat
mendengar kata pergaulan bebas maka arah pemikirannya adalah
tindakan yang terjadi di luar koridor hukum yang bertentangan
terutama bagi aturan Sosial.
Pergaulan bebas adalah tindakan atau sikap yang dilakukan
oleh individu atau kelompok dengan tidak terkontrol dan tidak
dibatasi oleh aturan-aturan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Pergaulan bebas dalam pemahaman keseharian identik dengan
perilaku yang dapat merusak tatanan nilai dalam masyarakat.
Berikut ini adalah pengertian pergaulan bebas menurut para ahli
yaitu:
Menurut B.Simanjuntak “Pergaulan Bebas adalah sebuah
proses interaksi antara seorang dengan oran lain tanpa mengikatkan
diri pada aturan-aturan baik undang-undang maupun hukum
Agama serta adat kebiasaan.”

2. Kesehatan Mental
Dalam mendefinisikan kesehatan mental, sangat
dipengaruhi oleh kultur dimana seseorang tersebut tinggal. Apa
yang boleh dilakukan dalam suatu budaya tertentu, bisa saja
menjadi hal yang aneh dan tidak normal dalam budaya lain, dan
demikian pula sebaliknya (Sias,2006).

8
Notosoedirjo dan Latipun (2005), mengatakan bahwa
terdapat banyak cara dalam mendefenisikan kesehatan mental
(mental hygene) sebagai berikut :
a. Karena tidak mengalami gangguan mental
b. Tidak jatuh sakit akibat stessor
c. Sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan
lingkungannya
d. Tumbuh dan berkembang secara positif.
Sehat mental karena tidak mengalami gangguan mental
Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang tahan terhadap
sakit jiwa atau terbebas dari sakit dan gangguan jiwa. Vaillaint
(dalam Notosoedirjo & Latipun, 2005), mengatakan bahwa
kesehatan mental atau psikologis itu “as the presence of successful
adjustmet or the absence of psychopatology”.
Pengertian ini bersifat dikotomis, bahwa orang berada
dalam keadaan sakit atau sehat psikisnya. Sehat jika tidak terdapat
sedikitpun gangguan psikisnya, dan jika ada gangguan psikis maka
diklasifikasikan sebagai orang sakit. Dengan kata lain sehat dan
sakit mental itu bersifat nominal yang dapat dibedakan kelompok-
kelompoknya.
Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for
Mental Health) merumuskan pengertian kesehatan mental sebagai
kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal
baik secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu
sesuai dengan keadaan orang lain. Sebuah masyarakat yang sehat
secara mental adalah masyarakat yang membolehkan anggota
masyarakatnya berkembang sesuai kemampuannya. Dalam konteks
Federasi Kesehatan Mental Dunia ini jelas bahwa kesehatan mental
itu tidak cukup dalam pandangan individual tetapi sekaligus
mendapatkan dukungan dari masyarakatnya untuk berekembang
secara optimal.
Berdasarkan dari sekian pemaparan tokoh diatas dapat
disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah kesesuaian diri
dengan lingkungannya serta tumbuh dan berkembang secara positif
serta matang dalam hidupnya, menerima tanggung jawab dan
memelihara aturan sosial di dalam lingkungannya

3. Remaja
Remaja merupakan masa peralihan dari usia anak menjadi
dewasa. Pada umumnya masa remaja dianggap mulai saat anak
secara seksual menjadi matang dan berakhir saat anak mencapai
usia matang secara hukum. Adanya perilaku sikap dan nilai-nilai
sepanjang masa remaja menunjukkan perbedaan awal masa remaja

9
yaitu kira-kira dari usia 13 tahun – 16 tahun atau 17 tahun usia saat
dimana remaja memasuki sekolah menengah. masa remaja awal
yang dimulai dari umur 12-15 tahun, masa remaja pertengahan dari
umur 15-18 tahun dan masa remaja akhir dari umur 18-21 tahun
(Monks dan Haditono, 2002).
Piaget (dalam Hurlock, 1990) menyatakan secara psikologi
masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah
tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam
tingkatan yang sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki
masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih
atau kurang dari usia pubertas. Sedangkan, menurut (Monks dan
Haditono, 2002) menyatakan bahwa masa remaja dimulai dari usia
12 – 21 tahun, selanjutnya untuk remaja indonesia menggunakan
batasan usia 11 – 24 tahun dan belum menikah.
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence
mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak
mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang
dikemukakan oleh Calon (dalam Monks dkk) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena
remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
status anak.
Masa remaja dapat dibagi manjadi 3 (tiga) tahapan yaitu
masa remaja awal, remaja pertegahan, dan remaja akhir, ciri yang
paling nyata masa remaja adalah mereka cepat tinggi. Selama masa
kanak anak perempuan dan laki-laki secara fisik tampak mirip
kecuali hanya perbedaan genitalia. Mereka memakai baju dan gaya
rambut yang sama, Contohnya memakai celana jeans, baju kaos ( “
t shirts “), dan berambut pendek. Perkembangan remaja terdiri dari
perkembangan fisik, psikososial, dan moral ( Depkes, 2002)

10
B. Kerangka berpikir
Menurut Kartini Kartono, seorang ahli Sosiologi, pergaulan bebas
adalah gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh
bentuk pengabaian sosial, sehingga akibatnya mengembangkan
perilaku yang menyimpang. Dari situ, dapat kita ketahui bahwa salah
satu faktor dari terjadinya atau terjerumusnya remaja ke pergaulan
bebas adalah pengaruh dari lingkungan luar yang terjadi di sekitarnya,
dan tidak hanya berasal dari kemauan diri sendiri.
Pandangan masyarakat terhadap pergaulan bebas sangatlah buruk,
sehingga pada saat terjerumusnya remaja ke pergaulan remaja, alasan
mengapa remaja tersebut sampai melakukan perilaku penyimpangan
tersebut kurang diperhatikan. Ada beberapa remaja yang melakukan
kenakalan remaja karena hanya mengikuti temannya dan arus yang
salah. Namun, banyak juga ditemukan kasus dimana seorang remaja
yang terjerumus di pergaulan bebas karena faktor mentalnya yang
tidak stabil.
Remaja-remaja tersebut biasanya memiliki banyak masalah, baik
masalah keluarga, sekolah, dan lainnya namun tidak bisa
menyelesaikan masalah tersebut dengan semestinya. Ini lah yang
menyebabkan remaja merasa terpuruk dan mental mereka menjadi
tidak stabil. Pada saat seperti ini, remaja memilih untuk
menjerumuskan dirinya ke pergaulan bebas untuk melupakan masalah
yang ia miliki walaupun hanya sesaat.
Sebaliknya, pergaulan bebas dapat memperburuk kesehatan mental
remaja diakibatkan ketergantungan mereka terhadap perilaku yang
menyimpang. Semakin terjerumusnya mereka ke dalam pergaulan
bebas maka semakin sulit juga mereka untuk lepas dari masalah
tersebut.

C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahan
yang dihadapi dalam penelitian, dimana jawaban sementara tersebut
masih diuji lagi kebenarannya (Sugiyono, 2007).
Berdasarkan masalah dan landasan teori yang ada maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Arus globalisasi membawa pengaruh yang besar dari
perkembangan pergaulan remaja.
2. Pergaulan bebas dan kesehatan mental seorang remaja dapat
saling mempengaruhi.
3. Terdapat lebih banyak dampak buruk dalam pergaulan bebas
dibandingkan dampak positif

11
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian tentang pengaruh
globalisasi terhadap pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan hipotesis serta
rumusan masalah yang ada.

1) Apa ciri-ciri dari pergaulan bebas dan apa faktor pendukungnya?


Pergaulan bebas harus dihindari karena merupakan salah satu
perilaku menyimpang. Pengetahuan tentang ciri-ciri pergaulan bebas juga
sangatlah penting agar bisa menghindarinya. Apa sajakah ciri-ciri
pergaulan bebas?
Berikut ciri-ciri pergaulan bebas yang dikutip dari situs
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud):
a) Memiliki rasa ingin tahu yang berlebih pada hal yang bersifat
negatif. Contohnya narkoba.
b) Melakukan pemborosan uang untuk membeli barang yang
kurang penting.
c) Menggunakan obat-obatan terlarang, seperti narkoba untuk
memenuhi keinginannya.
d) Kecanduan menonton konten pornografi, bahkan melakukan
seks bebas.
e) Mengonsumsi alkohol atau minuman keras.
f) Mudah mengalami kegelisahan, tidak sabar, emosional, selalu
ingin melawan, atau rasa malas.
Pergaulan bebas tidak mungkin muncul tanpa sebab dan tidak
hanya disebabkan oleh lingkungan pertemanan yang kurang baik serta rasa
ingin tahu yang tinggi. Pola asuh orangtua juga menjadi salah satu faktor
penyebab terjadinya pergaulan bebas. Orangtua diharapkan bisa selalu
mengawasi serta mendampingi remaja.
Selain pola asuh orang tua, masih ada empat faktor penyebab
lainnya dari pergaulan bebas.
a) Keadaan keluarga yang kurang harmonis
Kurangnya perhatian serta kasih sayang dari orang tua bisa
menyebabkan remaja terjerumus pada pergaulan bebas. Kondisi
rumah yang tidak ideal juga membuat remaja mencari kesenangan
di luar rumah. Oleh karena itu, remaja dari keluarga tidak harmonis

12
rentan terjerumus pergaulan bebas. Hal ini dikarenakan remaja
masih labil serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
b) Lingkungan tempat tinggal
Lingkungan sekitar tempat tinggal juga sangatlah
berpengaruh pada perilaku remaja. Jika pergaulan bebas dan
aktivitas negatif biasa terjadi di lingkungan sekitar, anak bisa
menganggapnya normal dan mungkin akan mengikutinya.
c) Menjalin pertemanan yang kurang baik
Pertemanan juga sangat mempengaruhi perilaku remaja.
Terkadang remaja merasa sulit untuk menolak karena atas dasar
pertemanan.
d) Keadaan ekonomi
Keadaan ini juga sangat mempengaruhi perilaku remaja.
Remaja yang hidup dalam keluarga miskin kemungkinan tidak
mendapatkan akses informasi tentang bahaya pergaulan bebas,
seperti penggunaan narkoba, seks bebas dan lain sebagainya.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pergaulan Remaja Sebagai
makhluk sosial, individu di tuntut untuk mampu mengatasi segala
permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan
sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang
berlaku. Begitu juga dengan pergaulan pada remaja, ada beberapa faktor
yang bisa memengaruhinya yang berasal dari diri sendiri antara lain :
a. Kondisi fisik
Penampilan fisik merupakan aspek penting bagi remaja dalam
menjalani aktivitas sehari-hari. Mereka biasanya mempunyai
standarstandar tertentu tentang sosok fisik ideal yang mereka dambakan.
Misalnya, standar cantik adalah postur tinggi, tubuh langsing dan berkulit
putih. Namun tentu saja tidak semua remaja memiliki kondisi fisik se
ideal itu. Karenanya, remaja harus bisa belajar menerima dan
memanfaatkan bagaimanapun kondisi fisik seefektif mungkin. Remaja
harus menanamkan keyakinan bahwa keindahan lahiriah bukannya
makna kecantikan yang sesungguhnya. Kecantikan sejati justru
bersumber dari hati nurani, akhlak, serta kepribadian yang baik.

b. Kebebasan Emosional
Pada umumnya, remaja ingin memperoleh kebebasan emosional.
Mereka ingin bebas melakukan apa saja yang mereka suakai. Dalam
masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, seorang remaja

13
senantiasa berusaha agar pendapat atau pikiran-pikirannya, diakui dan
disejajarkan dengan orang dewasa. Dengan demikian, jika terjadi
perbedaan pendapat anatara anak dan orang tua, maka pendekatan yang
bersifat demokratis dan terbuka akan terasa lebih bijaksana.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membangun rasa
saling pengertian dimana masing-masing pihak berusaha memahami
sudut pandang pihak lain. Saling pengertian juga dapat dibangkitkan
dengan bertukar pengalaman atau dengan melakukan beberapa aktivitas
tertentu bersama-sama dimana orang tua dapat menempatkan diri pada
situasi remaja dan sebaliknya. Inti dari metode pemecahan konflik yang
aman antara orang tua dan anak adalah menjadi pendengar yang aktif.
c. Interaksi sosial.
Kemampuan untuk melakukan interaksi sosial juga sangat penting
dalam membentuk konsep diri yang positip, sehingga seseorang mampu
melihat dirinya sebagai orang yang kompeten dan disenangi oleh
lingkungan. Dia memiliki gambaran yang wajar tentang dirinya sesuai
dengan kenyataan yang ada (tidak di kurangi atau dilebih-lebihkan).
d. Pengetahuan terhadap kemampuan diri
Setiap kelebihan atau potensi yang ada dalam diri manusia
sesungguhnya bersifat laten. Artinya harus terus digali dan dan terus
dirangsang agar keluar secara optimal. Kita melihat sejauh mana potensi
itu ada dan dijalur mana potensi itu terkonsentrasi untuk selanjutnya
diperdalam, hingga dapat melahirkan karya yang berarti. Dengan
menerima kemampuan diri secara positip, seorang remaja diharapkan
lebih mampu menentukan keputusan yang tepat terhadap apa yang akan
ia jalani, seperti memilih sekolah atau jenis kegiatan yang diikuti
e. Penguasaan diri terhadap nilai-nilai moral dan agama
William James, seorang psikolog yang mendalami psikologi
agama, mengatakan bahwa orang yang memiliki komitmen terhadap
nilai-nilai agama cenderung mempunyai jiwa yang lebih sehat. Kondisi
tersebut ditampilkan dengan sikap positip, optimis, spontan, bahagia,
serta penuh gairah dan vitalitas. Sebaliknya, orang yang memandang
agama sebagai suatu kebiasaan yang membosankan atau perjuangan yang
berat 23 dan penuh beban akan memiliki jiwa yang sakit. Dia akan
dihinggapi oleh penyesalan diri, rasa bersalah, murung, serta tertekan

2) Apa saja macam-macam kenakalan remaja yang disebabkan oleh


pergaulan bebas?
Ada beberapa kategori yang termasuk dalam pergaulan bebas.
Namun kadang kita nggak sadar bahwa perilaku orang yang ada di sekitar
kita termasuk dalam jenis pergaulan bebas. Jenis pergaulan bebas:

14
 Merokok dan penyalahgunaan narkoba.
 Seks bebas.
 Tawuran dan membuat kerusuhan.
 Meminum minuman keras dan alkohol
 Membuat kerusuhan.
 Sering menghabiskan waktu di dunia gemerlap malam (party,
clubbing, dan sebagainya).

3) Dampak apa saja yang terjadi pada remaja apabila telah terjerumus
dalam pergaulan bebas?
Dampak dari pergaulan bebas dapat dikategorikan menjadi
beberapa kategori mulai dari kesehatan, psikologis, dan tentunya
pendidikan. Berikut adalah dampak-dampak dari pergaulan bebas:
a. Kesehatan
1. Reiter
Penyakit reiter ini merupakan penyakit yang penularannya
terjadi lewat hubungan kelamin, ini sering ditemukan di wilayah
Inggris dan Amerika Utara. Namun, pada wilayah Eropa, Afrika,
dan Asia, penyakit reiter ini lebih sering ditemukan pada penderita
disentri amuba, disentri basilus, dan diare non spesifik.
2. Sifilis
Penyakit sifilis ini disebabkan oleh Treponema pallidum,
penyakit ini berbahaya bagi kedua pasangan. Bagi ibu hamil juga
dapat berbahaya karena akan menyebabkan kecacatan lahir pada
bayi dan bisa juga lahir dalam kondisi meninggal.
3. Herpes Genitalis
Penyakit menular yang dialami pria dan wanita setelah
berhubungan seks. Penyakit ini menimbulkan luka melepuh di area
kelamin, bahkan penderita penyakit herpes genitalis ini bisa saja
tidak menimbulkan gejala.
4. Gonore
Gonore merupakan salah satu penyakit kelamin pada pria.
Penyakit ini menimbulkan gejala berupa nanah yang keluar dari
penis. Penderita penyakit ini akan merasa sakit ketika buang air
kecil. Penyakit ini dapat sembuh dalam beberapa hari jika
mendapat penanganan yang tepat.
5. HIV dan AIDS
Human immunodeficiency virus (HIV) ini adalah virus yang
menyerang kekebalan tubuh. Virus ini juga didapat saat melakukan
hubungan seks dengan bergonta-ganti pasangan. Virus ini
menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.

15
6. Kondiloma Akuminata
Kondiloma akuminata ini dapat disebut juga dengan kutil
kelamin. Penyakit ini disebabkan oleh virus human papillomavirus
(HPV). Penyakit ini biasanya ditularkan karena berhubungan seks
tanpa pengaman.
7. Trikomoniasis
Trikomoniasis ini adalah penyakit kelamin menular yang
oleh parasit Trichomonas vaginalis. Penyakit ini menular karena
berhubungan seks tanpa kondom. Penyakit ini umumnya tidak
menimbulkan gejala, namun seseorang yang menderita
trikomoniasis ini dapat menularkan kepada orang lain.
8. Klamidia
Klamidia adalah penyakit seksual menular yang disebabkan
oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Penyakit ini dapat terjadi pada
pria maupun wanita. Bakteri ini bisa menularkan penyakit ke leher
rahim (serviks), saluran kencing, anus, tenggorokan, dan mata.
9. Ulkus Molle
Ulkus molle ini juga dapat disebut dengan chancroid.
Infeksi bakteri ini dapat terjadi pada pria dan wanita. Penyakit ini
ditimbulkan oleh bakteri Haemophilus ducreyi. Bakteri ini
menyerang bagian luar kelamin yang menimbulkan luka dan bintik
kecil.
10. Lymphogranuloma Venereum (LGV)
Penyakit ini disebabkan karena infeksi bakteri Chlamydia
trachomatis varian L1, L2, dan L3. Ini adalah penyakit seksual
menular. Penyakit ini dapat dialami oleh siapa saja yang aktif
melakukan hubungan seksual sesama jenis. Dikutip dari alodokter,
penyakit ini lebih seringnya terjadi pada pria berumur 15-4 tahun.
11. Granuloma Inguinale
Granuloma inguinale ini adalah penyakit menular seksual
yang disebabkan oleh bakteri Klebsiella granulomatis. Penyakit ini
dapat menginfeksi orang yang aktif berhubungan seksual tanpa
pengaman antara umur 20-40 tahun.

b. Psikologis
1. Awal dari Perilaku Buruk Lain
Dampak psikologis yang satu ini membuat orang yang
menjalani pergaulan bebas berpikir bahwa semua perilaku yang ia
jalani adalah benar dan tidak merasa salah.
Seseorang akan mencoba berbagai perilaku yang buruk dari
pergaulan bebas seperti, minum alkohol, narkoba, mencuri, bahkan
melakukan tindakan berbahaya lainnya. Dalam hal ini harus ada

16
orang lain untuk mengingatkannya dan menuntun ke jalan yang
benar.
2. Pergeseran Pandangan tentang Seks
Pada dampak ini pergaulan bebas akan dianggap sebagai hal
yang biasa saja. Seks bebas, kumpul kebo, akan menjadi hal yang
lumrah bagi orang-orang yang telah terjerumus pada pergaulan
bebas.
Namun, jika menyesal setelah tahu akibatnya akan banyak
dampak psikologis lain yang ditimbulkan seperti, sulit
mempercayai orang lain, merasa berdosa, benci diri sendiri, dan
perasaan tidak berharga. Ini akan memberi dampak trauma bagi
orang yang terjerumus pada pergaulan bebas.
3. Sulit Berkonsentrasi
Pergaulan bebas menyebabkan orang yang mengalaminya
mengalami sulit untuk berkonsentrasi. Mereka akan menjadi
pemalas, sering lupa, dan hanya melamun saja. Pekerjaan akan
sering tertunda karena sudah tidak dapat fokus. Otak hanya
berpikir untuk melakukan hal-hal yang dilarang.
4. Halusinasi
Pergaulan bebas ini menimbulkan halusinasi bagi orang yang
sudah terjerumus. Terutama orang yang mengonsumsi narkoba dan
seks bebas. Mereka akan sering berhalusinasi memikirkan
penderitaan dalam dirinya. Mereka memikirkan perasaan bersalah
yang berlebihan dan tidak wajar yang akan mengganggu
kehidupannya.
c. Pendidikan
1. Prestasi Akademik Menurun
Orang yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas akan sulit
menentukan fokusnya. Bahkan pendidikannya yang selama ini
dijalani pun akan terbengkalai begitu saja ketika sudah terjerumus
dalam pergaulan bebas.
Orang-orang dalam pergaulan bebas ini akan lebih
mementingkan hal yang membuat ia senang dan melupakan
kewajibannya. Ini membuat prestasi akademik menurun, bahkan
dapat menyebabkan tinggal kelas atau tidak lulus sekolah.
2. Tawuran
Anak-anak sekolah yang masuk ke dalam pergaulan bebas pasti
tidak asing lagi dengan yang namanya tawuran. Tawuran ini adalah
bentuk kekerasan antar geng yang terjadi. Remaja yang memiliki
teman-teman dan lingkungan yang tidak sehat bisa saja
menimbulkan ide untuk tawuran dengan sekolah lain.
3. Putus Sekolah

17
Remaja yang lebih mengutamakan egonya untuk terus
bersenang-senang dan melakukan hal yang tidak penting ini juga
akan menyebabkan dia putus sekolah. Putus sekolah ini bisa saja
terjadi karena kehendak pribadi dan sekolah.
Jika putus sekolah karena kehendak pribadi maka memang
anak tersebut telah terpengaruh dengan teman-temannya sehingga
menjadikannya ia malas belajar dan sekolah. Sedangkan kehendak
sekolah maka anak tersebut melakukan hal-hal yang sudah
melewati batas peraturan sekolah, sehingga ia dikeluarkan.
4. Hamil di Luar Nikah
Hamil di luar nikah banyak terjadi pada remaja yang
terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Gaya berpacaran remaja
yang kini kian tidak terkontrol menyebabkan risiko kehamilan di
usia muda bertambah. Mereka akan bersembunyi di tempat tertentu
untuk melakukan hubungan seks di usia remaja itu.
Kejadian seperti ini juga meresahkan anggota keluarga karena
takut putra atau putrinya masuk ke dalam pergaulan bebas dan
mengalami hamil di luar nikah. Jika tidak diberi pendidikan seks
dan norma-norma yang berlaku maka bisa saja masuk ke dalam
pergaulan bebas.

4) Bagaimana cara menanggulangi pergaulan bebas dan mengatasi


dampak negatifnya?
Diantara serbuan informasi yang turut mempengaruhi para remaja
untuk berlaku bebas, bukan tidak mungkin sebenarnya untuk menghindari
hal tersebut. Cara menghindari pergaulan bebas dengan benar dapat
dilakukan melalu suatu proses sejak seseorang berusia dini.
a. Memperkuat Pendidikan agama
b. Membentuk karakter positif
c. Memilih teman
d. Mempererat hubungan orang tua dan anak
e. Memberikan Pendidikan seks kepada anak dan remaja
f. Menghindari lingkungan yang tidak kondusif
g. Mengisi waktu luang
h. Memperluas pengetahuan
i. Memperbaiki komunikasi dengan keluarga
j. Taat kepada hukum
k. Menerima diri sendiri
l. Membatasi pergaulan
m. Menetapkan tujuan hidup
n. Menjaga tingkah laku
o. Membataasi waktu di luar rumah

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pergaulan bebas
terhadap kesehatan mental remaja di Indonseia, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pergaulan bebas biasanya digunakan untuk menyebutkan cara bergaul
yang sudah menyimpang dari norma sosial dan agama, yaitu
pergaulan yang tidak menabukan minum alkohol, melakukan seks
bebas, obat – obatan dan segala hal yang menyimpang lainnya.
Bicara mengenai pergaulan bebas, biasanya hal tersebut mengarah
kepada para remaja. Memasuki usia remaja, itu adalah masa dimana
seorang anak mulai mencari jati dirinya dan mencoba – coba berbagai
hal baru yang dianggapnya bisa membuatnya menjadi lebih dewasa.
Dengan kata lain, usia remaja adalah saat dimana seorang anak
memasuki fase yang paling labil dalam kehidupannya.
2. Pergaulan bebas dapat tersebar secara cepat di kalangan remaja
adalah karena kesehatan mental remaja yang belum stabil dan
keingin-tahuan remaja yang besar sehingga gampang terpengaruh.
3. Kestabilan mental remaja akan terganggu apabila sudah terpengaruh
dalam pergaulan bebas, sehingga menimbulkan dampak-dampak
negatif seperti ketergantungan. Namun, terjerumusnya seorang
remaja dalam pergaulan bebas juga dapat dikarenakan mental remaja
yang sudah tidak stabil sehingga mencari pelarian untuk melupakan
masalahnya sejenak.

B. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan adalah:
1. Remaja harus lebih waspada lagi terhadap pergaulan yang akan
dimasukinya untuk menghindari terjerumusnya terhadap
perilaku yang menyimpang.
2. Meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan orang tua
mengenai kesehatan mental agar dapat mengawasi anaknya
dengan tepat.
3. Pemberian sanksi yang tegas kepada remaja yang telah
melakukan perilaku menyimpang yang merugikan dirinya dan
diri sendiri.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.merdeka.com/jabar/pengertian-pergaulan-bebas-berikut-dampak-dan-
cara-menanggulanginya-kln.html
https://www.gramedia.com/best-seller/dampak-pergaulan-bebas/
https://wartakota.tribunnews.com/2021/01/01/survei-kpai-menggambarkan-
perilaku-seks-bebas-kalangan-remaja-di-indonesia?page=all
https://www.diadona.id/family/pengertian-pergaulan-bebas-menurut-para-ahli-
serta-di-kalangan-pelajar-yang-harus-dipahami-orangtua-.html#:~:text=Menurut
%20B.Simanjuntak%2C%20pergaulan%20bebas,maupun%20hukum%20Agama
%20serta%20lingkungan
http://repository.stitradenwijaya.ac.id/344/4/bab2.pdf
http://repository.untag-sby.ac.id/711/3/BAB%202.pdf
https://www.popbela.com/relationship/single/amalia-azizah/akibat-penyebab-dan-
cara-menghindari-pergaulan-bebas/1
https://www.gramedia.com/best-seller/dampak-pergaulan-bebas/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/22/133000569/pergaulan-bebas-
pengertian-ciri-ciri-dan-faktor-penyebab?page=all
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/64505/Makalah.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

20

Anda mungkin juga menyukai