Disusun Oleh
UNIVERSITAS SEMARANG
2020
A. Latar Belakang
Drama telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di dunia sebagai salah satu
bentuk media hiburan yang dapat memenuhi imajinasi penonton serta berkaitan erat dengan
berbagai aspek kehidupan. Pembuatannya pun mengandung berbagai maksud yang ingin
disampaikan. Informasi yang tersaji dalam sebuah drama dapat memberikan pengetahuan
baru bagi masyarakat. Banyak aspek yang disajikan dalam sebuah drama, misalnya alur
cerita, karakter tokoh atau pemain, kostum, ilustrasi musik, dan setting. Gambar hidup yang
ditampilkan di drama memberi dampak yang berbeda dari untaian kata-kata dalam sebuah
buku, yang berasal dari kisah nyata atau fiktif/imajinatif.
Menurut Chatman (1999 : 16) “moves-also called motion pictures, film, or cinema-are of
the most popular types of entertainment” ( Film atau gambar yang disebut juga gambar
bergerak. Gambar, film atau bioskop, adalah salah satu jenis hiburan yang paling populer).
Selama sepuluh tahun terakhir ini, demam budaya pop Korea melanda Indonesia. Fenomena
ini dilatarbelakangi Piala Dunia Korea-Jepang 2002 yang berakhir dengan masuknya Korea
sebagai kekuatan empat besar dunia dalam hal persepakbolaan. Kesuksesan Korea di Piala
Dunia 2002 semakin mempersohor nama Korea di mata dunia. Beberapa waktu menjelang,
selama dan setelah hiruk-pikuk Piala Dunia, beberapa stasiun televisi swasta di tanah air
gencar bersaing menayangkan musik, film-film maupun sinetron-sinetron Korea. Dari
beberapa jenis drama, terdapat salah satu jenis drama yang paling banyak diminati dan juga
dapat ditonton yaitu drama romantis Korea. Pada saat ini, tren drama Korea semakin
mewarnai program televisi di Indonesia. Ada juga aplikasi online yang menyuguhkan
berbagai drama korea secara gratis hanya butuh akses internet yang mencukupi saja. Semakin
canggihnya teknologi saat ini maka semakin mudah pula untuk menonton atau mengakses
drama korea sesuia dengan emosi penontonnya saat itu.
Sejak drama korea ada dan hadir di Indonesia para remaja sampai orangtua khususnya
adalah wanita berlomba lomba untuk mengikuti drama korea yang sedang tayang atau istilah
lainnya on going. Dampak terbesar dari serial drama romantis Korea terlihat nyata pada gaya
komunikasi mereka karena penggemar drama korea ini akan melakukan komunikasi dengan
gaya yang tidak biasa. Penggemar drama korea ini akan mencampur bahasa korea dan bahasa
keseharian mereka saat melakukan komunikasi, baik komunikasi langsung maupun tidak
langsung. Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk membedah fenomena ini dengan
judul “PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP GAYA KOMUNIKASI PENIKMAT
TAYANGAN DRAMA KOREA YANG FANATIK”
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana persepsi masyarakat terhadap gaya komunikasi penikmat drama korea yang
fanatik?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini akan mengarahkan kajiannya secara teliti untuk memahami dan
mendeskripsikan secara rinci dan mendalami mengenai persepsi masyarakat terhadap gaya
komunikasi penikmat drama korea yang fanatik.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang berupa kajian yang mendalam tentang bagaimana persepsi
masyarakat terhadap gaya komunikasi penikmat drama korea yang fanatik ini diharapkan
bermanfaat :
1. Manfaat Akademis
a. Bagi para akademis penelitian ini dapat menyajikan informasi mengenai persepsi
masyarakat terhadap gaya komunikasi penggemar drama korea yang fanatic
b. Bagi pihak lainnya penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk referensi,
menambah wawasan atau ilmu pengetahuan, serta pengembangan Ilmu Komunikasi
khususnya dalam bidang kajian Public Relation
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini digunakan untuk melihat kembali bagaimana respon
masyarakat selaku komunikan jika gaya komunikasi yang dia terima tidak sama atau
asing bagi mereka.
b. Digunakan sebagai masukan terhadap penggemar drama korea yang fanatik, tentang
bagaimana persepsi masyarakat terhadap gaya komunikasi yang mereka lakukan.
Dengan demikian diharapkan masukan ini akan bermanfaat terutama dalam
berkomunikasi dengan seseorang yang tidak selinier dengan gaya komunikasinya.
c. Sebagai bahan pengembangan diri serta pemahaman mengenai ilmu maupun teori
yang diperoleh, diteliti, dan dipelajari khusunya yang mengenai tentang persepsi
individu dan gaya komunikasi, sehingga peneliti dapat memahami bagaimana
persepsi seorang individu terhadap gaya komunikasi lawan bicaranya.
E. Kajian Teori
1. Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, dimana
sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi. Sensasi juga dapat
didefinisikan sebagai tanggapan yang cepat dari indra penerima kita terhadap stimuli
dsara seperti cahaya, warna, dan suara. Dengan adanya itu semua persepsi akan timbul.
Menurut Prof. Dr. Bimo Walgito persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
indera atau juga disebut proses sensoris. Proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan
stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.
Menurut Charles Osgood (dalam Little John, 1996) menyebut persepsi terkait
dengan pemaknaan dan interpretasi, yang menurutnya adalah sebuah proses pemberian
arti dan pemahaman terhadap sesuatu. pengartian itu berkaitan dengan pemikiran dan
perilaku.
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah
tanggapan, penilaian tentang suatu benda yang diamati dengan indera-indera dan dengan
tingkat pemahaman dan karakter yang dimilikinya sehingga tercipta keanekaragaman.
Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentu ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan mengapa dua orang
melihat sesuatu mungkin memberi interpretasi yang berbeda tentang yang
dilihatnya itu. Secara umum Sondang P. Siagian membagi faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang menjadi tiga, yaitu :
1) Faktor dari diri orang yang bersangkutan sendiri, yaitu faktor yang timbul
apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi
tentang apa yang dilihatnya, hal tersebut dipengaruhi oleh karakteristik
individual seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, dan
harapannya.
2) Faktor dari sasaran persepsi, yaitu faktor yang timbul dari apa yang akan
dipersepsi, sasaran itu bisa berupa orang, benda atau peristiwa yang sifat-sifat
dari sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang
melihatnya. Seperti gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri ciri lain dari
sasaran persepsi.
3) Faktor dari situasi, yaitu faktor yang muncul sehubungan karena situasi pada
waktu mempersepsi. Pada bagian ini persepsi harus dilihat secara kontekstual
yang bearti dalam situasi, yang mana persepsi ini timbul dan perlu mendapat
perhatian karena situasi merupakan faktor yang ikut berperan dalam
penumbuhan persepsi seseorang.
2. Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi adalah cara seseorang berinteraksi dengan cara verbali dan para
verbali, untuk memberi tanda bagaimana arti yang sebenarnya harus dipahami atau
dimengerti untuk mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi yang
tertentu pula. Gaya komunikasi dipengaruhi situasi yang dihadapi. Setiap orang akan
menggunakan gaya komunikasi yang berbeda-beda ketika mereka sedang gembira, sedih,
marah, tertarik, atau bosan. Begitu juga dengan seseorang yang berbicara dengan sahabat
baiknya, orang yang baru dikenal dan dengan anak-anak akan berbicara dengan gaya
yang berbeda.
Gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk
mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi tertentu pula. Kesesuaian dari
satu gaya komunikasi yang digunakan bergantung pula pada maksud si pengirim dan
harapan dari penerima.
Menurut Allen, dkk (2006), gaya komunikasi adalah cara seseorang dapat
berinteraksi dengan cara verbali dan para verbali, untuk memberi tanda bagaimana arti
yang sebenarnya harus dipahami atau dimengerti.
Dalam gaya komunikasi pasti ada aspek dan tipe yang muncul menurut Allen, dkk
(2006), terdapat beberapa aspek dalam gaya komunikasi, yaitu :
4. Open, komunikator bersikap terbuka, tidak ada rahasia sehingga muncul rasa
percaya diri dan terbentuk komunikasi dua arah.
5. Argumentative, komunikator cenderung suka berargumen dan agresif dalam
berargumen.
6. Relaxed, komunikator mampu bersikap positif dan saling mendukung terhadap orang
lain.
9. Friendly, komunikator bersikap ramah tamah dan sopan saat sedang menyampaikan
pesan kepada penerima pesan.
10. Precise, gaya yang tepat dimana komunikator meminta untuk membicarakan suatu
konten yang tepat dan akurat dalam komunikasi lisan.
G. Kerangka Pikir
Kerangka piker dari penelitian yang telah dilakukan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
- Persepsi masyarakat
- Fenomena Gaya
Komunikasi yang timbul
Masyarakat Kecamatan
Makna Persepsi
Tembalang
H. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Studi / Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang khususnya pada wilayang Kecamatan
Tembalang. Karena melibatkan masyarakat maka tempat penelitian yang dipilih sesuai
dengan karakteristik subjek penelitian. Penelitian ini mengarah pada studi kasus yang
melibatkan masyarakat umum yang tidak tahu apa itu drama korea dan bertempat tinggal
di sekitar Kecamatan Tembalang yang pernah melakukan komunikasi dengan penggemar
drama korea yang fanatik.
Selain itu, penelitian ini juga melibatkan umum yang tahu apa itu drama korea dan
bertempat tinggal di sekitar Kecamatan Tembalang yang pernah melakukan komunikasi
dengan penggemar drama korea yang fanatik.
6. Pengembangan Validitas
Penelitian ini menggunakan pengembangan validitas trianggulasi. Menurut Patton
(dalam Sutopo : 2002) dalam hal ini menyebutkan adanya berbagai macam trianggulasi
yaitu :
a. Trianggulasi Data (Data Tiangulation)
b. Trianggulasi Peneliti (Investigator Tiangulation)
c. Trianggulasi Teoritis (Theoretical Tiangulation)
Trianggulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat
multiperspektif.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan triangglasi data ata trianggulasi sumber, yang
artinya melihat sesuatu yang sama (persepsi terhadap gaya komunikasi) dari berbagai
perspektif yang berbeda. Trianggulasi sumber yang digunakan dalam penelitian ini
adalah masyarakat yang tidak tahu atau tahu apa itu drama korea dan pernah melakukan
komunikasi dengan penggemar drama korea yang fanatik dan pengamat. Melalui
trianggulasi sumber tersebut diperoleh data yang lengkap, mendalam, dan komprehensif.
7. Teknik Analisis
Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis interaktif, yang setelah proses
pengumpulan data dilakukan, kemudian dilakukan reduksi data, sajian data, serta
penarikan simpulan verifikasi. Lalu pada aplikasinya peneliti telah mengumpulkan data
di lapangan dengan melakukan wawancara mendalam pada setiap narasumber, dan
berdasarkan catatan kecil serta hasil rekaman akan dideskripsikan secara lengkap dan
selanjutnya dilakukan refleksi untuk mengetahui kelengkapan data penelitian.
Wawancara secara mendalam dilakukan secara berulang ulang hingga data yang
diperlukan lengkap.
Selanjutnya dilakukan pengaturan data dan reduksi data, sehingga data bisa
dipisah pisahkan berdasarkan kelompok kelompok yang bermanfaat dalam membuat
sajian data dan penarikan kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Baran, S.J. 2012. Introduction to Mass Communication: Media Literacy and Culture. New York:
The McGraw-Hill Companies, Inc.
Bungin, B. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Chatman, S. 1999. Story and Discourse: Narrative Structure in Fiction and Film. Ithaca.
Ferica, I.2006. Konsumsi Media Sebagai Gaya Hidup: Dominasi Sistem Tanda dalam Konsumsi
Buku Impor Kaum Urban Jakarta.Volume V, Nomor 3, September-Desember.
Hujatnikajennong, .2006.Resistensi Gaya Hidup:Teori dan Realitas.Yogyakarta:Jalasutra.
Hutagalung,.2007.Globalisasi Budaya di Tengah Masalah Identitas
Nasional.Yogyakarta:Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Megawangi, R 1999. Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru tentang Relasi
Gender.Bandung.
Mizan. Cet. I.Storey, J.2003.Teori Budaya dan Budaya Pop.Yogyakarta
Qalam.2007.Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop.Yogyakarta:Jalasutra
Deddy Mulyana & Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Deddy Mulyana. 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
Jalaludin Rakhmat. 1996. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.