Anda di halaman 1dari 17

Metode Role Playing: Pengertian hingga

Tujuan
Role playing atau bermain peran. Sebagai salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan
oleh guru pada siswa. Artikel ini akan memberikan penjelasan tentang metode pembelajaran
dengan teknik ini.

Apakah yang dimaksud dengan metode pembelajaran role playing? Akan dijelaskan di artikel
ini. Selain itu, masih ada banyak hal lagi yang akan dijelaskan pada artikel ini. Semoga
pembahasan metode pembelajaran dengan teknik role playing akan dapat membantumu untuk
memahami metode tersebut.

Pengertian Metode Pembelajaran Teknik Role Playing


Apakah metode role playing itu? Sandra de Young dalam Nursalam dan Efendi (2008)
menyatakan bahwa metode role playing atau dikenal dengan bermain peran merupakan salah
satu bentuk drama. Dalam metode ini, siswa diminta untuk bermain suatu drama, secara spontan
untuk memperagakan peran – perannya dalam berinteraksi. Peran yang dilakukan berhubungan
dengan masalah maupun tantangan dan hubungannya dengan manusia.

Pendapat lain Perdana (2010) menyatakan bahwa metode bermain peran merupakan suatu
metode pembelajaran, di mana subjek diminta untuk berpura – pura menjadi seseorang dengan
profesi tertentu yang digeluti orang tersebut. Selain itu, subjek juga diminta untuk berpikir
seperti orang tersebut agar dia dapat mempelajari tentang bagaimana menjadi seseorang dengan
profesi tersebut.

Tangdilintin (2008) menyatakan bahwa metode role playong dapat juga disebut sebagai
sosiodrama. Dia menyatakan bahwa metode ini dapat menunjukkan dampak dari tekanan yang
kita berikan ke orang lain, mampu menunjukkan suatu kondisi kehidupan yang nyata, dan
menghentika sementara suatu drama secara tepat untuk mencari tahu dan merefleksikan perasaan
yang ditunjukkan oleh peran tersebut. Fatmawati (2015) menyatakan role playing atau bermain
peran merupakan suatu model pembelajaran yang meminta siswa untuk melaksanakan suatu
peran sesuai dengan skenario yang telah disusun. Tujuannya untuk mencapau kompetensi yang
dibutuhkan dalam pembelajaran.

Kartini (2007) menyatakan bahwa metode bermain peran merupakan suatu cara yang digunakan
untuk meniru cara bertingkah laku seseorang dalam sebuah drama. Tingkah laku yang
ditekankan dalam metode bermain peran, kaitannya dengan hubungan sosial. Santoso (2010)
menyatakan bahwa metode bermain peran mendayagunakan pengaruh kinestetik atau gerakan,
sebab subjek diminta untuk melakukan suatu peranan tertentu. Metode ini digunakan untuk
mengembangkan kemampuan interpersonal atau kemampuan individu untuk melakukan interaksi
dengan orang lain.

Selanjutnya, pendapat lain Wicaksono (2016) menyatakan bahwa metode role playing memiliki
dua macam pengertian. Pertama, bermain peran merupakan kegiatan yang bersifat sandiwara.
Artinya terdapat permain – pemain maupun tokoh – tokoh yang memainkan suatu peran tertentu,
peran tersebut sesuai dengan tokoh yang telah ditulis dalam skenario, dan tujuan dari bermain
peran ini adalah untuk memberikan hiburan pada orang lain. Kedua, metode bermain peran
merupakan suatu kegiatan yang bersifat sosiologis, di mana pola – pola dalam berperilaku yang
ditunjukkan oleh seseorang, ditentukan oleh norma – norma sosial yang hidup di masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa metode bermain peran, meminta
subjek untuk memainkan peran tertentu, melalui suatu interaksi dengan lingkungan sosialnya.
Metode pembelajaran dengan teknik ini dapat dipilih guru untuk diterapkan pada siswa, sebab
memiliki kelebihan tertentu. Apa saja kelebihannya? Akan dijelaskan pada pembahasan
selanjutnya.

1
Kelebihan dan Kelemahan dari Metode Pembelajaran
dengan Teknik Role Playing
Penggunaan metode role playing atau bermain peran, memiliki beberapa kelebihan, yaitu sebagai
berikut.

1. Permainan yang diperankan sendiri, membantu dalam memahami masalah – masalah


yang sedang dihadapi (Santoso, 2010).
2. Bagi peserta yang memainkan peran sebagai orang lain, maka peserta tersebut dapat
menempatkan dirinya sendiri seperti watak dari karakter yang dimainkan itu (Satoso,
2010).
3. Mampu merasakan perasaan yang dialami oleh orang lain. Hal tersebut mampu
menumbuhkan sikap saling memperhatikan orang lain (Santoso, 2010).

Selain memiliki beberapa kelebihan, metode role playing atau bermain peran juga memiliki
beberapa kekurangan, yaitu sebagai berikut.

1. Apabila pelatih tidak menguasai metode bermain peran dalam setiap sesi yang diadakan
dalam pelatihan, maka akan menjadikan metode bermain peran ini menjadi tidak berhasil
(Santoso, 2010).
2. Langkah – langkah dalam metode bermain peran yang tidak dipahami trainer dengan
baik, dapat menimbulkan kekacauan selama kegiatan berlangsung (Santoso, 2010).

Ternyata dalam metode role playing ini akan menjadi suatu kelemahan, ketika guru atau
pembimbing atau pelatih tidak memahami dengan baik, tentang langkah – langkah dalam
melasanakan metode role playing. Pembahasan yang selanjutnya akan memberikan penjelasan
tentang langkah langkah dalam role playing yang perlu dilakukan oleh guru. Sebagai
pembanding penting juga untuk mempelajari Metode Simulasi, jadi pelajari juga metode
tersebut.

Langkah – langkah Metode Pembelajaran dengan Teknik


Role Playing
Adapun langkah – langkah yang perlu dilakukan oleh guru, ketika menerapkan metode
pembelajaran dengan menggunakan teknik bermain peran. Langkah – langkah tersebut
(Wicaksono dkk. 2016) dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Guru atau pembimbing perlu untuk menyusun atau menyiapkan tentang skenario yang
akan ditampilkan di kelas.
2. Guru membentuk siswa dalam kelompok – kelompok.
3. Guru memberikan penjelasan pada siswa tentang kompetensi – kompetensi yang ingin
dicapai melalui kegiatan pembelajaran role playing.
4. Kemudian, guru memanggil siswa yang telah ditunjuk untuk memainkan peran sesuai
dengan skenario yang telah disiapkan oleh guru.
5. Masing – masing siswa berada dalam kelompoknya, kemudian siswa tersebut melakukan
pengamatan pada siswa yang sedang memperagaka skenarionya.
6. Guru meminta masing – masing kelompok untuk menyusun dan menyampaika hasil
kesimpulan berdasarkan skenario yang dimainkan oleh kelompok yang lain.
7. Pada langkah terakhir ini, guru memberikan kesimpulan dari kegiatan role playing yang
dilakukan bersama siswa. Kesimpulan yang diberikan guru bersifat umum.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa ada tujuh langkah yang harus dilakukan oleh guru, ketika
menerapkan suatu teknik bermain peran dalam kegiatan pembelajaran. Skenario sebagai bagian
yang penting dalam bermain peran perlu disusun oleh guru dengan cara sebaik mungkin.
Meninjau dari skenario yang harus disusun oleh guru, sebenarnya apakah tujuan dari metode
pembelajaran yang menerapkan teknik bermain peran? Di bawah ini penjelasannya.

2
Tujuan dari Metode Pembelajaran dengan Teknik Role
Playing
Sama hal nya dengan metode – metode pembelajaran dengan teknik yang lain, metode role
playing atau bermain peran, juga memiliki tujuan. Tujuan dari metode role playing atau bermain
peran, yaitu mengajarkan tentang empati pada siswa (Ismail, 1998). Siswa diajak untuk
mengalami dunia dengan cara melihat dari sudut pandang orang lain. Siswa diminta untuk
membayangkan dirinya di posisi orang lain agar bisa menyelami perasaan dan sikap yang
tunjukkan oleh orang lain, memahami dan peduli terhadap tujuan dan perjuang dari orang lain,
dan mencoba untuk berperan yang tidak biasa. Dalam artian memainkan peran orang lain yang
mungkin dapat berbeda dengan karakteristik yang ada dalam dirinya.

Penjelasan di atas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang
menerapkan teknik bermain peran, semoga dapat membantu saudara dalam memahami teknik
role playing. Selamat belajar dan sukses selalu.

Referensi:

1. Fatmawati, S. 2015. Desain Laboratorium Skala Mini untuk Pembelajaran Sains


Terpadu. Yogyakarta: Deepublish.
2. Ismail, A. 1998. Ajarlah Mereka Melakukan: Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan
Agama Kristen. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
3. Kartini, T. 2007. Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Minat Siswa
dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi
Kabupaten Bandung. Jurnal Pendidikan Dasar, (8).
4. Nursalam, dan Efendi, F. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Surabaya: Salemba
Medika.
5. Perdana, P. 2010. Biru Indigo. Jakarta: Voila.
6. Santoso, B. 2010. Skema dan Mekanisme Pelatihan: Panduan Penyelenggaraan
Pelatihan. Jakarta: Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANG).
7. Tangdilintin, P. 2008. Pembinaan Generasi Muda. Yogyakarta: kanisius.
8. Wicaksono, A., dkk. 2016. Teori Pembelajaran Bahasa: Suatu Catatan Singkat Edisi
Revisi. Yogyakarta: Garudhawaca.

3
Metode Pembelajaran Group Investigation:
Pengertian hingga Kelemahan
Artikel ini memberikan penjelasan yang lengkap tentang salah satu mode pembelajaran dengan
teknik group investigation. Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran dengan teknik
group investigation? Akan dijabarkan secara jelas dalam pembahasan di artikel ini.

Selanjutnya masih akan dijelaskan banyak hal lagi, semua hal yang berkaitan dengan model
pembelajaran group investigation ini. Silahkan diperhatikan dengan baik – baik, setiap
penjelasan dalam artikel ini, agar kamu dapat memahami dan menguasai tentang model
pembelajaran dengan teknik group investigation.

Pengertian Model Pembelajaran dengan Teknik Group


Investigation
Apakah yang dimaksud dengan metode group investigation? Maryani dan Fatmawati (2015)
menyatakan bahwa metode group investigation atau GI merupakan salah satu metode
pembelajaran, di mana semua siswa yang terlibat dalam suatu kelompok dituntut untuk
merencanakan suatu penelitian. Bukan hanya, merencanakan suatu penelitian saja, melainkan
juga mampu merencanakan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi.

Pada metode jenis ini, kelompok berhak menentukan hal – hal yang akan dikerjakan dan individu
– individu yang mengerjakan tugas tersebut. Lebih lanjut, setelah ditentukan hal tersebut,
kelompok juga harus memikirkan tentang cara dalam menyajikan hasil kelompok didepan kelas.
Penilaian pada metode group investigation berdasarkan pada proses dan hasil dari kerja yang
dilakukan oleh kelompok.

Fatmawati dkk (2015) menyatakan bahwa metode pembelajaran dengan teknik group
investigation merupakan salah satu jenis metode pembelajaran yang menerapkan sistem
kooperatif. Pada metode ini, siswa diarahkan untuk melakukan suatu investigasi atau suatu
penyelidikan tentang suatu objek yang berhubungan dengan topik yang dibicarakan dalam
pembelajaran.

Thelen dalam Suardi (2015) menyatakan bahwa dalam metode gorup investigation, kelas
setidaknya menjadi miniatur dalam demokarasi yang memiliki tujuan untuk melaksanakan suatu
kajian terhadap masalah – masalah yang berhubungan dengan sosial di antara pribadi individu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa metode pembelajaran dengan teknik group
investigation merupakan metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, di mana
siswa diminta untuk melakukan penyelidikan tentang topik yang sedang dibicarakan. Kemudian,
apa sajakah langkah – langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam menerapkan metode
pembelajaran teknik group investigation? Berikut ini penjelasannya.

Metode Pembelajaran dengan Teknik Group Investigation


Bagaimanakah langkah – langkah pelaksanaan metode group investigation? Fatmawati (2015)
menyatakan bahwa langkah – langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam menerapkan
metode pembelajaran dengan teknik ini, yaitu sebagai berikut.

1. Guru melakukan pembagian siswa – siswa di dalam kelas. Pembagian siswa tersebut
untuk dimaksudkan ke dalam kelompok. Kelompok yang dibangun merupakan kelompok
yang bersifat heterogen.
2. Guru perlu memberikan penjelasan tentang tujuan dari pembelajaran ini dan tugas yang
harus diselesaikan oleh kelompok.
3. Guru memanggil masing – masing ketua dalam kelompok. Setiap kelompok diberikan
tugas sebanyak satu materi atau tugas yang berbeda dengan kelompok – kelompok yang
lain. Kemudian, masing – masing kelompok membahas materi yang diberikan oleh guru.
Pembahasan dilakukan secara kooperatif yang bersifat penemuan. Setelah selesai
pelaksanaan diskusi kelompok, selanjutnya juru bicara dalam kelompok diminta untuk
menyampikan hasil dari pembahasan yang dilakukan oleh kelompok.
4
4. Di akhir pembelajaran, guru perlu membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang
telah di bahas dalam kelompoknya (Widayati & Muaddab dalam Fatmawati, 2015)

Pendapat lain yaitu Suardi (2015) menyatakan bahwa terdapat enam langkah untuk
melaksanakan metode pembelajaran dengan teknik group investigation, yaitu grouping,
planning, investigation, organizing, presenting,dan evaluating. Masing – masing dari langkah –
langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Grouping. Merupakan langkah dalam group investigation di mana pada langkah ini
merupakan tahapan untuk menentukan jumlah anggota yang akan terlibat dalam
kelompok, menentukan sumber yang dapat digunakan oleh kelompok, memilih topik
yang akan digunakan dalam kelompok, dan merumuskan suatu permasalahan.
2. Planning. Merupakan langkah dalam group investigation di mana dalam tahapan ini
mulai menetapkan tentang hal – hal yang akan dipelajari, cara untuk mempelajarinya,
menentukan individu untuk melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuannya, dan
tujuan dalam mengerjakan.
3. Investigation. Merupakan langkah dalam group investigation di mana dalam langkah ini
mulai muncul saling bertukar informasi dan ide diantara individu dalam kelompok,
melakukan kegiatan diskusi, melakukan klarifikasi, mengumpulkan suatu informasi,
menganalisis data yang telah diperoleh, dan membuat inferensi.
4. Organizing. Merupakan langkah dalam metode group investigation di mana dalam
tahapan ini anggota kelompok mulai menuliskan hasil diskusinya ke dala laporan,
membuat rencana untuk melakukan presentasi dari laporan yang diperoleh, menentukan
penyaji dalam laporan, moderator dalam presentasi, dan menentukan notulis untuk
mencatat hasil presentasi.
5. Presenting. Merupakan langkah dalam metode group investigation, di mana dalam
langkah ini salah satu kelompok menyajikan hasil yang diperoleh, sedangkan kelompok
yang lain melakukan suatu pengamatan, melakukan evaluasi, melakukan klarifikasi,
kemudian mengajukan pertanyaan atau tanggapan pada kelompok yang tampil.
6. Evaluating. Merupakan langkah dalam metode group investigation, di mana dalam
tahapan ini masing – masing siswa mulai melakukan koreksi atau pembenaran terhadap
laporan – laporan yang disusun. Pembenaran dilakukan berdasarkan pada hasil diskusi
dengan kelas, siswa, dan guru. Guru perlu berkolaborasi dengan siswa di kelas untuk
melakukan penilaian terhadap pembelajaran yang dilakukan. Kemudian, guru juga perlu
melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa yang difokuskan pada pencapaian
pemahamannya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa metode group investigation memiliki
beberapa langkah yang harus diikuti mulai dari pembentukan kelompok hingga pada penilaian.
Penilaian yang dilakukan bukan hanya mencakup laporan yang dihasilkan siswa, melainkan juga
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Lalu, apa sajakah kelebihan dan kelemahan
dari metode pembelajaran teknik group investigation? Hal tersebut akan dijelaskan pada
pembahasan yang selanjutnya.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran dengan


Teknik Group Investigation
Pembahasan pada bagian ini akan memberikan kejelasan tentang kelebihan dan kelemahan dari
metode group investigation. Kelebihan dalam metode group investigation (Setyaningsih, 2013),
yaitu

1. Pembelajaran yang dilakukan dalam metode ini meminta siswa untuk berperan aktif dan
komunikatif.
2. Pembelajaran ini menekankan suasana untuk saling bekerja sama dan melakukan
interaksi diantara siswa dalam kelompok, tanpa melihat pada latar belakang yang dimiliki
oleh masing – masing siswa.
3. Siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang baik dan kondusif.
4. Menumbuhkan motivasi dalam diri siswa, agar aktif dalam kegiatan proses belajar, mulai
dari tahap perencanaan sampai dengan pada tahap akhir dari pembelajaran. Tahap akhir
dari pembelajaran ini yaitu melakukan presentasi dari hasil investigasi dari masing –
masing kelompok

5
Memahami kelebihan dari metode pembelajaran dengan teknik group investigation menjadikan
metode ini berbeda dengan jenis metode pembelajaran yang lain. Kemudian, apa sajakah
kekurangan dari metode group investigation (Setyaningsih, 2013), yaitu sebagai berikut:

1. Siswa yang memiliki potensi dalam berpikir yang rendah, tidak begitu aktif di kelas dan
dalam diskusi, menjadikan metode group investigation tidak dapat berjalan dengan baik.
2. Siswa yang berperan sebagai anggota kelompok, belum tentu bersedia untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Hal tersebut disebabkan mereka hanya
memberikan kepercayaan penuh pada ketua yang ada dalam kelompoknya.
3. Teman yang memiliki daya pikir yang lemah, pada umumnya hanya bisa mengikuti
teman dalam kelompok.

Penjelasan di atas semoga mampu memberikan gambaran pada saudara tentang pengertian,
langkah, kelebihan dan kelemahan dari metode group investigation. Selamat belajar.

Referensi:

1. Suardi, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.


2. Maryani, I dan Fatmawati, L. 2015. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran di
Sekolah Dasar: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Deepublish.
3. Fatmawati, S., dkk. 2015. Desains Laboratorium Skala Mini untuk Pembelajaran Sains
Terpadu. Yogyakarta: Deepublish.
4. Setyaningsi, R. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigatiom untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Pesawat Sederhana pada Siswa Kelas V
Sekolah Dasar Negeri 3 Selakambang Kabupaten Purbalingga. Skripsi. UNNES:
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

6
Metode Demonstrasi: Pengertian hingga
Kelemahan
Artikel ini akan memberikan penjelasan tentang metode pembelajaran dengan teknik
demonstrasi. Apakah yang dimaksud dengan metode demonstrasi? Bagaimanakah penerapan
metode demonstrasi dalam pembelajaran? Akan dijelaskan dalam artikel ini secara panjang lebar.
Semoga artikel ini akan dapat membantu saudara dalam memahami tentang metode demonstrasi.

Pengertian Metode Demonstrasi


Apakah metode demonstrasi? Metode demonstrasi dalam pembelajran merupakan salah satu
metode yang digunakan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Di mana dalam metode ini
disajikan suatu prosedur maupun tugas, kemudian tentang tata cara penggunaan alat, dan tentang
bagaimana melakukan interaksi dengan klien. Tata cara pelaksanaan metode demonstrasi dalam
dilakukan secara langsung.

Selain dengan cara langsung, dapat pula dilakukan dengan cara melalui media, seperti
penggunaan video maupun film. Siswa diminta untuk mendengar dan melihat prosedur, langkah
– langkah. Kemudian mendengarkan dan melihat penjelasan – penjelasan yang diterangkan
secara mendasar. Fokus perhatian dalam penerapan metode demonstrasi yaitu menekankan pada
tujuan – tujuan dan hal – hal yang menjadi pokok penting.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam metode demonstrasi, siswa akan
disajikan sejumlah prosedur maupun langkah yang perlu dilakukan siswa, dengan menggunakan
alat yang disediakan untuk mencapai suatu tujuan. Lalu bagaimanakah pedoman pelaksanaan
metode demonstrasi? Berikut ini akan dijelaskan tentang pelaksanaan metode demonstrasi.

Pedoman Pelaksanaan Metode Pembelajaran dengan


Teknik Demonstrasi
Terdapat beberapa langkah yang harus diikuti oleh guru, ketika akan menerapkan metode
demonstrasi. Langkah – langkah tersebut dibagi ke dalam 4 bagian, yaitu persiapan, sebelum
demonstrasi, pelaksaan demonstrasi, dan setelah demonstrasi. Masing – masing langkah tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap persiapan. Pada tahapan ini, terdapat beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh
guru untuk menerapkan metode demonstrasi ini, yaitu sebagai berikut.
2. Mengidentifikasi suatu bacaan maupun kegiatan yang perlu untuk dilakukan oleh siswa
sebelum pelaksanaan demonstrasi.
3. Petunjuk tertulis dapat digunakan untuk melaksanakan demonstrasi yang bersifat rumi.
Tujuannya adalah membantu dalam mengarahkan pelaksanaan observasi selama
melaksanakan demonstrasi.
4. Pemberian latihan sebelum melakukan kegiatan demonstrasi. Tujuan pelatihan ini agar
dapat melaksanakan prosedur dengan lebih terampil.
5. Mengukur jumlah waktu yang diperlukan. Hal ini kaitannya dengan tahap persiapan,
demonstrasi, pelaksanaan diskusi setelah melakukan demonstrasi, demonstasi ulang yang
dilakukan oleh siswa, dan merapikan kembali alat – alat yang telah digunakan dalam
demonstrasi.
6. Sebelum demonstrasi. Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang dilakukan oleh
gur. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
7. Menyiapkan materi dan alat sebelum siswa tiba. Kemudian, melakukan uji coba terhadap
alat. Tujuannya untuk mengecek kesiapan alat yang akan digunakan dalam demonstrasi.
8. Mengatur penempatan alat dan materi sebaik mungkin, sehingga dapat dilihat oleh semua
siswa.
9. Menjelaskan tujuan dari demonstrasi dan menjelaskan gambaran dari prosedur
pelaksanaannya.
10. Menjelaskan setiap materi yang akan diterangkan dalam demonstrasi dan alat yang
digunakan.
11. Mendiskusikan tentan beberapa prinsip penting dalam kegiatan demonstrasi,

7
12. Mengidentifikasi hal – hal yang penting yang perlu untuk diobservasi selama pelaksanaan
demonstrasi.
13. Mengecek kembali tentang apakah semua siswa dapat melihat demonstrasi.
14. Pelaksanaan demonstrasi. Pada tahapan ini, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan
oleh guru. Hal – hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
15. Mendemonstrasikan setiap langkah prosedur secara teratur. Tujuannya agar semua siswa
dapat mengikuti.
16. Menguraikan suatu prosedur sambil memberikan demonstrasi dan menekankan pada hal
– hal yang penting.
17. Menghindari hal – hal mendetail yang bersifat tidak penting.
18. Menekankan tentang cara dalam melaksanakan prosedur, bukan pada cara yang tidak
perlu untuk dilakukan.
19. Memantau setiap langkah yang dilakukan dalam demonstrasi.
20. Setelah demonstrasi. Pada tahapan ini memuat beberapa tindakan yang harus dilakukan
oleh guru. Tindakan – tindakan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
21. Mengulangi demonstrasi atau setiap langkah yang dilakukan, apabila siswa perlu untuk
mengadakan observasi lanjutan atau dinamakan dengan redemonstrasi.
22. Mendiskusikan tentang prosedur, segera setelah demonstrasi. Kemudian, mengulang hal
– hal yang dianggap penting.
23. Memberikan kesempatan siswa untuk mengamati praktik sesuai dengan perbedaan dalam
diri siswa. Perbedaan tersebut dapat mencakup tentang lamanya praktik, umpan balik
yang diberikan, dan suatu reinforcement.
24. Memperhatikan siswa yang mengalami kidal atau menulis dengan tangan yang berbeda
pada umumnya (penggunaan tangan kiri).
25. Mengevaluasi hasil dari demonstrasi dan mengidentifikasi daerah yang perlu diadakan
modifikasi.

Menurut penjelasan di atas terdapat empat langkah yang harus dilakukan guru, ketika
menerapkan metode pembelajaran dengan teknik demonstrasi. Setelah memahami empat langkah
tersebut, sebenarnya kita juga perlu mengetahui, apa sih sebenarnya tujuan dari metode
demonstrasi? Perhatikan baik – baik, penjelasan di bawah ini.

Tujuan dari Metode Pembelajaran dengan Teknik


Demonstrasi
Penerapan metode demonstrasi, bukannya tanpa tujuan. Tujuan dari metode jenis ini yaitu:

1. Melalui metode demonstrasi, siswa mampu memperoleh gambaran yang jelas. Gambaran
yang jelas yang dimaksudkan di sini yaitu kaitannya dalam proses mengatur waktu,
proses untuk membuat sesuatu, proses tentang bekerjanya sesuatu, proses untuk
mengerjakan atau menggunakan sesuatu, harapannya dalam membentuk sesuatu,
melakukan perbandingkan terhadap suatu cara yang lain.
2. Melalui metode demonstrasi, siswa dapat mengetahui dan melihat tentang kebenaran dari
sesuatu yang didemonstrasikan.

Ternyata dalam menerapkan metode demonstrasi terdapat tujuan – tujuan tertentu yang hendak
dicapai oleh guru pada siswa. Selanjutnya, bagaimanakah proses dalam pembimbingan guru
dalam metode demonstrasi? Jawaban tersebut akan kamu jumpai di pembahasan selanjutnya.

Proses Pembimbingan dan Metode Demonstrasi


Terdapat beberapa proses pembimbingan yang perlu dilakukan guru pada siswa, ketika seorang
guru memilih untuk menerapkan metode pembelajaran jenis demonstrasi tersebut. Proses –
proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Guru perlu untuk menyiapkan dalam pengaturan tempat yang mungkin digunakan dalam
demonstrasi, sehingga hal – hal yang didemonstrasikan dapat dilihat secara jelas oleh
siswa.
2. Menjelaskan tentang tujuan dari pelaksanaan demonstrasi.

8
3. Menjelaskan serta memberikan petunjuk tentang bahan dan alat yang akan digunakan
dalam demonstrasi.
4. Mendiskusikan beberapa prinsip penting yang dilakukan dalam kegiatan demonstrasi.
5. Melakukan identifikasi pada hal – hal yang perlu dilakukan observasi selama pelaksanaan
demonstrasi berlangsung.
6. Melakukan demonstrasi pada setiap prosedur dan memberikan penekanan pada bagian –
bagian yang dianggap penting.
7. Memantau setiap langkah yang dilakukan dalam kegiatan demonstrasi.
8. Memberikan instruksi untuk melakukan demonstrasi kembali atau dinamakan dengan
redemonstrasi.
9. Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan evaluasi pada diri sendiri maupun
kelompok. Evaluasi dilakukan pada lamanya waktu yang digunakan dalam demonstrasi
dan kesulitan yang dihadapi selama kegiatan demonstrasi.
10. Memberikan umpan balik pada siswa dan reinforcement.
11. Melakukan evaluasi terhadap proses dan mengidentifikasi tentang kemungkinan dalam
melaksanakan modifikasi.

Sudah pahamkan proses pembimbingan dalam metode demonstrasi, selanjutnya apa sajakah
kelebihan dan kekurangan dari metode demonstrasi? Perhatikan di bawah ini.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi


Kelebihan dari metode demonstrasi, yaitu proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan konkret,
siswa dapat dengan mudah mempelajari, pengajaran menjadi menarik, dan siswa dirangsang
untuk aktif dalam menghubungkan antara teori dan praktek. Kelemahan dari metode demonstrasi
yaitu memerlukan keterampilan guru secara khusus, fasilitas yang mendukung, dan kesiapan dan
perencanaan yang matang untuk demonstrasi.

Penjelasan di atas semoga dapat memberikan pengetahuan pada saudara tentang metode
demonstrasi dan menerapkannya dalam sebuah praktek nyata. Selain metode ini masih ada
Metode Pembelajaran Snowball Throwing, pelajari juga metode tersebut untuk menambah
ilmu saudara. Semoga sukses selalu.

9
Metode Inquiry: Pengertian hingga
Kelemahan
Artikel ini akan memberikan penjelasan tentang salah satu metode pembelajaran dengan
menggunakan teknik inquiry. Apakah yang dimaksud dengan teknik inquiry? Hal tersebut akan
di jawab dalam artikel ini. Selain itu, masih banyak hal lagi yang akan dijabarkan secara
mendetail dalam artikel ini. Perhatikan dan cermatilah dengan baik – baik setiap pembahasan
yang dimuat dalam artikel ini. Semoga dapat memberikan manfaat bagi saudara untuk
mengetahui tentang hal – hal yang berhubungan dengan metode pembelajaran dengan teknik
inquiry.

Pengertian Metode Pembelajaran dengan Teknik Inquiry


Apakah yang dimaksud dengan metode inquiry? Santoso (2010) menyatakan bahwa metode
inquiry yaitu salah satu metode yang dapat digunakan dalam pelatihan, di mana pelatih dapat
membagi tugas untuk meneliti suatu masalah pada masing – masing peserta yang terlibat dalam
pelatihan. Metode ini menekankan pada kegiatan peserta untuk mencari dan menemukan suatu
masalah. Perserta bertindak sebagai subjek belajar yang dituntut untuk mandiri.

Ketika metode inquiry ini diterapkan dalam suatu pelatihan, peserta bukan hanya menerima
materi yang diberikan oleh seorang pelatih. Peserta juga harus menemukan sendiri inti dari
materi pelatihan yang diberikan oleh pelatih. Pelatih dalam metode inquiry bertindak sebagai
fasilitator, sekaligus motivator. Kegiatan pembelajaran ini, dilakukan dengan cara proses tanya
jawab yang dilakukan antara pelatih dan peserta.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam metode inquiry, peserta atau siswa
bertindak sebagai subjek dalam belajar, mereka memiliki hak untuk menemukan sendiri materi
yang diajarkan dan masalah yang akan dijumpai dan guru atau pelatih bertindak sebagai
fasilitator dan motivator. Sebenarnya, apakah tujuan dari metode inquiry? Jawaban tersebut akan
diperoleh pada pembahasan yang selanjutnya. Selain metode ini, pelajari juga
Metode Pembelajaran Group Investigation.

Tujuan dari Metode Pembelajaran dengan Teknik Inquiry


Menerapkan suatu metode pembelajaran, bukannya tanpa tujuan. Tentunya ada tujuan – tujuan
yang ingin dicapai. Sama hal nya dengan metode inquiry juga memiliki tujuan dalam
penerapannya. Tujuan dari metode inquiry yaitu untuk mengembangkan kemampuan siswa atau
peserta agar dapat berpikir secara logis, kritis, dan sistematis. Selain itu metode inquiry bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan intelektual yang dimiliki oleh siswa atau peserta, sebagai
bagian dari proses mental mereka.

Mengembangkan kemampuan berpikir dan intelektual menjadi tujuan utama dalam metode
pembelajaran dengan teknik inquiry. Selanjutnya, bagaimanakah prinsip – prinsip dalam
menerapkan metode pembelajaran dengan teknik inquiry? Perhatikan penjelasan di bawah ini.

Prinsip – Prinsip dalam Metode pembelajaran dengan


teknik Inquiry
Metode pembelajaran dengan teknik inquiry memuat beberapa prinsip penting yang harus
diketahui untuk dilaksanakan oleh guru. Prinsip – prinsip tersebut menurut Suardi (2015) yaitu
pengetahuan bersifat tentatif atau berubah – ubah, manusia memiliki keingin tahuan yang
bersifat alamiah, dan manusia mampu mengembangka individuality yang bersifat mandiri.
Masing – masing prinsip tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam prinsip pertama yaitu ilmu
pengetahuan bersifat tentatif, artinya perlu pelaksanaan suatu penelitian yang bersifat
berkelanjutan.

10
Prinsip kedua yaitu manusia memiliki rasa ingin tahu yang bersifat alamiah, artinya manusia
berheka untuk melakukan eksplorasi untuk menambahkan atau memperoleh pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya. Prinsip ketiga yaitu manusia mampu mengembangkan individuality secara
mandiri, artinya merujuk pada pengenalan terhadap jati diri sendiri dan sikap alamiahnya.

Ketiga prinsip penting dari metode pembelajaran dengan teknik inquiry, setidaknya menjadi
gambaran bagi guru yang ingin melaksanakan metode jenis ini dalam kegiatan pembelajarannya.
Kemudian, bagaimanakah langkah – langkah dari metode pembelajaran dengan teknik inquiry
ini? Pertanyaan tersebut akan kamu temukan jawabannya di pembahasan yang selanjutnya.

Langkah – langkah dalam Melaksanakan Metode


Pembelajaran dengan Teknik Inquiry
Bagaimana langkah – langkah metode inquiry? Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan
oleh guru, ketika menerapkan metode inquiry. Langkah – langkah tersebut (Suardi, 2015), yaitu
menghadapkan pada suatu masalah, menemukan suatu masalah, mengkaji data yang diperoleh
dan melakukan eksperimen, mengorganisasikan, merumuskan dan menjelaskan hasil yang
diperoleh, serta terakhir, melakukan analisis.

Masing – masing langkah dalam metode inquiry dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Menghadapkan pada masalah. Artinya dalam langkah ini guru perlu menjelaskan
prosedur yang dilakukan dalam penelitian, menyajikan beberapa situasi yang saling
bertentangan satu sama lain untuk menemukan masalah.
2. Menemukan suatu masalah. Artinya dalam langkah ini perlu memeriksa tentang hakikat
dari objek dan kondisi yang sedang dihadapi dan memeriksa munculnya suatu masalah.
3. Mengkaji data yang diperoleh dan melakukan eksperimen. Artinya dalam langkah
individu yang melakukan kegiatan eksperimen perlu untuk mengisolasi variabel yang
sesuai, kemudian merumuskan hipotesis – hipotesis yang sesuai dengan variabel yang
ditemukan.
4. Mengorganisasikan, merumuskan, dan menjelaskan. Hal ini berkaitan dengan
mengorganissikan hasil yang diperoleh, kemudian di rumuskan, dan menjelaskan hasil
tersebut.
5. Melakukan analisis. Artinya melakukan analisis pada proses penelitian, sehingga dapat
diperoleh prosedur yang lebih efektif lagi.

Pada metode ini, terdapat beberapa reaksi yang diharapkan dalam muncul dalam diri siswa.
Reaksi tersebut (Suardi, 2015), antara lain:

1. Siswa mampu mengajukan suatu pertanyaan secara lugas dan jelas.


2. Siswa diberikan suatu kesempatan untuk memperbaiki pertanyaan yang telah diajukan.
3. Menunjukkan pada siswa tentang butir – butir yang kurang sesuai.
4. Menyediakan siswa mengenai layanan bimbingan tentang teori yang akan digunakan
dalam kegiatan ini.
5. Siswa diberikan kebebasan secara intelektual.
6. Guru memberikan dorongan dan dukungan terhadap interaksi yang ditunjukkan siswa,
hasil eksplorasi yang dilakukan siswa, formulasi, dan generalisasi yang dilakukan oleh
siswa.

Metode pembelajaran yang menerapkan teknik inquiry ini membutuhkan sarana pembelajaran
yang mendukung bagi siswa. Sarana pembelajaran tersebut mencakup (Suardi, 2015)

1. Materi yang bersifat konfrontatif, tujuannya untuk meningkatkan proses intelektual


siswa, strategi dalam penelitiannya.
2. Masalah yang diberikan dapat menantang siswa untuk melakukan suatu penelitian.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh oleh
guru dalam mengembangan metode inquiry. Pembahasan yang selanjutnya akan memberikan
penjelaskan tentang apa sajakah kelebihan dan kelemahan dari metode inquiry? Di bawah ini
akan diberikan penjelasan tentang hal tersebut.

11
Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran dengan
Teknik Inquiry
Berikut ini akan diberikan penjelasan tentang kelebihan dan kelemahan dari metode inquiry.
Kelebihan dari metode inquiry menurut Santoso (2010), yaitu sebagai berikut.

1. Metode inquiry mendorong individu untuk berpikir secara objektif, jujur, dan terbuka,
dan mampu mengembangkan inisiatif sendiri.
2. Metode inquiry meminta individu untuk mengembangkan sikap berpikir kritis, logis, dan
sistematis, melalui situasi pembelajaran yang merangsang kemampuan individu.
3. Metode inquiry dapat membantu individu untuk membentuk dan mengembangkan
konsep diri yang baik, pada individu.
4. Metode inquiry mendorong individu untuk menggunakan kemampuan berpikir secara
intuitif dan mampu merumuskan sendiri hipotesis dalam penelitiannya.

Selanjutnya, kelemahan yang dimiliki oleh metode inquiry menurut Santoso (2010), yaitu
sebagai berikut.

1. Menerapkan metode inquiry membutuhkan waktu untuk mendayagunakan kemampuan


individu dalam memperoleh pengertian yang baik tentang sebuah konsep.
2. Metode inquiry membutuhkan waktu yang lama dalam penerapannya, sehingga terkadang
waktu menjadi kendala untuk melaksanakan metode ini.

Kelebihan dan kelemahan dari metode inquiry menjadi penutup dalam penjelasan yang konkret
tentang metode pembelajaran jenis ini. Selamat belajar dan sukses selalu.

12
Pengertian Model Pembelajaran Role Playing
Model pembelajaran role playing merupakan suatu aktivitas yang dramatik, biasanya
ditampilkan oleh sekelompok kecil siswa, bertujuan mengeskploitasi beberapa masalah yang
ditemukan untuk melengkapi partisipan dan pengamat dengan pengalaman belajar yang
nantinya dapat meningkatkan pemahaman mereka (Sharan and Yael, 1976).

Lebih lanjut Sharan dan Yael (1976) berpendapat bahwa pelaksanaan role playing didasarkan
pada asumsi bahwa siswa harus menemukan sendiri aplikasi dari rangkaian hubungan yang
ditampilkan. Semua pemain dan observer bersama-sama menganalisa dan mendiskusikan
permainan tersebut termasuk di dalamnya hal – hal yang terlibat, fungsinya, proses yang
ditampilkan, asumsi dan perasaan pemain seperti yang telah digambarkan.

Model pembelajaran role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa yang di dalamnya terdapat aturan, tujuan, dan
unsur senang dalam melakukan proses belajar mengajar. Santoso (2011)

Jill Hadfield dalam Santoso (2011) menguatkan bahwa role playing adalah sejenis permainan
gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang.

Wikipedia (2012) juga mengemukakan bahwa role playing adalah sebuah permainan yang para
pemainnya memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah
cerita bersama.

Hal ini diperkuat pendapat Hadari Nawawi dalam Kartini (2007) yang menyatakan bahwa
bermain peran (role playing) adalah mendramatisasikan cara bertingkah laku orang-orang
tertentu dalam posisi yang membedakan peranan masing-masing dalam suatu organisasi atau
kelompok di masyarakat.

Model role playing atau bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan itu dilakukan dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati
(Depdikbud, 1987 dalam Prasetyo, 2001).

Sedangkan menurut Miftahul Huda (2013:115) menjelaskan esensi role playing adalah
keterlibatan partisipan dan peneliti dalam situasi permasalahan dan adanya keinginan untuk
memunculkan resolusi damai serta memahami apa yang dihasilkan dari keterlibatan langsung
ini.

Role playing berfungsi untuk mengeksplorasi perasaan siswa, mentranfer dan mewujudkan
pandangan mengenai perilaku, nilai dan persepsi siswa, mengembangkan skill pemecahan
masalah dan tingkah laku, dan mengekplorasi materi pelajaran dengan cara yang berbeda.

13
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing

( Mulyadi 2011:136) :

1) Guru menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

2) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum
Kegiatan Belajar Mengajar.

3) Guru membentuk kelompok yang anggotanya lima orang (menyesuaikan jumlah siswa).

4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan.

6) Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang


diperagakan.

7) Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberi lembar kerja untuk membahas
penampilan yang selesai diperagakan.

8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.

9) Guru memberi kesimpulan secara umum.

10) Evaluasi

11) Penutup

Langkah-langkah Model Pembelajaran Role Playing


Menurut Shaftels (1974) dalam Joyce dan Weil (1980) ada sembilan langkah pelaksanaan role
playing :

1. Memotivasi kelompok, yaitu membagi kelompok peran dan melibatkan siswa


memperkenalkan suatu masalah.

2. Memilih pemeran, yaitu siswa dan guru menguraikan karakter yang mereka pilih serta
dimulainya permainan, guru menugaskan suatu peran siswa yang dilibatkan.

3. Menyiapkan pengamat, yaitu mengamati jalannya kegiatan oleh guru.

4. Menyiapkan tahap-tahap permainan peran, yaitu guru menjelaskan tahap tahap


permainannya dan menyiapkan naskah.

5. Menetapkan pemain peran masing-masing kelompok.

6. Mendiskusikan dan mengevaluasi oleh guru dan siswa dalam penafsiran peran.

7. Menampilkan kembali peran yang diemban.

8. Mendiskusikan dan evaluasi peran.

9. Berbagai pengalaman dan menarik kesimpulan.

14
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Role Playing

kelebihan model ini adalah, sebagai berikut:

1) Menarik perhatian siswa karena masalah-masalah sosial berguna bagi mereka.

2) Siswa berperan seperti orang lain, sehingga ia dapat merasakan perasaan orang lain,
mengakui pendapat orang lain itu, saling pengertian, tenggang rasa, toleransi.

3) Melatih siswa untuk mendesain penemuan.

4) Berpikir dan bertindak kreatif.

5) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis karena siswa dapat menghayatinya.

6) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

7) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang


dihadapi dengan tepat.

8) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja
(Djumingin, 2011: 175-176).

9) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh;

10) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan
pengalaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan;

11) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh
antusias;

12) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi (Santoso, 2011).

Kelemahan-kelemahan penggunaan role playing :

1) Model bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.

2) Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini
tidak semua guru memilikinya.

3) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini (Djumingin, 2011: 175-176).

4) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu
adegan tertentu.

5) Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat
memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai (Santoso,
2011).

Sebagai suatu model pembelajaran role playing mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan (Djamarah dan Aswan, 1997: Hasibuan dan Moedjiono, 1995 : Prasetyo, 2001)

15
Kelebihan role playing

1) Siswa melatih dirinya untuk memahami, mengingat dan menghayati isi cerita yang harus
diperankan.

2) Siswa akan terlatih berinisiatif dan berkreasi.

3) Kegiatan ini menyenangkan, sehingga siswa akan wajar terdorong untuk berpartisipasi.

4) Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina sebaik mungkin, sehingga interaksi
siswa terjadi dengan baik.

5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan
sesama.

6) Memvisualisasikan hal-hal yang abstrak.

7) Melatih berfikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses.

8) Menimbulkan respon positif dari siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang memotivasi.

9) Bakat yang ada pada diri siswa dapat dipupuk, sehingga dimungkinkan akan muncul bibit seni
drama di sekolah.

Kekurangan role playing

1) Sebagian besar siswa yang tidak bermain peran dapat menjadi kurang aktif, dengan itu siswa
mempersiapkan diri untuk bermain peran yang ditugaskan oleh guru dengan memotivasi siswa
dengan suatu penilaian sehingga siswa aktif dan serius menjalankannya.

2) Banyak memakan waktu, baik persiapan dalam rangka memahami isi maupun pada
pelaksanaan pertunjukkan. Maka guru memotivasi siswa yaitu dengan memberikan suatu
penegasan agar serius dalam melakukan kegiatan tersebut.

3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas,
dengan itu dapat menggunakan ruangan lain seperti aula, tapi dengan ruangan kelas siswa
dapat berkonsentrasi penuh pada pelajaran dan model yang digunakan.

4) Sering kelas lain terganggu oleh suara para pemain dan penonton yang kadang bertepuk
tangan, tertawa dan lain sebagainya. Maka guru memberikan batasan siswa dalam memberikan
suport tersebut dengan alasan dapat mengganggu kelas lain.

5) Menuntut imajinasi siswa dan guru, dengan begitu siswa dapat sepenuhnya mengerti dan
memahami suatu materi dengan model tersebut.

Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.


b. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.
d. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

16
17

Anda mungkin juga menyukai