Anda di halaman 1dari 20

MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE

(VCT)

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Pembelajaran PKN SD
Yang diampu oleh Dra. Nur Hanifah, M.Pd.

Disusun oleh :
1. Arik Wahyudi (160151601704)
2. Arwinda Citraningtyas (160151600061)
3. Azka Nurmaisyah M (160151601010)
4. Fitra Pratama Dewi (160151601063)
5. Novita Puspitasari (160151601146)
6. Widya Dara Kharisma (160151601168)
7. Yolanda Mariski (160151601106)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Februari 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada
kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dimana makalah ini membahas tentang model pembelajaran VCT (value
clarification technique).
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari banyak pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
makalah tentang ciri-ciri bahasa lisan dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca.

Malang, 10 Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan penulisan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian model VCT (value clarification technique).................... 3
2.2 macam-macam Model pengajaran nilai dengan VCT (value clarification
technique) ......................................................................................... 4
2.3 Teknik Mengklarifikasi Nilai .......................................................... 11
2.4 Manfaat dari klarifikasi nilai ........................................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 16
3.2 Kritik dan saran ............................................................................... 16
DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………….. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
kehidupan kita, artinya kita sebagai manusia berhak menerima pendidikan dan
diharapkan selalu berkembang didalamnya. Pendidikan merupakan suatu proses
kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan
melangsungkan kehidupan. Pendidikan erat kaitannya dengan moral siswa,
bagaimana membentuk moral siswa melalui pendidikan.
Moral dan moralitas dua perpaduan istilah yang tidak bisa dipisahkan
dalam ranah kehidupan dan pendidikan di dunia. Yang petama mengandung arti
ajaran yang baik dan yang buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan,
sikap kewajiban dan lainnya, moral juga sinonim dengan akhlak, budi pekerti dan
susila. Sementara moralitas mengandung makna segala sesuatu yang berhubungan
dengan etiket atau adab sopan santun.
Sekolah sebagai second Link dalam pendidikan, sadar atau tidak sadar
telah berupaya membuat beberapa pendekatan dalam pendidikan nilai, seperti
pendidikan penanaman nilai, pendekatan perkembangan kognitif, pendekatan
analisis nilai dan pendekatan klarifikasi nilai, tetapi ketidaksigapan dan
ketidaksiapan dalam menguasai hakikat pendekatan-pendekatan dalam
pembelajaran nilai menjadi boomerang dan masalah tersendiri ada gap diantara
das sein dan dan sollen. Dalam makalah ini akan dibahas pendekatan/ model
klarifikasi nilai dimana dalam pembelajarannya bagaimana guru menghadapkan
siswa pada dilemma etika yang merangsang dan menantang pikiran mereka,
bagaiman guru juga dapat berperan netral dalam membantu siswa sehingga siswa
akan menguasai tahap pemikiran moral yang lebih komprehensif.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat diambil
sebagai berikut:
1. Apa pengertian Model Pembelajaran VCT ?
2. Apa macam-macam Model pengajaran nilai dengan VCT ?
3. Bagaimana Teknik Mengklarifikasi Nilai ?
4. Apa manfaat dari klarifikasi nilai ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan rumusan masalah yang dapat
diambil sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Model Pembelajaran VCT.
2. Untuk mengetahui macam-macam Model Pengajaran nilai dengan VCT.
3. Untuk mengetahui bagaimana teknik Mengklarifikasi Nilai.
4. Untuk mengetahui manfaat dari model Klarifikasi Nilai.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran VCT


Salah satu tugas peran pendidikan (khususnya pendidikan nilai) adalah
memberikan pembekalan/atau pengetahuann, melatih dan meningkatkan potensi
siswa, serta memberikan, aneka pengalaman belajar sesuai dengan target subtansi
dan atau pola proses kegiatan belajar mengajar.
Teknik mengklarifikasi nilai (value clarification technique) atau sering
disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa
dalam mencapai dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam
menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan
tertanam dalam diri siswa.
Menurut Steeman (Adisusilo, 2012) nilai adalah sesuatu yang memberi makna
pada hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah
sesuatu yang di junjung tinggi, dan dapat mewarnai dan menjiwai tindakan
seseorang. Berdasarkan pengertian tersebut, nilai merupakan preferensi yang
tercermin dari perilaku seseorang, sehingga seseorang akan melakukan atau tidak
melakukan sesuatu tergantung pada sistem nilai yang dipegangnya. Menurut
Toyibin dan Kosasih VCT adalah label dari suatu pendekatan atau strategi belajar
mengajar untuk pendidikan nilai-moral atau pendidikan afektif.
Model Pembelajaran VCT adalah merupakan teknik pendidikan nilai dimana
peserta didik dilatih untuk menemukan, memilih, menganalisis, membantu siswa
dalam mencari dan memutuskan mengambil sikap sendiri mengenai nilai-nilai
hidup yang ingin diperjuangkannya. Pada dasarnya bersifat induktif, berangkat
dari pegalaman-pengalaman kelompok menuju ide-ide yang umum tentang
pengetahuan dan kesadaran diri.
Model VCT merupakan pengembangan dari value education yang menitik
beratkan pada penggalian nilai yang ada pada diri siswa dengan cara melibatkan
perasaan sehingga mereka dapat memberikan keputusan tentang sebuah
permasalahan.
Dari uraian tersebut maka dapat disimpukan bahwa model pembelajaran VCT
merupakan pembelajaran yang mencoba mengikut sertakan perasaan dan emosi

3
4

siswa sehingga nilai yang ada pada dirinya dapat terungkap, dari pengungkapan
tersebut dapat diketahui nilai baik dan buruk sehingga dapat dijadikan acuam
untuk lebih baik.

2.2 Macam-Macam Model Pengajaran Nilai VCT


Didalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak lepas dengan berbagai macam
model-model yang dapat di gunakan oleh guru ketika proses kegiatan belajar
mengajar. Begitupun dengan model pembelajaran VCT, ada beberapa model
pengajaran nilai VCT untuk mempermudah kegiatan belajar mengajar disekolah.
Macam-macam model pengajaran dengan nilai VCT sebagai berikut:
1. Model VCT-Metode Percontohan (Example of the examplority)
a. Cari/buat stimulus beberapa contoh keadaan/perbuatan yang memuat
nilai-nilai kontras sesuai dengan topik/tema/target pelajaran. Rakitlah
dalam bentuk cerita yang mampu menyeret perasaan kejiwaan anak dan
menyentuh hati nuraninya (sesuaikan isi dengan pokok bahasan dan
materi pelajaran).
b. Lontarkan stimulus melalui pembacaan oleh guru/siswa
c. Berikan kesempatan beberapa saat anak berdialog sendiri atau dengan
sesama.
d. Laksanakan dialog terpimpin melalu pertanyaan guru (yang skenarionya
sudah disiapkan sebelumnya sesuai target-terget pelajaran. Penyimpangan
pertanyaan bisa terjadi sebagai tambahan bila dari jawaban perlu
perumusan secara individual, kelompok dan klasikal).
e. Fase KBM menentukan argument dan klarifikasi pendirian(juga melalui
pertanyaan guru dan bersfat individual, kelompok/klasikal)
f. Fase pembahasan/pembuktian argument (disini sudah mulai ditanamkan
jarum target nilai guru/pelajaran dan konsep sesuai materi pelajaran).
g. Fase penyimpulan (bisa mulai dari kelompok atau langsung. Dan pada
akhirnya guru memberikan kesimpulan dan membelokkan tanggapan
siswa ke dalam konsep/materi pelajaran).
2. Model VCT Analisa Nilai melalui reportase/liputan, analisa secara
akurat/seksama, analisa tulisan, cerita tidak selesai
5

a. Persiapan guru
1) Mengkaji lagi kejelasan target nilai yang diinginkan
2) Mencari dan menentukan media stimulus, dengan:
a) gambar, foto untuk model VCT reportase liputan
b) gambar, foto atau benda berharga lain untuk model VCT analisa
secara akurat/seksama.
c) ceta guntingan benda/karangan Koran/majalah buku untuk media
stimulus model VCT analisa tulisan
d) cerita yang dipotong atau tidak diselesaikan untuk model VCT
cerita tidak selesal.
b. Langkah Kegiatan Belajar Mengajar model VCT reportase/liputan
1) Pasang gambar di papan tulis atau edarkan gambar/media tersebut
untuk beberapa saat (biarkan anak bergerombol dan berkomentar.
Monitor komentar dan raut wajah anak sebagai masukan entry
behavior mereka di awal anda ber-VCT ini).
2) Identifikasi liputan siswa individu lalu kelompok) jangan dahulu
dikomentari guru dan jangan diminta alasan temuan.
3) Klarifikasi masalah: ungkapan terperinci dan argumentasi (guru
merumuskan kejelasan jawaban/tanggapan siswa sambil mengarahkan
ke konsep/materi pelajaran).
4) Penyimpulan (oleh siswa/kelompok atau kelas bersama guru atau
langsung oleh guru dan pelurusan redirecting menuju konsep/materi
pelajaran/target nilai.
5) Tindak lanjut kegiatan belajar
c. Langkah Kegiatan Belajar Mengajar model VCT Analisa secara
akurat/seksama.
1) Pasang gambar di papan tulis atau edarkan gambar/media tersebut
untuk beberapa saat (biarkan anak bergerombol dan berkomentar.
Monitor komentar dan raut wajah anak sebagai masukan entry
behavior mereka di awal anda ber-VCT ini).
2) Siswa secara individual/kelompok kecil diminta melakukan kajian
terhadap media dan diminta mencatat:
6

a) meneliti secara detail media tersebut dan membuat deskripsi hal


tersebut
b) membuat perbandingan-perbandingan dengan hal yang
sama/sejenis yang diketahui mereka
c) Membuat hasil telaah/analisis yang didasarkan konsep argument
yang mereka miliki
d) Menarik kesimpulan dan komentar lainnya.
3) Pelaporan (guru membuat catatan-catatan kesimpulan di kertas besar
atau di papan tulis).
4) Fase adu pendapat/argument antar siswa.
5) Penyimpulan (bersama siswa atau guru sendiri) dan pengarahan
kembali oleh guru menuju konsep/materi/target nilai
6) Tindak lanjut kegiatan belajar siswa
d. Langkah Kegiatan Belajar Mengajar model VCT analisa tulisan
Secara umum langkah kegiatan PBM sama dengan model VCT yang
sebelumnya. Analisa tulisan diwujudkan dalam bentuk:
1) memberi garis bawah untuk kalimat/kata yang baik/layak ataupun
kalimat yang buruk/tidak layak (tentukan dengan garis yang berbeda
warna untuk kedua katagori tersebut).
2) membuat tanggapan (semacam tajuk atau komentar) terhadap suatu
cerita dari guru/koran dil. Tentukan apa yang harus dikomentari dan
berapa halaman serta waktunya.
3. Model VCT dengan menggunakan daftar/matrik.
Dinamakan demikian karena instrument utamanya adalah matrik/daftar.
Jenis VCT semacam ini meliputi:
a. Daftar baik-buruk,
b. Daftar tingkat urutan.
c. Daftar skala prioritas
d. Daftar gejala continium (yang terus menerus).
e. Daftar penilaian diri sendiri.
f. Daftar membaca perkiraan orang lain tentang kita.
7

Daftar perisai kepribadian/diri (nomor d sampai f) bersifat menilai


diri sendiri (self evaluation) dan sangat baik apabila secara instrument/alat
PR. Adapun pelaksanaan pelaksanaan VCT model ini ada beberpa hal
yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai berikut:
a. Persiapan
Instrumen yang akan digunakan sudah disiapkan berikut butir-butir
yang akan diVCT kan (minimal butir contoh, apabila butir inipun akan
digali bersama siswa. Butir ini berupa hal/keadaan/perbuatan sehari-
hari yang merupakan gubahan atau penerapan butir materi
pelajaran/target nilai yang akan kita ajarkan.
b. Langkah-langkah Proses Belajar Mengajar
1) Daftar/stimulus disampaikan baik secara individual maupun
klasikal.
2) Pengisian butir- butir yang bertautan dengan tema/topic
3) Pengisian butir-butir secara individual oleh siswa dan disusul oleh
kelompok (dimana siswa belajar menilai pendapat orang lain dan
pendapatnya sendiri)
4) Penyampaian hasil pengisian butir-butir, kemudian oleh guru
direkam/ditulis di papan tulis (pada tahap ini belum ada komentar)
5) Mencari klarifikasi/argument jawaban baik
individual/kelompok/klasikal (peran guru utuk
memanipulasi/memperjelas sangat penting)
6) Pengambilan kesimpulan (bersama) dan pengarahan guru
(mengembalikan butir-butir ke dalam konsep/materi/target nilai)
c. Tindak lanjut
1) Perbaikan bagi yang kurang atau pengayan bagi yang
2) Latihan pemantapan
4. Model VCT klarifikasi nilai dengan kartu keyakinan (evidence card)
Model ini bertujuan untuk membina klarifikasi masalah dan
pemecahannya secara rasional untuk selanjutnya menentukan sikap
pendirian/penilaiannya. Instrumen yang digunakan adalah secarik kertas
8

manila. Format kartu ini boleh disesuaikan dengan kebutuhan/masalah yang


akan dipecahkan. Adapun formatnya adalah:
a. Kartu sederhana (bila waktu terbatas atau masalahnya hanya masalah
ringan)
b. Kartu keyakinan yang lengkap memuat

1) Nama lengkap siswa

2) Masalah yang akan dipecahkan/dinilai

3) ) Data/fakta yang dijadikan sumber

4) Analisa dan pertimbangan dasar segi positif dan negative.

5) Kesimpulan pemikiran/pendapat.

6) Pemecahan dan alasan.

7) Keterangan/penjelasan lain.

c. Pemecahan masalah dan alasannya

d. Penjelasan lain

5. Model VCT dengan teknik Yurisprudensi (juristprudential Technique).


Yurisprudensi dalam ilmu hukum diartikan sebagai keputusan pengadilan
yang dijadikan sumber hukum (dasar keputusan pengadilan lainnya), Dalam
VCT model ini bertujuan agar para siswa bertindak seperti para hakim dalam
menentukan/memilih sesuatu, Teknik ini baik karena akan melatih siswa
mengambil keputusan secara objektif dan penuh keyakinan
Salah satu proses yang paling penting adalah adanya proses adu
argumentasi dan fase penggoyahan pendirian siswa baik oleh guru maupun
oleh siswa yang lain. Adapun langkah- langkah PBM nya adalah:
a. Persiapan Penentuan target serta masalah dan skenario pertanyaan.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Penjelasan tujuan, cara dan waktu
2) Lontaran masalah.
3) Melontarkan pertanyaan demi pertanyaan sesuai dengan skenario
pertanyaan, pada tahap ini meliputi:
a) Klarifikasi masalah/issue
9

b) Memfokuskan kepada satu issue pokok.


c) Mencari data dan fakta serta buku.
d) Mencari nilai yang terkandung dalam masalah dan fakta serta
mempertentangkannya satu dengan lainnya.
e) Meminta siswa menentukan
pendirian/poisi/pandangan/keputusan
f) Meminta dasar alasan/argumentasi.
g) Menguji, membuktikan dan menggoyahkan posisi dan argumen
siswa.
h) Menyimpulkan dan mendudukkan kembali posisi siswa.
c. Penyimpulan dan pengarahan kembali pelajaran
d. Tindak lanjut.
6. Model VCT teknik inkuiri nilai dengan pertanyaan acak/ random (Value
Inquiry Random Questioning Technique/VIRQT).
Model ini merupakan perpaduan dari model inkuiri yang dirumuskan oleh
Hilda Taba dengan paduan teknik bertanya acak (random questioning
technique). Jarolimek dan H.M. Walsh (1974) mengemukakan beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam PBM inkuiri nilai, diantaranya adalah:
a. Kelas hendaknya diarahkan pada masalah yang benar benar jelas
rumusan, patokan/kriteria dan arah tujuannya.
b. Siswa mengetahui target PBM
c. Siswa mendapatkan keleluasaan dan kebebasan dalam:
1) mengemukakan pendapat, jawaban dan perkiraannya.
2) dalam acara mengemukakan pendapat melalui aneka card
3) dalam mencari jalan/jawaban menurut polanya sendiri.
d. Inkuiri nilai menggali nilai dan sikap siswa, oleh karena itu guru
hendaknya:
1) Menghormati dan menghargai siswa.
2) Menahan diri untuk tidak menjawab.
3) Banyak memberikan dorongan, motivasi dan keberanian menjawab
kepada siswa
10

4) Berupaya bertanya secara merata dan komperatif (membandingkan


jawaban yang satu dengan yang lainnya) tetapi jagan sampai
menyinggung perasaan.
5) Memperhatikan waktu yang layak, membantu pengadaan peralatan
Berikut ini langkah-langkah PBM dalam VIRQT hasil gabungan dari
Bary K Bayer dan Hilda Taba (Djahiri, 1985) :
a. Perumusan Masalah
1) Guru melontarkan stimulus, bertanya menuju perumusan dan
kejelasan masalah.
2) Siswa menyimak, mengkaji dan berperan serta mencari,
mengklasifikasi dan memperjelas serta menentukan fokus
masalah
b. Perumusan Hipotesa/Asumsi
1) Guru membantu dan mengarahkan pencarian rumusan hipotesa
melalui sejumlah pertanyaan.
2) Siswa membuat perkiraan sementara dan mencari serta
merumuskannya sebagai hipotesa.
c. Menguji kebenaran/kekeliruan hipotesa
1) Guru mengajukan pertanyaan, meminta data dan pembuktian
atas hipotesa.
2) Siswa menumpulkan/mencari, menilai dan mengorganisir data,
mengkaji dan mencari hubungan data dengan hipotesa,
merumuskan pembuktian hipotesa.
d. Pengambilan keputusan
1) Guru menuntun siswa melalui pertanyaan ke arah menentukan
pola hubungan antar jawaban yang diperkirakan baik/benar
2) Siswa menelaah seluruh jawaban yang ada, merespon pertanyaan
pengarahan guru, mengajukan kesimpulan serta tanggapannya,
bertanya dan mencatat bila perlu
e. Menerapkan Kesimpulan/pilihan alternative dan menilai keampuhan
pilihan keputusan.
f. Tindak lanjut.
11

7. Model VCT dengan permainan (Games)


Ada beberapa model permainan dalam pembelajaran pendidikan nilai,
yang akan diketengahkan dalam pembahasan ini meliputi:
a. Bermain peran (role playing).
b. Perahu penyelamat
c. Kartu ajaib.
d. Mengirim berita telegram
e. Dan lain-lain

2.3 Teknik Mengklarifikasi Nilai


Teknik mengklarifikasi nilai (value clarification technique) sering disingkat
VCT dapat diartikan sebagai pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari
dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu
persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan teryanam dalam
diri siswa.
Kelemahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau sikap
adalah proses pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya guru
menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memperhatikan nilai yang
sudah tertanam dalam diri siswa. Akibatnya, sering terjadi benturan atau konflik
dalam diri siswa karena ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah terbentuk
dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru. Siswa sering mengalami kesulitan
dalam menyelaraskan nilai lama dan nilai baru.
Salah satu karakteristik VCT sebagai suatu model dalam strategi
pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui proses
analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalam diri siswa kemudian
menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru yang hendak ditanamkan. VCT sebagai
suatu model dalam strategi pembelajaran moral VCT bertujuan:
a. Untuk mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai.
b. Membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik
tingkatannya maupun sifatnya (positif dan negatifnya) untuk kemudian dibina
ke arah peningkatan dan pembetulannya.
12

c. Untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang


rasional dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan
menjadi milik siswa.
d. Melatih siswa bagaimana cara menilai, menerima, serta mengambil keputusan
terhadap sesuatu persoalan dalam hubungannya dengan kehidupan sehari-hari
di masyarakat.
John Jaromilek (1974) menjelaskan langkah pembelajaran dengan VCT dalam
7 tahap yang dibagi ke dalam 3 tingkat. Setiap tahapan dijelaskan di bawah ini:
1. Kebebasan Memilih
Pada tingkat ini terdapat 3 tahap, yaitu:
a. Memilih secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan
yang menurutnya baik. Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi
miliknya secara penuh.
b. Memilih dari beberapa alternatif. Artinya, untuk menentukan pilihan
dari beberapa alternatif pilihan secara bebas.
c. Memilih setelah dilakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan
timbul sebagai akibat pilihannya.
2. Menghargai
Terdiri atas 2 tahap pembelajaran:
a. Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi
pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi bagian integral dari
dirinya.
b. Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di
depan umum. Artinya, bila kita menganggap nilai itu suatu pilihan, maka
kita akan berani dengan penuh kesadaran untuk menunjukkannya di depan
orang lain.
3. Berbuat
Terdiri atas:
a. Kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya.
b. Mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya. Artinya, nilai yang
menjadi pilihan itu harus tercermin dalam kehidupan sehari-harinya.
13

VCT menekankan bagaimana sebenarnya seseorang membangun nilai


yang menurut anggapannya baik, yang pada gilirannya nilai-nilai tersebut akan
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dalam praktik
pembelajaran, VCT dikembangkan melalui proses dialog antara guru dan siswa.
Proses tersebut hendaknya berlangsung dalam suasana santai dan terbuka,
sehingga setiap siswa dapat mengungkapkan secara bebas perasaannya. Beberapa
hal yang harus diperhatikan guru dalam mengimplementasikan VCT melalui
proses dialog:
1. Hindari penyampaian pesan melalui proses pemberian nasihat, yaitu
memberikan pesan-pesan moral yang menurut guru dianggap baik.
2. Jangan memaksa siswa untuk memberi respons tertentu apabila memang
siswa tidak menghendakinya.
3. Usahan dialoh dilaksanakan secara bebas dan terbuka, sehingga siswa akan
mengungkapkan perasaannya secara jujur dan apa adanya.
4. Dialog dilaksanakan kepada individu, bukan kepada kelompok kelas.
5. Hindari respon yang dapat menyebabkan siswa terpojok, sehingga ia menjadi
defensif.
6. Tidak mendesak siswa pada pendirian tertentu.
7. Jangan mengorek alasan siswa lebih dalam.
Dalam manifesto berani dalam klarifikasi nilai, penulis Values and Teaching
(1966,1978) menawarkan untuk mengganti “cara lama dalam mengajar nilai”
(contohnya, membuat contoh yang baik, mengispirasi, menggunakan seni dan
literature, agama, dan menarik suara hati) dengan focus pada proses.
Langkah pertama yang direkomendasikan penulis dari tujuh-langkah
menghargai proses adalah bebas memilih (langkah lainnya adalah memilih
alternative, memilih dengan penuh pertimbangan, memberi hadiah dan
menghargai, menegaskan, bertindak sesuai pilihan, dan mengulangi pilihan
berbasis nilai). Komitmen penulis tersebut sangat kuat untuk membebaskan
pilihan dan juga mendorong guru untuk “membantu anak-anak mencari nilai-
nilai jika mereka memilih untuk melakukannya. Hal tersebut snagat
memungkinkan bagi anak untuk tidak mengembangkan nilai. Itu adalah
tanggungjawab Guru untuk mendukung pilihan mereka tersebut.
14

Beberapa penemu klarifikasi nilai, berbicara kepada umum mengenai


kelemahan pendekatan mereka. Pada bulan Mei 1988, dalam isu kepemimpinan
pendidikan mengenai pendidikan moral, Meriil Harmiin (salah satu asisten penulis
buku values and techning) menulis sebuah artikel berjudul “kemurnian Nilai,
Moralitas Tinggi”. Netralitas nilai yang mungkin sudah meruntuhkan moralita
tradisional, sebaiknya guru dapat membantu siswa untuk menekankan untuk
membantu siswa memperjernih nilai personal mereka sendiri dan untuk
mengadopsi nilai-nilai moral masyarakat. Klarifikasi nilai menolong orang-orang
untuk menghilangkan jarak antara nilai yang menyertai dan tindakan pribadi
selama nilainya adalah nilai yang mereka pegang.
Pernyataan:
1. Apa yang akan kamu lakukan jika kamu melihat seseorang dirampok dan
orang lain hanya berdiri dan melihat?
2. Apa yang akan kamu lakukan jika temanmu mulai bersenang-senang dengan
teman sekolah yang terlihat aneh?
3. Apa yang kamu lakukan jika kamu mendengar bahwa penduduk asli
Amerika yang tinggal dekat daerah penampungan, hidup dalam kemiskinan
dan tidak ada seorang pun yang melakukan sesuatu untuk mereka?
Pernyataan ini juga merupakan lembar nilai yang dapat guru integrasikan
dengan pelajaran ilmu sosial, sains, atau bahasa inggris. Ketika klarifikasi nilai
gagal untuk menjawab pertanyaan krusial, apakah nilai yang menyertai siswa itu
bermanfaat ? jika siswa menilai pertempuran prasangka dan menunjukan rasa
hormat pada martabat manusia, kami ingin mereka memprakikan nilai tersebut.
Akan tetapi, apabila mereka menilai seks, narkoba, minum-minuman, dan bolos
sekolah sebagai sesuatu yang dilakukan siswa kelas 8 tersebut, apakah kami ingin
mereka melakukan hal tersebut secara konsisten ?
Siswa-siswa membutuhkan bantuan untuk mengetahui manakah yang baik
dan benar untuk dirinya dan orang lain. Untuk membantu siswa mengevaluasi
nilai-uji mereka dengan kritis-guru membutuhkan kerangka teoritis yang
mengenal kriteria etika. Dikarenakan klarifikasi nilai kekurangan kerangka seperti
itu, para pengkritik pun menyebutnya „satu set metode yang mencari teori‟.
15

2.4 Manfaat Klarifikasi Nilai


Dengan menggunakan model VCT ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan
kemampuan siswa. Menurut Simon (Adisusilo, 2012:155), ada berbagai manfaat
yang dapat dipetik bila pendekatan klarifikasi nilai ditetapkan, diantaranya:
1. Memilih, memutuskan, mengkomunikasikan, mengungkapkan gagasan,
keyakinan, nilai-nilai dan perasaannya.
2. Berempati (memahami perasaan orang lain, memilih dari sudut pandang orang
lain)
3. Memecahkan masalah
4. Menyatakan sikap (setuju, tidak setuju, menolak, atau menerima) pendapat
orang lain
5. Mengambil keputusan
6. Mempunyai pendirian tertentu, menginternalisasikan dan bertingkah laku
sesuai dengan nilai yang telah dipilih dan diyakini.
Menurut Harmin (Adisusilo, 2012:156) penerapan klarifikasi nilai akan efektif
apabila fasilitator atau pendidik dapat menerapkan, diantaranya:
1. Bersikap menerima dan tidak mengadili pilihan nilai peserta didik,
menghindari kesan memberi nasihat, mengurusi seakan pendidik lebih tau
yang terbaik.
2. Membiarkan adanya kebhinekaan pandangan, dialog dilakukan secara
terbuka, bebas, dan individual.
3. Menghargai kesediaan peserta didik untuk ikut berpartisipasi atau tidak.
Hindari unsur pemaksaan untuk berpendapat atau bersikap.
4. Menghargai jawaban/respon peserta didik, tidak memaksakan peserta
didik untuk memberi respon tertentu apabila memang peserta didik tidak
menghendakinya.
5. Mendorong peserta didik untuk menjawab, mengutarakan pilihan, dan
mengambil sikap secara jujur.
6. Mahir mendengarkan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat mengklarifikasi nilai hidup.
7. Mahir mengajukan/membangkitkan pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut kehidupan pribadi dan sosial.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Djahiri (1979:115) menyatakan bahwa VCT diartikan sebagai
tehnik pengajaran untuk menanamkan dan menggali mengungkapkan nilai-nilai
tertentu dalil pada diri siswa.
Salah satu karakteristik VCT sebagai suatu model dalam strategi
pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui proses
analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalam diri siswa kemudian
menyelaraskan dengan nilai nilai baru yang hendak ditanamkan.
Ada berbagai model pembelajaran VCT yang dapat digunakan oleh guru
yakni, Model VCT-Metode Percontohan (Example of the examplority), Model
VCT Analisa Nilai melalui reportasi/liputan, analisa secara akurat/seksama,
analisa tulisan, cerita tidak selesai, Model VCT dengan menggunakan
daftar/matrik, Model VCT klarifikasi nilai dengan kartu keyakinan (evidence
card), Model VCT dengan teknik Yurisprudensi (juristprudential Technique),
Model VCT teknik inkuiri nilai dengan pertanyaan acak/ random (Value Inquiry
Random Questioning Technique/VIRQT), Model VCT dengan permainan
(Games).
Langkah pembelajaran dengan VCT dalam 7 tahap yang dibagi ke dalam 3
tingkat, yaitu: kebebasan memilih, menghargai, dan berbuat. Salah satu manfaat
dari pembelajaran VCT ini yakni, Memilih, memutuskan, mengkomunikasikan,
mengungkapkan gagasan, keyakinan, nilai-nilai dan perasaannya serta dapat
memecahkan masalah.

3.2 Kritik dan Saran


Penulis banyak berharap pembaca dapat memberikan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

16
DAFTAR RUJUKAN

Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan.


Jakarta: Kencana.

Lickona, Thomas. 2012. Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Jakarta: PT.


Bumi Aksara.

Tyas, Ayuning FP. 2014. Pengaruh Model VCT Terhadap Hasil Belajar IPS
di kelas V SD Negeri 2 Kelapa Sawit, (Online),
(http://repository.ump.ac.id/1226/3/BAB%2011_Ayuning%20Tyas%20
F.%20P.pdf) diakses pada Jum‟at, 08 februari 2019.

Arum, Liana P. 2015. Manfaat Model Pembelajaran VCT, (Online),


(http://aishipopeyeolive.blogspot.com/2015/04/manfaat-model-
pembelajaran-vcthtml?m=1) diakses pada Jum‟at, 08 februari 2019.

17

Anda mungkin juga menyukai