Anda di halaman 1dari 4

NAMA : WEWENTIA YOHANSE MARABI DJALA

NIM : 2105030251

TUGAS : BAHASA INDONESIA

ESAI :

PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID 19

Pertengahan bulan Desember 2019, dunia seolah diguncang dengan adanya berita mengenai
penyebaran virus, yang berasal dari negara Cina . Menurut berita yang beredar, virus tersebut
berasal dari pasar rakyat di Wuhan. WHO (World Health Organization) menamakan virus
tersebut dengan COVID 19 (Coronavirus Disease 2019). Dengan sifatnya yang mudah menular
dan cepat beradaptasi di segala kondisi, membuat virus tersebut dapat menyebar dengan cepat.
Walaupun lebih banyak menyerang ke lansia, virus ini sebenarnya bisa juga menyerang siapa
saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Virus corona ini bisa menyebabkan
ganguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.

Hal tersebut membuat beberapa negara menetapkan kebijakan untuk memberlakukan


lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.
Karena Indonesia sedang melakukan PSBB, maka semua kegiatan yang dilakukan di luar rumah
harus dihentikan sampai pandemi ini mereda.

Pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan hidup masyarakat termasuk pada bidang
pendidikan. Untuk menghindari bertambahnya kasus, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah
membuat kebijakan tentang proses belajar mengajar yang dilakukan secara daring.

Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap
muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan
jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun
siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai
inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).

Kekurangan pembelajaran Daring yaitu:

1. Terdapat pada sistem media pembelajaran yang menggunakan aplikasi aplikasi yang
masih belum begitu di pahami cara kerjanya,dapat menyulitkan siswa untuk mengikuti
pelajaran.

2. Jaringan internet juga menjadi penentu apakah pembelajaran dapat berjalan degan lancar
atau tidak, bagi orang-orang yang berada di daerah perkotaan dapat mengakses jarigan
degan mudah namun bagi orang-orang yang berada di daerah pedesaan akan kesulitan
untuk mengakses internet hal ini menjadi permasalahan yang cukup serius.

3. Ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi siswa dan
guru guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk
kebutuhan internet menjadi melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak
siap untuk menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet. Orang tua
dibebankan degan biyaya kuota yang besar demi pembelajaran daring anak, belum lagi
kegiatan ekonomi yang tersendat akibat pandemi Covid-19 membuat pendapatan
orangtua menjadi lebih redadah.

4. Ketersediaan smartphone juga menjadi penentu pembelajaran daring, karena


pempelajaran daring pastilah menggunakan smartphone. Akan tetapi ketersediaan
smartphone masih minim terutama di daerah pelosok, hal ini dapat mengganggu
pembelajaran daring. Masih banyak lagi kendala atau permasalahan yang di alami murit
dan guru dalam pembelajaran daring.

Para guru di sekolah juga mengaku, jika pembelajaran daring ini tidak seefektif kegiatan
pembelajaran konvensional (tatap muka langsung), karena beberapa materi harus dijelaskan
secara langsung dan lebih lengkap. Selain itu materi yang disampaikan secara daring belum tentu
bisa dipahami semua siswa. Berdasarkan pengalaman mengajar secara daring, sistem ini hanya
efektif untuk memberi penugasan, dan kemungkinan hasil pengerjaan tugas-tugas ini diberikan
ketika siswa akan masuk, sehingga kemungkinan akan menumpuk.

Guru harus berusaha sedapat mungkin agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan berhasil.
Guru berperan sebagai pengorganisasi lingkungan belajar dan sekaligus sebagai fasilitator
belajar. Untuk memenuhi itu, maka guru haruslah memenuhi aspek bahwa guru sebagai: model,
perencana, peramal, pemimpin, dan penunjuk jalan atau pembimbing ke arah pusat-pusat belajar.
Guru juga harus dapat mengukur dan mengevaluasi beban belajar peserta didik. Beban belajar
peserta didik harus logis dan terukur baik scara materi maupun waktu. Guru tidak boleh hanya
semata-mata memberikan tugas secara sembarangan tetapi tidak mengevaluasinya.

Selain kekurangan ada pula kelebihan dari pembelajaran daring yaitu :

1. Melatih kemandirian siswa. Siswa dituntut untuk dapat belajar tanpa ada pengawasan
langsung dari guru. Siswa bisa belajar untuk melakukan riset sendiri melalui internet dan
sumber lain secara mandiri.
2. Siswa dilatih untuk menguasai teknologi informasi yang terus berkembang. Melalui
pembelajaran secara daring siswa akan lebih mengenal dan menguasai aplikasi yang
digunakan dalam pembelajaran.
3. Waktu lebih fleksibel. Siswa bisa langsung mengikuti proses belajar dari rumah dengan
waktu yang bisa disepakati dengan guru.
4. Tempat lebih fleksibel. Siswa bisa mengikuti pembelajaran bisa dari mana saja yang
terpenting tetap terhubung dengan internet.
5. Dapat diakses dengan mudah. Pembelajaran terasa lebih mudah karena cukup melalui
gawai, laptop, atau komputer yang terhubung ke internet.
6. Biaya lebih terjangkau. Bagi siswa yang jauh ke sekolah perlu mengeluarkan biaya
transportasi, uang jajan bahkan sewa rumah. Namun, dengan pembelajaran daring siswa
cukup membeli kuota dan menggunakan gawai yang telah dimiliki.
7. Menambah wawasan siswa. Wawasan siswa semakin bertambah dengan banyaknya
sumber belajar yang tersedia dalam internet.

pembelajaran daring sebagai solusi yang efektif dalam pembelajaran di rumah guna
memutus mata rantai penyebaran Covid-19, physical distancing (menjaga jarak aman) juga
menjadi pertimbangan dipilihnya pembelajaran tersebut. Kerjasama yang baik antara guru,
siswa, orangtua siswa dan pihak sekolah menjadi faktor penentu agar pembelajaran daring lebih
efektif.

KESIMPULAN

Sekolah dan guru melaksanakan kebijakan pemerintah untuk belajar dari rumah sebagai
upaya memperlambat penyebaran COVID-19 namun sekaligus tetap memastikan peserta didik
dalam kegiatan konstruktif melalui pembelajaran daring. Berbagai Platform media online
digunakan dalam pembelajaran daring, sementara guru, peserta didik, dan orang tua diharapkan
terus melakukan penyesuaian seiring berjalannya waktu. Berbagai respon positif disampaikan
peserta didik terkait pembelajaran daring karena dirasa lebih santai, menyenangkan, fleksibel,
efisien, singkat, praktis, cepat, tepat, aman, mudah, hemat waktu, dan hemat tenaga.
Pembelajaran dapat dilakukan secara jarak jauh, orang tua bisa mengawasi anak-anaknya belajar,
membuat peserta didik menjadi melek teknologi, dan lebih kreatif.

Namun demikian pelaksanaan pembelajaran daring memiliki hambatan/kendala baik dari


aspek sumber daya manusia maupun saranaprasarana. Keterbatasan jaringan, kurangnya
pelatihan, kurangnya kesadaran, serta minat dinyatakan sebagai tantangan utama yang dihadapi.
Kewajiban belajar daring menjadi kendala serius khususnya peserta didik dari kalangan ekonomi
lemah. Pembelajaran daring di sejumlah daerah di Indonesia tidak berjalan optimal, terutama di
daerah pelosok dengan teknologi dan jaringan internet terbatas. Kesiapan infrastruktur sekolah,
kemampuan guru mengajar, serta ketersediaan sarana smartphone menjadi persoalan lain dalam
penerapan pembelajaran daring di Indonesia. Peserta didik juga mengangap bahwa sekolah tidak
memiliki program yang baik untuk sistem belajar di rumah. Sekolah dan guru hanya memberi
tugas secara beruntun sesuai rencana pelajaran dan materi pelajaran dalam kondisi non -
pandemi/kondisi biasa.

SARAN
Sebagai saran ke depannya, yang dibutuhkan adalah kemitraan publik dan banyak pihak
yang berkelanjutan. Dibutuhkan adanya komunikasi, kolaborasi, kerja sama, dan koordinasi yang
baik. Kompetensi guru menjadi penentu utama keberhasilan proses pembelajaran daring
sehingga mereka harus terus memperkaya kompetensi dan Keterampilan dan didukung oleh
kebijakan sekolah yang mendorong mereka terus belajar. Pihak terkait juga perlu mengevaluasi
pembelajaran daring tersebut agar tujuannya bisa tercapai secara optimal. Beban belajar peserta
didik harus logis dan terukur. Beban belajar peserta didik tentunya harus diperhitungkan, terukur,
baik secara materi maupun waktu. Guru tidak boleh sematamata memberikan tugas, tetapi harus
memperhitungkan secara matang. Guru tidak boleh lupa untuk mengapresiasi capaian peserta
didik perlu diberikan guru agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Hal lain yang tidak kalah
pentingnya dalam pembelajaran daring ke depan adalah adanya kurikulum yang fleksibel dan
siap menghadapi pandemic

Anda mungkin juga menyukai