KELOMPOK 5
Oleh:
Puji dan Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Prinsip kerja Generator AC.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi
bias teratasi dengan baik. Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kesimpulan …………………………………………………..……….......…… 13
Saran ………………………………………………………………….......…… 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara tropis yang hanya mengalami dua musim, panas dan
hujan. Matahari akan bersinar sepanjang tahun, meskipun pada musim hujan intensitasnya
berkurang. Kondisi iklim ini menyebabkan matahari dapat menjadi alternatif sumber
energi masa depan di Indonesia. Selain matahari, Indonesia juga mempunyai cadangan
minyak dan gas bumi yang relatif banyak. Sebagian telah dieksploitasi. Masalahnya
minyak dan gas bumi adalah sumber energi yang tidak terbaharui. Tanpa pemakaian yang
bijaksana suatu saat sumber tersebut akan habis. Selain itu, pembakaran minyak dan gas
bumi menimbulkan polusi udara. Ketika isu lingkungan makin keras disuarakan oleh
kelompok ‘hijau’, sumber energi yang ramah lingkungan dan terbarui menjadi aset
berharga. Apalagi penggunaan energi surya Indonesia saat ini masih kurang dari 5% total
pemakaian energi nasional. kondisi bumi kita kian lama kian mengenaskan karena
tercemarnya lingkungan dari efek rumah kaca (green house effect) yang menyebabkan
global warming, hujan asam, rusaknya lapisan ozon hingga hilangnya hutan tropis. Semua
jenis polusi itu rata-rata akibat dari penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi,
uranium, plutonium, batu bara dan lainnya yang tiada hentinya. Padahal kita tahu bahwa
bahan bakar dari fosil tidak dapat diperbaharui, tidakb seperti bahan bakar non-fosil.
Dengan kondisi yang sudah sedemikian memprihatinkan, gerakan hemat energi sudah
merupakan keharusan di seluruh dunia. Salah satunya dengan hemat bahan bakar dan
menggunakan bahan bakar dari non-fosil yang dapat diperbaharui seperti tenaga angin,
tenaga air, energi panas bumi, tenaga matahari, dan lainnya. Duniapun sudah mulai
merubah tren produksi dan penggunaan bahan bakarnya, dari bahan bakar fosil beralih ke
bahan bakar non-fosil, terutama tenaga surya yang tidak terbatas. Sistem Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan lebih diminati karena dapat digunakan untuk keperluan
apa saja dan di mana saja : bangunan besar, pabrik, perumahan, dan lainnya. Selain
persediaannya tanpa batas, tenaga surya nyaris tanpa dampak buruk terhadap lingkungan
dibandingkan bahan bakar lainnya.Di negara- negara industri maju seperti Jepang,
Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa dengan bantuan subsidi dari pemerintah
telah diluncurkan program-program untuk memasyarakatkan listrik tenaga surya ini. Tidak
itu saja di negara-negara sedang berkembang seperti India, Mongol promosi pemakaian
sumber energi yang dapat diperbaharui ini terus dilakukan. Untuk lebih mengetahui apa itu
pembangkit listrik tenaga surya atau kami singkat dengan PLTS maka dalam tulisan ini
akan dijelaskan secara singkat komponen-komponen yang membentuk PLTS, sistem
kelistrikan tenaga surya.
C. Rumusan Masalah
Dalam makah ini kami membahas tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya secara
umum meliputi, Prinsip kerja sitem Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Komponen
1. Mencatu Listrik Rumah Tangga bagi konsumen yang tinggal di wilayah dimana
jaringan listrik tidak tersedia: Pedesaan (terpencil), daerah terisolasi, pulau-pulau
terpencil dll.
2. Mencatu Listrik untuk peralatan yang ditempatkan di tempat-tempat terpencil yang
dapat bekerja secara otomatis tanpa operator: TV Repeater, Relay Station dll.
3. Mencatu peralatan (baik di kota maupun di tempat terpencil) yang memerlukan
kualitas dan keandalan supply listrik yang tinggi, baik berfungsi sebagai back
up maupun sebagai tandem dari listrik jaringan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), adalah pembangkit yang
memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penghasil listrik. Alat utama untuk
menangkap, perubah dan penghasil listrik adalah Photovoltaic yang disebut secara umum
Modul / Panel Solar Cell. Dengan alat tersebut sinar matahari dirubah menjadi listrik
melalui proses aliran-aliran elektron negatif dan positif didalam cell modul tersebut karena
perbedaan elektron. Hasil dari aliran elektron-elektron akan menjadi listrik DC yang dapat
langsung dimanfatkan untuk mengisi battery / aki sesuai tegangan dan ampere yang
diperlukan.
Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah cahaya
matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk enrgi dari
sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk
memasok daya listrik di satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat
menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari
matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga
sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan. Badingkan dengan sebuah
generator listrik, ada bagian yang berputar dan memerlukan bahan bakar untuk dapat
menghasilkan listrik. Suaranya bising. Selain itu gas buang yang dihasilkan dapat
menimbulkan efek gas rumah kaca (green house gas) yang pengaruhnya dapat merusak
ekosistem planet bumi kita.
komponen utama panel surya adalah modul yang merupakan unit rakitan beberapa
sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara pabrikasi bisa
menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat
dengan teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik
diperlukan teknologi tinggi. Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik
yang dihubungkan secara seri dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat
modul sel surya yaitu sebesar 60ari biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu bias
diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya pembangunan PLTS.
Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah membuat
bingkai (frame), kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang masih diimpor. Jika
permintaan pasar banyak maka pembuatan sel dilakukan di dalam negeri. Hal ini karena
teknologi pembuatan sel surya dengan bahan silikon single dan poly cristal secara
teoritis sudah dikuasai. Dalam bidang fotovoltaik yang digunakan pada PLTS,
Indonesia ternyata telah melewati tahapan penelitian dan pengembangan dan sekarang
menuju tahapan pelaksanaan dan instalasi untuk elektrifikasi untuk pedesaan.
Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya murah,bersih, mudah
dipasang dan dioperasikan dan mudah dirawat. Sedangkan kendala utama yang
dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah investasi awal yang
besar dan harga per kWh listrik yang dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan
subsistem yang terdiri atas baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Controller regulator
Controller regulator adalah alat elektronik pada system Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS). Berfungsi mengatur lalu lintas listrik dari modul surya ke battery/accu
(apabila battery/accu sdh penuh maka listrik dari modul surya tidak akan dimasukkan
ke battery/accu dan sebaliknya), dan dari battery/accu ke beban (apabila listrik dalam
battery/accu tinggal 20-30%, maka listrik ke beban otomatis dimatikan.
Gambar 4. InverterAC
C. Perencanaan Kebutuhan Sistem PLTS
Sistem PLTS terdiri dari beberapa blok meliputi: panel surya, solar charge controller,
baterai, dan inverter. Dibawah ini menunjukkan digram blok keseluruhan sistem.
(a) (b)
(d) Beban
Panel Solar
inverter
Surya Charge
Controll
er
(c)
Baterai
Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan fungsi masing-masing blok diagram sebagai
berikut: (a) panel Surya adalah komponen PLTS yang fungsinya merubah cahaya matahari
menjadi energi listrik, (b) solar charge controller adalah komponen PLTS yang fungsinya
mengatur pengisian arus ke baterai dan mengatur arus yang diambil dari baterai ke beban,
(c) baterai adalah komponen PLTS yang fungsinya sebagai penyimpan tenaga listrik arus
searah (DC) dari tenaga surya sebelum dimanfaatkan untuk beban, dan (d) inverter adalah
komponen PLTS yang fungsinya mengkonversikan tegangan searah (DC) menjadi
tegangan bolak balik (AC).
Pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar matahari, maka
diperlukan perencanaan yang baik. Perencanaan kebutuhan PLTS yst dihitung dari sisi
listrik yang dihasilkan panel surya atau dari sisi listrik yang akan dipakai oleh beban.
Perencanaan dari sisi panel surya akan menghasilkan listrik yang penggunaannya pada sisi
beban harus menyesuaikan listrik yang dihasilkan panel surya, sedangkan perencanaan
dari sisi beban penyesuaian terjadi pada panel surya maksudnnya panel surya harus
mampu menghasilkan listrik sesuai dengan beban yang terpasang.
Perencanaan dari sisi beban langkah awalnya adalah menentukan jumlah daya yang
dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (wattjam). Karena dengan menghitung besarnya
daya yang dibutuhkan, pihak perencana dapat mempersiapkan PLTS yang ideal sesuai
dengan kebutuhan beban. Setelah mendapat seluruh kebutuhan daya listrik, selanjutnya
perhitungan terhadap jumlah panel surya.
Kemudian adalah menentukan berapa banyak baterai yang digunakan. Untuk mengetahui
berapa daya yang mampu disimpan. Untuk mengetahui berapa banyak baterai yang
digunakan, harus ditentukan berapa daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari
dan berapa lama PLTS ini digunakan untuk mensuplai beban tanpa penyinaran matahari.
Dengan begitu dapat ditentukan berapa besar kapasitas dan banyaknya baterai yang
dibutuhkan oleh PLTS. Berikutnya pemilihan Solar Charge Controller (SCC).
Beban pada sistem PLTS mengambil energi dari baterai melalui SCC. Jadi tegangan kerja
SCC harus sama dengan tegangan pada baterai dan SCC harus dapat dilalui arus maksimal
sesuai dengan beban maksimal yang terpasang. Selanjutnya pemilihan inverter. Spesifikasi
inverter harus sesuai dengan SCC yang digunakan. Berdasarkan tegangan ystem dan
perhitungan SCC, maka tegangan masuk (input) dari inverter 12 VDC. Tegangan keluaran
dari inverter yang tersambung ke beban adalah 220 VAC. Arus yang mengalir melewati
inverter juga harus sesuai dengan arus yang melalui SCC.
Perencanaan dari sisi panel surya langkah awalnya adalah menentukan kapasitas panel
surya yang akan dipasang, selanjutnya adalah menentukan beban yang akan dipasang
sesuai dengan kapasitas panel surya yang terpasang, kemudian adalah menentukan berapa
banyak baterai yang digunakan. Untuk mengetahui berapa daya yang mampu disimpan.
Untuk mengetahui berapa banyak baterai yang digunakan, harus ditentukan berapa daya
yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari dan berapa lama PLTS ini digunakan untuk
mensuplai beban tanpa penyinaran matahari. Dengan begitu dapat ditentukan berapa besar
kapasitas dan banyaknya baterai yang dibutuhkan oleh PLTS.
Berikutnya pemilihan Solar Charge Controller (SCC). Beban pada sistem PLTS
mengambil energi dari baterai melalui SCC. Jadi tegangan kerja SCC harus sama dengan
tegangan pada baterai dan SCC harus dapat dilalui arus maksimal sesuai dengan beban
maksimal yang terpasang. Selanjutnya pemilihan inverter. Spesifikasi inverter harus sesuai
dengan SCC yang digunakan. Berdasarkan tegangan ystem dan perhitungan SCC, maka
tegangan masuk (input) dari inverter 12 VDC. Tegangan keluaran dari inverter yang
tersambung ke beban adalah 220 VAC. Arus yang mengalir melewati inverter juga harus
sesuai dengan arus yang melalui SCC.
a. Modul surya akan menghasilkan listrik sesuai dengan tingkat radiasi matahari yang
diterimanya. Tingkat radiasi ini berbeda dari satu tempat ke lainnya, dipengaruhi
oleh letak lokasi dari khatulistiwa (latitude), ketinggian dari permukaan laut
(altitude), awan, tingkat polusi, kelembaban, dan suhu. Namun demikian untuk
memudahkan, di Indonesia dapat dipakai patokan 1 modul surya kapasitas 50Wp dapat
menghasilkan listrik sebesar 150 Wh (Watt hour atau Watt Jam) per hari.
b. Untuk menghitung berapa listrik yang akan diperlukan untuk mengoperasikan
peralatan elektronik (Wh), kalikan Watt (AC ataupun DC) peralatan dengan
lamanya (Jam) peralatan tersebut akan dipakai setiap hari (kumulatif). Misal, jika 1
buah lampu 10 watt, ingin dinyalakan dalam satu hari kumulatif selama 15 jam,
maka akan dibutuhkan listrik sebanyak 10 Watt x 1 buah x 15 Jam = 150 Wh
(Watt Jam-Watt Hour). Masukkan peralatan lainnya dalam tabel berikut:
c. Maka akan dibutuhkan PLTS sebesar: 270 Wh ÷ 150 Wh = 1.8 buah, dibulatkan
menjadi 2 buah PLTS dengan modul surya @ 50 Wp.
F. Pembagian Sistem PLTS
Pembagian sistem PLTS Secara garis besar sistem kelistrikan tenaga surya dapat
dibagi menjadi :
a. Sistem Terintegrasi
Sistem ini dapat diterangkan secara visual, listrik yang dihasilkan oleh array
b. Sistem Independensi
Selain sistem terintegrasi yang diterangkan diatas terdapat pula sistem independensi
yang merupakan sistem yang selama ini banyak dipakai. Contoh dari sistem yang
dihubungkan dengan dc load adalah pembangkit listrik untuk peralatan komunikasi.
Misalnya peralatan komunikasi yang dipasang dipegunungan. Sedangkan yang
dihubungakan dengan AC load adalah system pembangkit listrik untuk pulau-pulau
yang terpencil.Dalam sistem ini, battery memainkan peranan yang sangat vital. Bila
ada kelebihan listrik yang dihasilkan,
misalnya pada siang hari, listrik ini disimpan di battery. Dan pada malam hari listrik
yang disimpan ini dialirkan ke load.
tenaga listrik belum dapat mencapai efisiensi tertinggi. Tambahan pula sel-sel surya
tersebut jika belum dapat diproduksi sendiri maka harus diadakan dengan cara impor.
Maka pemanfaatannya menjadi lebih mahal dibandingkan dengan pemanfaatan energi
fosil (minyak, gas dan batubara). Saat ini biaya energi surya diperkirakan mencapai dua
kali lipat biaya energi fosil.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah cahaya
matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk energi dari
sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk
memasok daya listrik di satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat
menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari
matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga
sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan.
B. Saran
1. Agar dalam pembuatan makalah yang selanjutnya, mohon sebaiknya waktu
penyelesaiannya diperpanjang agar dapat memperoleh makalah dengan hasil yang lebih
baik.
2. Agar semua pihak kiranya dapat membantu kami dengan lebih baik lagi dalam
pembuatan makalah selanjutnya.