Anda di halaman 1dari 14

METODELOGI PENELITIAN KUALITATIF (MPK)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP GAYA KOMUNIKASI PENIKMAT


TAYANGAN DRAMA KOREA YANG FANATIK

(STUDI KASUS PADA MASYARAKAT KECAMATAN TEMBALANG)

Disusun Oleh

Indah Feliana (G.311.18.0099)

PROGRAM ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SEMARANG

2020
A. Latar Belakang

Drama telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di dunia sebagai salah satu
bentuk media hiburan yang dapat memenuhi imajinasi penonton serta berkaitan erat dengan
berbagai aspek kehidupan. Pembuatannya pun mengandung berbagai maksud yang ingin
disampaikan. Informasi yang tersaji dalam sebuah drama dapat memberikan pengetahuan
baru bagi masyarakat. Banyak aspek yang disajikan dalam sebuah drama, misalnya alur
cerita, karakter tokoh atau pemain, kostum, ilustrasi musik, dan setting. Gambar hidup yang
ditampilkan di drama memberi dampak yang berbeda dari untaian kata-kata dalam sebuah
buku, yang berasal dari kisah nyata atau fiktif/imajinatif.

Pernahkah anda berpikir, mengapa hampir seluruh Mahasiswa di kampus Anda


menggunakan celana Jeans pada saat yang bersamaan, menggunakan gaya komunikasi yang
tidak seperti orang Indonesia pada umumnya, memiliki gaya rambut yang berbeda, dan gaya
pacaran yang berbeda dari biasanya, atau mengapa teman-teman Anda lebih senang
menghabiskan waktu di Starbucks atau yang harganya lebih mahal enam sampai delapan kali
lipat dari harga di warung pinggiran. Atau tidak timbulkah rasa heran di benak Anda
mengapa sebagian besar penduduk dunia sangat menyukai ritual menonton sepak bola yang
membutuhkan waktu ekstra dini.

Menurut Chatman (1999 : 16) “moves-also called motion pictures, film, or cinema-are of
the most popular types of entertainment” ( Film atau gambar yang disebut juga gambar
bergerak. Gambar, film atau bioskop, adalah salah satu jenis hiburan yang paling populer).
Selama sepuluh tahun terakhir ini, demam budaya pop Korea melanda Indonesia. Fenomena
ini dilatarbelakangi Piala Dunia Korea-Jepang 2002 yang berakhir dengan masuknya Korea
sebagai kekuatan empat besar dunia dalam hal persepakbolaan. Kesuksesan Korea di Piala
Dunia 2002 semakin mempersohor nama Korea di mata dunia. Beberapa waktu menjelang,
selama dan setelah hiruk-pikuk Piala Dunia, beberapa stasiun televisi swasta di tanah air
gencar bersaing menayangkan musik, film-film maupun sinetron-sinetron Korea. Dari
beberapa jenis drama, terdapat salah satu jenis drama yang paling banyak diminati dan juga
dapat ditonton yaitu drama romantis Korea. Pada saat ini, tren drama Korea semakin
mewarnai program televisi di Indonesia. Ada juga aplikasi online yang menyuguhkan
berbagai drama korea secara gratis hanya butuh akses internet yang mencukupi saja. Semakin
canggihnya teknologi saat ini maka semakin mudah pula untuk menonton atau mengakses
drama korea sesuia dengan emosi penontonnya saat itu.

Sejak drama korea ada dan hadir di Indonesia para remaja sampai orangtua khususnya
adalah wanita berlomba lomba untuk mengikuti drama korea yang sedang tayang atau istilah
lainnya on going. Dampak terbesar dari serial drama romantis Korea terlihat nyata pada gaya
komunikasi mereka karena penggemar drama korea ini akan melakukan komunikasi dengan
gaya yang tidak biasa. Penggemar drama korea ini akan mencampur bahasa korea dan bahasa
keseharian mereka saat melakukan komunikasi, baik komunikasi langsung maupun tidak
langsung. Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk membedah fenomena ini dengan
judul “PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP GAYA KOMUNIKASI PENIKMAT
TAYANGAN DRAMA KOREA YANG FANATIK”

B. Rumusan Masalah

Masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

- Bagaimana persepsi masyarakat terhadap gaya komunikasi penikmat drama korea yang
fanatik?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini akan mengarahkan kajiannya secara teliti untuk memahami dan
mendeskripsikan secara rinci dan mendalami mengenai persepsi masyarakat terhadap gaya
komunikasi penikmat drama korea yang fanatik.
D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang berupa kajian yang mendalam tentang bagaimana persepsi
masyarakat terhadap gaya komunikasi penikmat drama korea yang fanatik ini diharapkan
bermanfaat :

1. Manfaat Akademis

a. Bagi para akademis penelitian ini dapat menyajikan informasi mengenai persepsi
masyarakat terhadap gaya komunikasi penggemar drama korea yang fanatic

b. Bagi pihak lainnya penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk referensi,
menambah wawasan atau ilmu pengetahuan, serta pengembangan Ilmu Komunikasi
khususnya dalam bidang kajian Public Relation

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini digunakan untuk melihat kembali bagaimana respon
masyarakat selaku komunikan jika gaya komunikasi yang dia terima tidak sama atau
asing bagi mereka.

b. Digunakan sebagai masukan terhadap penggemar drama korea yang fanatik, tentang
bagaimana persepsi masyarakat terhadap gaya komunikasi yang mereka lakukan.
Dengan demikian diharapkan masukan ini akan bermanfaat terutama dalam
berkomunikasi dengan seseorang yang tidak selinier dengan gaya komunikasinya.

c. Sebagai bahan pengembangan diri serta pemahaman mengenai ilmu maupun teori
yang diperoleh, diteliti, dan dipelajari khusunya yang mengenai tentang persepsi
individu dan gaya komunikasi, sehingga peneliti dapat memahami bagaimana
persepsi seorang individu terhadap gaya komunikasi lawan bicaranya.
E. Kajian Teori

1. Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, dimana
sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi. Sensasi juga dapat
didefinisikan sebagai tanggapan yang cepat dari indra penerima kita terhadap stimuli
dsara seperti cahaya, warna, dan suara. Dengan adanya itu semua persepsi akan timbul.

Menurut Prof. Dr. Bimo Walgito persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
indera atau juga disebut proses sensoris. Proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan
stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.

Menurut Jalaludin Rakhmat persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa


atau hubungan hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan.

Menurut Charles Osgood (dalam Little John, 1996) menyebut persepsi terkait
dengan pemaknaan dan interpretasi, yang menurutnya adalah sebuah proses pemberian
arti dan pemahaman terhadap sesuatu. pengartian itu berkaitan dengan pemikiran dan
perilaku.

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah
tanggapan, penilaian tentang suatu benda yang diamati dengan indera-indera dan dengan
tingkat pemahaman dan karakter yang dimilikinya sehingga tercipta keanekaragaman.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi :

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentu ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan mengapa dua orang
melihat sesuatu mungkin memberi interpretasi yang berbeda tentang yang
dilihatnya itu. Secara umum Sondang P. Siagian membagi faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang menjadi tiga, yaitu :
1) Faktor dari diri orang yang bersangkutan sendiri, yaitu faktor yang timbul
apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi
tentang apa yang dilihatnya, hal tersebut dipengaruhi oleh karakteristik
individual seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, dan
harapannya.

2) Faktor dari sasaran persepsi, yaitu faktor yang timbul dari apa yang akan
dipersepsi, sasaran itu bisa berupa orang, benda atau peristiwa yang sifat-sifat
dari sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang
melihatnya. Seperti gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri ciri lain dari
sasaran persepsi.

3) Faktor dari situasi, yaitu faktor yang muncul sehubungan karena situasi pada
waktu mempersepsi. Pada bagian ini persepsi harus dilihat secara kontekstual
yang bearti dalam situasi, yang mana persepsi ini timbul dan perlu mendapat
perhatian karena situasi merupakan faktor yang ikut berperan dalam
penumbuhan persepsi seseorang.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya persepsi diatas dapat


disimpulkan bahwa faktor dari diri sendirilah yang paling berpengaruh karena
faktor tersebut bersifat subyektif.

2. Gaya Komunikasi

Gaya komunikasi adalah cara seseorang berinteraksi dengan cara verbali dan para
verbali, untuk memberi tanda bagaimana arti yang sebenarnya harus dipahami atau
dimengerti untuk mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi yang
tertentu pula. Gaya komunikasi dipengaruhi situasi yang dihadapi. Setiap orang akan
menggunakan gaya komunikasi yang berbeda-beda ketika mereka sedang gembira, sedih,
marah, tertarik, atau bosan. Begitu juga dengan seseorang yang berbicara dengan sahabat
baiknya, orang yang baru dikenal dan dengan anak-anak akan berbicara dengan gaya
yang berbeda.
Gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk
mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi tertentu pula. Kesesuaian dari
satu gaya komunikasi yang digunakan bergantung pula pada maksud si pengirim dan
harapan dari penerima.

Menurut Sendjaja (1996), gaya komunikasi adalah perilaku komunikasi yang


dilakukan seseorang dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk mendapatkan feedback
dari orang lain terhadap pesan organisasional yang disampaikan.

Menurut Suranto (2011), gaya komunikasi merupakan seperangkat perilaku


antarpribadi yang ter-spesialisasi digunakan dalam suatu situasi tertentu. Masing-masing
gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk
mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula.
Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan bergantung pada maksud dari
sender dan harapan dari receiver.

Menurut Allen, dkk (2006), gaya komunikasi adalah cara seseorang dapat
berinteraksi dengan cara verbali dan para verbali, untuk memberi tanda bagaimana arti
yang sebenarnya harus dipahami atau dimengerti.

Dalam gaya komunikasi pasti ada aspek dan tipe yang muncul menurut Allen, dkk
(2006), terdapat beberapa aspek dalam gaya komunikasi, yaitu :

1. Dominan, komunikator dominan dalam berinteraksi. Orang seperti ini cenderung


ingin menguasai pembicaraanya.

2. Dramatic, dalam hal berkomunikasi cenderung berlebihan, menggunakan hal-hal


yang mengandung kiasan, metafora, cerita, fantasi, dan permainan suara.

3. Animated Expresive, warna dalam berkomunikasi, seperti kontak mata, ekspresi


wajah, gesture dan gerak badan.

4. Open, komunikator bersikap terbuka, tidak ada rahasia sehingga muncul rasa
percaya diri dan terbentuk komunikasi dua arah.
5. Argumentative, komunikator cenderung suka berargumen dan agresif dalam
berargumen.

6. Relaxed, komunikator mampu bersikap positif dan saling mendukung terhadap orang
lain.

7. Attentive, komunikator berinteraksi dengan orang lain dengan menjadi pendengar


yang aktif, empati dan sensitif.

8. Impression Leaving, kemampuan seorang komunikator dalam membentuk kesan


pada pendengarnya.

9. Friendly, komunikator bersikap ramah tamah dan sopan saat sedang menyampaikan
pesan kepada penerima pesan.

10. Precise, gaya yang tepat dimana komunikator meminta untuk membicarakan suatu
konten yang tepat dan akurat dalam komunikasi lisan.

F. Tinjauan Penelitian Yang Pernah Dilakukan

Penelitian dengan judul “ PERSEPSI PEREMPUAN TENTANG TAYANGAN


DRAMA ROMANTIS KOREA DI INDOSIAR” yang dilakukan Maria Erniyanti Kedi.
Melihat bahwa Drama telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di dunia sebagai salah
satu bentuk media hiburan yang dapat memenuhi imajinasi penonton serta berkaitan erat dengan
berbagai aspek kehidupan. Banyak aspek yang disajikan dalam sebuah drama, misalnya alur
cerita, karakter tokoh atau pemain, kostum, ilustrasi musik, dan setting. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui persepsi perempuan tentang tayangan serial drama Korea dan dampak
dari serial Drama Korea terhadap gaya hidup kaum perempuan.
Hasil penelitian menjelaskan penyebaran budaya pop Korea baik drama, film dan
musik, terjadi hegemoni dalam hal selera dimana pemilihan tayangan hiburan lebih dominan
pada Korea. Fashion Korea juga banyak berpengaruh terhadap selera para penggemar budaya
pop Korea. Mereka memiliki keinginan untuk mengikuti gaya berbusana Korea yang mereka
anggap keren dan unik. Hal tersebut juga berpengaruh pada pola pergaulan.
Penelitian lain berjudul “PERSEPSI REMAJA SURABAYA TERHADAP
TAYANGAN KOREAN WAVE DI INDOSIAR” yang dilakukan oleh Indriana Saprita.
Penelitian ini melihat bagaimana persepsi remaja Surabaya terhadap tayangan Korean Wave
sebagai budaya populer di Indosiar berdasarkan banyaknya tayangan bernuasa Korea di televisi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman remaja mengenai tayangan Korean
Wave, yang dapat digunakan untuk mempengaruhi remaja agar mau melestarikan budaya
Indonesia. Dari analisis data diketahui bahwa persepsi remaja terhadap tayangan Korean Wave
adalah positif dilihat dari penerimaan Korean Wave oleh remaja. Hasil penelitian menyatakan
bahwa drama Korea menjadi tayangan Korean Wave yang paling sering dilihat dan disukai oleh
remaja karena memiliki kualitas bagus dan ciri khas menarik
Penelitian lain berjudul “FENOMENA KOMUNIKASI KOMUNITAS K-
POPERS PEKANBARU” yang dilakukan oleh Gradini Iradati Putri. Penelitian ini melihat
bahwa Komunitas Kpopers menjadi sebuah fenomena tersendiri bagi anak muda di tengah
kehidupan bermasyarakat, karena gaya hidup unik yang dimiliki membuat komunitas ini eksis
dan dikenal di Kota Pekanbaru. Beberapa cara yang dilakukan komunitas ini untuk
mengeksistensikan dirinya yaitu dengan meniru cara berpakaian serta mengcover gerakan dance
boygrup dan girlband idolanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif anggota untuk
bergabung kedalam komunitas Kpopers di Pekanbaru, pemaknaan Korean Pop(Kpop) bagi
anggota komunitas Kpopers Pekanbaru dan pengalaman komunikasi anggota komunitas Kpopers
di Pekanbaru.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motif yang dimiliki anggota untuk ikut
bergabung kedalam komunitas Kpopers Pekanbaruyaitu motif masa lalu (because motive) berupa
hobi menari yang sudah ada dalam diri anggota komunitas dan adanya ajakan teman untuk
bergabung kedalam komunitas itu sendiri, motif masa datang (in order to motives) anggota
komunitas Kpopers Pekanbaru sebagai media untuk lebih dikenal oleh orang banyak dan juga
merupakan sarana untuk belajar tentang bahasa serta memajukan diri sendiri dan juga agar
orang-orang tidak memandang sebelah mata kepada mereka.Pemaknaankpop bagi anggota
komunitas Kpopers Pekanbaru meliputi dua hal yaitu sebagai sebuah media ekspresi diri yang
positif dan juga menjadi sebuah media untuk menyehatkan jasmani anggota
komunitas.Pengalaman komunikasi anggota komunitas Kpopers Pekanbaru yaitu pengalaman
komunikasi menyenangkan (positif) berupa penerimaan dan dukungan dari keluarga, menambah
pertemanan, menambah relasi, dan mendapatkan pupularitas. Kedua, Pengalaman komunikasi
tidak menyenangkan (negatif) yang dirasakan anggota komunitas Kpopers Pekanbaruadalah
dipandang sebelah mata oleh orangorang, dibilang lebay dan juga bagi cowok sering dibilang
banci.

G. Kerangka Pikir
Kerangka piker dari penelitian yang telah dilakukan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Faktor latar Belakang :

- Persepsi masyarakat

- Fenomena Gaya
Komunikasi yang timbul

Gaya Komunikasi Penggemar Makna Gaya Komunikasi


Drama Korea Fanatik

Masyarakat Kecamatan
Makna Persepsi
Tembalang

Latar Belakang Sosial dan


Budaya

H. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Studi / Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang khususnya pada wilayang Kecamatan
Tembalang. Karena melibatkan masyarakat maka tempat penelitian yang dipilih sesuai
dengan karakteristik subjek penelitian. Penelitian ini mengarah pada studi kasus yang
melibatkan masyarakat umum yang tidak tahu apa itu drama korea dan bertempat tinggal
di sekitar Kecamatan Tembalang yang pernah melakukan komunikasi dengan penggemar
drama korea yang fanatik.
Selain itu, penelitian ini juga melibatkan umum yang tahu apa itu drama korea dan
bertempat tinggal di sekitar Kecamatan Tembalang yang pernah melakukan komunikasi
dengan penggemar drama korea yang fanatik.

2. Bentuk dan Strategi Penelitian


Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas
pendekatan atau desain penelitian apa yang akan diterapkan. Hal ini dimaksudkan agar
penelitian tersebut benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari sudut pandang
metodologi penelitian, disamping pemahaman hasil penelitian yang akan lebih
proposional apabila pembaca mengetahui pendekatan yang diterapkan.
Berdasarkan tujuan penelitian, yakni untuk mengetahui persepsi masyarakat
terhadap gaya komunikasi penggemar drama korea yang fanatik, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Ndraha (2003:18)
merupakan “suatu penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan tentang
seluas-luasnya objek pada satu masa atau saat tertentu”.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Menurut Kriyantono (2007), penelitian
deskriptif kualitatif bertujuan untuk membuat paparan (deskripsi) secara sitematis,
faktual, dan akurat, tentang fakta-fakta dan sifat-sifat obyek tertentu. Penelitian ini
dilakukan untuk memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari
obyek yang diselidiki.
3. Sumber Data
a. Informan atau narasumber, yang terdiri dari masyarakat yang tinggal di wilayah
Kecamatan Tembalang, masyarakat yang tidak tahu apa itu drama korea dan
pernah berkomunikasi dengan penggemar drama korea yang fanatik, masyarakat
yang tahu apa itu drama korea dan pernah berkomunikasi dengan penggemar
drama korea yang fanatik.
b. Arsip dan dokumen resmi berupa jurnal penelitian yang relevan, buku pedoman
kerja, dan observasi.
4. Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik sampling yang bersifat selektif, dengan
menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan, keinginan
pribadi peneliti, dan lain lain. Maka dari itu sampling yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini bersifat purposive sampling.
Untuk hal tersebut peneliti memilih narasumber yang dirasa paling tahu, sehingga
kemungkinan pemilihan narasumber dapat berkembang bergerak sesuai dengan keadaan
lapangan serta kelengkapan data yang dibutuhkan. Secara purposive peneliti memilih
masyarakat yang tidak tahu dan tahu apa itu drama korea serta pernah melakukan
komunikasi dengan penggemar drama korea yang fanatik, tinggal di perumahan atau
perkampungan khususnya pada wilayah di sekitar Kecamatan Tembalang.

5. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data, antara lain observasi,
wawancara dan Focus Group Discussion (FGD). Menurut Nazir (2003 : 27) pengumplan
data adalah “prosedr yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang
diperlukan”. Selalu ada hubungan antar metode pengumpulan data dengan masalah
penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah dapat memberi arah dan mempengaruhi
metode pengumpulan data.
Menurut Koentjoro (2005), kegunaan FGD di samping sebagai alat pengumpul
data adalah sebagai alat untuk meyakinkan pengumpul data (peneliti) sekaligus alat re-
check terhadap berbagai keterangan/informasi yang didapat melalui berbagai metode
penelitian yang digunakan atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, baik keterangan
yang sejenis maupun yang bertentangan.

6. Pengembangan Validitas
Penelitian ini menggunakan pengembangan validitas trianggulasi. Menurut Patton
(dalam Sutopo : 2002) dalam hal ini menyebutkan adanya berbagai macam trianggulasi
yaitu :
a. Trianggulasi Data (Data Tiangulation)
b. Trianggulasi Peneliti (Investigator Tiangulation)
c. Trianggulasi Teoritis (Theoretical Tiangulation)
Trianggulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat
multiperspektif.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan triangglasi data ata trianggulasi sumber, yang
artinya melihat sesuatu yang sama (persepsi terhadap gaya komunikasi) dari berbagai
perspektif yang berbeda. Trianggulasi sumber yang digunakan dalam penelitian ini
adalah masyarakat yang tidak tahu atau tahu apa itu drama korea dan pernah melakukan
komunikasi dengan penggemar drama korea yang fanatik dan pengamat. Melalui
trianggulasi sumber tersebut diperoleh data yang lengkap, mendalam, dan komprehensif.

7. Teknik Analisis
Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis interaktif, yang setelah proses
pengumpulan data dilakukan, kemudian dilakukan reduksi data, sajian data, serta
penarikan simpulan verifikasi. Lalu pada aplikasinya peneliti telah mengumpulkan data
di lapangan dengan melakukan wawancara mendalam pada setiap narasumber, dan
berdasarkan catatan kecil serta hasil rekaman akan dideskripsikan secara lengkap dan
selanjutnya dilakukan refleksi untuk mengetahui kelengkapan data penelitian.
Wawancara secara mendalam dilakukan secara berulang ulang hingga data yang
diperlukan lengkap.
Selanjutnya dilakukan pengaturan data dan reduksi data, sehingga data bisa
dipisah pisahkan berdasarkan kelompok kelompok yang bermanfaat dalam membuat
sajian data dan penarikan kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA

Baran, S.J. 2012. Introduction to Mass Communication: Media Literacy and Culture. New York:
The McGraw-Hill Companies, Inc.
Bungin, B. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Chatman, S. 1999. Story and Discourse: Narrative Structure in Fiction and Film. Ithaca.
Ferica, I.2006. Konsumsi Media Sebagai Gaya Hidup: Dominasi Sistem Tanda dalam Konsumsi
Buku Impor Kaum Urban Jakarta.Volume V, Nomor 3, September-Desember.
Hujatnikajennong, .2006.Resistensi Gaya Hidup:Teori dan Realitas.Yogyakarta:Jalasutra.
Hutagalung,.2007.Globalisasi Budaya di Tengah Masalah Identitas
Nasional.Yogyakarta:Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Megawangi, R 1999. Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru tentang Relasi
Gender.Bandung.
Mizan. Cet. I.Storey, J.2003.Teori Budaya dan Budaya Pop.Yogyakarta
Qalam.2007.Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop.Yogyakarta:Jalasutra
Deddy Mulyana & Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Deddy Mulyana. 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
Jalaludin Rakhmat. 1996. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai