Anda di halaman 1dari 27

Problematika Siswa Dalam Memahami Materi Geografi Selama Pembelajaran Daring

di SMA Negeri Kota Malang

PROPOSAL

Oleh: Nailatus Shova

200721866014

Dosen Pembimbing 1 : Prof. Dr. SUGENG UTAYA, M.Si

Dosen Pembimbing 2 : SATTI WAGISTINA, S.P, M.Si

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PASCASARJANA PENDIDIKAN GEOGRAFI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan seluruh pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup. Menurut Undang Undang No. 20 tahun 2003, Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terncana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Kadir, 2012).
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting bagi suatu bangsa. Kemajuan suatu
bangsa dapat diukur dari kualitas dan sistem Pendidikan yang ada.
Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan 72 dari 77 negara. Hal ini
dibuktikan dari hasil survei kemampuan pelajar yang dirilis Programme for International
Student Assessment (PISA) pada bulan Desember 2019 di Paris. Pemerintah terus melakukan
upaya dalam memajukan kualitas dan sistem Pendidikan di Indonesia. Berbagai kebijakan
telah diambil oleh pemerintah. Seperti kebijakan pada kurikulum, penghapusan Ujian
Nasional (UN), rekruitmen guru honorer menjadi PPPK (Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja), dan lain sebagainya.
Kebijakan juga diambil pemerintah saat mulai menyebarnya virus Covid-19 pada
tahun 2020. Kebijakan-kebijakan tersebut dibuat untuk meminimalisir penyebaran dari virus
Covid 19. Salah satunya kebijakan yang dibuat oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi Republik Indonesia tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam
Masa Darurat Penyebaran Covid-19 yaitu pelaksanaan belajar dari rumah.
Belajar dari rumah melalui pembelajaran daring atau jarak jauh dilakukan oleh seluruh
jenjang Pendidikan baik formal maupun non formal. Pembelajaran dilaksanakan secara
virtual melalui beberapa platform online maupun media sosial. Memaksimalkan pemanfaatan
teknologi, agar pembelajaran dapat berlangsung secara maksimal. Perlu adanya kerja sama
yang baik antara guru, siswa dan orang tua agar pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung
dengan baik.
Perpindahan sistem belajar yang tak terduga ini menyebabkan ketidaksiapan baik dari
guru maupun peserta didik. Tentunya hal ini merupakan suatu tantangan terutama bagi guru
supaya bisa mengemas dan melakukan pembelajaran seefisien mungkin agar siswa dapat
memahami materi yang disampaikan meskipun menggunakan sistem daring. Namun
seefisien apapun guru mengemas pelajarannya, tentu dalam proses pembelajaran ini masih
saja menimbulkan beberapa masalah dan dampak-dampak yang ditimbulkan
Dampak pembelajaran daring timbul baik dari segi guru, siswa maupung orang tua.
Mengingat kebijakan pembelajaran yang dilakukan secara mendadak tanpa adanya persiapan
yang matang, membuat pelaksana kebijakan mengalami berbagai kesulitan dalam
pelaksanaannya. Perlunya adaptasi dari pembelajaran secara tatap muka di sekolah ke
pembelajaran daring, membuat mereka harus bisa mempersiapkan segala keperluan
pembelajaran secara cepat dan tepat.
Dari segi pendidik, pembelajaran daring berdampak pada berubahnya perencanaan
pembelajaran yang telah disusun oleh para pendidik. Perencanaan pembelajaran yang
mulanya dilakukan secara tatap muka di kelas, harus berganti dengan pembelajaran yang
berbasis daring. Guru dituntut untuk dapat mengoperasikan teknologi informasi. Padahal
beberapa guru kesulitan dalam penguasaan teknologi informasi sehingga proses
pembelajaran menjadi kurang maksimal.
Begitu juga dengan peserta didik. Berbagai dampak dirasakan dalam pelaksanaan
pembelajaran daring. Peserta didik kurang maksimal dalam mendapatkan pembelajaran.
Peserta didik dituntut untuk belajar secara mandiri. Pemberian materi melalui e-book maupun
modul online menjadi sia-sia karena kurangnya kesadaran siswa dalam mengikuti
pembelajaran secara online. Kebosanan, kurangnya minat dan semangat juga berdampak
pada pelaksanaan pembelajaran daring.
Peran orang tua tentu sangat penting dalam terselenggaranya pembelajaran online.
Dukungan dan motivasi sangat diperlukan dalam terlaksananya pembelajaran daring. Tetapi
tidak semua orang tua dapat mendampingi putra putrinya belajar secara daring. Beberapa dari
mereka ada yang sibuk mencari nafkah, sibuk mengurusi pekerjaan rumah tangga, merawat
anak yang masih kecil dan lain sebagainya. Hal ini mengakibatkan kurang terkontrolnya
siswa dalam melaksanakan pembelajaran online sehingga siswa acuh dengan segala seusatu
yang berkaitan dengan sekolah dan memilih untuk bermain gadget maupun melihat televisi.
Masalah lain yang ditimbulkan dari pembelajaran daring yaitu tidak stabilnya jaringan
internet. Di daerah perkotaan saja internet masih tidak stabil, apalagi ketika guru maupun
siswa berada di daerah terpencil yang tidak memiliki akses internet. Selain itu kendala kuota
yang dimiliki. Perlunya biaya tambahan untuk membeli kuota internet juga merupakan salah
satu keluhan yang dirasakan orang tua. Orang tua merasa terbebani, mengingat pada masa
pandemi pemasukan menurun. Kurangnya fasilitas penunjang pembelajaran yang kurang
memadai seperti gadget maupun laptop. Hal-hal tersebut menjadi kendala dari terlaksananya
pembelajaran daring.
Banyaknya problematika yang timbul dari peserta didik selama pembelajaran daring,
mendorong beberapa pihak baik pemerintah maupun sekolah untuk terus melakukan evaluasi
demi perbaikan system pembelajaran yang lebih baik. Hal ini dikarenakan pembelajaran
dengan tatap-muka saja, terkadang banyak siswa yang belum paham dengan apa yang
disampaikan oleh guru di sekolah. Apalagi dengan sistem pembelajaran daring, yang
menuntut siswa untuk bisa sekolah dan memahami materi pelajaran tanpa bertermu secara
langsung dengan guru. Tentunya hal ini menjadi salah satu tantangan baru dalam dunia
pendidikan di tengah pandemi.
Tantangan baru ini, tidak hanya guru saja yang dituntut untuk kreatif dan inovatif
dalam menghadapi siswa saat pembelajaran daring, tetapi peran dari orang tua dan
pemerintah juga ikut serta dalam menghadapi tantangan ini. Seperti penelitian yang ditulis
oleh Asmuni(2020) mengatakan bahwa problematika pembelajaran daring bagi peserta didik
yaitu peserta didik yang kurang aktif dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran daring
meskipun fasilitas sudah memadai, masih ada peserta didik yang tidak memiliki
handphone/gadget yang digunakan sebagai media pembelajaran, yang ketiga beberapa
peserta didik tinggal di wilayah yang tidak memiliki akses internet, dan yang keempat
pembelajaran dari rumah membuat peserta didik merasa malas dan membosankan karena
sudah berlangsung sekitar enam bulan sejak pertengahan Maret 2020. Gustin, Sastrawan dan
Anasi (2020) juga memaparkan hasil penelitiannya bahwa selain faktor kuota dan jaringan,
motivasi belajar juga berpengaruh. Siswa mengalami kebosanan dan turunnya gairah untuk
mengikuti pembelajaran online yang menyebabkan kurangnya keaktifan siswa untuk
bertanya serta rendahnya pencapaian belajar siswa. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa
problematika pembelajaran daring memiliki banyak kendala salah satunya yaitu menurunnya
tingkat pemahaman siswa.
Berkaitan dengan masalah tersebut, dimasa Pandemi Covid 19 seluruh SMA Negeri di
Kota Malang mengikuti pembelajaran online berdasarkan aturan dari pemerintah, yang
bertujuan untuk mempermudah pembelajaran di masa pandemi Covid 19. Hingga saat ini
perkembangan kasus Covid 19 yang semakin menurun membuat pemerintah mengambil
kebijakan lagi yaitu pembelajaran dengan blended learning. Menggabungkan pembelajaran
tatap muka di sekolah dan pembelajaran online dengan sistem masuk secara bergantian antar
kelas dan hanya 50% kapasitas per kelas. Pada proses pembelajaran secara umum siswa
sudah mampu mengoperasikan internet dengan baik, walaupun begitu masih ada kendala
dalam proses pembelajaran. Baik itu dilihat dari sisi sarana dan prasarana maupun gurunya.
Masalah ini berpengaruh terhadap proses- proses pembelajaran itu sendiri.
Beberapa permasalahan pembelajaran daring yang timbul dari siswa di SMA Negeri
kota Malang yaitu mereka terkendala jaringan yang tidak stabil maupun kuota internet yang
dimiliki. Fasilitas penunjang pembelajaran online juga menjadi masalah seperti siswa yang
tidak memiliki gadget atau gadget yang dipakai bergantian dengan anggota keluarga lain,
tidak memilik laptop, membuat siswa kesulitan dalam mengikuti pembelajaran dengan baik.
Selain itu banyak siswa yang kurang memiliki kesadaran untuk mengikuti pembelajaran
online. Beberapa siswa memilih memanfaatkan waktu pembelajaran daring dengan bekerja
menjadi ojek online maupun menjadi pelayan paruh waktu. Sehingga waktu untuk belaajar
menjadi berkurang. Pembelajaran tidak setiap hari dilakukan secara tatap muka, terkadang
guru hanya mengirim materi via grup whatsapp, sehingga siswa harus bisa memahami materi
tersebut. Tidak semua siswa bisa paham materi pelajaran dengan hanya membaca materi saja.
Tugas-tugas yang diterimapun dengan mudah dikerjakan melalui situs internet yang dapat
menjawab segala pertanyaan maupun soal-soal tanpa melalui proses berpikir. Kalua dalam
pembelajaran di sekolah siswa masih bisa menyalin tugas teman, tetapi ketika pembelajaran
online siswa dengan mudah mencari jawaban dari situs yang sudah tersedia di internet. Hal
ini merupakan permasalahan yang sangat kompleks. Pemahaman dan kesadaran siswa akan
pentingnya pembelajaran semakin menurun. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya hasil
belajar siswa selama sebelum pandemi dan saat pandemi pada siswa kelas XII IIS di SMA
Negeri kota Malang
Gambar 1.1 Hasil belajar siswa kelas XII IIS SMA Negeri di Kota Malang

Hasil Belajar Siswa


82%
80%
78%
76%
74%
2019/2020 2020/2021

Column1

Grafik menunjukkan adanya penurunan hasil belajar siswa selama pandemi sebesar
3% pada siswa kelas XII IIS di SMA Negeri kota Malang. Menurunnya hasil belajar ini
disebabkan oleh berbagai faktor yang timbul baik dari dalam diri siswa maupun dari luar diri
siswa. Salah satunya yaitu dari pemahaman siswa. Hasil belajar menurun karena siswa
kurang memahami materi pelajaran yang didapatkan. Berbagai alasan yang mengakibatkan
menurunnya pemahaman siswa, yaitu siswa malas untuk mengeksplore materi yang
diberikan oleh guru, mengabaikan guru saat pertemuan secara asinkronus maupun sinkronus,
pembelajaran yang diberikan terlalu membosankan, lebih memilih kegiatan lain daripada
belajar, siswa hanya belajar ketika guru memberikan tugas bahkan ada beberapa siswa yang
tidak mengerjakan tugas sama sekali.

Dari pemaparan di atas, menarik perhatian penulis untuk melakukan sebuah penelitian
dengan judul Problematika Siswa dalam Memahami Materi Geografi Selama Pembelajaran
Daring di SMA Negeri Kota Malang.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
yaitu:

1. Untuk mengidentifikasi problematika siswa dalam memahami materi geografi selama


pembelajaran daring di SMA Negeri Kota Malang.
2. Untuk mengetahui problematika siswa yang dominan selama pembelajaran daring di
SMA Negeri Kota Malang.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi lembaga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak sekolah, juga dapat
mengambil kebijakan berdasarkan hasil dari penelitian problmatika siswa dalam
memahami materi pelajaran selama pembelajaran daring.
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap mata pelajaran geografi di masa pandemi, sehingga dapat
membantu guru untuk meningkatkan kualitas pmbelajaran yang lebih efektif agar siswa
lebih semangat dalam mengikuti pelajaran meskipun di masa pandemi.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya.

1.4 Definisi istilah


Dalam penelitian ini ada beberapa definisi istilah:
1. Problematika pembelajaran
Problematika pembelajaran adalah kendala dalam proses belajar mengajar yang harus
dipecahkan agar tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal.
2. Pemahaman
Pemahaman adalah penguasaan ilmu atau teori dengan pikiran. Menjelaskan dengan
susunan kalimatnya sendiri dari sesuatu yang sudah dibaca maupun didengar.
3. Pembelajaran daring
Pembelajan daring adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dalam jaringan melalui
media digital dan memanfaatkan internet.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Problematika Pembelajaran


a. Pengertian
Problematika berasal dari bahasa inggris “problematica” yang artinya adalah masalah.
Menurut KBBI, Problematika adalah sesuatu yang masih menimbulkan perdebatan, masih
menimbulkan suatu masalah yang harus dipecahkan. Menurut Suharso (2009) problematika
adalah segala sesuatu yang mengandung masalah. Dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang
menghalangi tercapainya suatu tujuan. Syukir (1983) mendefinisikan problematika sebagai suatu
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Selain itu, Sugiyono (2009) berpendapat bahwa
problematika diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya terjadi dan apa yang
benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan dan antara
rencana dengan pelaksanaan. Sebagaimana definisi problematika yang telah disebutkan, maka
problematika merupakan suatu kondisi yang menimbulkan perdebatan dan tidak sesuai pada
kenyataan atau tujuan yang sebenarnya.
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1
ayat 20 disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran menurut Gerry & Kingsley
dalam Snelbecker (1980) adalah kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi. Selain itu, Corey
(2014) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk turut serta dalam tingkah laku tertentu. Oemar Hamalik (1995) juga
berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi
dalam mencapai tujuan pembelajaran. berdasarkan beberapa definisi pembelajaran, pembelajaran
dapat diartikan sebagai aktivitas yang terbentuk antara guru dan siswa berdasarkan tujuan yang
telah ditentukan.
Dari pengertian problematika dan pembelajaran, sebagaimana juga disebutkan
Rosihuddin (2011) problematika pembelajaran adalah segala permasalahan yang mengganggu,
menghambat, atau mempersulit bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan
pembelajaran. selain itu, Dimyati dan Sudjiono menjelaskan bahwa problematika pembelajaran
merupakan suatu kesulitan atau hambatan yang menghalangi terjadinya proses belajar. Dari
beberapa definisi tersebut, dapat diartikan problematika pembelajaran adalah kendala dalam
proses belajar mengajar yang harus dipecahkan agar tercapainya tujuan pembelajaran yang
maksimal.
b. Macam-macam problematika pembelajaran
Problematika dalam pembelajaran ada tiga macam menurut Saechan Muchith (2008)
1. Problem yang bersifat metodologis, yaitu problem yang terkait dengan upaya atau proses
pembelajaran yang menyangkut masalah kualitas penyampaian materi, kualitas interaksi
antar guru dengan siswa, kualitas penggunaan sarana dan elemen dalam pembelajaran.
2. Problem yang bersifat kultural, yaitu problem yang berkaitan dengan karakter atau watak
seorang guru dalam menyikapi proses pembelajaran. Problem ini muncul dari bagaimana
cara pandang guru terhadap peran guru dan makna pembelajaran.
3. Problem yang bersifat sosial, yaitu problem yang terkait dengan hubungan dan komunikasi
antar guru dengan elemen lain yang ada diluar guru, seperti adanya kurang harmonis antara
guru dan siswa, antara pimpinan sekolah dengan siswa, bahkan diantara sesama siswa.
Kurang harmonisnya antara guru dan siswa bisa disebabkan akibat pola atau sistem
kepemimpinan yang kurang demokratis atau kurang memperhatikan masalah-masalah
kemanusiaan.
Berdasarkan macam-macam problematika pembelajaran dapat disimpulkan bahwa
problematika pembelajaran terdiri dari problem metodologis, problem bersifat kultural, dan
problem yang bersifat social. Pada penelitian ini menggunakan problematika yang bersifat
metodologis. Problematika yang bersifat metodologis meliputi penyampaian materi, interaksi
antara guru dan siswa serta sarana dan prasarana pembelajaran.
Penyampaian materi pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat
penting dan sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Materi pembelajaran merupakan pokok-pokok materi pembelajaran yang harus
dipelajari oleh siswa sebagai sarana dalam pencapaian kompetensi dasar dan yang akan dinilai
degan menggunakan instrument penilaian yang disusun berdasarkan indicator ketercapaian
kompetensi. (Mukmin, 2004:47). Selain itu, Nana dan Ibrahim (2003:10) menyatakan bahwa
materi pembelajaran merupakan sesuatu yang disajikan guru untuk diolah, kemudian dipahami
oleh siswa dalam rangka pencapaian tujuan intruksional yang telah ditetapkan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa indicator penyampaian materi meliputi kreatifitas guru dalam pengemasan
materi, cara penyampaian materi, menggunakan media/ sumber belajar
Interaksi antara guru dengan siswa. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru harus mampu
memahami siswa dengan segala konsekuensinya, sebab keberhasilan interaksi lebih banyak
dipengaruhi oleh pendidik dalam mengelola kelas. Guru ialah komponen yang utama pada proses
pembelajaran, guru menyampaikan materi pelajaran pada peserta didik melalui interaksi yang
dilakukan pada proses belajar mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam
menyampaikan materi tergantung pada kelancaran interaksi guru dengan siswa. Ketidaklancaran
interaksi membawa dampak terhadap pesan yang disampaikan guru. Proses pembelajaran harus
didasarkan di prinsip terjadinya interaksi secara optimal antara peserta didik dengan pendidik,
siswa sendiri, serta siswa dengan aneka sumberbelajar termasuk lingkungan. (Miarso,2007:154).
Sarana dan prasarana pembelajaran. Sarana pembelajaran yaitu segala peralatan serta
kelengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan yang memudahkan pengajaran
dan pembelajaran di sekolah (Ejiro, 2011) sedangkan prasarana pembelajaran adalah semua
komponen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan di sekolah
(Aunurrahman, 2010) Ketersediaan sarana seperti handphone, laptop atau pc (personal
computer), tablet, dan koneksi jaringan internet merupakan kebutuhan yang penting untuk
melaksanakan pembelajaran online. Prasarana yang mendukung merupakan tempat
dirumah masing-masing peserta didik dikarenakan pembelajaran dilakukan dari rumah
atau BDR. (Rahayudan Haq, 2021) Sarana dan prasarana yang memadai sangat dibutuhkan
saat pembelajaran daring, seperti laptop,komputer, smartphone dan jaringan internet.
(Handarini dan Wulandari, 2020). Dari beberapa pendapat tersebut, pengukuran variable
dari penelitian ini meliputi katersediaan gadget, laptop atau pc ( personal computer),
koneksi jaringan internet, ketersediaan kuota internet, dan kondisi rumah.

c. Faktor-faktor Problematika Pembelajaran


Problematika dalam pembelajaran disebabkan oleh beberapa faktor yang terbagi menjadi
dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal muncul dari dalam diri siswa
sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang terjadi di luar diri siswa (Dimyati dan
Mudjiono, 2010)
1) Faktor internal
a) Skap terhadap belajar
Sikap merupakan suatu kemampuan yang memberikan penilaian tentang sesuatu, yang
d a p a t membawa dirinya sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu dapat
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.
b) Motivasi belajar
Motivasi belajar yaitu kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar siswa.
c) Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan yang memusatkan perhatian pada pelajaran.
d) Kemampuan mengolah bahan belajar
Kemampuan mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi
dan cara pemerolehan pengajaran sehingga bermakna bagi siswa. Dari segi guru, pada
tempatnya menggunakan pendekatan yang berkaitan dengan keterampilan proses, inkuiri,
ataupun laboratori.
e) Kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar yaitu kemampuan menyimpan isi pesan dan cara
perolehan pesan. Kemampuan menyimpan dapat berlangsung dalam waktu pendek yang
berarti hasil belajar cepat dilupakan dan dapat berlangsung lama yang berarti hasil belajar
tetap dimiliki oleh siswa.
f) Menggali hasil belajar yang tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan suatu proses mengaktifkan pesan yang
telah diterima. Siswa akan memperkuat pesan baru dengan cara mempelajari kembali, atau
mengaitkannya dengan pembelajaran yang telah didapat.
g) Kemampuan berprestasi
Siswa menunjukkan bahwa dirinya telah mampu memecahkan tugas- tugas belajar atau
mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman di sekolah, ada sebagian siswa yang tidak
mampu berprestasi dengan baik.
h) Rasa percaya diri siswa
Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian yang
diakui oleh guru dan teman- t e m a n siswa.
i) Intelegensi dan keberhasilan belajar
Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang
rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu
rendah.
j) Kebiasaan belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan yang kurang baik. Kebiasaan
belajar tersebut antara lain: belajar diakhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan
kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, dan lain sebagainya.
k) Cita-cita siswa
Dalam rangka tugas perkembangan, setiap anak memiliki cita-cita pada umumnya. Cita-
cita merupakan motivasi intrinsik, tetapi gambaran yang jelas tentang tokoh teladan bagi
siswa belum ada, akibatnya siswa hanya ikut-ikutan.
2) Faktor Eksternal
a) Guru sebagai pembina siswa dalam belajar
Sebagai pendidik, guru memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya yang
berkaitan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud
emansipasi diri siswa. Guru bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di Sekolah. Guru
juga menumbuhkan diri secara profesional.
b) Sarana dan prasarana pembelajaran
Salah satu terciptanya kondisi pembelajaran yang baik adalah tersedianya sarana prasarana yang lengkap.
Sarana prasarana merupakan penunjang dari proses pembelajaran.
c) Kebijakan penilaian
Keputusan hasil belajar merupakan puncak dari harapan siswa. Secara kejiwaan, siswa
terpengaruh dengan hasil belajarnya. Oleh karena itu, sekolah dan guru diminta arif dan
bijak dalam menyampaikan keputusan tentang hasil belajar siswa.
d) Lingkungan sosial siswa di sekolah
Siswa siswi di sekolah membentuk suatu lingkungan social dengan sesama siswa. Dalam
lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu seperti ada
yang menjabat sebagai pengurus kelas, ketua kelas, OSIS dan lain sebagainya. Dalam
kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan akrab, kerja sama, bersaing, konflik
maupun perkelahian.
e) Kurikulum sekolah
Program pembelajaran di Sekolah berdasar pada suatu kurikulum. Kurikulum disusun
berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat saat ini.

2.2 Pemahaman
a. Pengertian
Pemahaman Menurut Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44) adalah kemampuan
seseorang untuk menangkap makna dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk
tertentu ke bentuk yang lain. Sementara pada ranah kognitif taksonomi Bloom, Anderson dan
Krathwohl (2001) melakukan revisi dari kata benda pemahaman (Comprehension) menjadi kata
kerja yaitu memahami yang berarti kemampuan yang dimiliki seseorang dalam membangun
sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
Menurut Nana Sudjana (1995:24), pemahaman adalah hasil belajar, misalnya peserta
didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang sudah dibacanya atau
didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru dan menggunakan petunjuk
penerapan pada kasus lain. Pemahaman adalah kesanggupan untuk mengartikan, merumuskan
kata yang sulit dengan perkataan sendiri. Dapat pula merupakan kesanggupan untuk menafsirkan
suatu teori atau melihat konsekuensi atau implikasi, meramalkan kemungkinan atau akibat.
(Nasution, 1999: 27)
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk dapat
menafsirkan kembali apa yang sudah dibaca maupun didengar. Siswa dapat memahami sesuatu
dan dapat menjelaskan dengan bahasanya sendiri.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman (Slameto, 1991). Faktor tersebut
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu faktor internal dan eksternal siswa. Faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam diri individu siswa. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar siswa.
1) Faktor Internal: a) Faktor jasmani : keadaan panca indera sehat. Tidak
mengalami cacat tubuh, sakit atau perkembangan yang tidak sempurna.
b) Faktor psikologis : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,
kematangan, kesiapan. c) Faktor pematangan fisik dan psikis: keadaan
fisik dan psikis yang sehat. Kelelahan fisik dapat terlihat seperti dari
lemahnya tubuh dalam melakukan aktivitas. Sedangkan kelelahan psikis
seperti adanya kebosanan, sehingga minat untuk belajar akan
berkurang.
2) Faktor eksternal: a) Faktor social : lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan kelompok, lingkunga masyarakat. b) Faktor
budaya: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian

Selain itu, Djamarah dan Zaini (1996) juga menjelaskan faktor yang mempengaruhi
pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa ditinjau dari segi kemampuan pendidikan yaitu
meliputi
1) Tujuan
Tujuan merupakan pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar. Perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan
oleh guru dan mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Dalam hal ini tujuan yang dimaksudkan
adalah pembuatan Tujuan Intruksional Khusus (TIK) oleh guru yang berpedoman pada Tujuan
Intruksional Umum (TIU). Penulisan Tujuan Intruksional Khusus (TIK) dinilai sangat penting
dalam proses belajar mengajar, dengan alasan sebagai berikut:
a) Membatasi tugas dan menghilangkan segala kekaburan dan kesulitan dalam pembelajaran.
b) Menjamin dilaksanakannya proses pengukuran dan penilaian yang tepat dalam menetapkan
kualitas dan efektifitas pengalaman belajar peserta didik.
c) Dapat membantu guru dalam menentukan strategi yang optimal untuk keberhasilan belajar
peserta didik.
d) Berfungsi sebagai rangkuman pelajaran yang akan diberikan sekaligus pedoman awal dalam
pembelajaran.
2) Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan ilmu pengetahuan pada peserta didik
disekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidangnya. Di dalam satu kelas peserta
didik satu berbeda dengan lainya, untuk itu hasil dari keberhasilan belajar setiap individu
berbeda. Dalam keadaan yang demikian, seorang guru dituntut untuk memberikan suatu
pendekatan atau belajar yang sesuai dengan keadaan peserta didik, sehingga semua peserta didik
akan mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
3) Peserta Didik
Peserta didik adalah orang yang datang ke sekolah untuk belajar bersama guru dan teman
sebayanya. Mereka memiliki latar belakang, bakat, minat dan potensi yang berbeda. Sehingga
dalam satu kelas selalu terdiri dari peserta didik yang bervariasi karakteristik dan
kepribadiannya. Hal ini berakibat pada berbedanya cara penyerapan materi atau tingkat
pemahaman setiap peserta didik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa peserta didik adalah
unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar sekaligus hasil belajar atau
pemahaman siswa.
4) Kegiatan Pengajaran
Kegiatan pengajaran adalah proses terjadinya interaksi antara guru dengan peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan pengajaran ini merujuk pada proses
pembelajaran yang diciptakan guru dan sangat dipengaruhi oleh keterampilan guru dalam
mengolah kelas. Komponen-komponen tersebut meliputi pemilihan strategi pembelajaran,
penggunaan media dan sumber belajar, pembawaan guru, dan sarana prasarana pendukung.
Semua komponen itu akan sangat menentukan kualitas belajar siswa. Dimana hal-hal tersebut
jika dipilih dan digunakan secara tepat, maka akan menciptakan suasana belajar yang aktif
kreatif efektif dan menyenangkan.
5) Suasana Evaluasi
Keadaan kelas yang tenang, aman dan disiplin juga berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman peserta didik pada materi maupun soal ujian yang sedang mereka kerjakan. Hal ini
berkaitan dengan konsentrasi dan kenyamanan siswa. Mempengaruhi bagaimana siswa
memahami soal berarti juga mempengaruhi jawaban yang diberikan siswa. Jika hasil belajar
siswa tinggi, maka tingkat keberhasilan proses belajar mengajar akan tinggi juga.
6) Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan dan alat evaluasi adalah salah satu komponen yang terdapat dalam kurikulum yang
digunakan untuk mengukur pemahaman peserta didik. Alat evaluasi meliputi cara-cara dalam
menyajikan bahan evaluasi, seperti dengan memberikan butir soal bentuk benar-salah (true-
false), pilihan ganda (multiple-choice), menjodohkan (matching), melengkapi (completation),
dan essay. Dalam penggunaannya, guru tidak harus memilih satu alat evaluasi tetapi bisa
menggabungkan lebih dari satu alat evaluasi. Penguasaan secara penuh (pemahaman) siswa
tergantung pada bahan evaluasi atau soal yang di berikan guru kepada siswa. Jika siswa mampu
mengerjakan atau menjawab bahan evaluasi dengan baik, maka siswa dapat dikatakana paham
terhadap materi yang telah diberikan.
Berdasarkan beberapa faktor yang telah diuraikan, faktor pemahaman dapat dikategorikan
menjadi dua kategori, yaitu yang faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang meliputi
faktor jasmani, psikologis dan faktor pematangan. Serta faktor eksternal yang berkaitan dengan
lingkungan siswa.

2.3 Pembelajaran Daring


1) Pengertian
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran dalam jaringan yang pelaksanaaannya
menggunakan jaringan internet. Pembelajaran daring dapat disebut juga dengan pembelajaran
online. Menurut Dabbagh dan Ritland (2005: 15) pembelajaran online adalah suatu sistem
belajar yang terbuka dan tersebar dengan menggunakan perangkat pedagogi atau alat bantu
pendidikan melalui internet dan teknologi berbasis jaringan sebagai fasilitas proses belajar dan
pengetahuan melalui aksi dan interaksi yang berarti. Moore, Dickson-Daene, dan Galyen juga
menyatakan bahwa pembelajaran online yaitu pembelajaran yang menggunakan jaringan internet
dengan aksesbilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai
jenis interaksi dalam pembelajaran. sedangkan menurut Michael Molinda (2005: 182)
pembelajaran online adalah upaya menghubungkan pembelajar dengan sumber belajar yang
secara fisik terpisah bahkan berjauhan tetpi dapat saling berkomunikasi, berinteraksi secara
langsung (synchronous) dan secara tidak langsung (asynchronous).
Dari beberapa pendapat di atas, pembalajaran online dapat diartikan sebagai sistem
pembelajaran yang dilaksanakan secara terpisah dan menggunakan teknologi sebagai media
dalam pembelajaran. pembelajaran online ini sangat fleksibel, karena siswa dan guru dapat
megakses materi secara luas dari berbagai sumber
2) Ciri-ciri pembelajaran online
Pembelajaran secara online dalam pelaksanaannya sangat berbeda dengan pembelajaran
tatap muka langsung di kelas. Jika pembelajaran tatap muka di kelas, guru dan siswa bertemu
secara langsung tanpa perantara apapun. Maka dari itu, akan di bahas lebih lanjut ciri-ciri
pembelajaran online. Ciri-ciri pembelajaran online telah dipaparkan oleh Dabbagh dalam
Hasanah, dkk (2020:3) yaitu ciri-ciri peserta didik dalam aktivitas pembelajaran online meliputi:
a) Semangat belajar
Adanya semangat belajar yang timbul dari siswa. pemahaman pembelajaran online ini
tergantung pada semangat siswa dalam menyerap materi yang disampaikan. Pengetahuan
akan ditemukan secara mandiri oleh siswa. sehingga keberhasilan dalam pemahaman materi
juga berbeda-beda setiap siswa.
b) Literacy terhadap teknologi
Selain kemandirian dalam kegiatan belajar, tingkat pemahaman siswa terhadap pemakaian
teknologi juga perlu diperhatikan. karena pembelajaran online berpusat pada teknologi.
Sarana yang digunakan dalam pembelajaran juga harus dipahami. Seperti dalam penggunaan
laptop, maupun smartphone. Mengingat teknologi juga semakin berkembang, tentunya fitur-
fitur yang ditampilkan juga semakin canggih.
c) Kemampuan berkomuniasi interpersonal
Siswa harus bisa menguasai kemampuan dalam berkomunikasi dan kemampuan
interpersonal sebagai salah satu penunjang dalam keberhasilan pembelajaran online.
kemampuan interpersonal dibutuhkan untuk menjalin hubungan antar siswa untuk menjalin
hubungan dengan siswa lainnya.
d) Berkolaborasi
Siswa harus mampu berinteraksi dengan siswa lainnya, karena pembelajaran online terpusat
pada siswa. ketika siswa tidk paham atau kesulitan dalam memahami pembelajaran, maka
siswa dapat bertanya kepada siswa yang lainnya. Agar terdapat jiwa sosialisme dapat
tumbuh pada siswa. dan agar terjadi hubungan baik dengan lingkungan sekitarnya.
e) Keterampilan untuk belajar mandiri
Belajar mandiri sangat diperlukan dalam pembelajaran online. karena dalam prosesnya,
siswa akan mencari, menemukan, dan menyimpulkan apa yang telah dipelajari.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran online memiliki lima ciri-ciri, yaitu semangat
belajar, literacy dalam teknologi, kemampuan berkomunikasi interpersonal, berkolaborasi, dan
keterampilan untuk belajar mandiri. Pembelajaran online menuntut untuk siswa dapat belajar
lebih mandiri tanpa pendampingan secara langsung. Siswa lebih bebas dalam mengekslporasi
berbagai sumber menggunakan teknologi.
3) Kelebihan dan kekurangan
Dalam pelaksanaannya, tentunya pembelajaran online memiliki kelebihan dan kekurangan.
Michael Molinda (2005: 205) menyebutkan beberapa kelebihan dan kekurangan mengenai
pembelajaran online.

a) Kelebihan
(1) Internet dapat memuat teks, audio, grafik, animasi video, dan lai-lain
(2) Informasi dapat di update dan siswa dapat mengakses informasi kapanpun
(3) Siswa dapat mengakses informasi dimanapun siswa berada
(4) Siswa dapat bertukar pendapat dengan siswa yang lain
(5) Dapat berkomunikasi dengan mudah
(6) Tidak memerlukan biaya yang mahal.
b) Kekurangan
(1) Banyak materi di internet yang tidak sesuai dengan cakupan siswa. seperti adanya tampilan
rokok, pornografi, alcohol, dll
(2) Terjadinya pembajakan atas hak cipta atau plagiasi
(3) Sulit mencari informasi yang actual karena terdapat banyak web yang muncul
(4) Membutuhkan tenaga teknisi untuk dapat mengorganisir LAN
(5) Membutuhkan koneksi internet agar dapat mengakses informasi
(6) Lambatnya akses ataupun jaringan
(7) Membutuhkan kecermatan dalam menyaring informasi yang masuk
Dari beberapa kelebihan dan kekurangan tersebut, siswa harus bisa memanfaatkan
pembelajaran online dengan maksimal. Meminimalisir kekurangan dalam penggunaannya.
Seperti lebih bisa menyaring informasi yang actual maupun yang hoax.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penilitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan
menggambarkan secara sistematis fakta, objek atau subjek dengan apa adanya tanpa
mengubah, menambah maupun memanipulasi data tersebut. Pada penelitian ini, peneliti
mendeskripsikan problematika pemahaman siswa selama pembelajaran daring pada mata
pelajaran geografi.
Rancangan penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi problematika siswa dalam
dalam pembelajaran daring. Identifikasi problematika digunakan untuk merumuskan tujuan
penelitian. Setelah tujuan dari penelitian dirumuskan, langkah selanjutnya adalah penentuan
responden. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IIS SMA Negeri kota
Malang. Responden diambil berdasarkan sampel yang ditentukan dengan rumus Solvin
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Proportional random sampling. Siswa
secara acak dipilih dan setiap siswa memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Kemudian
setelah pengumpulan responden, ditentukan problematika siswa selama pembelajaran
daring. Tahap selanjutnya yaitu pengumpulan data. Peneliti menggunakan data primer
dengan menggunakan angket terbuka dan tertutup sebagai instrument penelitian. Setelah
data terkumpul, kemudian data diolah melalui rumus dari presentase dan tabulasi. Langkah
selanjutnya yaitu menganalisis data yang sudah diolah dan kemudian dapat ditarik
kesimpulan mengenai problematika pemahaman siswa selama pembelajaran daring pada
mata pelajaran geografi. Rancangan pada penelitian ini disajikan dalam gambar 3.1
Identifikasi problematika siswa dalam pembelajaran daring

Pengolahan data dengan tabulasi

Penentuan responden

Penentuan problematika siswa selama pembelajaran daring Penyajian data berbentuk tabel

Analisis data

Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa angket tertutup dan terbuka
Problematika
Penyampaian materi
Interaksi antara guru dan siswa Kesimpulan
Sarana dan prasarana pembelajaran

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah siswa siswi kelas XII IIS di SMA Negeri Kota Malang.
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa Kelas XII IIS SMA Negeri Kota Malang
Nama Jumlah
SMA Negeri 1 Malang 66
SMA Negeri 2 Malang 116
SMA Negeri 3 Malang 75
SMA Negeri 4 Malang 102
SMA Negeri 5 Malang 66
SMA Negeri 6 Malang 150
SMA Negeri 7 Malang 113
SMA Negeri 8 Malang 96
SMA Negeri 9 Malang 108
SMA Negeri 10 Malang 144
Jumlah 1036
Dari populasi siswa kelas XII IIS yang berjumlah 1036 siswa, akan diambil sampel
penelitian. Untuk menentukan sampel penelitian, peneliti menggunakan rumus Solvin
menurut Darmawan, (2016). Rumus Solvin yaitu:

Keternagan:
n : Jumlah sampel
N: Jumlah populasi
e: Presentase tingkat kesalahan pengambilan sampel 5%
Berdasarkan rumus tersebut, maka sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah
N
n=
1+ N (e) ²
1036
n= 2
1+(1036 ( 5 % ) )
1036
n=
3 ,59
n =28 8 , 58
Kemudian teknik pengambilan sampel untuk tiap sekolah, menggunakan Proportional
random sampling yaitu cara pengambilan sampel dari populasi dengan cara acak, jadi
setiap populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Berikut adalah
jumlah sampel di setiap sekolah yang diambil dengan rumus berikut

Jumla h siswatiap sekolah


Sampel = x jumlah sampel
populasi
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Siswa XII IIS SMA Negeri Kota Malang
Nama Jumlah Siswa Sampel
SMA Negeri 1 Malang 66 66 /1036 x 289=18
SMA Negeri 2 Malang 116 116/1036 x 289=32
SMA Negeri 3 Malang 75 75 /1036 x 289=21
SMA Negeri 4 Malang 102 102/1036 x 289=28
SMA Negeri 5 Malang 66 66 /1036 x 289=18
SMA Negeri 6 Malang 150 150/1036 x 289=42
SMA Negeri 7 Malang 113 113/1036 x 289=32
SMA Negeri 8 Malang 96 96 /1036 x 289=27
SMA Negeri 9 Malang 108 108/1036 x 289=30
SMA Negeri 10 Malang 144 144/1036 x 289=40
Jumlah 1036 288

Setelah ditentukan jumlah sampel setiap sekolah, penentuan responden dilakukan secara
acak. Memberikan peluang yang sama di setiap siswa kelas XII IIS di SMA Negeri Kota
Malang.

3.3 Teknik pengumpulan data


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket atau kuisioner yang akan disebarkan
pada siswa. Angket yang digunakan meliputi angket terbuka dan tertutup. Angket berisi
pertanyaan maupun pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Pertanyaan tersebut
meliputi faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa selama pembelajaran daring pada
mata pelajaran geografi. Pada penelitian ini dilakukan tiga tahapan dalam pengumpulan data
yang meliputi:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, peneliti meminta izin pada masing-masing sekolah. Kemudian
peneliti menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Setelah mendapatkan izin
peneliti berkoordinasi dengan guru mata pelajaran geografi di setiap sekolah. Peneliti juga
mempersiapkan angket dalam bentuk google form.
2. Tahap Pengarahan
Tahap pengarahan dilakukan kepada siswa kelas XII IIS melalui google meet. Peneliti
menjelaskan tujuan serta panduan dalam mengisi angket pada google form.
3. Tahap Pengisian Angket.
Tahap yang terakhir yaitu tahap pengisian angket. Dalam hal ini peneliti menggunakan
angket terbuka dan tertutup. Pengisian angket dilakukan oleh siswa melalui link yang telah
disebarkan oleh peneliti. Peneliti juga melakukan pengecekan agar siswa yang berpartisipasi
dalam pengisian angket memenuhi jumlah sampel penelitian.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini, menggunakan instrumen non tes berupa angket. Jenis
angket yang digunakan yaitu angket tertutup dan terbuka. Angket yang diberikan terdiri dari
2 macam. Yang pertama angket berisi pernyataan beserta pilihan-pilhan jawaban dan yang
kedua berisi pertanyaan yang disediakan kolom jawaban agar siswa dapat menjawab dengan
kalimatnya sendiri.
Item pernyataan dan pertanyaan pada angket dikembangkan oleh peneliti berdasarkan
penjabaran dari variabel ke dalam faktor yang diidentifikasi. Kemudian dari faktor tersebut
dijabarkan ke beberapa indikator yang kemudian menjadi item pernyataan dalam angket.
Berikut indikator soal pada penelitian ini

Tabel 3.2 Indikator angket


Problematika Indikator No Item Soal
Penyampaian materi Kreatifitas guru dalam pengemasan 1,2,3,4
materi, cara penyampaian materi,
menggunakan media/ sumber belajar
Interaksi antara guru dan Kemampuan mengelola kelas, menguasai 5,6,7,8
siswa bahan ajar,

Sarana dan prasarana Ketersediaan gadget, laptop atau pc 9,10,11,12


pembelajaran (personal computer), ketersediaan kuota
internet, koneksi jaringan internet,
kondisi rumah
Sumber: Muchith (2008)
3.5 Teknik analisis data
3.5.1 Pengolahan data
1. Skala pengukuran
Pada setiap jawaban item instrument memiliki skor atau nilai.Skala pengukuran yang
digunakan untuk mengukur item-item pernyataan tersebut adalah skala likert. Skala ini
menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan
beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta untuk memberikan
pilihan jawaban dalam skala ukur yang telah disediakan (Darmadi, 2011:106) . Jawaban
setiap item instrumen yang menggunakan skala likert memiliki skor sebagai berikut
Tabel 3.3 Skor Jawaban Skala Likert
Jawaban Skor
Selalu 4
Sering 3
Kadang-kadang 2
Tidak Pernah 1
Sumber: Sugiyono, 2015
Masing-masing pertanyaan diukur dengan skor 1-4 sehingga diperoleh skor harapan
minimum dan skor harapan maksimum. Sehingga perhitungan panjang kelas interval
tersebut sebagai berikut:
Panjang kelas interval =

Keterangan:
Xmax : Skor maksimal
Xmin : Skor minimum
k : Jumlah skala

2. Tabulasi
Tabulasi merupakan bagain terakhir dari pengolahan data. Tabulasi adalah memasukkan
data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angkanya serta menghitungnya (Sangadji
dan Sopiah, 2010:206). Dengan adanya tabulasi, maka dapat diketahui gambaran umum dari
hasil observasi. Tabel yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi (Bungin, 2015
dengan modifikasi) :
a) Skor interval
b) Frekuensi
c) Presentase
d) Kualifikasi
3.5.2 Analisis Data
Pada tahap analisis data, peneliti menganalisis data yang telah diolah sebelumnya.
Pengklasifikasian dilakukan menggunakan beberapa kriteria problematika siswa selama
pembelajaran daring. Kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.5 kriteria faktor penyebab pemahaman siswa selama pembelajaran daring
Klasifikasi Presentase Kualifikasi
A 51-100 Penyebab
B 0-50 Tidak penyebab
Sumber: Arikunto, 2002 dengan modifikasi
Berdasarkan tabel tersebut dapat ditentukan problematika siswa selama
pembelajaran daring. Jika faktor tersebut memiliki presentase 51-100%, maka faktor
tersebut menjadi penyebab. Namum ketika presentasenya 0-50%, maka problematika
tersebut tidak menjadi penyebab pemahaman siswa selama pembelajaran daring.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1992. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Aji, Rizqon Halal Syah. 2020. Dampak Covid-19 Pada Pendidikan Di Indonesia: Sekolah,
Keterampilan, dan Proses Pembelajaran. Jurnal Social&Budaya Syar-I Fsh Uin Syarif
Hidayatullah Jkt vol.7 no.5

Akhihiero, Ejiro T. (2011). Effect of Inadequate Infrastructural Facilities on Academic


Performance of Students of Oredo Local Government Area of Edo State

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka
Cipta

Asmuni. 2020. Problematika Pembelajaran Daring Di Masa Pandemic Covid-19 Dan Solusi
Pemecahannya. jurnal paedagogy: jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan. Vol. 7
No.4

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing:
A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives. New York: Addison Wesley
Longman, Inc

Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Darmawan, Deni. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Dimyati, Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1996. Zaini, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum Pembelajatan. Jakarta: Bina Aksara.

Handarini, oktafia Ika. Wulandari, Siti Sri. (2020). Pembelajaran Daring Sebagai Upaya STudy
From Home (SFH) Selama Pandemi Covid 19. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran
(JPAP). Vol 8 No. 3

Kadir, Abdul, dkk. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Miarso, Yusufhadi.2007.Menyemai benih teknologi pendidikan.cetakan ketiga. Jakarta:Kencana


Prenada Media Group
Muchith, Saechan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang : RaSAIL. MdiaGroup.

Priansa, Donni Juni. 2017. Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran. Bandung: CV
Pustaka Setia

Rahayu, Aryuna Dini. Haq, Mohammad Syahidul. (2021). Sarana dan Prasarana dalam
Mendukung Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Inspirasi
Manajemen Pendidikan. Vol. 09 No.01

Sangadji, Etta Mamang; Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Yogyakarta: CV andi Offset

Smaldino, Sharon; James D Russel; Robert Heimich; Michael Molenda. 2005. Instructional
technology and media for learning. Colombus. OH: Pearsom, Merrill Prentice Hall

S Nasution. 1999. Teknologi Pendidikan. Bandung: CV Jammars.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Subana, Moersetyo Rahadi, Sudrajat. 2000.Statistik Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia

Sudaryono. 2012.Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana, Nana. 1995.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2012.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakraya.

Sugiyono. 2015.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Tohirin. 2001.Psikologi Belajar Mengajar. Pekanbaru: Press.

Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Widyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyususnan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Anda mungkin juga menyukai