Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi listrik merupakan energi yang digunakan untuk kepentingan sehari-
hari. Terutama alat – alat eletronik. Energi listrik merupakan sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui (energi listrik PLN). Energi listrik sekarang ini
sudah semakin menipis, untuk itu harus menggunakan energi listrik tersebut
secara hemat dan efisien. Di dunia, terutama di Indonesia pemerintah telah
menyarankan agar masyarakat dapat menghemat listrik. Misalnya saja pada siang
hari tidak perlu menyalakan lampu, mengganti lampu pijar dengan lampu hemat
energi, mengurangi pemakaian listrik dari pukul 17:00 hingga 22:00.
Kebutuhan energi akhir-akhir ini sangat lah besar, dikarenakan pesatnya
perkembangan teknologi disemua bidang. Dengan kebutuhan energi yang begitu
banyak bahan bakar fosil dan gas bumi tidak mampu mencukupi semua
kebutuhan, maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut dimanfaatkan energi
terbarukan yaitu energi yang tidak akan habisnya. Pemanfaatan energi terbarukan
diantaranya dengan memanfaatkan tenaga radiasi matahari dengan menggunakan
sel surya sebagai pengkonversi energy matahari menjadi energi listrik yang kita
kenal dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Sebagaimana yang telah diketahui kekurangan (atau peningkatan harga)
dalam persediaan sumber daya energi ke ekonomi. Krisis ini biasanya menunjuk
kekurangan minyak bumi, listrik, atau sumber daya alam lainnya. Krisis ini
memiliki akibat pada ekonomi, dengan banyak resesi disebabkan oleh krisis energi
dalam beberapa bentuk. Terutama, kenaikan biaya produksi listrik, yang
menyebabkan naiknya biaya produksi. Bagi para konsumen, harga BBM untuk
mobil dan kendaraan lainnya meningkat, menyebabkan pengurangan cadangan
terhadap Bahan Bakar Minyak.

1
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), merupakan salah satu Pembangkit
Tenaga Listrik yang sumber energinya berasal dari cahaya matahari, adapun
komponen yang digunakan dalam pembangkit ini adalah “Panel Surya”. Panel
surya bekerja mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Panel
Surya adalah alat yang terdiri dari sel surya, aki dan bateraiyang mengubah
cahaya menjadi listrik. Panel surya menghasilkan arus listrik searah atau DC.
Untuk menggunakan berbagai alat rumah tangga yang berarus bolak-balik
atau AC dibutuhkan converter (alat pengubah arus DC ke AC).
Jika panel surya dikembangkan di Indonesia yang memiliki keuntungan
mendapat sinar matahari sepanjang tahun, dan sangat cocok untuk daerah
terpencil atau daerah pelosok-pelosok yang sulit dijangkau oleh PLN. Panel surya
juga merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan. Jika dapat
dikembangkan ke rumah-rumah penduduk, dapat menghemat energi listrik
terutama di Indonesia. Misalnya, jika 1 unit sel surya untuk keperluan listrik di
siang hari dan 1 unit lagi untuk menyimpan energi listrik pada malam harinya,
tentu saja dapat menghemat energi listrik lumayan besar.

1.2. Tujuan Kegiatan

Tujuan dari kegiatan Kerja Praktek ini adalah:


1. Mampu menerapkan ilmu yang di dapat secara teori yang selanjutnya di
applikasikan dilapangan kerja atau industri.
2. Menghitung berapa jumlah kapasitas daya Pembangkit Listrik Tenaga
Surya yang digunakan.
3. Untuk menghitung jumlah kebutuhan energy listrik yang digunakan pada
suatu daerah.
4. Untuk mengetahui cara kerja Pembangkit Listrik Tenaga Surya.

1.3. Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam kegiatan kerja praktek ini,
adalah:
a. Bagaimana prinsip kerja PLTS terpusat.
b. Komponen – komponen PLTS terpusat

2
c. Menghitung kebutuhan daya listrik Desa Sialang Pungguk, Kecamatan
Muara Bulian, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi dalam rangka
perencanaan pembangunan Pembangkit Tenaga Surya terpusat.
1.4. Waktu dan Tempat Kerja Praktek
Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan pada:
a. 17 November – 17 Desember 2016 di PT GLOBAL PRATAMA PUTRA
(Graha Panyileukan Asri. Ruko No. 8, Jl. Soekarno Hatta, Cipadung Kidul,
Panyileukan, Kota Bandung, Jawa Barat 40614).
1.5. Sistematika Laporan KP
Ringkasan pembahasan bab-bab dalam laporan KP ini adalah sebagai
berikut:
1. BAB I. PENDAHULUAN
Bab pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan, rumusan masalah, ruang
lingkup masalah, waktu dan tempat, sistematika laporan dari kegiatan
kerja praktek ini.
2. BAB II. PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini meliputi struktur organisasi dari tempat pelaksanaan kerja praktek
3. BAB III. TEORI DASAR
Bab ini meliputi tentang teori PLTS
4. BAB IV METEDOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang metoda perancangan pembangkit listrik
tenaga surya
5. BAB V HASIL DAN ANALISI
Bab ini menjelaskan tentang perencanaan system pembankit listrik tenaga
surya yang meliputi perhitungan kebutuhan daya, kebutuhan
6. BAB VI KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan yang dibuat berdasarkan hasil perancangan yang
didapat
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II
PROFIL TEMPAT KERJA PRAKTEK

2.1 Profil Perusahaan


PT. Global Pratama Powerindo adalah salah satu penyedia tenag surya
yang didirikan pada tahun 2014, PT. Global Pratama Powerindo membuat energi
bersih yang tersedia untuk pemilik rumah, bisnis, sekolah, tempat penampungan
bus, pompa bensin, dan organisasi pemerintah dengan biaya yang lebih rendah
daripada yang mereka bayar untuk energi yang dihasilkan oleh pembakaran bahan
bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas alam. Pendekatan PT. Global
Pratama Powerindo adalah untuk menginstal sistem dengan standar teknik
tertinggi sementara membuat saklar sederhana bagi konsumen.

2.2. Visi dan Misi PT. Global Pratama Powerindo


 Visi
Menjadi perusahaan pembelian, perdagangan, dan layanan yang
terpercaya, kompetitif, berkualitas, dan menjadi pilihan pertama bagi
para kostumer.
 Misi
1. Untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan kreatifitas, inovasi, dan
pengembangan sumber daya manusia.
2. Membangun koordinasi dengan kemitraan yang erat dengan semua
pihak.
3. Menjaga komitmen untuk berkembang dan bergerak maju dalam
kebersamaan, dengan penekana pada kualitas dan kepuasan
pelanggan.

4
2.3. Struktur Organisasi PT. Global Pratama Powerindo
Berikut ini adalah struktur organisasi PT. Global Pratama Powerindo

Gambar 2.1 struktur organisasi PT. Global Pratama Powerindo

5
BAB III
DASAR TEORI

3.1 TINJAUAN PUSTAKA

Materi tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya sudah banyak diangkat


sebagai judul untuk menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Elektro. Tugas Akhir
Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Negeri Padang misalnya, mengangkat
judul Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dengan Menggunakan Solar Cell
100 WP Sebagai Sumber Energi Alternatif Pada Fakultas Teknik Universitas
Negeri Padang (Parulian Sitorus, 2010). Dalam tulisannya Parulian Sitorus tidak
memanfaatkan Tugas Akhirnya sebagai instrumen praktikum. Tugas akhir di
maksud hanya membatasi pada perakitan dan pengujian karateristik sistem
pembangkit listrik tenaga surya dengan menggunakan Solar Cell 100 WP pada
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
Tugas Akhir lainnya misalnya dibuat oleh mahasiswa Teknik Elektro
Universitas Negeri Gorontalo yang berjudul Optimalisasi Solar Home System
Sebagai Pembangkit Alternatif Skala Kecil Di Gorontalo (I Komang Subagio,
2005). Tugas Akhir ini bertujuan mengoptimalisasi pemanfaatan panel surya
dengan menentukan posisi modul surya yang baik dan merancang inverter
sehingga arus listrik yang dihasilkan bukan hanya untuk penerangan dengan
tegangan 12 V DC saja tetapi dapat pula digunakan untuk peralatan yang
menggunakan tegangan 220 V AC. Tugas akhir ini diterapkan pada bantuan
pemerintah berupa modul surya dengan output tegangan DC yang diaplikasikan
pada desa yang berada di pesisir pantai.
Dari penelusuran pustaka yang telah dilakukan, khususnya terkait dengan
materi pembangkit tenaga surya, belum ditemukan adanya perancangan alat
praktikum serta modul praktikum pembangkit tenaga surya. Referensi yang

6
7
ditemukan hanya sekedar memberikan teori singkat tentang pemanfaatan energi
matahari (surya) menjadi energi listrik dan belum mencantumkan kajian ataupun
pembahasan mengenai perancangan modul praktikum Pembangkit Listrik Tenaga
Surya seperti yang dilakukan dengan tugas akhir yang dibuat.

3.2 LANDASAN TEORI

3.2.1 ENERGI MATAHARI

Sang surya atau matahari merupakan bintang yang istimewa dan mempunyai
5 5
radius sejauh 6,96 x 10 km dan terletak sejauh 1,496 x 10 km dari bumi. Besar
jumlah energi yang dikeluarkan oleh matahari sukar dibayangkan. Menurut salah
satu perkiraan, inti sang surya merupakan suatu tungku termonuklir bersuhu 100
juta derajat celcius setiap detik mengonversi 5 tonne materi menjadi energi yang
7 2
dipancarkan ke angkasa luas sebanyak 6,41 x 10 W/m . (Suyitno, 2011)

Gambar 2.1 Bumi Menerima Radiasi Surya Matahari


(Suyitno, 2011)

8
3.2.2. RADIASI ENERGI MATAHARI
Energi Matahari merupakan sumber energi utama untuk proses–proses yang
terjadi di Bumi. Energi matahari sangat membantu berbagai proses fisis dan
biologis di Bumi. Radiasi adalah suatu proses perambatan energi (panas) dalam
bentuk gelombang elektromagnetik yang tanpa memerlukan zat perantara.
Energi Matahari bisa sampai ke permukaan Bumi adalah dengan cara radiasi
(pancaran), karena diantara Bumi dan Matahari terdapat ruang hampa (tidak ada
zat perantara), sedangkan gelombang elektromagnetik adalah suatu bentuk
gelombang yang dirambatkan dalam bentuk komponen medan listrik dan medan
magnet, sehingga dapat merambat dengan kecepatan yang sangat tinggi dan tanpa
memerlukan zat atau medium perantara. (ta_ptk_0808225_chapter2.pdf, 25 Juni
2012)
Dari sekian banyak energi yang dikeluarkan matahari yang sampai ke Bumi
melalui melalui proses perambatan tadi kemudian diserap oleh Bumi. Energi yang
diserap ini akan menyebabkan suhu dari Bumi akan naik. Pada gilirannya, suhu
Bumi yang hangat atau panas ini akan memancarkan juga sebagian energinya,
sehingga energi yang diterima Bumi = energi yang diserap Bumi + energi yang
dipancarkan Bumi. (Suyitno, 2011)

3.2.3 RADIASI PADA PERMUKAAN

Radiasi yang jatuh pada permukaan material pada umumnya akan


mengalami refleksi, absorbs, dan transmisi. Dari tiga proses ini maka material
akan memiliki refleksivitas (ρ), absorbsivitas (α), dan transmisivitas (τ).
Refleksi adalah pemantulan dari sebagian radiasi tersebut. Refleksi
tergantung pada harga indeks bias dan sudut datang radiasi. Refleksi secara umum
ada dua yaitu:
1. Refleksi spektakular, terjadi seperti pantulan sinar pada sebuah cermin
datar dimana sudut datang sama dengan sudut pantul.
2. Refleksi difussi, terjadi berupa pantulan ke segala arah

9
1
0
Transmisi memberikan nilai besar radiasi yang dapat diteruskan oleh suatu
lapisan permukaan. Kemampuan penyerapan (Absorbsivitas) dari suatu
permukaan merupakan hal yang penting dalam pemanfaatan radiasi seperti pada
pemamfaatan radiasi surya. Sebagian besar cahaya menembus bahan tembus
cahaya, bagian flux cahaya yang dapat menembus ditentukan oleh faktor
transmisi.
Absorbsivitas memberikan nilai besarnya radiasi yang dapat diserap.
Misalnya pada bagian absorber pada sebuah pengumpul radiasi surya. Ketiga
proses tersebut diatas yaitu, absorbsi, refleksi, dan transmisi adalah hal yang
penting dalam proses pemanfaatan radiasi surya karena ini menyangkut efektifitas
pemanfaatan pada sebuah pengumpul radiasi surya. Bagian yang diserap ini
menimbulkan panas dari permukaan tersebut. (Parulian Sitorus, 2010)

3.2.4 PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI

Pada pelaksanaan pemanfaatan energi matahari, dapat dibedakan tiga cara.


Pertama adalah prinsip pemanasan langsung. Dalam hal ini sinar-sinar matahari
memanasi langsung benda yang akan dipanaskan, atau memanasi secara langsung
medium misalnya untuk menjemur pakaian, dan mengeringkan ikan bagi para
nelayan. Kedua pemanfaatan sinar matahari untuk memanasi suatu medium
dengan menggunakan kolektor surya. Dan cara ketiga adalah sinar atau energi
matahari dikonversi menjadi energi listrik menggunakan solar cell.

3.2.5 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS)

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada dasarnya adalah pecatu daya
(alat yang menyediakan daya), dan dapat dirancang untuk mencatu kebutuhan
listrik yang kecil sampai dengan besar, baik secara mandiri, maupun dengan

11
1
2
hybrid (dikombinasikan dengan sumber energi lain) baik dengan metode
Desentralisasi (satu rumah satu pembangkit) maupun dengan metode Sentralisasi
(listrik didistribusikan dengan jaringan kabel).
Pada siang hari modul surya/panel solar cell menerima cahaya matahari
yang kemudian diubah menjadi listrik melalui proses photovoltaic. Energi listrik
yang dihasilkan oleh modul surya dapat langsung disalurkan ke beban atau
disimpan dalam baterai sebelum digunakan ke beban. Dan arus searah DC (direct
current) yang dihasilkan dari modul surya yang telah tersimpan dalam baterai
sebelum digunakan ke beban terlebih dahulu.

Gambar 2.2 Skema Instalasi PLTS


(miftahelectric.blogspot.com, 21 Juli 2012)

Susunan komponen yang terdapat pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya


adalah sebagai berikut:
1. Modul Surya / Solar Cell (Photovoltaic)
Modul ini berfungsi merubah cahaya matahari menjadi listrik arus
searah (DC). Listrik tenaga matahari dibangkitkan oleh komponen yang
disebut solar cell, komponen ini mengkonversi energi matahari menjadi
energi listrik. Solar cell merupakan komponen vital yang terbuat dari bahan
semi konduktor. Tenaga listrik dihasilkan oleh satu solar cell sangat kecil,
maka beberapa solar cell harus digabung sehingga terbentuklah satuan
komponen yang disebut module. Pada aplikasinya karena tenaga listrik yang
dihasilkan oleh module ini masih kecil, maka dalam pemanfaatannya

13
1
4
beberapa modul digabungkan sehingga terbentuklah apa yang disebut array.
Perhatikan Gambar berikut ini.

Gambar 2.3 Panel Sel Surya

Sel surya atau photovoltaic adalah perangkat yang mengkonversi radiasi


sinar matahari menjadi energi listrik. Efek photovoltaic ini ditemukan oleh
Becquerel pada tahun 1839, dimana Becquerel mendeteksi adanya tegangan foto
ketika sinar matahari mengenai elektroda pada larutan elektrolit. Pada tahun 1954
peneliti menemukan untuk pertama kali sel surya silikon berbasis p-n junction
dengan efisiensi 6%. Sekarang ini, selsurya silikon mendominasi pasar sel surya
dengan pangsa pasar sekitar 82% dan efisiensi lab dan komersil berturut-turut
yaitu 24,7% dan 15%. (ta_ptk_0808225_chapter2.pdf, 25 Juni 2012)
Kepingan sel photovoltaic terdiri atas kristal silikon yang memiliki dua
lapisan silisium doped, yaitu lapisan sel surya yang menghadap ke cahaya
matahari memiliki doped negatif dengan lapisan fosfor, sementara lapisan di
bawahnya terdiri dari doped positif dengan lapisan borium. Antara kedua lapisan
dibatasi oleh penghubung p-n. Jika pada permukaan sel photovoltaic terkena
cahaya matahari maka pada sel bagian atas akan terbentuk muatan-muatan negatif
yang bersatu pada lapisan fosfor. Sedangkan pada bagian bawah lapisan sel
photovoltaic akan membentuk muatan positif pada lapisan borium.
Kedua permukaan tersebut akan saling mengerucut muatan masing-
masingnya jika sel photovoltaic terkena sinar matahari. Sehingga pada
kedua sisi sel photovoltaic akan menghasilkan beda potensial berupa

15
16
tegangan listrik. Jika kedua sisnya dihubungkan dengan beban berupa lampu
menyebabkan lampu akan menyala. Suatu kristal silikon tunggal photovoltaic
dengan luas permukaan 100 cm2 akan menghasilkan sekitar 1,5 W dengan
tegangan sekitar 0,5 V tegangan searah (0,5 V-DC) dan arus sekitar 2 A di bawah
cahaya matahari dengan panas penuh (intensitas sekitar 1000W/m2). Perhatikan
gambar berikut. (Parulian Sitorus, 2010)

Gambar 2.4 Karakteristik Sel Photovoltaic


(poohdandan.wordpress.com, 21 Juli 2012)

Prinsip kerja sel surya silikon adalah berdasarkan konsep semikonduktor p-n
junction. Sel terdiri dari lapisan semikonduktor doping-n dan doping-p yang
membentuk p-n junction, lapisan antirefleksi, dan substrat logam sebagai tempat
mengalirnya arus dari lapisan tipe-n (elektron) dan tipe-p (hole).

Gambar 2.5 Struktur Sel Surya Silikon PN-Junction


(zanjuma.blogspot.com, 21 Juli 2012)

Semikonduktor tipe-N didapat dengan men-doping silikon dengan unsur


dari golongan V sehingga terdapat kelebihan elektron valensi

17
18
dibanding atom sekitar. Pada sisi lain semikonduktor tipe-p didapat dengan
doping oleh golongan III sehingga elektron valensinya defisit satu dibanding atom
sekitar. Ketika dua tipe material tersebut mengalami kontak maka kelebihan
elektron dari tipe-n berdifusi pada tipe-p. Sehingga area doping-n akan bermuatan
positif sedangkan area doping-p akan bermuatan negatif. Medan elektrik yang
terjadi antara keduanya mendorong elektron kembali ke daerah-n dan hole ke
daerah-p. Pada proses ini telah terbentuk p-n junction. Dengan menambahkan
kontak logam pada area p dan n maka telah terbentuk diode (penyearah).

Gambar 2.6 Cara Kerja Sel Surya


(zanjuma.blogspot.com, 21 Juli 2012)

Ketika junction disinari, photon yang mempunyai energi sama atau lebih
besar dari lebar pita energi material tersebut akan menyebabkan eksitasi elektron
dari pita valensi ke pita konduksi dan akan meninggalkan hole pada pita valensi.
Elektron dan hole ini dapat bergerak dalam material sehingga menghasilkan
pasangan elektron-hole. Apabila ditempatkan hambatan pada terminal sel surya,
maka elektron dari area-n akan kembali ke area-p sehingga menyebabkan
perbedaan potensial dan arus akan mengalir.
a) Performansi Sel Surya
Daya listrik yang dihasilkan sel surya ketika mendapat cahaya diperoleh
dari kemampuan perangkat sel surya tersebut untuk

19
20
memproduksi tegangan ketika diberi beban dan arus melalui beban pada
waktu yang sama.

Gambar 2.7 Karakteristik Kurva I-V Pada Sel Surya


(zanjuma.blogspot.com, 21 Juli 2012)

Ketika sel dalam kondisi short circuit, arus maksimum atau arus short circuit
(Isc) dihasilkan, sedangkan pada kondisi open circuit tidak ada arus yang dapat
mengalir sehingga tergangannya maksimum, disebut tegangan open circuit (Voc).
Titik pada kurva I-V yang menghasilkan arus dan tegangan maksimum disebut titik
daya maksimum (MPP). (ta_ptk_0808225_chapter2.pdf, 25 Juni 2012)
b) Konversi Energi Photovoltaic
Energi radiasi dapat diubah menjadi arus listrik searah dengan
menggunakan lapisan-lapisan tipis dari silikon (Si) murni atau bahkan
semikonduktor lainnya. Pada saat ini silikon merupakan bahan terbanyak
dipakai. Silikon merupakan pula suatu unsur yang banyak terdapat dialam.
Untuk keperluan pemakaian sebagai semikonduktor, silikon harus dimurnikan
hingga suatu tingkat pemurnian yang tinggi sekali. Bentuk kristalisasi
demikian akan terjadi bilamana silikon cair menjadi padat, hal mana
disebabkan karena tiap atom silikon mempunyai elektron valensi. Dengan
demikian terjadi suatu bentuk kristal dimana setiap atom silikon mempunyai
jumlah 4 tetangga terdekat. Tiap dua atom silikon yang bertetangga saling
memiliki

21
22
salah satu elektron valensinya. Bentuk kristal menurut gambar 2.8 sering juga
dinamakan kisi intan.

Gambar 2.8 Pengaturan Atom Dalam Kristal Silikon


(Abdul Kadir, 1995)

Struktur tiga dimensi menurut gambar 2.8 secara skematis dengan bentuk dua
dimensi, dalam gambar ini terlihat pula bahwa tiap atom mempunyai empat
tetangga terdekat. Kedua garis antara tiap atom merupakan dua elektron valensi,
satu buah dari masing-masing atom. Tiap pasangan elektron valensi adalah suatu
ikatan kovalensi, yang pada asasnya merupakan hubungan yang mengikat atom-
atom Kristal. Pada sushu nol absolut (0˚K) semua ikatan kovalensi berada dalam
keadaan utuh dan lengkap. Bilamana suhu naik, atom-atom akan mengalami
keadaan getaran thermal. Getaran-getaran ini yang meningkat dengan suhu, pada
suatu saat dapat mengganggu beberapa ikatan kovalensi.
Terganggunya ikatan valensi dalam kristal semikonduktor pada suhu
lingkungan biasa mempunyai beberapa akibat besar terhadap sifat-sifat listrik
kristal itu dan penting dalam penjelasan efek photovoltaic. Dari gambar 2.9
terlihat bahwa terputusnya ikatan valensi melepaskan sebuah elektron, yang dapat
bergerak bebas dalam kristal dan dapat berperanserta dalam proses hantaran. Cara
hantaran

23
24
listrik dapat terjadi bila sebuah lubang yang terjadi karena pelepasan elektron,
diisi oleh elektron lain dari tetangganya, dan seterusnya.

Gambar 2.9 Struktur Atom 2 Dimensi


(Abdul Kadir, 1995)

Jika kristal itu diletakan dalam suatu medan listrik, maka elektron-elektron
bebas itu condong mengalir kearah melawan medan sedangkan lubang-lubang
yang terjadi akan memiliki arah yang berlawanan. Lubang-lubang itu berperan
sebagai partikel dengan muatan positif. Dengan demikian seolah-olah dalam
sebuah semikonduktor terjadi dua arus dengan arah saling berlawanan. Jumlah
elektron yang mengalir dalam semikonduktor jauh lebih kecil daripada yang
merupakan konduktor. Sebagai perbandingan, dalam bahan silikon murni, pada
suhu ruangan biasa, terdapat kira-kira satu pasangan elektron dan lubang atom.
Untuk kebanyakan kristal logam angka itu adalah satu persatu.

Gambar 2.10 Kristal Silikon Dalam Arsen


(Abdul Kadir, 1995)

25
26
2. Pengisi Baterai (Charge Controller)
Charge controller berfungsi mengatur lalu lintas listrik dari modul surya ke
baterai. Alat ini juga memiliki banyak fungsi yang pada dasarnya ditujukan
untuk melindungi baterai. Pengisi baterai atau charge controlleradalah
peralatan elektronik yang digunakan untuk mengatur arus searah DC yang diisi
ke baterai dan diambil dari baterai ke beban. Charge controller mengatur
overcharging (kelebihan pengisian karena baterai sudah penuh) dan kelebihan
tegangan (overvoltage) dari panel surya. Kelebihan tegangan dan pengisian
akan mengurangi umur baterai. Charge controller menerapkan teknologi Pulse
Width Modulation (PWM) untuk mengatur fungsi pengisian baterai dan
pembebasan arus dari baterai ke beban. Panel surya 12 V umumnya memiliki
tegangan output 16 - 21 V. Jadi tanpa charge controller, baterai akan rusak oleh
overcharging dan ketidakstabilan tegangan. Baterai umumnya di-charge pada
tegangan 14-14,7 V. Fungsi detail dari charge controller antara lain:
a) Mengatur arus untuk pengisian ke baterai, menghindari overcharging, dan
overvoltage. Apabila baterai dalam keadaan kondisi sudah terisi penuh maka
listrik yang disuplai dari modul surya tidak akan dimasukan lagi pada baterai
dan sebaliknya juga jika keadaan kondisi baterai sudah kurang dari 30%
maka charge controller tersebut akan mengisi kembali baterai sampai penuh.
Proses pengisian baterai dan modul surya tersebut melalui charge controller
akan terus berulang secara otomatis (smart charging) selama energi surya
masih cukup untuk bias diproses oleh modul surya (selama matahari terang
benderang). Charge controller juga berfungsi melindungi baterai ketika
sedang mengalami proses pengisian dari modul surya untuk menghindari arus
berlebih dari proses pengisian tersebut, yang akan menyebabkan kerusakan
pada

27
28
baterai. Sehingga dengan cara tersebut baterai dalam pemakaiannya memiliki usia
yang lebih lama.

b) Mengatur arus yang dibebaskan atau diambil dari baterai agar baterai
tidak full discharge dan overloading.
c) Monitoring temperatur baterai
Charge controller biasanya terdiri dari satu input (dua terminal) yang
terhubung dengan output panel sel surya, satu output (dua terminal) yang
terhubung dengan baterai/aki dan satu output (dua terminal) yang terhubung
dengan beban. Arus listrik DC yang berasal dari baterai tidak mungkin
masuk ke panel surya karena biasanya ada dioda proteksi yang hanya
melewatkan arus listrik DC dari panel surya ke baterai, bukan sebaliknya.
Adapun dua jenis teknologi charge controller yang digunakan, yaitu :
a) PWM (Pulse Wide Modulation), seperti namanya menggunakan lebar
pulse dari on dan off electrical, sehingga menciptakan seakan-akan sine
wave electrical form.

Gambar 2.11 Charge Controller tipe PWM


(pvsolarchina.com, 21 Juli 2012)

b) MPPT (Maximun Power Point Tracker), yang lebih efisien


konversi DC to DC (Direct Current). MPPT dapat mengambil daya
maksimum dari panel surya. MPPT charge controller dapat
menyimpan kelebihan daya yang tidak digunakan oleh beban ke
dalam baterai, dan apabila daya yang dibutuhkan beban lebih besar
dari daya yang dihasilkan oleh panel surya, maka daya dapat
diambil dari baterai.

29
30
Gambar 2.12 Charge Controller tipe MPPT
(solar-wholesaler.com, 21 Juli 2012)

Contoh dari kelebihan MPPT adalah panel surya ukuran 120 W, memiliki
karakteristik Maximun Power Voltage 17,1 V dan Maximun Power Current 7,02
A. Dengan charge controller selain MPPT dan tegangan baterai 12,4 V berarti
daya yang dihasilkan adalah 12,4 V x 7,02 A = 87,05 W. Dengan MPPT, arus yang
bisa diberikan adalah sekitar 120 W : 12,4 V = 9,68 A.
(ta_ptk_0808225_chapter2.pdf, 25 Juni 2012)

3. Baterai (Battery/Accumulator)
Baterai pada PLTS berfungsi untuk menyimpan arus listrik yang dihasilkan
oleh panel surya sebelum dimanfaatkan untuk mengoperasikan beban. Beban
dapat berupa lampu refrigerator atau peralatan elektronik dan peralatan lainnya
yang membutuhkan listrik DC.
Accumulator atau yang akrab disebut accu/aki adalah salah satu komponen
penting pada kendaraan bermotor. Selain berfungsi untuk menggerakkan motor
starter, aki juga berperan sebagai penyimpan listrik dan sekaligus sebagai
penstabil tegangan dan arus listrik kendaraan.
Menurut Syam Hardi akumulator ini berasal dari bahasa asing yaitu: accu
(mulator) = baterij (Belanda), accumulator = storange battery (Inggris),
akkumulator = bleibatterie (Jerman). Pada umumnya semua

31
32
bahasa-bahasa itu mempunyai satu arti yang dituju, yaitu “acumulate” atau
accumuleren. Ini semua berarti menimbun, mengumpulkan atau menyimpan.
Menurut Daryanto akumulator adalah baterai yang merupakan suatu sumber aliran
yang paling populer yang dapat digunakan dimana-mana untuk keperluan yang
beranekaragam. (ta_ptk_0808225_chapter2.pdf, 25 Juni 2012)
Menurut Rudolf Michael, akumulator dapat diartikan sebagai sel listrik yang
berlangsung proses elekrokimia secara bolak-balik (reversible) dengan nilai
efisiensi yang tinggi. Disini terjadi proses pengubahan tenaga kimia menjadi
tenaga listrik, dan sebaliknya tenaga listrik menjadi tenaga kimia dengan cara
regenerasi dari elektroda yang dipakai, yaitu dengan melewatkan arus listrik
dengan arah yang berlawanan di dalam sel-sel yang ada dalam akumulator.
(ta_ptk_0808225_chapter2.pdf, 25 Juni 2012)
Saat pengisian tenaga listrik dari luar diubah menjadi tenaga listrik didalam
akumulator dan disimpan didalamnya. Sedangkan saat pengosongan, tenaga di
dalam akumulator diubah lagi menjadi tenaga listrik yang digunakan untuk
mencatu energi dari suatu peralatan listrik. Dengan adanya proses tersebut
akumulator sering dikenal dengan elemen primer dan sekunder.

Gambar 2.13 Baterai atau Aki

33
34
a. Jenis Jenis Aki
Aki terdiri dari beragam jenis:
a) Aki Basah
Hingga saat ini aki yang populer digunakan adalah aki model basah yang
berisi cairan asam sulfat (H2SO4). Ciri utamanya memiliki lubang dengan
penutup yang berfungsi untuk menambah air aki saat kekurangan akibat
penguapan saat terjadi reaksi kimia antara sel dan air aki. Sel-selnya
menggunakan bahan timbal (Pb). Kelemahan aki jenis ini adalah pemilik harus
rajin memeriksa ketinggian level air aki secara rutin. Cairannya bersifat sangat
korosif. Uap air aki mengandung hidrogen yang cukup rentan terbakar dan
meledak jika terkena percikan api. Memiliki sifat self-discharge paling besar
dibanding aki lain sehingga harus dilakukan penyetruman ulang saat ia didiamkan
terlalu lama.
b) Accumulator Hybrid
Pada dasarnya aki hybrid tak jauh berbeda dengan aki basah. Bedanya
terdapat pada material komponen sel aki. Pada aki hybrid selnya menggunakan
low-antimonial pada sel (+) dan kalsium pada sel (-). Aki jenis ini memiliki
performa dan sifat self-discharge yang lebih baik dari aki basah konvensional.
c) Accumulator Calcium
Kedua selnya, baik (+) maupun (-) mengunakan material kalsium. Aki jenis
ini memiliki kemampuan lebih baik dibanding aki hybrid. Tingkat penguapannya
pun lebih kecil dibanding aki basah konvensional.
d) Aki Bebas Perawatan (Maintenance Free / MF)
Aki jenis ini dikemas dalam desain khusus yang mampu menekan tingkat
penguapan air aki. Uap aki yang terbentuk akan mengalami kondensasi sehingga
dan kembali menjadi air murni yang

35
36
menjaga level air aki selalu pada kondisi ideal sehingga tak lagi diperlukan
pengisian air aki. Aki jenis ini biasanya terbuat dari basis jenis aki hybrid maupun
aki kalsium.
e) Aki Tertutup (Accumulator Sealed)
Aki jenis ini selnya terbuat dari bahan kalsium yang disekat oleh jaring
berisi bahan elektrolit berbentuk gel. Dikemas dalam wadah tertutup rapat. Aki
jenis ini kerap dijuluki sebagai aki kering. Sifat elektrolitnya memiliki kecepatan
penyimpanan listrik yang lebih baik. Karena sel terbuat dari bahan kalsium, aki ini
memiliki kemampuan penyimpanan listrik yang jauh lebih baik seperti pada aki
jenis kalsium pada umumnya. Pasalnya aki ini memiliki self-discharge yang
sangat kecil sehingga aki sealed ini masih mampu melakukan start saat didiamkan
dalam waktu cukup lama.
Kemasannya yang tertutup rapat membuat aki jenis ini bebas ditempatkan
dengan berbagai posisi tanpa khawatir tumpah. Namun karena wadahnya tertutup
rapat pula aki seperti ini tidak tahan pada temperature tinggi sehingga dibutuhkan
penyekat panas tambahan jika ia diletakkan di ruang mesin.
Tetapi pada umumnya aki bisa dipilah hanya menjadi tiga jenis. Pertama,
aki konvensional atau dikenal dengan istilah aki basah yang memerlukan
penambahan air atau elektrolit yang relatif lebih sering. Kedua aki hybrid yang
tergolong low maintenance. Jenis aki ini perawatannya dianggap lebih mudah
karena penambahan air aki cukup antara tiga hingga beberapa bulan sekali. Dan
ketiga, aki jenis MF atau maintenance free yang tidak perlu penambahan air aki
sama sekali.
Perbedaan utama dari teknologi ketiga jenis aki tersebut terletak pada
intensitas penguapan cairan di dalam aki. Sementara besar-kecilnya penguapan,
sangat ditentukan kandungan bahan kimia. Singkatnya, persentase kandungan
antara timbal (Pb) dan kalsium (Ca), inilah yang

37
38
membedakan jenis aki konvensional, hybrid maupun MF. Penambahan Ca
menghasilkan penguapan pada aki dapat ditekan sekecil mungkin. Kalsium
memegang peranan penting untuk mengurangi terjadinya penguapan elektrolit
secara berlebihan. Perbedaan teknologi dan komposisi itu pula yang menjadikan
harga ketiga jenis aki tersebut berbeda. Tipe MF memiliki harga paling mahal
dibandingkan jenis lainnya.
Pada teknologi aki konvensional, rata-rata setiap sel positif dan negatif
memiliki kandungan timbal (Pb) sebanyak 2,5%. Untuk hibryd, kandungan Pb
berkurang menjadi 1,7% di sel positifnya. Sedangkan sel negatifnya 1,7% tetapi
telah dicampur dengan Ca. Khusus aki MF, kandungan Pb sel positifnya tetap
1,7%, namun sel negatifnya tidak mengandung Pb karena telah digantikan oleh Ca
sebanyak 1,7%. (ta_ptk_0808225_chapter2.pdf, 25 Juni 2012)
Dari proses pencampuran bahan antara timbal dan kalsium, dapat diketahui
tingkat perawatan aki. Semakin banyak kalsium digunakan, semakin bebas dari
perawatan.
b. Proses Elektrokimia Akumulator
1. Pembangkitan Arus
Apabila sebuah elektroda dicelupkan ke dalam larutan elektrolit maka ion-
ion partikel listrik didorong dari elektroda ke dalam elektrolit yang hasilnya
dinamakan tekanan larutan. Dalam hal ini elektroda-elektroda timah melepaskan 2
elektron ke dalam elektrolit, sebagai akibat pelepasan ion positif timah, muatan
negatif berada/tinggal di elektroda timah. Dalam sebuah sel penyimpanan,
perbedaan potensial atau voltase ini adalah 2 V, gambaran tersebut dimana oleh
partikel muatan (ion timah) dilepas kedalam elektrolit sangat cepat sehingga
mengakibatkan kondisi baru pada keseimbangan dengan elektrolit karena muatan
negatif tinggal pada

39
40
elektroda timah dan berusaha mendorong kembali ion positif tempat dimasuki
elektrolit.
Tenaga pengembalian ini secara tepat untuk tekanan larutan membuat kondisi
keseimbangan baru. Hanya ketika sel diperlukan untuk mengemudikan arus
listrik, keseimbangan antara tekanan larutan dan atraksi pengembalian berjalan
serta penambahan partikel muatan ke dalam dan keluar elektrolit pada elektroda.

Gambar 2.14 Skema Bagian Accumulator


(ta_ptk_0808225_chapter2.pdf, 25 Juni 2012)

2. Proses pengisian elektrokimia


Pada akumulator diisi pada kedua elektroda positif dan negatif yang terdiri
dari timah sulfat ( PbSO warna putih). Elektrolit adalah asam sulfat lemah
dengan berat jenis 1,12 Kg per liter. Disusun sekitar 17 % asam sulfat murni dan
sekitar 83 % air.
Sebagai akibat hasil komponen asam sulfat, penghantaran listrik yang cukup
ke dalam elektrolit dapat ditentukan, air murni tidak dapat menghantarkan arus
listrik. Jika sel timah bermuatan maka kedua elektrodanya dihubungkan ke
sumber yang sesuai pada arus langsung. Sumber arus pengisian membawa
elektron-elektron dari elektroda positif dan mendorongnya ke elektroda negatif.
Oleh karena elektron-elektron didorong ke dalam elektroda negatif oleh sumber
pengisian

41
42
arus timah bervalensi nol yang dibentuk pada elektroda negatif dari dua valensi
positif atom timah, memecah molekul timah sulfat (PbSO4). Pada waktu bersamaan
muatan negatif ion sulfat (SO) dilepas dari elektroda negatif ke dalam elektrolit.
Pada elektroda positif timah bivalensi diubah ke dalam bentuk tetravalensi
timah positif melalui pemindahan elektron. Tetravalensi positif dikombinasikan
dengan oksigen yang dilepas dari air (H2O) ke bentuk timah peroxida (PbSO4).
Pada waktu yang sama ion-ion dilepas selama proses oksidasi, SO memasuki
elektrolit dan elektrode negatif, sebagai hasil proses pengisian. Untuk itu ion + H2O
dan SO dalam elektrolit ditambah, asam sulfat baru terbentuk dan berat jenis
elektrolit meningkat. Sesudah timah sulfat pada elektoda positif diubah ke timah
peroxida dan timah sulfat pada elektroda negatif diubah ke logam timah maka
proses pengisian telah lengkap. Sel timah penyimpan arus dapat diputuskan
sekarang dari sumber. Sebagai hasil proses pengisian arus, energi listrik terbentuk
ke dalam sel telah diubah menjadi energi kimia dan disimpan.
3. Proses pengaliran arus pada beban
Apabila dua terminal sel timah penyimpan dihubungkan satu sama lain
melalui sebuah beban listrik (misalkan lampu), elektron mengalir dari elektroda
negatif melalui beban kemudian ke elektroda positif karena perbedaan potensial
antar terminal. Sebagai akibat influk elektron-elektron, tetravalensi timah positif
dalam elektroda positif diubah ke bivalen timah positif dan ikatan yang
menghubungkan tetravalen timah positif ke atom oksigen pecah. Atom oksigen
dilepas dan bergabung dengan ion hidrogen + H dibawa dari asam sulfur ke bentuk
air.
Pada elektroda negatif bivalen timah positif juga telah dibentuk sebagai akibat
pergerakan elektron dari logam timah ke elektroda positif. Bivalen ion sulfat negatif
dari asam, sulfat merupakan kombinasi dengan bivalen timah positif pada kedua
elektroda, lalu timah sulfat (PbSO4) dibentuk sebagai produk pengaliran pada kedua
elektroda. Kedua elektroda kembali ke kondisi semula, energi kimia disimpan dalam

43
sel yang telah diubah kembali ke dalam energi dan telah dibalik dalam bentuk ini.
(ta_ptk_0808225_chapter2.pdf, 25 Juni 2012)

4. Inverter
Untuk kebutuhan listrik AC, energi listrik yang disimpan di baterai dirubah menjadi
listrik AC menggunakan Inverter. Inverter adalah perangkat elektrik yang
digunakan untuk mengubah arus listrik searah (DC) menjadi arus listrik bolak balik
(AC). Inverter mengkonversi arus DC 12-24 V dari perangkat seperti baterai, panel
surya/solar cell menjadi arus AC 220 V.

Gambar 2.15 Inverter


Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan inverter:
1. Kapasitas beban dalam Watt, usahakan memilih inverter yang beban
kerjanya mendekati dengan beban yang hendak kita gunakan agar effisiensi
kerjanya maksimal.
2. Input DC 12 V atau 24 V.
3. Sinewave ataupun square wave outuput AC.
True sine wave inverter diperlukan terutama untuk beban-beban yang masih
menggunakan motor agar bekerja lebih mudah, lancar dan tidak cepat panas. Oleh
karena itu dari sisi harga maka true sine wave inverter adalah yang paling mahal
diantara yang lainnya karena dialah yang paling mendekati bentuk gelombang asli
dari jaringan listrik PLN. Sedangkan pada square wave inverter beban-beban listrik
yang menggunakan kumparan/motor tidak dapat bekerja sama sekali.
Rugi-rugi/loss yang terjadi pada inverter biasanya berupa dissipasi daya
dalam bentuk panas. Pada umumnya efisiensi inverter adalah berkisar 50-90%

44
tergantung dari beban outputnya. Bila beban outputnya semakin mendekati beban
kerja inverter yang tertera maka efisiensinya semakin besar.

45
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Diagram Alir Metode Penelitian

MULAI

Rumusan Masalah

Studi Literatur

Observasi Lapangan

Menentukan Jumlah dan


Spesifikasi Komponen

Pengumpulan
data

Pengolahan
data

analisa

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 4.1 Flowchart


4.1.1. Studi Literature

46
Yaitu mencari, mempelajari, dan mengumpulkan teori serta bahan-bahan
yang mendukung bagi penulis yang diperoleh dengan mempelajari bebarapa
literatur yang berkaitan serta catatan yang diperoleh dari bangku kuliah, penelitian
terdahulu maupun sumber lainnya guna mendapatkan data teoritis yang akan
dijadikan bahan perbandingan dalam pembahasan masalah.

4.1.2. Observasi Lapangan


Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan observasi lapangan
terlebih dahulu. Observasi dilakukan dengan cara melakukan survey ke lapangan.
Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis untuk melakukan penelitian lebih
lanjut.

4.1.3. Pengumpulan Data


Data yang dibutuhkan untuk melakuan perencanaan perhitngan PLTS di desa
Sialang Pungguk, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi.
antara lain :
1. Data jumlah rumah penduduk
2. Data jumlah Madrasah
3. Data jumlah Mesjid
4. Data jumlah Kantor Kepala Desa
5. Data jumlah SD
6. Data jumlah SMP
7. Data jumlah Lampu Jalan

4.1.4. Pengolahan Data


Dari data yang di dapat maka penulis dapat melakukan perencanaan
perhitungan PLTS di Desa Sialang Pungguk Tahapan yang dilakukan penulis pada
perancangan perhitungan PLTS yaitu :

47
A. Menghitung kebutuhan energy listrik penduduk :
Kebutuhan energy listrik untuk penduduk adalah sebagai berikut :

= xU (4.1)

Dimana :

= Kebutuhan energy listrik penduduk


= Energi listrik dalam satuan (Wh)
U = Unit Rumah

B. Menghitung kebutuhan energy listrik fasilitas umun :


Kebutuhan energy listrik untuk fasilitas umum adalah sebagai berikut :
= x PL (4.2)
Dimana :
= kebutuhan energi listrik fasilitas umun
= Energi listrik dalam satuan Watt (W)
PL = Fasilitas umum

C. Sub kebutuhan Energi


Menghitung sub total kebutuhan energy menggunakan persamaan :
= + (4.3)

D. Total kebutuhan Energi


Menghitung total kebutuhan energy dengan memperhatikan rugi-rugi sistem
sebesar 30% dan energy cadangan sebesar 30%, maka menggunakan persamaan :
= + ( x Rugi-rugi Sistem ) (4.4)

= +( x Energi Cadangan ) (4.5)

Dimana :
= Kebutuhan energy
= Kebutuhan energy total

E. Menghitung panel surya

48
menghitung daya panel surya dapat diperhitungkan dengan memperhatikan
beberapa faktor, yaitu insolasi matahari yang di dapat,spesifikasi modul yang
digunakan maka untuk menghitung daya panel surya yang menggunakan
persamaan :
modul = xSxղ (4.6)

Dimana :
= Luas penampang panel surya

S = insolasi matahari
ղ = Efisiensi
Untuk menghitung jumlah modul surya yang dipakai maka digunakan
persamaan :

(4.7)

F. Menghitung baterai
Satuan energi (dalam WH) dikonversikan menjadi Ah yang sesuai dengan
satuan kapasitas baterai sebagai berikut:

𝐼𝐴ℎ = (4.8)

Dimana :
IAh = Kapasitas arus yang dibutuhkan (Ah)
Etotal = Energi total yang dibutuhkan (Wh)
Vs = Tegangan sistem (V)
baterai memiliki faktor depth of discharge (DOD) yang menentukan batas
kedalaman pengeluaran daya (discharge) pada baterai tersebut. Pada kapasitas
baterai, pabrikan biasanya memberikan rating DOD baterai sebesar 80%, energi
yang dapat digunakan pada baterai hanya sebesar 80% dari kapasitas total dan 20%

49
sebagai energi cadangan. Kapasitas total baterai yang dibutuhkan dengan
mempertimbangkan faktor DOD dapat ditentukan dengan persamaan:

IAh𝑡𝑜𝑡𝑎� = (4.9)

Dimana:
IAh total = Kapasitas total baterai (Ah)
IAh = Kapasitas arus yang dibutuhkan (Ah)
DOD = Depth of discharge (%)
menghitung total baterai digunakan persamaan:

Ʃ𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎� = (4.10)

Dimana :
Ʃbaterai = Jumlah baterai (unit)
IAh total = Kapasitas total baterai (Ah)

A. Menghitung Battery Charge Controller


Untuk mengetahui Battery Charge Controller yang berfungsi sebagai
pengontrol battery, ini didapat menggunakan persamaan sebagai berikut :

(4.11)

(4.12)

Dimana :
= Daya perjam (W)
Etotal = Energi total (Wh)
Imax = Arus maksimum, kapasitas BCR (A)
Vs = Tegangan Sistem (V)

50
B. Menghitung Inverter
Inverter untuk merubah arus DC menjadi arus AC didapat mengggunakn
persamaan sebagai berikut :

Iin = (4.13)

Dimana :
Pout = Daya keluaran inverter (W)
Iin = Arus masukkan inverter (A)
Vin = Tegangan masukkan inverter (VDC)

BAB V
DATA DAN ANALISIS
Perhitungan Jumlah Energi Beban
Beban yang dihitung merupakan kebutuhan energi listrik yang akan dicatu daya
oleh PLTS. Untuk melaksanakan perhitungan beban ditetapkan terlebih dahulu
efisiensi inverter dan sistem tegangan yang akan di pakai.
Contoh perhitungan:
 Jumlah kebutuhan daya / energi listrik dengan daya minimal Rumah Tangga
minimal 300-350 Wh/hari/unit

51
 Fasilitas umum maksimal 600-700 Wh/hari/fasum (atau dapat disesuaikan
dengan kebutuhan)
 PJU 50 Wh/hari/unit
 Cadangan energi 30% untuk antisipasi pertambahan penduduk dan
penurunan kinerja komponen PLTS
A1 Efisiensi Inverter (desimal) : 0,95
A2 Tegangan sistem baterai (48V / 120V / 240V) volt
A3 Keluaran Tegangan Inverter: (230/400) volt
Kemudian dilakukan perhitungan jenis beban dan energi yang dibutuhkan seperti
table berikut.

Jenis Jumlah A4 A5
Beban Kuota Energi Total Energi
(Wh) Jumlah x A4
(Wh/hari)
Rumah 100 300 30000
Fasum 3 600 1800
PJU 37 50 1850
SUB TOTAL 1 33650
Cadangan Energi 10,095
(30%)
SUB Total 2 43745
Rugi-rugi sistem 18747
(30%)
Total 62492

A6 Jumlah energi beban per-hari (jumlah A5) : 62492


A7 Jumlah kebutuhan AH beban per-hari (A6/A2) : 62492/48=1301 Ah

Perhitungan Kapasitas Baterai

52
B1 Jumlah hari tanpa matahari yang dibutuhkan: 3 hari
B2 DOD (death-of-discharge) batas pengambilan energi (desimal) = 0,8
B3 Kapasitas baterai yang dibutuhkan ((A7XB1) / B2)= 4878.75 Ah
B4 Kapasitas Amp-hour baterai yang dipilih 1000 Ah (800/1000/1200/1500/200) Ah
B5 Jumlah Baterai dihubung parallel (B3 : B4)=5 (dibulatkan ke atas)
B6 Jumlah baterai dihubung seri (A2 : tegangan baterai yang dipilih)=24
B7 Jumlah total baterai (B5 x B6)=120
B8 Total kapasitas amp-hour baterai (B5 x B4)=5000 Ah
B9 Total kapasitas kilowatt-hour baterai ((B8 x A2) / 1000=240 kWh

Perhitungan Kapasitas Modul Surya


C1 Jumlah total kebutuhan energi beban per-hari (A6) 62492 Wh
C2 Keluaran energi rangkaian modul yang dibutuhkan (C1) 62492 Wh
C3 Tegangan modul pada daya maksimum pada kondisi STC (24 x 0.85)=20,4 V
C4 Daya maksimum modul surya pada kondisi STC 200 watt
C5 Jam matahari (peek sun hours) pada bulan yang dipilih 4 hours (4 jam)
C6 Keluaran energi modul surya per hari (C4 x C5) 800 Wh
C7 Keluaran energi pada temperature operasi (DF x C6)=0,8 x 800=640 Wh
DF= 0.80 umtuk lokasi yang mempunyai temperature ambient tinggi.
C8 Jumlah modul surya untuk memenuhi kebutuhan beban (C2 : C7)= 98 modul.
Kapasitas pembangkit (C4 x C8)= 19600 Wp dibuatkan 20 kWp

5.1. Single Line Diagram Perencanaan PLTS

53
Gambar 5.3. Single Line Diagram

5.2. Analisis Data


1. Analisis kapasitas modul surya harus lebih besar dari pada beban yang
terpasang bahwa satu unit modul surya terdiri 129 unit mempunyai kapasitas
perunit modul surya 260Wp dengan tipe monocrystalline. keunggulan modul
surya tipe monosrystalline ini dapat menyerap energy listrik dengan baik
antara 12% - 15% walaupun posisi matahari sudah miring 75º (dipandang
dari permukaan modul surya),efesiensi modul surya tipe ini ebih meningkat
jika digunakan pada daerah tropis.
2. Setelah hasil perhitungan dengan memperkirakan hari otonomi 3 hari dan
faktor DOD 80% maka kapasitas baterai yang didapatkan 3,40 kAh.
Berdasarkan kapasitas tersebut baterai masih harus memperhitungkan waktu
pengosongan baterai karena baterai tidak boleh kosong minimum 20%, dari

54
pengosongan baterai harus terisi kembali sebagai asumsi untuk
mengantisipasi penggunaan daya dan durasi yang lebih dari perancangan
digunakan kapasitas baterai 100 Ah tegangannya 12 V untuk setiap
baterainya. Dengan jenis baterai lead acid.
3. Berdasarkan kapasitas daya sebesar 3,63 kW maka untuk kapasitas BCR
yang terpasang memiliki kapasitas 6 kW dengan arus maksimum yang
terpasang pada BCR memiliki kapasitas arus sebesar 75,69 A berdasarkan
hasil perhitungan.
4. Berdasarkan kapasitas energy sebesar 43,60 kWh, maka untuk kapasitas
inverter yang terpasang harus memiliki kapasitas lebih 11,02 kW dengan
arus minimal yang masuk pada inverter 230 A.
5. Berdasarkan single line yang dirancang dimana untuk panel surya akan di
kombinasikan menjadi 3 bagian sehingga berdasarkan perhitungan
dibutuhkan panel surya sebanyak 129 unit dengan membagi 3 kombinasi
akan membutuhkan sebanyak 132 panel surya dimana kelebihan 4 panel
surya akan meningkatkan penyuplaian daya beban dan mengurangi arus.
Dan untuk jumlah baterai yang di dapat berdasarkan perhitungan sebanyak
35 unit baterai dan sususun secara seri parallel menghasilkan menghasilkan
36 unit baterai dimana kelebihan 1 buah unit baterai untuk meningkatkan
kapasitas baterai. Untuk kapasitas inverter yang di dapatkan dari hasil
perhitungan 11,02 kW dalam perencanaan digunakan kapasitas daya inverter
15 kW dengan mengkombinasikan menjadi 3 buah dengan masing-masing
kapasitas daya inverter yang terpasang 5 kW, kelebihan kapasitas daya
inverter yang terpasang untuk menjaga keandalan inverter tidak terjadi
kerusakan.

55
BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis perancangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pada
kegiatan kerja praktek ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil perhitungan didapatkan kebutuhan energy untuk desa Sialang
Pungguk didapatkan sebesar 33,54 kWh.
2. Dari hasil perhitungan modul surya didapatkan daya modul surya sebesar
84,84 W dengan kapasitas modul surya perunitnya 260 Wp dengan tipe
Monocrystalline dengan jumlah modul surya sebanyak 129 unit.

56
3. Dari hasil perhitungan untuk kapasitas baterai yang bekerja selama 12 jam
didapatkan kapasitas baterai sebesar 3406,125 Ah dengan jumlah baterai
yang didapatkan sebanyak 35 unit dengan jenis baterai yang digunakan yaitu
lead acid.
4. Kapasitas BCR yang terpasang 1,816 kW dengan arus maksimal sebesar 37
A.
5. Untuk kapasitas yang terpasang 11,02 kW dengan arus minimal yang masuk
pada inverter sebesar 230 kA.

DAFTAR PUSTAKA

57

Anda mungkin juga menyukai