Anda di halaman 1dari 9

Penerapan Model Service-learning Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial

Siswa Pada Pembelajaran TIK di SMP Negeri 3 Banjar

A. Merasakan Adanya Masalah/Problem Sensing


Perkembangan pendidikan di Indonesia sedang mengalami perkembangan
saat ini dimulai perubahan kurikulum, diklat untuk guru revitalisasi sekolah,
dan penambahan sumber belajar yang kompleks. Perubahan yang mendukung
diharapkan dapat menopang kualitas pembelajaran. Namun saat ini menurut
UNESCO yang dikutip dalam berita CNN Indonesia (Suastha, 2016)
pemerintah masih hanya berfokus pada angka partisipasi siswa di sekolah saja,
padahal angka partisipasi siswa jika tidak diimbangi dengan kualitas mutu
pendidikan yang baik tidak akan berdampak banyak pada kualitas individu
siswa. Memang langkah yang diambil pemerintah tidaklah salah, jika siswa
tidak melanjutkan sekolahnya bisa berakibat sulitnya siswa mendapatkan
pekerjaan sehingga berdampak pada penghasilan untuk memenuhi kehidupan
ujungnya tingkat kemiskinan menjadi tinggi di Indonesia. Padahal amanat
UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan bangsa yang
cerdas akan berdampak pada kemampuan mengembangkan dirinya. Dewasa
ini siswa sudah mulai menyadari negatif bahwa dengan hanya datang
kesekolah saja kemudian mendengarkan penjelasan guru, dan membuat PR
seadaanya dia akan naik kelas atau lulus kemudian mencari pekerjaan menjadi
karyawan/buruh, jika diistilahkan sederhana mengikuti alur saja siswa akan
berjalan lancar. Namun di era globalisasi saat ini tidaklah tepat dilakukan,
karena output siswa di Indonesia akan kalah dengan siswa luar negeri
khususnya jepang dan finlandia. Maka dari itu perlu membangkitkan
kesadaran siswa bahwa pembelajaran disekolah tidak hanya mengejar
kelulusan semata melainkan sebagai ajang kompetisi bagi rivalnya atau negara
lain. Disinilah peran guru untuk mengingat, membimbing, dan mencontohkan
kepada siswa untuk selalu berpikir maju kedepan. Guru perlu melakukan
inovasi khususnya inovasi dalam pembelajaran. Mengapa inovasi
pembelajaran? Karena guru yang menguasai materi hanya berhasil sekitar
50% dalam pembelajaran, untuk dapat meningkatkan hal tersebut
diperlukanlah inovasi pembelajaran yang nantinya akan berdampak pula pada
kualitas pembelajaran. Banyak cara untuk melakukan inovasi pembelajaran
beberapa diantaranya yaitu: 1) variasi model pembelajaran, 2) menggunakan
media, 3) memberdayakan sumber belajar, 4) memilih strategi pembelajaran
dan masih banyak lagi.
Fenomena negatif siswa saat ini khususnya siswa SMP di kota singaraja
sudah mulai sedikit keluar dari batas kewajaran hal ini di amati penulis
melalui berita balipost dan nusa bali misalnya 1) sudah mulai untuk mabuk-
mabukan, 2) sudah diberikan motor oleh orang tua sehingga berdampak
arogansi di jalan raya, 3) menggangap dunianya masih hura-hura mulai
berpikir kedepan ketika lulus SMA, 4) mulai membuat Grup menyimpang.
Saking asiknya melakukan aktivitas diluar tanggung jawabanya sebagai siswa
menyebabkan siswa lalai akan tugas utamanya sebagai pelajar. Memang
belum terlihat banyak siswa yang berprilaku demikian, namun sudah ada
contoh nyata siswa yang berprilaku tersebut. Prilaku tersebut diakibatkan oleh
faktor dalam dan luar siswa. Faktor dari dalam siswa tersebut sudah terbiasa
melakukan tindakan tersebut sehingga berpendapat bahwa hal itu masih batas
wajar, awalnya mungkin tidak disengajar dilakukan namun tidak berdampak
signifikan akhirnya menjadi terbiasa berlanjut menjadi watak. Fakor dari luar
bisa diakibatkan orang tua, teman, lingkungan dan teknologi. Hal paling serius
kini faktor teknologi lebih mengkusus lagi penggunaan internet dan gadget
yang tidak terkontrol oleh pelajar.
Menurut hasil survey yang dilakukan Asosiasi Pengguna Jasa Internet
Indonesia (APJII) tahun 2016 69,8 % pelajar indonesia menggunakan internet.
Maraknya pemanfaatan internet di dunia, khususnya di Indonesia, turut pula
berimbas pada dunia pendidikan di Indonesia yang juga mulai menerapkan
pemanfaatan media teknologi komputer dan internet pada sistem
kurikulumnya. Saat ini keunggulan-keunggulan teknologi melalui penerapan
internet diharapkan bisa memacu dan meningkatkan mutu pendidikan. Dari
sisi positif tentu saja semua pihak harus mendukung pemanfaatan teknologi
komputer dan internet di kurikulum sekolah. Namun dari sisi negatif, semua
pihak harus bekerja sama sedemikian rupa untuk meminimalkan dampak
tersebut, terutama bagi anak didik. Salah satu fungsi internet yaitu pusat

1
pencarian dan penyediaan data, internet tidak selalu dimanfaatkan untuk hal-
hal yang positif, terutama oleh kalangan remaja seusia sekolah menengah.
Kegiatan belajar pun saat ini banyak yang menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan mencari bahan-bahan pelajaran tertentu melalui
internet.
Fenomena internet dipaparkan diatas sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Elfan (2012) Dampak positif internet dominan mempengaruhi siswa
adalah sebagai media hiburan sedangkan dampak negatif yang dominan
mempengaruhi siswa adalah dampak bahwa internet bisa menurunkan pola
interaksi siswa dalam lingkungan sosialnya. Temuan ini mengindikasikan
bahwa intensitas pemanfaatan internet memberikan dampak yang lumayan
besar pada penurunan pola interaksi siswa. Intensitas yang tinggi pada
pemanfaatan internet membuat seseorang hanya berinteraksi secara maya
melalui internet. Intensitas yang tinggi dalam berinternet menyebabkan
seseorang tidak lagi membutuhkan intensitas yang tinggi dengan orang-orang
di lingkungannya di dunia nyata. Jika hal ini terus berlanjut pelajar setelah
dewasa hanya perduli akan ada dalam dunia maya sebatas sosilisasi dalam
bentuk visual maupun audio dan mengabaikan interaksi yang sebenarnya
bertemu tatap muka. Hal ini perlu diperhatikan oleh pemangku pendidikan
khususnya disekolah dimana siswa ditimpa untuk menjadi pribadi yang baik
apalagi fenomena politik di tahun 2017 menyebabkan mulai sedikit ada
gesekan antar SARA.
Mengatasi penggunaan internet oleh siswa pemerintah melalui
kemendikbud sudah berupa untuk mengatasi hal tersebut melalui kurikulum
KTSP yang dituang dalam pembelajaran TIK. Pembelajaran TIK berguna
untuk memahami siswa mengoperasikan komputer dan internet dengan benar.
Masalah interaksi sosial pelajar yang diakibatkan dengan efek negatif dari
internet dapat diatasi melalui kolaborasi inovasi pembelajaran yaitu salah
satunya dengan penggunaan model service-learning.
Penekanan penggunaan internet pada pembelajaran TIK dikolaborasikan
dengan model service-learning secara kajian teoritis dapat membantu
mengatasi permasalahan interaksi sosial pelajar.

2
B. Eksplorasi dan Analisis Masalah/Problem Exploration and Analysis
Perkembangan internet berdasarkan penelitian merakibat pada efek positif
dan negatif. Permasalahan yang perlu diatasi yaitu dampak negatif dari
internet berupa penurunan perilaku interaksi sosial pelajar. Ada dua macam
persoalan yang ditemui dan untuk dicarikan solusinya yaitu (1) bagaimana
siswa dapat menggunakan internet dengan benar, dan (2) bagaimana siswa
dapat meningkatkan interaksi sosial akibat efek negatif internet.
Permasalahan penggunaan internet agar benar dioperasikan siswa melalui
pembelajaran TIK. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu
mengantisipasi pesatnya perkembangan tersebut. Mata pelajaran ini perlu
diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar
mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan global yang
ditandai dengan perubahan yang sangat cepat. Untuk menghadapi perubahan
tersebut diperlukan kemampuan dan kemauan belajar sepanjang hayat dengan
cepat dan cerdas. Hasil-hasil teknologi informasi dan komunikasi banyak
membantu manusia untuk dapat belajar secara cepat. Dengan demikian selain
sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, teknologi informasi dan
komunikasi dapat dimanfaatkan untuk merevitalisasi proses belajar yang pada
akhirnya dapat mengadaptasikan peserta didik dengan lingkungan dan dunia
kerja.
Permasalahan dampak negatif internet dikarenakan interaksi sosial dapat
diatasi menggunakan model service-learning. Model service-learning dapat
melatih siswa agar memiliki pengetahuan tentang situasi nyata dalam
masyarakat dan kemampuan untuk mengatasinya, serta untuk membentuk
karakter terutama agar mereka memiliki kesadaran berbela rasa atau peduli
terhadap kaum yang lemah dan tersisihkan (preferential option for the poor).
SL dianggap sebagai jembatan yang menghubungkan pembelajaran dan
pelayanan melalui sebuah proses refleksi. Hal ini senada dengan penelitian
yang dilakukan oleh Vickie 2017 hasil penelitian ini berupa pengaruh model
service learning terhadap anak prasekolah yang terwujud dalam kepedulian
siswa dengan memberikan makanan dengan menggunakan kereta dorong

3
untuk diberikan kepada orang dewasa atau tua yang kelaparan hasilnya
pembelajaran anak meningkat hal ini terlihat dari hasil belajar anak-anak bisa
mewarnai titik angka berbentuk buah dengan benar.
Pembelajaran TIK dengan dukungan dari model service-learning dapat
berguna untuk memahami menggunakan internet yang berujung pada
peningkatan hasil nilai pelajaran (Output) dan peningkatan interaksi sosial
(Outcome).
C. Penyajian Masalah/Problem Posing
Pembelajaran TIK memuat materi dasar-dasar penggunaan internet dan
menggunakan internet untuk memperoleh informasi. Fokus permasalahan
dalam pembelajaran TIK adalah bagaimana meningkatkan interaksi sosial
dengan menggunakan internet menggunakan model service-learning supaya
dapat mengatasi dampak negatif internet.
D. Pemecahan Masalah/Problem Solving
Pembelajaran TIK materi internet di SMP Negeri 3 Banjar di ajarkan di
kelas IX. Materi disampaikan secara teoritis dan praktik. Penjelasan teori
dilakukan di dalam kelas dan praktik dilakukan di ruang lab komputer yang
satu komputer digunakan untuk dua orang secara bergantian. Dalam upaya
mengatasi masalah kurangnya interaksi sosial diakibatkan dampak negatif dari
internet diperlukan inovasi pembelajaran berupa model service-learning.
Pembelajaran TIK menggunakan model service-learning guru awalnya
melakukan proses pembelajaran sebagaimana mestinya yaitu berupa teori dan
praktik, misalnya guru menjelaskan materi cara untuk mencari informasi
gambar di internet. Dalam kasus ini perlu ditekankan informasi gambar apa
saja yang sebaiknya dicari siswa, misalnya gambar-gambar bermanfaat seperti
poster, karikatur, lukisan, foto dan lain sebagainya supaya siswa tidak mencari
gambar-gambar tidak bermanfaat seperti foto porno, penyiksaan, gambar
menyeramkan dan lain sebagainya. Bagaimana kita tetap yakin ketika diluar
sekolah siswa tetap tidak mengakses gambar negatif tersebut, jika guru
melarang siswa tersebut menggunakan kata seperti “jangan mengakses
informasi gambar porno”, “tidak boleh mengakses gambar porno” maka akan
membuat siswa menjadi lebih penasaran untuk mengakses, apalagi dewasa ini

4
seluruh siswa memiliki smartphone. Himbauan terhadap siswa dapat lebih
diperhalus namun tetap meyakinkan guru bahwa siswa tidak akan melakukan
pencarian informasi gambar porno yaitu dengan menggunakan bahasa cinta.
Bahasa cinta merupakan pemakaian perkataan yang baik untuk membangun
suatu hal yang jauh lebih bijaksana daripada memakai perkatan yang kotor
(diandegeng, 2012). Misalnya “silahkan anak-anak mencari gambar yang
bermanfaat seperti foto alam, laut, karikatur seperti kata pepatah Unduh yang
bermanfaat unggah yang sehat”. Jika anak mengetahui konten yang positif saja
maka tidak akan berpikiran kearah konten yang negatif. sebaliknya jika siswa
mengetahui konten negatif saja suatu saat siswa akan mencoba mencarinya.
Penjelasan materi dan praktik telah selesai dilanjutkan dengan pelaksanaan
model service-learning sebelumnya guru telah membentuk siswa menjadi
beberapa kelompok. Sasaran service-learning di daerah kawasan pariwisata
lovina kabupaten buleleng – propinsi bali. Adapun lima langkah-langkah
pembelajarannya sebagai berikut:

Gambar 2.1 Lima Tahapan Model Service-learning


Sumber: Kaye, 2011

1. Tahap I Investigation
Tahap investigasi kegiatan yang dilakukan mengumpulkan
informasi melalui pengamatan langsung, wawancara, observasi dan
survey. Siswa akan menemukan permasalah sesuai minat, keterampilan,
dan bakatnya.

5
Sebagai contoh, siswa secara berkelompok akan menyisir wilayah
lovina melalui pengamatan langsung ternyata ditemukan sampah yang
berserakan di areal pantai. Karena lovina berada dikawasan pariwisata
siswa melakukan wawancara terhadap turis asing melalui guide untuk
bertanya tanggapan akan tumpukan sampah di pantai. Investigasi lain
seperti kurangnya himbauan untuk berprilaku bersih, ramah, dan santun.
2. Tahap II Preparation
Tahap preparation atau persiapan meliputi membahas informasi
yang didapat dari hasil penyelidikan dan identifikasi kelompok untuk
dicarikan solusinya berdasarkan pembelajaran TIK. Masing kelompok
melakukan pengorganisasian untuk merencanakan, peran, tanggung
jawab, dan jadwal pelaksanaan supaya tujuan dari solusi dapat terwujud.
Sebagai contoh, hasil observasi yang telah didapat kemudian siswa
secara berkelompok berdiskusi untuk mencarikan solusinya. Solusinya
yaitu dengan mencarikan gambar poster himbauan tidak membuang
sampah sembarangan, poster ramah terhadap wisatawan, dan gambar
bertutur kaat sopan. Kemudian siswa mulai mencari gambar-gambar yang
sesuai bersama kelompok dengan bimbingan guru yang dilanjutkan pada
proses percetakan gambar.
3. Tahap III Action
Tahap action yaitu implementasi dari rencana yang telah
didiskusikan pada tahap persiapan. Impelementasi dilakukan sebelumnya
mendapatkan izin terhadap pejabat wewenang setempat untuk melakukan
aksi yang diinginkan.
Sebagai contoh, siswa mulai menyebarkan, menempel, dan
membagikan poster-poster di lingkungan lovina. Masing-masing
kelompok menyebarkan sesuai dengan poster dari masalah yang ditemui.
4. Tahap IV Refrelction
Tahap refleksi siswa melakukan evaluasi sumatif mengenai
pengalaman kegiatan aksi. Siswa melakukan refleksi mencangkup
kognitif dan efektif terhadap keberhasil program masing-masing
kelompok

6
Sebagai contoh, siswa melakukan diskusi tentang program yang
dilakukan apakah memberikan dampak secara kognitif dan efektif bagi
siswa maupun subjek programnya. Hasil dari tindak lanjut kemudian
dilaporkan dalam bentuk laporan untuk di presentasikan masing-masing
kelompok.
5. Tahap V Demonstration
Tahap kelima yaitu demonstrasi siswa mempresentasikan atau
mendemonstrasikan hasil dari kegiatan di lapangan sesuai dengan tema
masalah yang mereka dapatkan di dalam kelas dengan kelompok-
kelompok yang lain disaksikan oleh guru kelas, setelah kegiatan itu siswa
menyusun laporan.
E. Refleksi Terhadap Proses dan Hasil/Reflection toward The Process &
Result
Pembelajaran TIK hakikatnya mengajarkan siswa untuk mengoperasikan
internet dengan benar sehingga siswa bisa melakukan dan benar
menggunakan. Penggunaan bahasa cinta dapat membantu meyakinkan guru
dan menyadarkan siswa akan fungsi dari internet sesungguhnya. Ikatan yang
kuat dan tanpa jarak antara guru dan siswa akan tercipta susana belajar yang
menyenangkan.
Model service-learning membiasakan siswa berinteraksi sosial dengan
teman, guru, masyarakat. Akibatkan dari interaksi langsung dapat
meningkatkan kepedulian terhadap sekitarnya seperti yang dilakukan siswa
SMP Negeri 3 Banjar membagikan poster untuk selalu menjaga dan merawat
lingkungan pantai lovina.
Pengoperasian internet dengan benar melalui penyampaian materi dengan
bahasa cinta serta di dukung model service-learning berdampak peningkatan
susana belajar dan interaksi sosial siswa di masyarakat.

Daftar Pustaka

APJII. 2015. Penetrasi & Prilaku Pengguna Internet Indonesia Survey 2016.
APJII: Poling Indonesia. Tersedia pada https://www.apjii.or.id/survei2017/
download/mqeuagtoqk0o3wx71fe8uih9flmkbn. Diakses 16 Januari 2018.

7
Dian D. 2012. Bahasa Cinta untuk Membangun Hubungan yang Harmonis antara
Dosen-Mahasiswa. Tersedia pada http://diandegeng.lecture.ub.ac.id/
Diakses 22 Januari 2018.

Elfan R K. 2012. Pemanfaatan Internet Dan Dampaknya Pada Pelajar Sekolah


Menengah Atas Di Surabaya. Jurnal Departemen Ilmu Informasi dan
Perpustakaan FISIP UNAIR. Tersedia pada http://journal.unair.ac.id/filer
pdf/ln5ba2011865full.pdf. Diakses 18 Januari 2018.

Kaye C B. 2012. The Five Stages of Service Learning: A Dynamic Process. CBK
Associates. Tersedia pada https://discoverecsl.files.wordpress.com/
2014/10/ck-5-stages-servlearn.pdf . Diaskes 1 Januari 2018.

Suastha, R D. 2016. UNESCO Soroti Kesenjangan Kualitas Pendidikan di


Indonesia. Tersedia pada https://www.cnnindonesia.com/nasional/2016
0906155806-20-156462/unesco-soroti-kesenjangan-kualitas-pendidikan-
di-indonesia/. Diakses pada tanggal 31 oktober 2017.

Vickie E L & Suzanne D A. 2017. Young Children Take Action: Service Learning
With Preschoolers. Journal YC Young Children, 05/2017, Volume 72,
Issue 2. ISSN : 1538-6619 Tersedia pada http://e-resources.perpusnas.go.
id/. Diakses 15 Nopember 2017.

Anda mungkin juga menyukai