Disusun oleh:
Nama : Mochamad Agung Daniswara
No.Absent : 20
Kelas : XI IPS 3
Sekarang ini berbagai negara di dunia tengah dikejutkan oleh suatu wabah
yang disebabkan oleh virus bernama Corona atau lebih dikenal dengan
istilah covid-19 (Corona Virus Diseases-19).Dan tentu hal ini menyebabkan
dampak bagi semua aspek termasuk dunia pendidikan mengingat
bahwasanya ini adalah persoalan baru yang harus dihadapi bersama.
Pembelajaran dari rumah membuat pelajar, guru , dan orang tua merasa
keberatan. Semua ini karena masyarakat dipaksa untuk beradaptasi
dalam kondisi pandemi ini.
https://www.kompasiana.com/muna191198/5fbbe69ed541df739250d122/d
ampak-positif-covid-19-dalam-dunia-pendidikan
Bagi Peneliti
Bagi Siswa
Sebagai edukasi dan masukan bagi siswa SMAN 9 Tangsel agar terhindar
dari dampak buruk pembelajaran jarak jauh.
BAB II
Pembahasan
*Negatif
1. Putus sekolah
Model PJJ menurutnya terpaksa untuk dilakukan secara nasional demi mencegah
terjadinya kenaikan virus Covid-19.
Beberapa kejadian seperti siswa yang tidak menyalakan kamera saat pembelajaran
sedang berlangsung dapat memberikan kesan satu arah dalam pembelajaran.
Guru juga tidak bisa mengetahui dengan jelas apakah siswa tersebut sedang
memperhatikan pelajaran yang diajarkan ataukah tidak. Kepala Dinas Pendidikan
(Dispendik) Kota Surabaya, Supomo pada Juli lalu (15/7/2020) mengingatkan
pentingnya peran orang tua dalam menemani siswa mengikuti pembelajaran jarak jauh.
3. Akses internet
4. Dampak psikologis
Setiap anak memiliki gaya belajarnya masing-masing. Tidak semua siswa cocok dengan
gaya pembelajaran online. Hal seperti ini berdampak pada kondisi psikis siswa.
Safira Rona Mahmudah, Universitas Ahmad Dahlan (2020) dalam jurnalnya menjelaskan
bahwa dampak dari pembelajaran online adalah keefektifan belajar yang berkurang,
kurangnya interaksi sosial dengan teman, kelambanan perkembangan, kecemasan
tinggi, dan kekebalan tubuh melemah.
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/323054/4-dampak-sekolah-online-bagi-
siswa
*Positif
Di era digital saat ini, internet menjadi kebutuhan pokok masyarakat dalam beraktivitas
maupun mendapatkan sebuah informasi. Namun akses internet ternyata belum
menjangkau secara menyeluruh masyarakat di seluruh pelosok negeri. Jangankan
internet, sinyal untuk kebutuhan komunikasi dan listrik untuk kebutuhan sehari-hari
saja terkadang belum sampai menjangkau wilayah 3T (tertinggal, terdepan, & terluar).
Ketimpangan akses internet dapat terlihat jelas ketika kita membandingkan data
wilayah perkotaan dan perdesaan. Siswa di wilayah perkotaan memiliki akses internet
yang baik sehingga memudahkan siswa dalam melaksanakan sistem pembelajaran
daring.
Sedangkan siswa di wilayah perdesaan harus sedikit mengalah dengan keluar rumah
hingga sampai ada yang naik ke bukit mencari akses internet untuk melakukan
pembelajaran daring. Permasalahan lain terkait dengan akses internet adalah biaya
untuk pembelian kuota internet. Sebuah dilema besar bagi peserta belajar ketika
dilaksanakannya pembelajaran daring yang membutuhkan kuota internet. Ketika
pemerintah melalui Mendikbud memberikan semangat agar tetap produktif dalam
situasi pandemi, di sisi lain kemampuan finansial guru dan siswa tidak semua bisa
memenuhinya.
Untuk kali ini, guru harus membuat modul materi terlebih dahulu dalam sebuah aplikasi
atau sofware sebelum diberikan pada siswa saat jam pelajaran berlangsung. Belum lagi
guru harus belajar mengoperasikan aplikasi atau sofware media pembelajaran seperti
zoom meeting, google meet, google classroom, google office 365, microsoft power
point, dan masih banyak lainnya.
Ketiga, sarana & prasarana kurang memadai. Untuk efisiensi kegiatan belajar mengajar
dentgan secara daring yang menggunakan berbagai aplikasi dan sofware media
pembelajaran dibutuhkan perangkat pendukung teknologi yang tidak murah. Di masa
pandemi Covid-19 yang memberi dampak negatif pada ekonomi, tidak sedikit guru dan
murid yang memilih meng-upgrade alat komunikasinya demi kelancaran saat
melakukan pembelajaran daring.
Lalu bagaimana dengan siswa-siswi kurang mampu? Kondisi siswa yang kurang
mampu membatasi mereka untuk menikmati sarana dan prasarana teknologi informasi
yang diperlukan saat pandemi Covid-19 ini. Dalam kondisi yang serba keterbatasan,
mereka memaksimalkan pembelajaran daring dengan menggunakan media
pembelajaran daring yang sekiranya support dengan handphonenya dan tidak terlalu
menguras kuota yang banyak. Beberapa ada yang menggunakan cara luring (luar
jaringan) atau home visit agar kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung meskipun
dalam situasi pandemi.
Namun dari pada itu apa sudah cukup pemerintah menjamin kelancaran akses internet
bagi terselenggaranya pembelajaran daring? Bagaimana dengan pelaku pendidikan
yang berada pada wilayah 3T (tertinggal, terdepan, & terluar)?
Untuk permasalahan ini, pihak sekolah bisa menghendaki bekerja sama dengan pihak
pemerintah desa di wilayah tersebut. Program internet masuk desa kini saatnya
dirasakan oleh seluruh masyarakat tidak terkecuali para pelajar. Jaringan internet
melalui wifi yang terdapat di kantor balai desa bisa dimanfaatkan sebagai sarana
fasilitas kegiatan pembelajaran daring. Siswa bisa mengikuti pelajaran dan mengerjakan
tugas di kantor balai desa terdekat yang sudah difasilitasi wifi gratis. Dengan itu siswa
tidak harus membeli kuota atau pergi ke tempat jauh mencari sinyal.
Maka dari itu salah satu di antara solusinya adalah para guru bisa diberi pelatihan,
bimtek, atau seminar tentang pelaksanaan pembelajaran online. Sekolah bisa membuat
pelatihan di laboratorium komputer sekolah tentang penggunaan dan pengoprasian
aplikasi/sofware pembelajaran daring seperti zoom meeting, google meet, google
classroom, google office 365, microsoft power point, dan lain-lain. Guru yang sudah
menguasai bidang IT bisa dijadikan sebagi mentor dalam pelaksanaan pelatihan
tersebut. Selain pelatihan, beberapa guru yang sudah mulai mampu menggunakan
aplikasi/sofware pembelajaran online bisa memberi pendampingan terhadap guru-guru
yang masih kurang jelas dalam pengoperasian aplikasi pembelajaran online.
Dan bagi permasalahan siswa yang alat komunikasinya kurang memadai, pihak sekolah
bisa hadir di tengah mereka dengan memberi keringanan seperti pengumpulan tugas
bisa secara luring (luar jaringan). Sekolah juga bisa menggunakan home visit dengan
cara guru membagi para siswa dalam beberapa kelompok belajar dan menentukan
tempat di setiap kelompok yang sudah dibagi sebagai titik kumpul pelaksanaan home
visit.
Pada pelaksanaan home visit ini juga harus diberlakukan protokol kesehatan, seperti
tidak terlalu banyak orang yang berkumpul, tidak bersalaman, memakai masker,
mencuci tangan, dan menjaga jarak. Pada kesempatan lain pemerintah pusat juga
menghadirkan siaran belajar bagi siswa selama masa pandemi Covid-19. Program
tersebut hasil kerjasama dari Mendikbud RI dengan salah satu stasiun televisi nasional
Indonesia, program-progam pembelajarannya tersedia lengkap dari pendidikan anak
usia dini hingga pendidikan menengah atas. Konten pembelajaran yang disajikan
terfokus pada peningkatan literasi, numerasi, penumbuhan karakter, dan kecakapan
hidup peserta didik yang disampaikan secara ringan dan menghibur.. See
- https://ibtimes.id/bagaimana-menghadapi-tantangan-pembelajaran-daring/
BAB III
Metode Penelitian