Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

(PLTS)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Instalasi dan Perbaikan Sistem
Komunikasi digital dan Teknologi Komunikasi Bergerak / Mobile
Guru Pengampu : Agus Sugiharto, M.Eng

Disusun Oleh:
FARADILLA FAUZA AZHA
15 / 16913

TEKNIK ELEKTRONIKA DAYA DAN KOMUNIKASI


SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, nikmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembangkit Listrik Tenaga Surya” untuk
memenuhi tugas mata pelajaran untuk Instalasi dan Perbaikan Sistem Komunikasi
digital dan Teknologi Komunikasi Bergerak / Mobile.

Makalah ini membahas tentang segala sesuatu tentang pembangkit listrik


tenaga surya. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat
waktu.

Harapan kami melalui makalah ini mampu memberikan ilmu pengetahuan


mengenai pembangkit listrik tenaga surya kepada pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran pembaca sangat
kami harapkan guna pembuatan makalah yang lebih baik diwaktu yang akan datang.

Yogyakarta, 25 Januari 2020

Penulis

Faradilla Fauza Azha

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3. Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

2.1. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Surya ........................................... 3


2.2. Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya ........................................... 3
2.3. Sejarah Perkembangan Sel Surya Pembangkit Listrik Tenaga Surya .......... 5
2.4. Struktur, Prinsip Kerja, dan Jenis Sel Surya ............................................. 8
2.5. Prinsip Kerja dan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya ..................... 16
2.6. Keunggulan dan Kelemahan Pembangkit Listrik Tenaga Surya................ 18

BAB 111 PENUTUP ...................................................................................... 20

3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 20


3.2. Saran.................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Saat ini kian lama kondisi bumi kita kian mengenaskan karena
tercemarnya lingkungan dari efek rumah kaca yang menyebabkan global
warming, hujan asam, rusaknya lapisan ozon hingga hilangnya hutan tropis.
Semua jenis polusi itu rata-rata akibat dari penggunaan bahan bakar fosil
seperti minyak bumi, uranium, plutonium, batu bara dan lainnya yang tiada
hentinya. Seperti kita ketahui bahwa bahan bakar dari fosil tidak dapat
diperbaharui, tidak seperti bahan bakar non-fosil.
Dengan kondisi yang demikian, gerakan hemat energi sudah merupakan
keharusan di seluruh dunia. Salah satunya dengan hemat bahan bakar dan
menggunakan tenaga angin, tenaga air, energi panas bumi, tenaga matahari,
dan lainnya. Duniapun sudah mulai merubah tren produksi dan penggunaan
bahan bakarnya, dari bahan bakar fosil beralih ke bahan bakar non-fosil,
terutama tenaga surya yang tidak terbatas.
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan lebih diminati
karena dapat digunakan untuk keperluan apa saja dan di mana saja : bangunan
besar, pabrik, perumahan, dan lainnya. Selain persediaannya tanpa batas,
tenaga surya nyaris tanpa dampak buruk terhadap lingkungan dibandingkan
bahan bakar lainnya. Di negara-negara industri maju seperti Jepang, Amerika
Serikat, dan beberapa negara di Eropa dengan bantuan subsidi dari pemerintah
telah diluncurkan program-program untuk memasyarakatkan listrik tenaga
surya ini. Tidak itu saja di negara-negara sedang berkembang seperti India,
Mongol promosi pemakaian sumber energi yang dapat diperbaharui ini terus
dilakukan. Untuk lebih mengetahui apa itu pembangkit listrik tenaga surya atau
disingkat dengan PLTS maka dalam makalah ini akan dijelaskan tentang PLTS.

1
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan
masalah yang ditemui dalam proses pemanfaatan listrik tenaga surya sebagai
berikut :
a. Apa yang dimaksud pembangkit Listrik Tenaga Surya ?
b. Apa saja komponen dari pembangkit listrik tenaga surya ?
c. Apa sejarah perkembangan sel surya pembangkit Listrik Tenaga Surya ?
d. Bagaimana struktur, prinsip kerja, dan jenis sel surya?
e. Bagaimana prinsip kerja dan sistem dari pembangkit listrik tenaga surya ?
f. Apa keunggulan dan kelemahan dari ?

1. 3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
a. Mengetahui yang dimaksud pembangkit Listrik Tenaga Surya
b. Mengatahui komponen dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya
c. Mengetahui sejarah perkembangan sel surya pembangkit Listrik Tenaga
Surya
d. Mengetahui struktur, prinsip kerja, dan jenis sel surya
e. Mengetahui dan memahami prinsip kerja dan sistem dari Pembangkit
Listrik Tenaga Surya
f. Mengetahui keunggulan dan kelemahan penggunaan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembangkit Lisrik Tenaga Surya


Pembangkit listrik tenaga surya atau disingkat PLTS adalah pembangkit
listrik yang mengubah energi surya menjadi energi listrik. Pembangkitan listrik
bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung
menggunakan fotovoltaik dan secara tidak langsung dengan pemusatan energi
surya. Fotovoltaik mengubah secara langsung energi cahaya menjadi listrik
menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan energi surya menggunakan sistem
lensa atau cermin dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk memfokuskan
energi matahari ke satu titik untuk menggerakan mesin kalor.

2.2 Komponen Pembangkit Lisrik Tenaga Surya


Komponen-komponen yang diperlukan untuk instalasi listrik tenaga surya,
terdiri dari :
a. Panel surya / solar panel
Solar panel / panel surya mengkonversikan tenaga matahari menjadi
listrik. Sel silikon (disebut juga solar cells) yang disinari matahari/ surya,
membuat photon yang menghasilkan arus listrik. Sebuah solar cells
menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah panel surya
12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel (untuk menghasilkan 17 Volt
tegangan maksimum). Umumnya kita menghitung maksimum sinar
matahari yang diubah menjadi tenaga listrik sepanjang hari adalah 5 jam.
Tenaga listrik pada pagi – sore disimpan dalam baterai, sehingga listrik
bisa digunakan pada malam hari, dimana tanpa sinar matahari.

3
b. Charger Controler (Pengontrol arus pengisian aki)
Arus listrik yang dihasilkan oleh Panel Surya dikontrol oleh Charge
Controller untuk disimpan dalam aki / battery. Hal ini bertujuan untuk
menjaga aki agar tidak cepat rusak akibat over charging (pengisian
berlebihan). Jika aki kosong atau belum penuh, pengisian arus berlanjut,
jika aki sudah penuh arus pengisian dihentikan oleh Charge Controller
ini.

c. Battery atau aki.


Aki atau battery berfungsi untuk menyimpan arus listrik yang dihasilkan
oleh panel Surya. Dengan demikian di saat malam hari atau tidak ada
sinar matahari, kita tetap dapat menggunakan asur listrik yang disimpan
di dalam aki atau battery. Untuk keperluan yang lebih besar biasanya
jumlah aki nya banyak agar dapat menyimpan arus listrik lebih banyak
lagi. Kumpulan sejumlah aki atau battery ini dikenal dengan Batteries
Bank.Aki yang dipergunakan juga tidak sembarang aki, tetapi aki khusus
yang dikenal dengan Deep Cycle Battery. Battery atau aki jenis ini
berbeda dengan aki biasa pada umumnya, yang dipergunakan pada
mobil.

4
d. Inverter Dc to AC
Bagian ini berfungsi mengubah tegangan DC 12V dari aki menjadi
tegangan AC untuk menyediakan tegangan AC 220V / 110V, seperti
untuk peralatan rumah tangga dan lampu listrik yang bekerja pada
tegangan 220 V.

2.3 Sejarah Perkembangan Sel Surya Pembangkit Listrik Tenaga


Surya

Awal dari penemuan listrik tenaga matahari ini adalah ketika seorang
ahli fisika asal Prancis yang bernama Alexandre Edmond Becquerel pada tahun
1839. Awal penelitiannya, dia mencoba menyinari dua buah electrode dengan
berbagai macam cahaya, cahaya api, serta cahaya lainnya, tetapi sayang,
masih belum menemukan hasil yang diharapkan.

34 tahun berlalu, tepatnya pada tahun 1873, seorang ilmuan


bernama Willoughby Smith mnemukan selenium yang berfungsi sebagai suatu
elemen photo conductivity. Membawa sedikit angin segar dan harapan agar
cahaya menghasilkan energi dapat terwujud.

5
Terinspirasi dari Alexandre Edmund Becquerel, pada tahun 1876 william
Grylls bersama dengan muridnya Richard Evans day mengungkapkan bahwa
selenium dapat mengubah tenaga matahari secara langsung menjadi listrik
tenpa ada bagian bergerak atau panas.

Hingga pada tahun 1883 charles Fritz mencoba melakukan penelitian


dengan melapisi semikonduktor selenium dengan lapisan emas yang sangat
amat tipis. Photovoltaic yang dibuatnya menghasilkan efisiensi kurang dari 1%.

Perkembangan-perkembangan terus berlanjut, memakan waktu cukup


lama. Perkembangan berikutnya, berhubungan dengan penemuan Albert
Einstein tentang efek Fotolistrik pada tahun 1904. Berlanjut cukup lama, pada
tahun 1927, photovoltaic (tenaga surya) dengan tipe yang baru dirancang
menggunakan tembaga dan semi konduktor copper oxide. namun kombinasi
ini juga hanya bisa menghasilkan efisiensi masih kurang dari 1%.

Pada tahun 1941, seorang peneliti bernama Russel Ohl berhasil


mengembangkan teknolgi sel surya dan dikenal sebagai orang pertama yang
membuat paten peranti panel surya modern. Bahan yang digunakannya ketika
itu adalah semi konduktor berjenis silicon dan mampu menghasilkan efesiensi
berkisar 4%.

Karena para ilmuan sudah mendapat pencerahan dan mulai menemukan


hasil, dengan berpatokannya pada teori enstein, banyak ilmuan dari berbagai
negara (kecuali Indonesia) yang kembali mencoba mengembangkan teori
tersebut.
6
Hingga pada akhirnya, pada tahun 1954 Pihak Bell Laboratories berhasil
menemukan lempeng yang sangat tepat untuk digunakan sebagai bahan dasar
cikal bakal panel surya. Penemuan yang dilakukan oleh Gerald Pearson, Daryl
Chapin, dan Souther Fuller secara tidak sengaja menemukan bahwa silicon
yang digabungkan dengan unsur-unsur di dalam logam utama yang dihasilkan
dari pross ekstraksi ternyata sensitif terhadap cahaya.

Perkembangan saat ini

Saat ini PLTS atau panel surya sudah berkembang sangat pesat. Dimana
cahaya matahari yang diterima oleh panel surya sudah dapat disimpan pada
baterai sehingga dapat sisimpan dan digunakan pada saat dibutuhkan.

Di Indoensia, seluruh energi listrik disuplay oleh perusahaan listrik


Negara (PLN). Jadi untuk perkembangan panel surya hanya digunakan oleh
pribadi.

Sedangkan dinegara-negara maju, sudah menggunakan teknologi PLTS


untuk merambah kedunia otomotif, dimana dibuatnya mobil-mobil dengan
energi matahari dan danau buatan untuk menampung panel surya yang
bertugas sebagai energi listrik di wilayah tersebut.

7
Selain pada dunia otomotif, dari dunia teknologi gadget dan elektronik
juga sudah mengembangkan teknologi panel surya ini. banyak sekali produk-
produk yang memakai panel surya sebagai sumber dayanya. Misalnya
smartphone, powerbank, dan lain-lain.

Perkembangan-perkembangan terus dilakukan demi mencapai kesejahteraan


masyarakat dunia agar tidak lagi menggunakan bahan fosil yang tidak ramah
lingkungan serta terbatas.

2.4 Struktur, Prinsip Kerja, dan Jenis Sel Surya

Struktur Sel Surya


Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah divais yang mampu
mengkonversi langsung cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa disebut
sebagai pemeran utama untuk memaksimalkan potensi sangat besar energi
cahaya matahari yang sampai ke bumi, walaupun selain dipergunakan untuk
menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa dimaksimalkan energi
panasnya melalui sistem solar thermal. Sel surya dapat dianalogikan sebagai
divais dengan dua terminal atau sambungan, dimana saat kondisi gelap atau
tidak cukup cahaya berfungsi seperti dioda, dan saat disinari dengan cahaya
matahari dapat menghasilkan tegangan.

8
Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial menghasilkan
tegangan dc sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam skala
milliampere per cm2. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai
aplikasi, sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk
modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total
menghasilkan tegangan dc sebesar 12 V dalam kondisi penyinaran standar (Air
Mass 1.5). Modul surya tersebut bisa digabungkan secara paralel atau seri
untuk memperbesar total tegangan dan
arus outputnya sesuai dengan daya
yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu.
Pada gambar disamping
menunjukan ilustrasi sel surya dan juga
bagian bagiannya.
Secara umum terdiri dari :

1. Substrat/Metal backing
Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya.
Material substrat juga harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena
juga berfungsi sebagai kontak terminal positif sel surya, sehinga umumnya
digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau molybdenum.
Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik, substrat juga
berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya sehingga material yang digunakan
yaitu material yang konduktif tapi juga transparan sepertii ndium tin oxide (ITO)
dan flourine doped tin oxide (FTO).

9
2. Material semikonduktor

Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang


biasanya mempunyai tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya
generasi pertama (silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel surya lapisan tipis.
Material semikonduktor inilah yang berfungsi menyerap cahaya dari sinar
matahari. Untuk kasus gambar diatas, semikonduktor yang digunakan adalah
material silikon, yang umum diaplikasikan di industri elektronik. Sedangkan
untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang umum digunakan
dan telah masuk pasaran yaitu contohnya material Cu(In,Ga)(S,Se)2 (CIGS),
CdTe (kadmium telluride), dan amorphous silikon, disamping material-material
semikonduktor potensial lain yang dalam sedang dalam penelitian intensif
seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide).

Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari


dua material semikonduktor yaitu semikonduktor tipe-p (material-material yang
disebutkan diatas) dan tipe-n (silikon tipe-n, CdS,dll) yang membentuk p-n
junction. P-n junction ini menjadi kunci dari prinsip kerja sel surya. Pengertian
semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-n junction dan sel surya akan
dibahas dibagian “cara kerja sel surya”.

3. Kontak metal / contact grid

Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material


semikonduktor biasanya dilapiskan material metal atau material konduktif
transparan sebagai kontak negatif.

4. Lapisan antireflektif

Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang


terserap oleh semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh
lapisan anti-refleksi. Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material
dengan besar indeks refraktif optik antara semikonduktor dan udara yang
menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor sehingga
meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.

10
5. Enkapsulasi / cover glass

Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya


dari hujan atau kotoran. Susunan sel surya didisain berdasarkan pada perkiraan
banyaknya energi sel surya yang dapat dihasilkan dari suatu lokasi pada waktu
tertentu. Dalam menghitung beberapa besar energi susunan sel surya yang
didapat, perlu diperhatikan faktor faktor yaitu:

1. Radiasi surya rata-rata harian.


2. Efisiensi modul.
3. Faktor koreksi efisiensi temperatur
4. Faktor paking susunan sel surya.
5. Faktor pengotoran
6. Luas total modul.

Cara kerja sel surya


Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu
junction antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari
ikatan-ikatan atom yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar.
Semikonduktor tipe-n mempunyai kelebihan elektron (muatan negatif)
sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan hole (muatan positif)
dalam struktur atomnya.
Kondisi kelebihan elektron dan hole
tersebut bisa terjadi dengan mendoping
material dengan atom dopant. Sebagai
contoh untuk mendapatkan material silikon
tipe-p, silikon didoping oleh atom boron,
sedangkan untuk mendapatkan material
silikon tipe-n, silikon didoping oleh atom
fosfor. Ilustrasi gambar diatas
menggambarkan junction semikonduktor
tipe-p dan tipe-n.

11
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik
sehingga elektron (dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk
menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka
kelebihan elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga
membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub
negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka
terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna
p-n junction ini maka akan mendorong elektron bergerak dari semikonduktor
menuju kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan
sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif menunggu elektron datang,
seperti diilustrasikan pada gambar dibawah ini.

Jenis-jenis Sel Surya

Sel surya merupakan sebuah perangkat yang mengubah energi sinar


matahari menjadi energi listrik dengan proses efek fotovoltaic, karenanya
dinamakan juga sel fotovoltaic (Photovoltaic cell - disingkat PV)). Tegangan
listrik yang dihasilkan oleh sebuah sel surya sangat kecil, sekitar 0,6 V tanpa
beban (open circuit) atau 0,45 V dengan beban. Untuk mendapatkan tegangan
listrik yang besar sesuai keinginan diperlukan beberapa sel surya yang tersusun
secara seri. Jika 36 keping sel surya tersusun seri, akan menghasilkan tegangan
nominal sekitar 16 V. Tegangan ini cukup untuk digunakan mengecas aki 12 V.
Untuk mendapatkan tegangan keluaran yang lebih besar lagi maka diperlukan
lebih banyak lagi sel surya. Gabungan dari beberapa sel surya ini disebut Panel
Surya atau Modul Surya (Solar Modul or Solar Panel).

12
Susunan sekitar 10 - 20 atau lebih Panel Surya akan dapat menghasilkan
arus tegangan tinggi yang cukup untuk kebutuhan rumah tangga. Namun perlu
dicatat tegangan yang dihasilkan oleh sel surya atau panel surya adalah
tegangan DC. Jenis-jenis sel surya Untuk menentukan bagus tidaknya sebuah
sel surya digunakan istilah Efficiency. Menentukan nilai efisiensi ini
menggunakan rumus yang rumit dengan berbagai persyaratan dan dihitung
dalam persen (%). Namun kita definisikan saja secara sederhana yaitu,
perbandingan energi listrik yang dihasilkan dari suatu sel surya terhadap energi
sinar matahari yang mengenai permukaan sel surya tersebut.
Jenis-jenis sel surya digolongkan berdasarkan teknologi pembuatannya.
Secara garis besar sel surya dibagi dalam tiga jenis, yaitu:

1. Monocrystalline
Jenis ini terbuat dari batangan kristal silikon murni yang diiris tipis-tipis.
Kira-kira hampir sama seperti pembuatan keripik singkong. Satu singkong diiris
tipis-tipis, untuk menghasilkan kepingan-kepingan seperti keripik yang siap
digoreng. Itu singkong yang mudah diiris tipis-tipis, beda dengan kristal silikon
murni yang membutuhkan teknologi khusus untuk mengirisnya menjadi
kepingan-kepingan kristal silikon yang tipis. Dengan teknologi seperti ini, akan
dihasilkan kepingan sel surya yang identik satu sama lain dan berkinerja tinggi.
Sehingga menjadi sel surya yang paling efisien dibandingkan jenis sel surya
lainnya, sekitar 15% - 20%. Mahalnya harga kristal silikon murni dan teknologi
yang digunakan, menyebabkan mahalnya harga jenis sel surya ini dibandingkan
jenis sel surya yang lain di pasaran.

13
Kelemahannya, sel surya jenis
ini jika disusun membentuk solar
modul (panel surya) akan menyisakan
banyak ruangan yang kosong karena
sel surya seperti ini umumnya
berbentuk segi enam atau bulat,
tergantung dari bentuk batangan
kristal silikonnya, seperti terlihat pada
gambar disamping.

Keterangan gambar:

1. Batangan kristal silikon murni


2. Irisan kristal silikon yang sangat tipis
3. Sebuah sel surya monocrystalline yang sudah jadi
4. Sebuah panel surya monocrystalline yang berisi susunan sel surya
monocrystalline. Nampak area kosong yang tidak tertutup karena
bentuk sel surya jenis ini.

2. Polycrystalline

Jenis ini terbuat dari beberapa


batang kristal silikon yang dilebur /
dicairkan kemudian dituangkan dalam
cetakan yang berbentuk persegi.
Kemurnian kristal silikonnya tidak
semurni pada sel surya monocrystalline, karenanya sel surya yang dihasilkan
tidak identik satu sama lain dan efisiensinya lebih rendah, sekitar 13% - 16% .
Tampilannya nampak seperti ada motif pecahan kaca di dalamnya. Bentuknya
yang persegi, jika disusun membentuk panel surya, akan rapat dan tidak akan
ada ruangan kosong yang sia-sia seperti susunan pada panel surya
monocrystalline di atas. Proses pembuatannya lebih mudah dibanding
monocrystalline, karenanya harganya lebih murah. Jenis ini paling banyak
dipakai saat ini.

14
3. Thin Film Solar Cell (TFSC)

Jenis sel surya ini diproduksi dengan cara menambahkan satu atau
beberapa lapisan material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar. Sel surya
jenis ini sangat tipis karenanya sangat ringan dan fleksibel. Jenis ini dikenal

juga dengan nama TFPV (Thin Film Photovoltaic) seperti tampak pada gambar
ini.

Sel surya Thin Film Berdasarkan materialnya, sel surya thin film ini
digolongkan menjadi:

a. Amorphous Silicon (a-Si) Solar Cells.

Sel surya dengan bahan Amorphous Silicon ini, awalnya banyak


diterapkan pada kalkulator dan jam tangan. Namun seiring dengan
perkembangan teknologi pembuatannya penerapannya menjadi semakin luas.
Dengan teknik produksi yang disebut "stacking" (susun lapis), dimana beberapa
lapis Amorphous Silicon ditumpuk membentuk sel surya, akan memberikan
efisiensi yang lebih baik antara 6% - 8%.

b. Cadmium Telluride (CdTe) Solar Cells.

Sel surya jenis ini mengandung bahan Cadmium Telluride yang memiliki
efisiensi lebih tinggi dari sel surya Amorphous Silicon, yaitu sekitar: 9% - 11%.

15
c. Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) Solar Cells.

Dibandingkan kedua jenis sel surya thin film di atas, CIGS sel surya
memiliki efisiensi paling tinggi yaitu sekitar 10% - 12%. Selalin itu jenis ini tidak
mengandung bahan berbahaya Cadmium seperti pada sel surya CdTe.
Teknologi produksi sel surya thin film ini masih baru, masih banyak
kemungkinan di masa mendatang. Ongkos produksi yang murah serta
bentuknya yang tipis, ringan dan fleksibel sehingga dapat dilekatkan pada
berbagai bentuk permukaan, seperti kaca, dinding gedung dan genteng rumah
dan bahkan tidak menutup kemungkinan kelak dapat dilekatkan pada bahan
seperti baju kaos.

2.5 Prinsip Kerja dan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu


mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya
matahari merupakan salah satu bentuk energi dari sumber daya alam. Sumber
daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk memasok daya listrik di
satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat menghasilkan energi
listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari matahari, tanpa
ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga

16
sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan. Badingkan
dengan sebuah generator listrik, ada bagian yang berputar dan memerlukan
bahan bakar untuk dapat menghasilkan listrik. Suaranya bising.
Selain itu gas buang yang dihasilkan dapat menimbulkan efek gas rumah
kaca (green house gas) yang pengaruhnya dapat merusak ekosistem planet
bumi kita. Sistem sel surya yang digunakan di permukaan bumi terdiri dari
panel sel surya, rangkaian kontroler pengisian (charge controller), dan aki
(batere) 12 volt yang maintenance free.
Sistem PLTS secara garis besar dapt dibagi menjadi tiga, yaitu;

1) Off Grid System


Merupakan sistem pembangkit listrik
alternatif untuk daerah-daerah
terpencil yang tidak terjangkauoleh
jaringan PLN.sistem ini disebut juga
dengan stand-alone PV sistem, yaitu
sistem pembangkit listrik yang
hanya mengandalkan energi
matahari sebagai satu-satunya sumber energi utama dengan
menggunakan rangkaian fotovoltaik modul untuk menghasilkan energi
listrik sesuai dengan kebutuhan.

2) On Grid/Grid Tie System


Sistem ini menggunakan solar panel
(panel fotovoltaik) untuk
menghasilkan listrik yang ramah
lingkungan dan bebas emisi. Dengan
adanya sistem ini akan mengurangi
tagihan listrik rumah tangga dan memberikan nilai tambah pada
pemiliknya. Rangkaian ini akan tetap terhubung dengan jaringan PLN
dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi dari panel surya untuk
menghasilkan energi listrik semaksimal mungkin

17
3) Hybrid System
Sistem ini menggunakan dua sistem atau
lebih pembangkit listrik dengan sumber
energi yang berbeda. Umumnya sistem
pembangkit yang banyak digunakan untuk
hybrid adalah genset, PLTS, mikrohydro
dan tenaga angin. Sistem ini merupakan
salh satu alternatif sistem pembangkit yang tepat untuk diaplikasikan
pada daerah-daerah yang sukar dijangkau oleh sistem pembangkit
besar seperti jaringan PLN maupun PLTD. Sistem hybrid ni
memanfaatkan renewable energi sebagai sumber utama (primer) yang
dikombinasikan dengan genset atau lainnya sebagai sumber energi
cadangan.

2.6 Keunggulan dan Kelemahan Pembangkit Lisrik Tenaga Surya

Keunggulan PLTS :
1. Tidak memerlukan bahan bakar, karena menggunakan sumber energi
matahari yangdapat diperoleh dimana saja secara cuma-cuma
sepanjang tahun, sehingga hampirtidak memerlukan biaya operasi.
2. Tidak memerlukan konstruksi yang berat dan menetap, sehingga dapat
dipasangdimana saja dan dapat dipindahkan bilamana dibutuhkan.
3. Dapat diterapkan secara sentralisasi (PLTS ditempatkan di suatu area
dan listrik yang dihasilkan disalurkan melalui jaringan distribusi ke
tempat-tempat yangmembutuhkan) maupun desentralisasi (sistem
PLTS dipasang pada setiap rumah,dengan demikian tidak diperlukan
jaringan distribusi).
4. Pada pola desentralisasi, gangguan pada satu sistem tidak akan
mempengaruhisistem yang lain dan tidak banyak energi yang terbuang
pada jaringan distribusi.

18
5. Bersifat moduler; kapasitas listrik yang dihasilkan dapat disesuaikan
dengankebutuhan dengan cara merangkai modul secara seri dan
paralel.
6. Dapat dioperasikan secara otomatis (unattendable) maupun
menggunakan operator (attendable).
7. Ramah lingkungan. Tidak menimbulkan polusi suara maupun polusi
asap.
8. Tidak ada bagian yang bergerak, sehingga hampir tidak memerlukan
biayapemeliharaan, yang diperlukan hanya membersihkan modul
apabila kotor danmenambah air accu (aquades).
9. Umur pakai (life time) lebih dari 25 tahun

Kelemahan PLTS :
1. Modul surya memiliki efisiensi konversi yang rendah dibandingkan
jenispembangkit lainnya.
2. Untuk bekerja dengan baik, modul surya harus cukup mendapatkan
penyinaranmatahari (tergantung pada musim).
3. Memerlukan area yang luas untuk pemasangan modul surya untuk
mendapatkandaya keluaran yang tinggi.
4. Harga modul surya (skala kecil) masih mahal sehingga biaya
pembangkitan yangdihasilkan juga mahal.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembangkit listrik tenaga surya merupakan salah satu sumber energi
listrik alternatif sebagai upaya dalam mengatasi krisis energi listrik dari sumber
bahan bakar.
Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga surya adalah mengubah energi
cahaya matahari melalui sel surya menjadi energi listrik. Karena energi sel surya
sangat rendah sehingga tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan
beban AC melainkan disimpan terlebih dahulu pada sebuah baterai atau Accu.
Kemudian simpanan energi listrik ini diubah menjadi tegangan arus bolak-balik
(AC) dengan bantuan inverter sehingga keluarannya dapat dihubungkan ke
beban. Kecepatan penyimpanan energi listrik ke sel baterai/acuu tergantung
pada kapasitas energi yang dibangkitkan oleh sel surya. Semakin luas
permukaan sel surya maka proses konversi energi matahari akan lebih banyak.

3.2 Saran
Indonesia sangat potensial sekali untuk menerapkan system PLTS untuk
sumber energi karena hanya memiliki 2 musim tidak seperti didaerah Jepang,
Amerika dan Negara-Negara lainnya, tapi sebelum praktek/pengaplikasiannya
terjun kemasyarakat secara luas tentunya haruslah diberi pengarahan dulu
kepada masyarakat baik itu lewat media cetak, social dll. Dengan adanya
pengarahan diharapkan hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi, dan
mengurungkan niat mereka untuk mengenal teknologi dalam perkemangan
dizaman modern ini.
Indonesia juga dapat mengurangi keterbelakangan masyarakat pedalaman
yang tidak tersedianya listrik dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya
sendiri di pedalaman tersebut. Selain itu, Indonesia dapat memproduksi sendiri modul
surya menggunakan sumber daya alam yang melimpah agar harga dapat terjangkau.
Dengan demikian secara perlahan energi terbarukan PLTS akan banyak
digunakan oleh rakyat Indonesia.

20
DAFTAR PUSTAKA

 Nurhayata, I Gede. (2014). Penerapan Rangkaian Elektronika.


 Damastuti, Anya P. (1997). Pembangkit Listrik Tenaga Surya.
 “Pembangkit listrik tenaga surya
“ http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_surya, diakses
tanggal 24 Januari 2020 pukul 13.24 WIB
 “Tenaga Surya”, http://solarsuryaindonesia.com/tenaga-surya, diakses
tanggal 24 Januari 2020 pukul 14.04 WIB
 “Kisah Sejarah perkembangan sel surya pembangkit listrik tenaga matahari
yang sangat menginspirasi”, https://www.kelistrikanku.com/2017/01/sejarah-
sel-surya-plts-matahari.html , diakses tanggal 24 Januari 2020 pukul
14.15 WIB
 “MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA
“ http://rezarizkiii.blogspot.com/2014/12/halaman-pengesahan-
pembangkit.html?m=1feeds/posts/default?alt%3Drss , diakses tanggal 24
Januari 2020 pukul 14.30 WIB

iv

Anda mungkin juga menyukai