Anda di halaman 1dari 4

KONDISI PENDIDIKAN INDONESIA SETELAH PANDEMI

Virus corona telah dipatenkan menjadi bencana nasional sejak Maret lalu
oleh Presiden Jokowi melalui Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana,
Doni Monardo. Karenanya, segala sektor kehidupan terdampak langsung sebab
corona. Tak terkecuali sektor pendidikan. Transformasi wajah pendidikan berubah
begitu cepat dibanding sebelumnya. Saat dimulainya tahun ajaran baru 2020/2021
pada 13 Juli lalu, pembelajaran jarak jauh dengan media daring mulai diberlakukan.

Sebelum datangnya wabah ini, pembelajaran daring melalui hp android masih


tergolong hal tabu ketika diperuntukkan untuk menyelami ilmu setiap harinya.
Interaksi guru dan murid secara tatap muka juga merupakan kemutlakan kegiatan
belajar mengajar (KBM) di kelas sebelum dunia terpapar virus ini. Namun, wajah
pendidikan mulai berubah seiring dengan berubahnya kehidupan di bumi setelah
munculnya corona. Dan mau tidak mau, murid Indonesia harus beradaptasi dengan
kondisi langka ini. Memang tidak semua daerah punya akses smartphone ataupun koneksi
internet yang baik. Jadi ini merupakan suatu hal yang menantang. Tetapi kami berkomitmen
untuk terus meningkatkan kerja sama ke depan memastikan sekolah bisa menyelenggarakan
pembelajaran daring. Selama masa pandemi, pemerintah menetapkan kebijakan untuk
mengatur sistem pendidikan secara lebih lanjut. Kebijakan tersbut adalah, mewajibkan
peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran secara daring. Dengan adanya kebijakan
tersebut, tentu saja akan ada banyak hal yang harus dipersiapkan oleh berbagai pihak, untuk
menunjang keberlangsungan proses pembelajaran secara online/daring. Selain itu, adanya
perombakan dalam sistem pendidikan ini, mengakibatkan para peserta didik, pendidik, serta
tenaga kependidikan harus melewati masa transisi, dari proses

Peoses pembelajaran secara daring ini menuai polemik di berbagai kalangan. Terutama di
kalangan peserta didik dan orang tua peserta didik. Mereka yang setuju akan kebijakan
tersebut, serta memiliki fasilitas yang sudah lengkap, beranggapan bahwa proses
pembelajaran daring ini dapat menghemat biaya hidup mereka. Seperti biaya transportasi dan
konsumsi yang berkurang, serta pengumpulan tugas yang bisa dilakukan melalui platform
dan aplikasi pada perangkat seluler. Sehingga, tidak perlu mengumpulkan tugas secara
langsung seperti pada waktu pembelajaan tatap muka.

Sedangkan, mereka yang merasa keberatan, beranggapan bahwa proses pembelajaran secara
daring ini, kurang efektif untuk diberlakukan. Alasannya, karena tidak semua orang memiliki
kemampuan yang sama dalam menangkap informasi atau menerima materi pembelajaran.
Akibatnya adalah, pemahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan selama
pembelajaran daring, menjadi tidak maksimal. Selain itu, pendidik juga mengalami kesulitan
dalam memberikan pemahaman mengenai pendidikan karakter kepada siswa/mahasiswanya,
yang seharusnya dilakukan secara objektif, atau melalui pengamatan langsung. Bahkan tidak
hanya itu, keterbatasan perangkat dan kendala sinyal, menjadi permasalahan utama yang
menghambat proses pembelajaran daring ini. Terutama bagi mereka yang tinggal di pelosok
atau daerah terpencil.
Dari polemik yang terjadi, akhirnya pemerinntah memberikan solusinya. Sejak saat itu
pemerintah gencar memberikan bantuan alat belajar berupa smartphone atau laptop, kepada
peserta didik yang membutuhkan, untuk menunjang proses belajar daring. Selain itu,
pemerintah juga memberikan bantuan kuota internet gratis bagi sluruh peserta didik di
Indonesia. Namun, tunjangan berupa kuota gratis tersebut, belum menjamin maksimalnya
proses pembelajaran online. Karena, besar kemungkinan peserta didik, menggunakan bantuan
kuota internet tersebut untuk kepentingan lain, di luar keperluan belajar. Akibatnya, tetap saja
proses pembelajaran daring tidak berjalan secara maksimal pembelajaran tatap muka ke
pemblajaran virtual atau daring.

Namun, dibalik itu semua, kebijakan pembelajaran daring ini, bukanlah sebuah pilihan.

Melainkan, sebuah keharusan bagi setiap pelaku di sektor pendidikan. Hal ini bertujuan untuk
memutus rantai penyebaran Covid-19, dan mengembalikan situasi seperti sedia

kala.

Setelah hampir setahun dilaksanakannya proses pembelajaran daring, kini masuk ke tahun
ajaran 2020-2021. Pemerintah mulai merancang kebijakan baru, terkait sistem pendidikan
yang akan digunakan selanjutnya. Kebijakan tersebut adalah, mulai memperbolehkan sistem
pembelajaran tatap muka, namun dengan syarat khusus.

Syarat tersebut adalah, instansi pendidikan yang akan menyelenggarakan sistem tatap muka,
harus berada pada zona hijau. Syarat selanjutnya adalah, instansi pendidikan tersebut
memiliki ijin dari pemerintah daerah, dan harus memenuhi semua daftar periksa, serta siap
melakukan pembelajaran tatap muka. Dan syarat yang terakhir adalah orang tua
siswa/mahasiswa menyetujui kebijakan pembelajaran tatap muka tersebut. Sedangkan, untuk
instansi pendidikan yang masih berada pada zona kuning, oranye, dan merah, harus tetap
belajar secara daring.

Di sisi lain, rencana kebijakan baru tersebut, menuai polemik kembali. Hal ini karena,
sebelumnya angka kasus terinfeksi Covid-19 sudah sempat menurun. Namun, bertepatan
dengan dirancangnya kebijakan tersebut, angka kasus terinfeksi Covid-19 kembali
meningkat. Akibatnya, beberapa instansi pendidikan pengurungkan berlangsungnya sistem
pembelajaran tatap muka tersebut. Mereka mengkhawatirkan upaya yang dilakukan selama
ini menjadi sia-sia
"Saya yakin dengan gotong royong antara semua pihak, dapat melalui masa sulit ini bersama-
sama,"

"Masyarakat dapat menemukan berbagai aplikasi pembelajaran daring yang dapat


dimanfaatkan untuk pembelajaran di rumah. Kemudian ada surat edaran, panduan, serta
kumpulan informasi, video, dan infografik yang dapat membantu edukasi pencegahan
penularan Covid-19,"

Pandemi Covid-19 menuntut para orang tua untuk ikut berperan aktif dalam menghadapi
pembaharuan proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini tentu bukan hal yang mudah bagi
semua elemen pendidikan terutama orang tua dalam menghadapi transisi sistem pembelajaran
ini. Orang tua sudah sepantasnya mendampingi anak di setiap daring berlangsung.
Memberikan perhatian dan semangat yang lebih intens, serta tak lupa mengawasi dan
mengontrol anaknya ketika memberikan akses internet. Koordinasi antara orang tua dan guru
juga menjadi poin yang utama untuk mengetahui sejauh apa perkembangan belajar anak
dirumah. Orang tua diharapkan dapat berpartisipasi menjadi motivator bagi anak-anaknya
karena tidak semua anak mudah menerima materi yang disampaikan oleh gurunya. Bahkan
banyak juga yang merasa bosan dan lelah dengan pembelajaran daring yang begitu monoton
dan justru menumpuk banyak tugas atau pekerjaan rumah.

Perubahan metode pendidikan dengan banyak melibatkan orang tua sangat penting bagi
pendidikan di masa depan. Orang tua merupakan teladan yang perilakunya dicontoh oleh
anak. Sehingga para orang tua harus terus menunjukan perilaku positif untuk ditiru

Baru-baru ini kasus Covid-19 di Indonesia tercatat mengalami penurunan. Ini menjadi tolak
ukur kebijakan baru pada dunia pendidikan di Indonesia untuk mengubah konsep
pembelajaran kembali. Maka tergagaslah ide dari pemerintah untuk menyelenggarakan
pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Gagasan ini mulai disosialisasikan melalui
berbagai media komunikasi seperti konferensi pers lalu diberitakan melalui media televisi,
dan diisebarluaskan melalui media online seperti internet.

Selama masa pandemi, pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengatur sistem pendidikan
secara lebih lanjut. Kebijakan tersbut adalah, mewajibkan peserta didik untuk melakukan
proses pembelajaran secara daring. Dengan adanya kebijakan tersebut, tentu saja akan ada
banyak hal yang harus dipersiapkan oleh berbagai pihak, untuk menunjang keberlangsungan
proses pembelajaran secara online/daring. Selain itu, adanya perombakan dalam sistem
pendidikan ini, mengakibatkan para peserta didik, pendidik, serta tenaga kependidikan harus
melewati masa transisi, dari proses pembelajaran tatap muka ke pemblajaran virtual atau
daring.

Kritik

Setidaknya di masa pembelajaran daring, guru tidak hanya memberi pelajaran secara to the point. Di
awal pembelajaran baik melalui grup WhatsApp, Google Classroom atau Google meet misalnya,
seorang guru bisa memberikan intermezo tentang cerita inspiratif melalui tulisan ataupun video.
Tentunya rasa kepedulian atau tidaknya sesorang terlihat dalam menanggapi cerita tersebut. Guru
juga bisa memberi kesempatan untuk mengisi kuisioner kepada muridnya tentang tanggapan dalam
sebuah cerita. Kepribadian murid dapat tercermin dari jawaban singkatnya jika hal ini dilakukan
konsisten. Pada hal ini, Peran guru yang kita 'dipaksa' berinteraksi dengannya karena sebuah
kewajiban, membuat guru menjadi seseorang yang berpengaruh dalam keberhasilan belajar kita
selama di rumah.

Saran

- Melakukan vaksinasi untuk pelaksanaan kegiatan KBM tatap muka,


- Menaati protokol kesehatan yang sudan di tetepkan oleh pemerintah
- Memberlakukan sistem genap ganjil dalam melakukaqn proses pembelajaran tatap muka
-

Anda mungkin juga menyukai