(PLTS)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Instalasi dan Perbaikan Sistem
Komunikasi digital dan Teknologi Komunikasi Bergerak / Mobile
Guru Pengampu : Agus Sugiharto, M.Eng
Disusun Oleh:
FARADILLA FAUZA AZHA
15 / 16913
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, nikmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembangkit Listrik Tenaga Surya” untuk
memenuhi tugas mata pelajaran untuk Instalasi dan Perbaikan Sistem Komunikasi
digital dan Teknologi Komunikasi Bergerak / Mobile.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Saat ini kian lama kondisi bumi kita kian mengenaskan karena
tercemarnya lingkungan dari efek rumah kaca yang menyebabkan global
warming, hujan asam, rusaknya lapisan ozon hingga hilangnya hutan tropis.
Semua jenis polusi itu rata-rata akibat dari penggunaan bahan bakar fosil
seperti minyak bumi, uranium, plutonium, batu bara dan lainnya yang tiada
hentinya. Seperti kita ketahui bahwa bahan bakar dari fosil tidak dapat
diperbaharui, tidak seperti bahan bakar non-fosil.
Dengan kondisi yang demikian, gerakan hemat energi sudah merupakan
keharusan di seluruh dunia. Salah satunya dengan hemat bahan bakar dan
menggunakan tenaga angin, tenaga air, energi panas bumi, tenaga matahari,
dan lainnya. Duniapun sudah mulai merubah tren produksi dan penggunaan
bahan bakarnya, dari bahan bakar fosil beralih ke bahan bakar non-fosil,
terutama tenaga surya yang tidak terbatas.
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan lebih diminati
karena dapat digunakan untuk keperluan apa saja dan di mana saja : bangunan
besar, pabrik, perumahan, dan lainnya. Selain persediaannya tanpa batas,
tenaga surya nyaris tanpa dampak buruk terhadap lingkungan dibandingkan
bahan bakar lainnya. Di negara-negara industri maju seperti Jepang, Amerika
Serikat, dan beberapa negara di Eropa dengan bantuan subsidi dari pemerintah
telah diluncurkan program-program untuk memasyarakatkan listrik tenaga
surya ini. Tidak itu saja di negara-negara sedang berkembang seperti India,
Mongol promosi pemakaian sumber energi yang dapat diperbaharui ini terus
dilakukan. Untuk lebih mengetahui apa itu pembangkit listrik tenaga surya atau
disingkat dengan PLTS maka dalam makalah ini akan dijelaskan tentang PLTS.
1
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan
masalah yang ditemui dalam proses pemanfaatan listrik tenaga surya sebagai
berikut :
a. Apa yang dimaksud pembangkit Listrik Tenaga Surya ?
b. Apa saja komponen dari pembangkit listrik tenaga surya ?
c. Apa sejarah perkembangan sel surya pembangkit Listrik Tenaga Surya ?
d. Bagaimana struktur, prinsip kerja, dan jenis sel surya?
e. Bagaimana prinsip kerja dan sistem dari pembangkit listrik tenaga surya ?
f. Apa keunggulan dan kelemahan dari ?
1. 3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
a. Mengetahui yang dimaksud pembangkit Listrik Tenaga Surya
b. Mengatahui komponen dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya
c. Mengetahui sejarah perkembangan sel surya pembangkit Listrik Tenaga
Surya
d. Mengetahui struktur, prinsip kerja, dan jenis sel surya
e. Mengetahui dan memahami prinsip kerja dan sistem dari Pembangkit
Listrik Tenaga Surya
f. Mengetahui keunggulan dan kelemahan penggunaan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Charger Controler (Pengontrol arus pengisian aki)
Arus listrik yang dihasilkan oleh Panel Surya dikontrol oleh Charge
Controller untuk disimpan dalam aki / battery. Hal ini bertujuan untuk
menjaga aki agar tidak cepat rusak akibat over charging (pengisian
berlebihan). Jika aki kosong atau belum penuh, pengisian arus berlanjut,
jika aki sudah penuh arus pengisian dihentikan oleh Charge Controller
ini.
4
d. Inverter Dc to AC
Bagian ini berfungsi mengubah tegangan DC 12V dari aki menjadi
tegangan AC untuk menyediakan tegangan AC 220V / 110V, seperti
untuk peralatan rumah tangga dan lampu listrik yang bekerja pada
tegangan 220 V.
Awal dari penemuan listrik tenaga matahari ini adalah ketika seorang
ahli fisika asal Prancis yang bernama Alexandre Edmond Becquerel pada tahun
1839. Awal penelitiannya, dia mencoba menyinari dua buah electrode dengan
berbagai macam cahaya, cahaya api, serta cahaya lainnya, tetapi sayang,
masih belum menemukan hasil yang diharapkan.
5
Terinspirasi dari Alexandre Edmund Becquerel, pada tahun 1876 william
Grylls bersama dengan muridnya Richard Evans day mengungkapkan bahwa
selenium dapat mengubah tenaga matahari secara langsung menjadi listrik
tenpa ada bagian bergerak atau panas.
Saat ini PLTS atau panel surya sudah berkembang sangat pesat. Dimana
cahaya matahari yang diterima oleh panel surya sudah dapat disimpan pada
baterai sehingga dapat sisimpan dan digunakan pada saat dibutuhkan.
7
Selain pada dunia otomotif, dari dunia teknologi gadget dan elektronik
juga sudah mengembangkan teknologi panel surya ini. banyak sekali produk-
produk yang memakai panel surya sebagai sumber dayanya. Misalnya
smartphone, powerbank, dan lain-lain.
8
Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial menghasilkan
tegangan dc sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam skala
milliampere per cm2. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai
aplikasi, sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk
modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total
menghasilkan tegangan dc sebesar 12 V dalam kondisi penyinaran standar (Air
Mass 1.5). Modul surya tersebut bisa digabungkan secara paralel atau seri
untuk memperbesar total tegangan dan
arus outputnya sesuai dengan daya
yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu.
Pada gambar disamping
menunjukan ilustrasi sel surya dan juga
bagian bagiannya.
Secara umum terdiri dari :
1. Substrat/Metal backing
Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya.
Material substrat juga harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena
juga berfungsi sebagai kontak terminal positif sel surya, sehinga umumnya
digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau molybdenum.
Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik, substrat juga
berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya sehingga material yang digunakan
yaitu material yang konduktif tapi juga transparan sepertii ndium tin oxide (ITO)
dan flourine doped tin oxide (FTO).
9
2. Material semikonduktor
4. Lapisan antireflektif
10
5. Enkapsulasi / cover glass
11
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik
sehingga elektron (dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk
menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka
kelebihan elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga
membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub
negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka
terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna
p-n junction ini maka akan mendorong elektron bergerak dari semikonduktor
menuju kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan
sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif menunggu elektron datang,
seperti diilustrasikan pada gambar dibawah ini.
12
Susunan sekitar 10 - 20 atau lebih Panel Surya akan dapat menghasilkan
arus tegangan tinggi yang cukup untuk kebutuhan rumah tangga. Namun perlu
dicatat tegangan yang dihasilkan oleh sel surya atau panel surya adalah
tegangan DC. Jenis-jenis sel surya Untuk menentukan bagus tidaknya sebuah
sel surya digunakan istilah Efficiency. Menentukan nilai efisiensi ini
menggunakan rumus yang rumit dengan berbagai persyaratan dan dihitung
dalam persen (%). Namun kita definisikan saja secara sederhana yaitu,
perbandingan energi listrik yang dihasilkan dari suatu sel surya terhadap energi
sinar matahari yang mengenai permukaan sel surya tersebut.
Jenis-jenis sel surya digolongkan berdasarkan teknologi pembuatannya.
Secara garis besar sel surya dibagi dalam tiga jenis, yaitu:
1. Monocrystalline
Jenis ini terbuat dari batangan kristal silikon murni yang diiris tipis-tipis.
Kira-kira hampir sama seperti pembuatan keripik singkong. Satu singkong diiris
tipis-tipis, untuk menghasilkan kepingan-kepingan seperti keripik yang siap
digoreng. Itu singkong yang mudah diiris tipis-tipis, beda dengan kristal silikon
murni yang membutuhkan teknologi khusus untuk mengirisnya menjadi
kepingan-kepingan kristal silikon yang tipis. Dengan teknologi seperti ini, akan
dihasilkan kepingan sel surya yang identik satu sama lain dan berkinerja tinggi.
Sehingga menjadi sel surya yang paling efisien dibandingkan jenis sel surya
lainnya, sekitar 15% - 20%. Mahalnya harga kristal silikon murni dan teknologi
yang digunakan, menyebabkan mahalnya harga jenis sel surya ini dibandingkan
jenis sel surya yang lain di pasaran.
13
Kelemahannya, sel surya jenis
ini jika disusun membentuk solar
modul (panel surya) akan menyisakan
banyak ruangan yang kosong karena
sel surya seperti ini umumnya
berbentuk segi enam atau bulat,
tergantung dari bentuk batangan
kristal silikonnya, seperti terlihat pada
gambar disamping.
Keterangan gambar:
2. Polycrystalline
14
3. Thin Film Solar Cell (TFSC)
Jenis sel surya ini diproduksi dengan cara menambahkan satu atau
beberapa lapisan material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar. Sel surya
jenis ini sangat tipis karenanya sangat ringan dan fleksibel. Jenis ini dikenal
juga dengan nama TFPV (Thin Film Photovoltaic) seperti tampak pada gambar
ini.
Sel surya Thin Film Berdasarkan materialnya, sel surya thin film ini
digolongkan menjadi:
Sel surya jenis ini mengandung bahan Cadmium Telluride yang memiliki
efisiensi lebih tinggi dari sel surya Amorphous Silicon, yaitu sekitar: 9% - 11%.
15
c. Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) Solar Cells.
Dibandingkan kedua jenis sel surya thin film di atas, CIGS sel surya
memiliki efisiensi paling tinggi yaitu sekitar 10% - 12%. Selalin itu jenis ini tidak
mengandung bahan berbahaya Cadmium seperti pada sel surya CdTe.
Teknologi produksi sel surya thin film ini masih baru, masih banyak
kemungkinan di masa mendatang. Ongkos produksi yang murah serta
bentuknya yang tipis, ringan dan fleksibel sehingga dapat dilekatkan pada
berbagai bentuk permukaan, seperti kaca, dinding gedung dan genteng rumah
dan bahkan tidak menutup kemungkinan kelak dapat dilekatkan pada bahan
seperti baju kaos.
16
sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan. Badingkan
dengan sebuah generator listrik, ada bagian yang berputar dan memerlukan
bahan bakar untuk dapat menghasilkan listrik. Suaranya bising.
Selain itu gas buang yang dihasilkan dapat menimbulkan efek gas rumah
kaca (green house gas) yang pengaruhnya dapat merusak ekosistem planet
bumi kita. Sistem sel surya yang digunakan di permukaan bumi terdiri dari
panel sel surya, rangkaian kontroler pengisian (charge controller), dan aki
(batere) 12 volt yang maintenance free.
Sistem PLTS secara garis besar dapt dibagi menjadi tiga, yaitu;
17
3) Hybrid System
Sistem ini menggunakan dua sistem atau
lebih pembangkit listrik dengan sumber
energi yang berbeda. Umumnya sistem
pembangkit yang banyak digunakan untuk
hybrid adalah genset, PLTS, mikrohydro
dan tenaga angin. Sistem ini merupakan
salh satu alternatif sistem pembangkit yang tepat untuk diaplikasikan
pada daerah-daerah yang sukar dijangkau oleh sistem pembangkit
besar seperti jaringan PLN maupun PLTD. Sistem hybrid ni
memanfaatkan renewable energi sebagai sumber utama (primer) yang
dikombinasikan dengan genset atau lainnya sebagai sumber energi
cadangan.
Keunggulan PLTS :
1. Tidak memerlukan bahan bakar, karena menggunakan sumber energi
matahari yangdapat diperoleh dimana saja secara cuma-cuma
sepanjang tahun, sehingga hampirtidak memerlukan biaya operasi.
2. Tidak memerlukan konstruksi yang berat dan menetap, sehingga dapat
dipasangdimana saja dan dapat dipindahkan bilamana dibutuhkan.
3. Dapat diterapkan secara sentralisasi (PLTS ditempatkan di suatu area
dan listrik yang dihasilkan disalurkan melalui jaringan distribusi ke
tempat-tempat yangmembutuhkan) maupun desentralisasi (sistem
PLTS dipasang pada setiap rumah,dengan demikian tidak diperlukan
jaringan distribusi).
4. Pada pola desentralisasi, gangguan pada satu sistem tidak akan
mempengaruhisistem yang lain dan tidak banyak energi yang terbuang
pada jaringan distribusi.
18
5. Bersifat moduler; kapasitas listrik yang dihasilkan dapat disesuaikan
dengankebutuhan dengan cara merangkai modul secara seri dan
paralel.
6. Dapat dioperasikan secara otomatis (unattendable) maupun
menggunakan operator (attendable).
7. Ramah lingkungan. Tidak menimbulkan polusi suara maupun polusi
asap.
8. Tidak ada bagian yang bergerak, sehingga hampir tidak memerlukan
biayapemeliharaan, yang diperlukan hanya membersihkan modul
apabila kotor danmenambah air accu (aquades).
9. Umur pakai (life time) lebih dari 25 tahun
Kelemahan PLTS :
1. Modul surya memiliki efisiensi konversi yang rendah dibandingkan
jenispembangkit lainnya.
2. Untuk bekerja dengan baik, modul surya harus cukup mendapatkan
penyinaranmatahari (tergantung pada musim).
3. Memerlukan area yang luas untuk pemasangan modul surya untuk
mendapatkandaya keluaran yang tinggi.
4. Harga modul surya (skala kecil) masih mahal sehingga biaya
pembangkitan yangdihasilkan juga mahal.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembangkit listrik tenaga surya merupakan salah satu sumber energi
listrik alternatif sebagai upaya dalam mengatasi krisis energi listrik dari sumber
bahan bakar.
Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga surya adalah mengubah energi
cahaya matahari melalui sel surya menjadi energi listrik. Karena energi sel surya
sangat rendah sehingga tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan
beban AC melainkan disimpan terlebih dahulu pada sebuah baterai atau Accu.
Kemudian simpanan energi listrik ini diubah menjadi tegangan arus bolak-balik
(AC) dengan bantuan inverter sehingga keluarannya dapat dihubungkan ke
beban. Kecepatan penyimpanan energi listrik ke sel baterai/acuu tergantung
pada kapasitas energi yang dibangkitkan oleh sel surya. Semakin luas
permukaan sel surya maka proses konversi energi matahari akan lebih banyak.
3.2 Saran
Indonesia sangat potensial sekali untuk menerapkan system PLTS untuk
sumber energi karena hanya memiliki 2 musim tidak seperti didaerah Jepang,
Amerika dan Negara-Negara lainnya, tapi sebelum praktek/pengaplikasiannya
terjun kemasyarakat secara luas tentunya haruslah diberi pengarahan dulu
kepada masyarakat baik itu lewat media cetak, social dll. Dengan adanya
pengarahan diharapkan hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi, dan
mengurungkan niat mereka untuk mengenal teknologi dalam perkemangan
dizaman modern ini.
Indonesia juga dapat mengurangi keterbelakangan masyarakat pedalaman
yang tidak tersedianya listrik dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya
sendiri di pedalaman tersebut. Selain itu, Indonesia dapat memproduksi sendiri modul
surya menggunakan sumber daya alam yang melimpah agar harga dapat terjangkau.
Dengan demikian secara perlahan energi terbarukan PLTS akan banyak
digunakan oleh rakyat Indonesia.
20
DAFTAR PUSTAKA
iv