Universitas Trisakti
2019
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKAG
1.2 TUJUAN
PENDAHULUAN
1. UJP PLTU Banten 1 Suralaya, Cilegon terletak di sebelah Timur PLTU Suralaya I
s/d 7 eksisting, Desa Suralaya Kecamatan Pulau Merak, Kotamadya Cilegon
Provinsi Banten. PLTU dengan kapasitas 1 X 625 MW melengkapi PLTU
Suralaya 1-7 yang telah beroperasi terlebih dahulu sejak 1984. Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono meresmikan PLTU ini pada 28 Desember 2011.
2. UJP PLTU Banten 2 Labuan, berlokasi di Desa Saketi Labuan Pandeglang,
Provinsi Banten. PLTU Labuan mempunyai kapasitas 2 X 300 MW dengan
kapasitas total 600 MW. PLTU Labuan dioperasikan oleh Unit Jasa Pembangkitan
(UPJ) PLTU Banten 2 Labuan yang dikelola oleh PT Indonesia Power setelah
diserahterimakan oleh Cengda sebaai pengebangan pembankit tersebut. Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan PLTU Labuan Unit I pada 28 Januari
2010.
3. UJP PLTU Banten 3 Lontar, Tangerang memiliki kapasitas terpasang 3 X 315
MW dengan kapasitas total 945 MW. Terletak di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri,
Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten. PLTU Lontar dioperasikan oleh Unit
Jasa Pembangkitan (UJP) yang berada di bawah pengelolaan PT. Indonesia Power.
4. UJP PLTU Jabar 2 Pelabuhan Ratu, Sukabumi memiliki kapasitas sebesar 3 X 350
MW dengan kapasitas total sebesar 1050 MW
5. UJP PLTU Jawa Tengah Adipala, merupakan pembangkit listrik PPDE 1 yang
terakir dibangun di Pulau Jawa dikelola (O&M) oleh PT. Indonesia Power melalui
Unit Jasa Pembangkitan (UJP) PLTU 2 Adipala. Pembangkit ini memiliki
kapasitas 1 X 660 MW. Berbeda dengan pembangkit PPDE lainnya, pembangkit
ini menggunakan Supercritical Boiler dengan tekanan uap mencapai 25,4 Mpa.
Saat ini pembangkit ini masih dalam masa konstruksi dan komisioning.
6. UJP PLTU Pangkalan Susu, berada di desa Tanjung Pasir Kec Pangkalan Susu,
Kab Langkat, Provinsi Sumatra Utara. PLTU Pangkalan Susu dengan adya
terpasang 2 X 2200 MW dengan kapasitas total 400 MW. Direncanakan COD
PLTU Pangkalan Susu pada 15 Oktober untuk unit 2 dan 15 Desember 2014 untuk
unit 1. PLTU Pangkalan Susu di bangun diatas area seluas 105 Ha.
7. UJP PLTGU Cilegon, Serang dengan kapasitas 740 MW
8. UJP PLTU Barru, Sulawesi Selatan dengan kapasitas 100 MW
9. UJP PLTU Jeranjang, Lombok Barat dengan kapasitas 75 MW
10. UJP PLTU Sanggau, Kalimantan Barat dengan kapasitas 14 MW
11. UJP PLTU Houltecamp, Jayapura dengan kapasitas 20 MW
12. UJP PLTU Sintang, Kalimantan Barat dengan kapasitas 63 MW
PT Indonesia Power juga memiliki 3 Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan (UPJP)
dengan total kapasitas terpasang sebesar 2.289 MW berikut DMN (Daya Mampu Netto)
per 1 Mei 2018 adalah:
1. UPJP Bali, Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan (UPJP) Bali berlokasi di
Denpasar, Bali mengelola 11 unit Pembangkit Tenaga Listrik Diesel (PLTD) dan
6 unit Pembangkit Tenaga Gas (PLTG) dengan total kapasitas terpasang sebesar
381,63 MW yang terletak di Pesanggaran-Denpasar, Gilimanuk dan Pemaron.
UPJP Bali memasok kebutuhan energi listrik di Pulau Bali yang kekurangannya
dipasok sistem Jawa-Bali melalui kabel laut dari Ketapang (P.Jawa) ke Gilimanuk
(P.Bali). pembentukan UPJP Bali pada 3 Maret 2014 yang selain mengelola
pembangkit yang dimiliki Indonesia Power, Juga mengelola jasa OM di Indonesia
Timur yang terdiri dari: PLTU Barru, Makasar; PLTU Ulumbu, NTI; PLTU
Jeranjang, Lombok; PLTU Haultecamp, Papua; PLTU Ambon dan PLTU Sangau
Kalimantan Barat.
2. UPJP Priok, berlokasi di pantai utara Jakarta mengelola 14 unit dengan 8 unit
PLTGU dan 6 Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan total kapasitas
terpasang 1.196,08 MW. UPJP Priok mengoperasikan 6 unit Pusat Listrik Tenaga
Diesel (PLTD) di Senayan berkapasitas 16,08 MW yang menjamin pasokan untuk
kebutuhan sidang- sidang MPR, serta mengelola jasa O&M milik PLN yaitu
PLTGU Priok Blok 3 dengan kapasitas terpasang 740 MW.
3. UPJP Kamojang, mengelola 7 unit Pembangkit Tenaga Listrik Panas Bumi yang
berkapasitas sebesar 375 MW. Pembangkit - pembangkit tersebut dioperasikan
oleh 3 Sub Unit yaitu PLTP Kamojang (3 Unit) di Kabupaten Bandung, PLTP
Drajat (1 Unit) di Kabupaten Garut dan PLTP Gunung Salak (3 Unit) di
Kabupaten Sukabumi. Selain itu UPJP Kamojang juga mengelola jasa O&M milik
PLN yaitu PLTP Ulumbu dengan kapasitas terpasang 4 x 2,5 MW. Panas bumi
merupakan salah satu sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) dan
ramah lingkungan.
PT Indonesia Power juga mempunyai bisnis jasa pemeliharaan pembangkit listrik yang
diberi nama Unit Jasa Pemeliharaan (UJH) yang berkantor di jalan KS Tubun, Jakarta.
Unit Jasa Pemelihara (UJH) didirikan pada tahun 1996 dengan bisnis utamanya
menjalankan jasa pemeliharaan mesin-mesin pembangkit, jasa pengujian alat mesin,
kalibrasi instrumentasi, dan commissionig di lingkungan PT Indonesia Power dan
perusahaan-perusahaan lain. UJH telah mengadakan kerjasama dalam menangani
berbagai proyek pemeliharaan pembangkit baik yang berada di dalam negri maupun di
luar negri, diantaranya rabigh power plant di Saudi Arabia. IP juga mempunyai anak
perusahaan yang bergerak di bidang trading batubara yaitu PT Artha Daya Coalindo.
Sedangkan PT Cogindo DayaBersama adalah anak perusahaan IP yang bergerak di
bidang co-generation dan energy outsourcing.
2.3. SISTEM OPERASI UNIT PEMBANGKIT SAGULING
Gambar 2.3 a
Unit Pembangkit (UP) Saguling
Unit Pembangkitan (UP) Saguling yang mempinyai VISI, MISI, KOMPETENSI INTI,
serta TATA NILAI PERUSAHAAN sebagai berikut:
VISI:
Menjadi perusahaan energi terpercaya yang tumbuh berkelanjutan.
MISI:
Menyelenggarakan bisnis pembangkitan tenaga listrik dan jasa terkait yang bersahabat
dengan lingkungan.
KOMPETENSI INTI:
Operasi pemeliharaan pembangkit dan pengembangan pembangkit.
TATA NILAI PERUSAHAAN:
IP. AKSI
(integritas, profesional, proaktif, sinergi)
Unit Pembangkit Saguling merupakan salah satu Unit Pelaksana Pengusahaan yang
berada di bawah PT. INDONESIA POWER dan sebelumnya bernama PLN Sektor
Saguling terbentuk sesuai surat PLN Pusat No 064/DIR/1984 tanggal 10 Mei 1984 yang
mengelola PLTA Saguling. Dengan adanya perubahan Struktur Organisasi dalam rangka
menuju ke arah spesialisasi, maka keluar surat keputusan pemimpin PLN pembangkitan
dan penyaluran Jawa bagian Barat No. 001.K/030/DIR/1995 tanggal 16 Oktober 1995,
yaitu yang semula mengelola 1 (satu) Unit PLTA ditambah 7 (tujuh) Unit PLTA.
Sekarang yang dikelola Unit Pembangkitan Saguling menjadi 8 (delapan) Unit, yaitu:
PLTA Tahun Operasi Daya Terpasang Total (MW)
Saguling 1985, 1986 4 X 175,18 700,72
Kracak 1827, 1858 3 X 6,30 18,90
Ubrug 1924 2 X5,94 18,36
1950 1 X 6,48
Plengan 1922 3 X 1,08 6,87
1982 1 X 2,02
1996 1 X 1,61
Lamajan 1955 3 X 6,52 19,56
Cikalong 1925, 1934 3 X 6,40 19,20
Bengkok & Dago 1961 3 X 1,05 3,85
1 X 0,7
P. Kondang 1923 2 X 2,49 9,90
2 X 2,46
Jumlah Daya Terpasang 797,36
PLTA Saguling terletak sekitar 30 Km sebelah Barat kota Bandung dan 100 Km sebelah
tenggara kota Jakarta dengan kapasitas terpasang 4 X 174,18 MW dan produksi listrik
rata-rata per-tahun = 2158 GWH (CF=35,12%). Fungsi PLTA Saguling dalam sistem
kelistrikan se-Jawa & Bali, selain untuk memikul beban puncak juga berfungsi sebagai
pengatur frekuensi sistem, hal ini dimungkinkan dengan diterapkannya peralatan LFC
(Load Freqwency Control) di PLTA Saguling.
Sampai saat ini telah beroperasi 3 PLTA Sistem Kaskade di aliran sungai Citarum dan
salah satunya adalah PLTA Saguling yang lokasinya berada paling hulu. Sedangkan
dibagian hilirnya berturut-turut adalah PLTA Cirata dan PLTA Jatiluhur. Energi listrik
yang dihasilkan PLTA Saguling disalurkan melalui GITET Saguling dan
diinterkoneksikan ke sistem se-Jawa & Bali melalui saluran udara Tegngan Ekstra Tinggi
(SUTET 500 KV) untuk selanjutnya melalui GI-GI dan Gardu Distribusi disalurkan ke
konsumen dalam rangka pelestarian lingkungan, dilakukan pemantauan kualitas air
waduk, penghijauan daerah aliran sungai dan pembersihan sampah/gulma air secara
rutin. Dilaksanakan pemantauan Instrumentasi (Monitoring) yang meliputi survey,
Geoteknik, Instrumentasi DAM dan Sedimentasi. Sedangkan untuk pemantauan curah
hujan di DAS Citarum (Saguling) dan debit air masuk waduk serta air keluar pembangkit
di monitor dengan sistem Telementering.
Instalasi Waduk Saguling
Gambar 2.3 b
Waduk saguling
Waduk Bendungan
Duga muka air maks : ± 643,00 m Type : Urugan batu inti kedap air
Duga muka air min : ± 623,00 m Tinggi : 99,00 m
Luas waduk : 4869 Ha El. Pubncak bendugan: 650,20 m
Isi seluruhnya : 875 Juta m3 Panjang Bendungan : 301,40 m
Efektif : 611,5 Juta m3 Isi tubuh bendunga : 2,79Juta m
Turbin : Toshiba
Type : Francis Vertical
Kapasitas : 4 X 178,8 MW
Putaran : 333 Rpm
Debit pada Head Normal : 4 X 54,8 m/det
Head (Maks, Normal, Min) :363,6/355,7/343,4 m
Gambar 2.3 d
Turbin
Gambar 2.3 f
Skematik aliran air
Suatu PLTA biasanya dibangun pada suatu sungai yang mempunyai terjunan air sehingga
terdapat perbedaan ketinggian air antara bagian hulu sungai dengan sebelah hilirnya.
Semakin besar beda ketinggiannya maka akan semakin besar energi listrik yang dapat
dibangkitkan oleh PLTA tersebut. Agar terdapat perbedaan ketinggian yang lebih besar
pada suatu PLTA biasanya dibuat waduk dengan cara membendung aliran sungai
sehingga elevasinya naik, waduk juga berfungsi untuk menampung dan menyimpan air
sehingga dapat dimanfaatkan pada musim kemarau dimana aliran air di sungai tidak
cukup untuk mengoperasikan PLTA.
Gambar 2.3 g
Waduk PLTA Saguling
Waduk tersebut sebenarnya adalah sebuah danau yang dibuat dengan cara membuat
bendungan pada sungai. Dengan demikian jika PLTA tersebut memanfaatkan air dari
danau alam, maka tidak perlu lagi dibuat bendungan atau waduk. Selanjutnya air yang
tertampung pada waduk atau danau alam dialirkan melewati pintu pengambilan air
(intake) melewati saluran air. Saluran air yang mendatar tersebut dapat berupa saluran
terbuka (open channel), maupun saluran tertutup (tunnel), jika merupakan saluran
tertutup disebut sebagai saluran tekan (headrace tunnel) selanjutnya dialirkan melalui
pipa pesat (penstock).
Sebelum melalui pipa pesat, air biasanya melewati bangunan yang disebut tangki
pendatar (surge tank) yang berfungsi sebagai pengaman pipa pesat apabila terjadi
perubahan tekanan secara tiba-tiba pada pipa pesat akibat beroperasinya katup utama
(inlet valve). Namun jika pipa pesat tidak terlalu panjang seperti pada gambar kedua,
maka tidak diperlukan tangki pendatar. Setelah melewati pipa pesat, air masuk ke turbin
air melalui katup utama yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dari pipa
pesat ke turbin. Air tersebut memutar sudu-sudu turbin (runner) dan kembali ke sungai
melalui saluran pembuangan akhir (tailrace).
Poros turbin yang berputar tersebut dikopel dengan suatu generator sehingga generator
ikut berputar dan menghasilkan energi listrik pada tegangan tertentu sesuai dengan
generatornya. Selanjutnya tegangan tersebut dinaikkan pada trafo utama (main
transformer). Listrik yang telah dinaikkan tegangannya oleh trafo utama tersebut
disalurkan ke system interkoneksi tenaga listrik melalui suatu gardu induk (sub-station).
Besar energi yang dapat dibangkitkan pada pembangkit listrik tenaga air ditentukan oleh
2 (dua) faktor, yaitu :
1. Beda ketinggian antara bagian atas aliran air sebelum masuk pipa pesat dengan
ketinggian air saat keluar pipa pesat, atau lazim disebut sebagai Head.
2. Debit aliran air yang mengalir melalui pipa pesat dan menggerakkan turbin
Dengan demikian untuk mengetahui besar daya listrik yang dapat dihasilkan dari sebuah
sungai atau saluran, maka diperlukan data besar laju aliran air serta head yang tersedia
dari sungai tersebut. Debit atau laju aliran air adalah besar air (dalam m 3 atau liter) yang
mengalir per satuan waktu tertentu pada cross section dari sungai. Laju aliran air tersebut
biasanya diukur dalam meter kubik per detik (m3/s) atau liter per detik (l/s).
Sedangkan yang dimaksud dengan head atau tinggi jatuh adalah perbedaan ketinggian
(level) air antara reservoir atas (sebelum masuk pipa pesat) dengan ketinggian tempat
terletaknya turbin air.
Disamping faktor Head dan Debit tersebut di atas, maka yang tak kalah pentingnya dalam
menentukan besar daya yang akan dihasilkan oleh sebuah pembangkit listrik tenaga air
adalah faktor efisiensi. Efisiensi tersebut merupakan perkalian dari efisiensi komponen-
komponen yang dipakai pada seuatu pembangkit listrik tenaga air, yaitu mencakup
efisiensi laju aliran air pada pipa pesat, efisiensi turbin, efisiensi sistem transmisi
mekanik, efisiensi generator, transformer dan sistem transmisi energi listrik.
Daya teoritis (P) yang dapat dihasilkan oleh laju aliran air dan ketinggian tertentu
berbanding lurus (proporsional) dengan head H dan laju aliran (Q), sebagai berikut :
P = ρ x g x Q x H x η
dimana :
P = daya yang dihasilkan ( kW )
ρ = berat jenis air ( kg / m3 )
g = percepatan gravitasi ( m / s2 )
Q = debit aliran air ( m3 /s )
H = tinggi jatuh, head ( m )
η = efisiensi total
Sebagai contoh dari penggunaan rumus tersebut dapat kita coba menghitung daya PLTA
Saguling yang terdiri dari 4 turbin dengan kapasitas masing-masingnya 178,8 Mega
Watt.
Dari brosur yang ada tercantum bahwa PLTA Saguling mempunyai Head normal sebesar
355,7 meter dan debit pada Head normal sebesar 4 x 54,8 m3/detik.
Jika kita masukkan pada rumus di atas, maka kita akan peroleh angka sebagai berikut :
178.800 kW = 9,8 x 1 x 54,8 x 355,7 x η
Sehingga kita peroleh besar efisiensi η = 93,60 %
Angka 93, 60 % tersebut merupakan angka yang normal yang cukup baik dari efisiensi
turbin Francis pada suatu PLTA. Hal yang sama dapat kita lakukan untuk PLTA-PLTA
yang lain, yaitu dengan cara memasukkan data kapasitas daya, debit dan head pada rumus
di atas, sehingga diperoleh besar efisiensi total.
gambar 2.3.1 b
generator
2. Sistem utama generator terdapat 4 mesin yang terdapat di PLTA Saguling
berkapasitas 174 MW dengan total keseluruhan 797 MW. Memiliki 7 sub
unit di seluruh Jawa Barat berkapasitas 150 MW ke area.
Generator ini mampu membangkitkan 2500 MW daya ini cukup untuk 1
Provinsi. Jika terdapat masalah dan tidak dapat ditanggulangi maka
bendungan dapat bocor hingga menyebabkan banjir sampai ke Jakarta.
Dalam generator juga harus di cek kebersihannya setiap seminggu sekali
agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan, karena generator ini bukan
alat yang bisa dibilang kecil. Jika terlihat lampu generator nyala itu berarti
generator sedang beroperasi. biasanya tiap generator memiliki beban yaitu
daya atau energi yang dihasilkan. Beban yang dihasilkan biasanya
berbanding lurus dengan pemakaian. Misalnya 10 MW untuk 1
kota/1provinsi. Air yang dikeluarkan harus sama dengan beban yang
dikeluarkan.
Prinsip kerja dari generator ini adalah untuk mengkompetensikan air yang
dialiri melalui terowongan potensial ke kinetik hingga sampai ke turbin
yang dirubah melalui energi putar atau mekanik hingga menjadi energi
listrik yang dapat dialirkan ke masyarakat sekitar.
3. Pada ruangan generator terdapat total 5 lantai ke bawah. Pada lantai 1
(base) terdapat 2 trafo. Setiap generator memiliki exixtansinya sendiri
dapat dilihat dari trafonya. Jika salah satu trafo terganggu maka itu tidak
akan mengganggu kinerja trafo yang lain.
Gambar 2.3.1 c
Trafo 1 (Str 1)
Gambar 2.3.1 d
Trafo 2 (Str 2)
Selain trafo juga terdapat trafo ps yaitu trafo untuk pemakaian sendiri.
4. Gladstar, merupakan pembangkitan awal paling besar (Suralaya) dengan
stok daya 100 MW.
5. Trafo eksetasi mempunyai fungsi untuk memantau arus dan panel.
6. Alat untuk mengangkut, biasanya dipakai untuk mengangkut alat alat berat
yang dibutuhkan.
7. Tabung CO2, jika terjadi kebakaran di lantai bawah, di setiap lantai
disediakan tabung CO2 untuk memadamkan api.
8. Mepel, fungsinya adalah untuk menghubungkan dari generatir ke turbin.
Gambar 2.3.1 e
Mepel
9. Sistem hidrolik, adalah pipa yang berisikan oli untuk mengendalikan
peralatan di PLTA. Pipa ini tersambung dengan mesin ekstenjer untuk
pendinginan air dari oli panas agar menjadi dingin. Sistem ini juga
mengendalikan sistem menggunakan minyak bertekanan (±60 bar).
Gambar 2.3.1 f
Pipa oli
10. Turbin control, acuator, gov. Regulator, beerfungsi untuk melihat
parameter tekanan.
Gambar 2.3.1 g
Turbin control
11. Pengontrolan parameter, untuk mengaktifkan alat bantu secara manual.
Gambar 2.3.1 h
Parameter
12. Sistem Hidroling, adalah pengontrolan menggunakan air yang terdapat Ag2
di bagian bawah minyak yang bertekanan untuk membuka/menutup falek-
falek air.
Gambar 2.3.1 i
Sistem hidroling
13. Inlap felek, adalah alat yang membuka dan menutup aliran air dari dam ke
turbin.
2.3.2 MASALAH UP SAGULING
Masalah utama pada UP Saguling adalah pembuangan limbah-limbah cair
dari pabrik padalarang dan nanjung ke waduk atau aliran air sekitar yang
menyebabkan terjadinya sedimentasi sehingga alat-alat yang ada di Waduk
Saguling menjadi korosi dan ikan-ikan mati.
Untuk sementara, penanggungan masalah limbah ini dibangunnya pundakan
sebelum limbah tersebut mencapai Waduk Saguling. Proses sedimentasi
limbah ini diperkirakan sampai ± 50 tahun kedepan.
Gambar 2.3.2 a
Limbah perairan didekat UP Saguling
2.3.3 HARAPAN UP SAGULING
UP Saguling memiliki harapan kedepannya akan membangun tenaga surya
dengan daya 50 MW.
Gambar 2.3.6 b
Bakti pelayanan masyarakat
BAB III
KESIMPULAN
Gambar 1
Foto kelompok 10 di UP Saguling