Anda di halaman 1dari 3

UTS Pengganti

Nama : Rangganu Suradi Prayana


Nim : 200612635214
Matkul : Analisis dan Pengembangan Kebijakan Kesehatan

Kebijakan tentang efektif tidak nya proses pembelajaran daring di masa pandemic covid-19
“murid,mahsiswa,guru dan dosen”
Pembelajaran jarak jauh merupakan kebijakan pemerintah dalam mencegah penyebaran virus
Covid-19. Sayangnya pembelajaran jarak jauh kurang dapat berjalan dengan baik dalam
pelaksanaannya. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain komunikasi murid
dan guru/mahsiswa dan dosen kurang baik maupun pemberian materi dan tugas yang kurang jelas.
Selain itu, terbatasnya kuota atau jaringan untuk melaksanakan pendidikan jarak jauh menjadi
sebuah masalah.
Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak besar pada berbagai bidang, Salah satu bidang yang
berdampak akibat Covid 19 di Indonesia adalah bidang Pendidikan. Tak sedikit sekolah bahkan
perguruan tinggi yang akhirnya menutup rutinitas akademiknya demi memutus mata rantai
penularan Covid-19 yang sampai dengan saat ini sudah menjangkit puluhan juta orang di seluruh
dunia, dan yang lebih mengerikannya lagi bahwa belum ditemukannya penawar atau vaksin untuk
menyembuhkan virus ini.
Selanjutnya pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah telah melarang
perguruan tinggi untuk melaksanakan perkuliahan tatap muka. Bukan tanpa alasan, menutup
perguruan tinggi tidak serta merta menghentikan proses belajar, menutup kampus tidak berarti
mendeskriditkan pendidikan, menghentikan perkuliahan bukan berarti tidak peduli dengan masa
depan bangsa, tapi ini semua demi kebaikan bersama agar pandemi Covid-19 ini segera berakhir
dan kehidupan di kampus bisa kembali normal karena aktivitas belajar merupakan suatu hal yang
penting Dengan ditiadakannya aktivitas perkuliahan tatap muka maka kuliah online menjadi solusi
untuk tetap menjalankan kegiatan belajar-mengajar di tengah penyebaran virus corona.
Tidak sedikit mahasiswa yang mengeluh dengan pembelajaran online. Selain menambah beban
biaya untuk keperluan kuota, mahasiswa pun tidak mendapat keringanan dalam hal pembayaran
kuliah. Belum lagi ditambah dengan tugas yang membengkak menjadikan mahasiswa malas untuk
sekedar menjalankan kewajibannya dalam mengerjakan tugas perkuliahan. Dengan sistem online
diharapkan mahasiswa lebih terbantu untuk memperoleh pengetahuan dan belajar tanpa harus
pergi ke kampus (Mulawarman, 2020). Menurut Simatupang et al., 2020)mengatakan bahwa
Sistem pembelajaran yang sangat berubah ini membawa dampak besar dalam dunia Pendidikan.
Infrastruktur teknologi komunikasi di Indonesia masih belum merata. Jangankan di pulau kecil
saja, di pulau Jawa yang memiliki angka penduduk yang paling banyak saja masih banyak daerah
yang belum terpapar sinyal internet. Kemudian, jika sinyal internet tersedia biayanya tidak murah.
Pembelajaran melalui konferensi video akan menghabiskan banyak pulsa hanya dalam satu hingga
dua jam pelajaran saja. 1-2 Gb data bisa habis dengan mudah dalam sekali panggilan konferensi
video untuk pembelajaran jarak jauh Selanjutnya, tidak semua siswa dan mahasiswa yang
keluarganya memiliki smartphone dan kuota yang harus digunakan untuk melaksanakan
pembelajaran jarak jauh. Wabah ini tidak hanya menyasar bidang pendidikan tetapi juga menyasar
bidang ekonomi sehingga para orang tua dari mahasiswa mengalami kesulitan dalam membeli
kuota internet. Selain itu masih banyak dosen yang hanya menyuruh mahasiswa mengumpulkan
tugas lewat email misalnya. Kebanyakan tugas seperti ini hanya formalitas saja demi
menggugurkan kewajiban mengajar, padahal dosen berperan melakukan review terhadap tulisan-
tulisan yang dibuat oleh para mahasiswa Hal in sangatlah tragis dan disayangkan karena tampakya
pemerintah kurang memperhatikan nasib dari keluarga yang tidak mampu untuk membeli
smarthphone/paket data untuk melakukan proses pembelajaran daring dan banyak juga orang
tuanya di phk karena pandemic semakin meningkat perusahan tidak mendapatkan laba sehingga
di phk. Di luar dari itu semua, banyak siswa ataupun mahasiswa yang mengeluhkan pula bahwa
pembelajaran jarak jauh membuat konsentrasi mereka buyar dan kurang fokus untuk belajar. Ilmu
yang didapat dirasa tidak sebanding dengan pembelajaran tatap muka.
Banyak murid dan mahasiswa yang mengeluhkan bahwa pembelajaran secara daring kurang
efektif karena selain kurangnya ilmu yang didapat, pemberian tugas yang dapat dikatakan banyak
seperti air yang mengalir membuat kesulitan untuk melakukan kegiatan lain. Selain itu, saat
murid/mahasiswa kesulitan dalam pengerjaan sebuah tugas, murid/mahasiswa memerlukan waktu
yang cukup lama untuk menerima materi penjelasan dari guru/dosen. Dalam proses pelaksanaan
pembelajaran daring, siswa pun dituntut untuk secepatnya mengeriakan suatu tugas. Saat suatu
kali berhalangan baik itu sakit, dan siswa tidak dapat mengerjakan tugas tersebut, terlebih lagi saat
mata pelajaran/kuliah lain memberikan tugas yang jangka waktu pengumpulan bersamaan.
Ketidakhadiran dalam 1 kali pertemuan dapat membuat tanggungan yang diterima
siswa/mahasiswa menjadi berkelipatan dan dapat membuat pikiran siswa terganggu dan akhirnya
menjadi malas dalam mengerjakannya.
Salah satu artikel refrence yang bisa saya ambil terkait efek tidaknya proses pembelajaran daring
dimasa pandemi ini “Efektivitas Pembelajaran Daring di Masa Pandemi COVID 19 Bagi
Mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta” didalam artikel ini di terangkan terkait banyak sekali
maslah keluhan keluhan yang berakibatkan kepada mahasiswa itu sendiri.
Hasil dari permasalahan tersebut bisa mengungkapkan bisa atau tidaknya efektifitas proses
pembelajaran daring di masa pandemic ini di dalam artikel tersebut dapat di Tarik adanya
ketidakpuasan mahasiswa terhadap proses pembelajaran secara daring di masa pandemic tersebut.
Sehingga Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
daring secara terus menerus bagi mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta sangat tidak efetif, hal
ini disebabkan oleh rasa bosan secara berulang sehingga mencapai titik jenuh. Selain itu materi
yang mampu di serap mahasiswa kurang dari setengahnya, ditambah dengan kemampuan dosen
dan mahasiswa dalam menggunakan internet yang masih rendah. Dengan demikian pembelajaran
daring dirasa cukup efektif manakala hanya dilakukan sewaktu-waktu tidak terus menerus selama
1 semester.
Memang pada akhirnya, pandemi covid-19 adalah musibah yang tentunya kita semua tidak
menginginkannya untuk terjadi. Namun, hal tersebut telah terjadi dan diperlukan kepedulian
pemerintah, kesadaran semua civitas pendidikan baik sekolah, siswa,mahsiswa, guru, dosen dan
maupun orangtua untuk ikut menyukseskan kegiatan pembelajaran jarak jauh. Kita harus berhenti
untuk saling menyalahkan dan secara bahu membahu ikut menyelesaikan permasalahan
pendidikan jarak jauh ini. Komunikasi antar guru/dosen maupun siswa dan mahasiswa yang
berjalan dengan baik akan membuat pembelajaran daring ini lebih efektif, lebih bermakna serta
mendapatkan kunci keberhasilan.

Refrence
Dewantara, J. A., & Nurgiansah, T. H. (2020). Efektivitas Pembelajaran Daring di Masa
Pandemi COVID 19 Bagi Mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta. Jurnal Basicedu, 5(1),
367–375. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i1.669
Tri, D. W., Fitri, D. A., & Milu, A. S. (2016). INDIKATOR PEMBELAJARAN EFEKTIF
DALAM PEMBELAJARAN DARING (dalam Jaringan) PADA MASA PANDEMI
COVID-19 DI SMAN 2 BANDOWOSO. Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,
2–5.

Anda mungkin juga menyukai