Anda di halaman 1dari 52

PENDEKATAN PERANTAU MALAYSIA DALAM HUBUNGAN

KOMUNIKASI PADA MASYARAKAT LOKAL DI KECAMATAN

PARIGI KABUPATEN MUNA

Oleh

KARIANI
C1D1 14 167

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hubungan komunikasi dalam masyarakat adalah cara-cara berhubungan

yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling

bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang

akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-

pola kehidupan yang terlah ada. Hubungan komunikasi dapat diartikan sebagai

pengaruh Fadback antara berbagai elemen masyarakat, misalnya pengaruh-

mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi

dengan hukum, serta pemgaruh dan mempengaruhi antara kelompok masyarakat

dan kelompok masyarakat lainnya. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua

kehidupan sosial, karena tanpa hubungan komunikasi tidak mungkin ada

kehidupan bersama dan proses interaksi sosialnya.

Bentuk umum proses hubungan komunikasi pada suatu masyarakat adalah

interaksi sosial yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial karena interaksi

sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial

merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan

antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun

antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara

kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai suatu

kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.


Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam

masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara

kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial hanya

berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua belah pihak.

Interaksi sosial tak akan mungkin teradi apabila manusia mengadakan hubungan

yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap

sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan termaksud.

Berkaitan dengan hubungan komunikasi suatu masyarakat yang memiliki

keterkaitan dengan proses interaksi sosial, hal ini pula yang menjadi

kecenderungan dalam mengungkap pendekatan kelompok masyarakat tertentu

dalam hal ini pendekatan perantau malaysia dalam hubungan komunikasi pada

masyarakat lokal. Hal ini menjadi menarik untuk dijelaskan dalam sebuah karya

ilmiah dengan melalui proses penelitian sebab perantau malaysia telah menjadi

fenomena sosial akibat dari gejala sosial terkait kebutuhan hajad hidup manusia.

Sebagai negara dengan jumlah tenaga kerja Indonesia yang dominan dibeberapa

negara khususnya di Malaysia maka secara kontruksi sosial pastilah terjadi

pergeseran ataupun percampuran budaya, bahasa, perilaku serta cara pandang

antara masyarakat Indonesia yang merantau di Malaysia dan masyarakat Lokal

Indonesia.

Perantau Malaysia ataupun disebut dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

menetap di Malaysia pada jangka waktu yang lama sesuai dengan kontrak kerja

yang telah disepakati dengan agen penyalur TKI sehingga dalam aktivitas

keseharian perantau tersebut dengan budaya Malaysia pastilah sebagai mahkluk


sosial di wajibkan bagi setiap perantau untuk menyesuaikan diri agar dapat

diterima dan membiasakan diri dengan lingkungan yang baru, sehingga hal ini

akan merubah pola pikir dari sebelum merantau dan setelah merantau baik itu dari

akses bicara, tingkah laku dan hal lainnya. Sehingga berdasarkan latar belakang

permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ Pendekatan Perantau Malaysia Dalam

Hubungan Komunikasi Pada Masyarakat Lokal Di Kecamatan Parigi

Kabupaten Muna”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan peneliti sebagai berikut:

1. Bagaimana pendekatan perantau Malaysia dalam hubungan komunikasi

dengan masyarakat lokal?

2. Bagaimana pengaruh budaya rantau terhadap lingkungan masyarakat

lokal?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pendekatan perantau Malaysia dalam hubungan

komunikasi dengan masyarakat lokal di Kecamatan Parigi Kabupaten

Muna

2. Untuk mengetahui pengaruh budaya rantau terhadap lingkungan

masyarakat lokal di Kecamatan Parigi Kabupaten Muna


1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran

dan bahan telaah pustaka bagi pengembangan riset dan teori-teori

komunikasi.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi seluruh

elemen masyarakat dalam percampuran budaya lokal dan asing sehingga

menjadi filter dalam penerapan budaya asing

3. Secara Metodologis

Sebagai bahan informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya dalam rangka

memperluas litelatur hasil penelitian khususnya pada kajian riset yang

sama

1.4. Sistematika Penulisan

Adapaun sistematika penulisan dalam proposal penelitian ini adalah

sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Berisi latar belakang yang Menerangkan tentang gambaran umum

masalahpenelitian, alasan dan motivasi penulis terhadap topik

permasalahan, rumusan masalah yang berisi apa yang terjadi dengan

mengidentifikasi permasalahan penelitian sesuai dengan yang telah


diuraikan pada latar belakang, tujuan dan manfaat yang menggambarkan

hasil-hasil apa yang bisa dicapai dan diharapkan dapat bermanfaat dalam

proses penelitian oleh peneliti selanjutnya yang mengambil konsentrasi

penelitian tentang komunikasi antar pribadi.

BAB II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran

Menjelaskan tentang berbagai hal yang menjadi permasalahan utama

penelitian,dan kerangka pikir yang menggambarkan tentang pemikiran

yang merujuk pada telaah pustaka yang berisi tentang permasalahan

penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Menerangkan tentang metode penelitian disusun mulai dari lokasi

penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis

data, desain penelitian dan konseptualisasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Konsep Komunikasi

Komunikasi secara etimologis mempunyai arti proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Istilah komunikasi diambil dari

bahasa inggris “communication”. Istilah ini berasal dari bahasa latin

communicatio yang artinya pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Istilah

communicatio bersumber pada kata “communis” yang berarti sama, dalam arti

sama makna. Jadi antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi harus

terdapat kesamaan makna (Effendy,1993:27).

Beberapa ahli lainnya mendefinisikan komunikasi sebagai pengalihan

informasi untuk memperoleh tanggapan (Aranguren), saling berbagi informasi,

gagasan atau sikap (Schramm), saling berbagi unsur-unsur perilaku, atau modus

kehidupan melalui perangkat-perangkat aturan (Cherry), penyesuaian pikiran para

peserta (Merilland), pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok kepada

yang lain, terutama dengan menggunakan simbol (Theodorson). Dari berbagai

definisi komunikasi itu Nimmo menjelaskan bahwa kita akan menemukan

kesamaan pada penekanan-penekanan tertentu. (Nimmo, 2005:5).

Komunikasi sebagai proses, Onong U. Effendy, membaginya menjadi dua

tahap dimana proses komunikasi secara primer dan proses komunikasi secara

sekunder. Proses komunikasi secara primer dimana proses penyampaian pikiran

dan atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan


lambang sebagai media. Lambang sebagai media primer berupa bahasa isyarat,

gambar, warna dan lain-lain secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan

atau perasaan komunikator kepada komunikan. Sedangkan proses komunikasi

secara sekunder, dimana proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah

memakai lambang sebagai media pertama (Effendy, 1993:32).

Komunikasi secara mudah diartikan sebagai proses transfer pesan dalam

penyaluran informasi atau message melalui sarana atau saluran komunikasi

kepada komunikan yang tertuju (Prisgunanto, 2006: 1). Menurut Bernard

Berelson dan Gary A. Steiner, komunikasi merupakan transmisi informasi,

gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-

simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses

transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi (Mulyana, 2005:62).

Menurut Everett M. Rogers mengatakan bahwa komunikasi adalah proses

dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan

maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Mulyana, 2005:62). Menurut

Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981) bahwa komunikasi adalah suatu proses

di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi

dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian

yang mendalam. Proses ini meliputi adanya suatu pertukaran informasi (pesan),

dimana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta

kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut

serta dalam prosees komunikasi (Cangara, 2006:19).


2.1.2. Tujuan Komunikasi

Menurut Berlo ada 2 (dua) ukuran tujuan komunikasi (dimension of

purpose) yaitu:

1. Kepada "Siapa" seseorang melakukan komunikasi. Dalam hal ini harus

dibedakan antara sasaran yang dituju (Intended receiver)dengan sasaran

yang bukan dituju (unitended receiver). Dalam berkomunikasi paling

sedikit terdapat dua keinginan bereaksi.

2. Bagaimana seseorang melakukan komunikasi. Tujuan komunikasi dapat

diletakan di sepanjang ukuran continum, yang menunjukkan apakah

tujuan itu segera diperoleh (consum story purpose) atau tertunda

(Instrumental purpose). Schramm menyebutnya sebagai "lmmediate

reward "dan" delay edreward".

Komunikasi mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Perubahan Sikap (attitude change). Komunikan dapat merubah sikap

setelah dilakukan suatu proses komunikasi.

2. Perubahan pendapat (opinion change). Perubahan pendapat dapat terjadi

dalam suatu komunikasi yang tengah dan sudah berlangsung dan

tergantung bagaimana komunikator menyampaikan komunikasinya.

3. Perubahan perilaku (behaviour change). Perubahan perilaku dapat terjadi

bila dalam suatu proses komunikasi, apa yang dikemukakan komunikator

sesuai dengan yang disampaikan hal ini tergantung kepada kredibilitas

komunikator itu sendiri.


4. Perubahan sosisal (social change). Perubahan yang terjadi dalam tatanan

masyarakat itu sendiri sesuai dengan lingkungan ketika berlangsungnya

komunikasi (Effendy,1993:55).

2.1.3. Karakteristik Komunikasi

Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks. Bisa dilakukan secara

langsung antara satu orang atau lebih dengan yang lainnya, bisa juga dilakukan

melalui media, baik media massa maupun media nirmassa. Betapa kompleksnya

komunikasi, Sendjaja (2004:78) menjelaskan beberapa karakteristik komunikasi,

yaitu:

1. Komunikasi adalah suatu proses. Komunikasi sebagai suatu proses artinya,

komunikasi merupakan serangkaian tindakan yang terjadi secara berurutan

serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Proses

komunikasi melibatkan banyak factor dan unsur, antara lain: komunikator,

pesan, saluran atau alat yang dipergunakan, komunikan, dan dampak dari

komunikasi.

2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja,

serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai komunikator. Sadar artinya

kegiatan komunikasi dilakukan dalam keadaan mental psikologis yang

terkendalikan. Disengaja maksudnya komunikasi yang dilakukan sesuai

dengan kehendak komunikator.

3. Komunikasi menuntutadanya partisipasi dan kerjasama dari para pelaku

yang terlibat. Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-


pihak yang berkomunikasi sama-sama ikut terlibat dan sama-sama

mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang

dikomunikasikan.

4. Komunikasi bersifat simbolis. Komunikasi merupakan tindakan yang

dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang seperti; bahasa verbal

dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat, angka-angka atau tanda-tanda

lainnya. Selain bahasa verbal, terdapat lambang-lambang nonverbal yang

dapat dipergunakan dalam komunikasi seperti gerak tubuh, warna, jarak

dan lain-lain.

5. Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi pada dasarnya menuntut

dua tindakan, yakni memberi dan menerima. Pengertian transaksional

menunjuk pada suatu kondisi bahwa keberhasilan komunikasi tidak hanya

ditentukan oleh satu pihak, tetapi oleh kedua belah pihak yang saling

bekerjasama.

6. Komunikasi menembus ruang dan waktu. Komunikasi menembus ruang

dan waktu maksudnya, komunikator dan komunikan yang terlibat dalam

komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama.Hal itu

bisa dilakukan dengan bantuan teknologi komunikasi seperti telefon, video

text, teleconference dan lain-lain.

2.1.4. Proses Komunikasi

Proses dalam ilmu komunikasi dibagi dua sudut pandang. Pertama,

persektif psikologis yang memahami komunikasi sebagai proses penyampaian

serta pertukaran pikiran dan perasaan dari seseorang pada orang lain dengan
menggunakan bahasa yang dipahami maknanya. Selain itu kondisi psikologis

komunikator juga sangat mempengaruhi. Komunikator tentu tidak dapat

melakukan komunikasi secara baik dan efektif kalau kondisi psikologisnya sedang

kacau. Kedua, perspektif mekanistis membagi komunikasi menjadi empat kategori

yaitu komunikasi primer, sekunder, linier, dan sirkular (Effendy, 2003:31).

1). Proses komunikasi dalam perspektif psikologis

Proses komunikasi dalam perspektif ini terjadi pada diri komunikator dari

komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan

kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Proses

“mengemas”atau “membungkus” pikiran dengan bahasa yang dilakukan

komunikator itu dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil encoding

berupa pesan itu kemudian kirimkan kepada komunikan. Sedangkan, proses

dalam diri komunikan disebut decoding seolah-olah membuka kemasan atau

bungkus pesan yang ia terima dari komunikator tadi. Apabila komunikan

mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi.

Sebaliknya, bila mana komunikan tidak mengerti, maka komunikasi tidak terjadi.

2). Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis

Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau

“melemparkan” dengan bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya sampai

ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan dari komunikator oleh komunikan

itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau inderamata, atau indera-indera

lainnya. Proses komunikasi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi proses

komunikasi secara primer dan sekunder, linear dan sirkular.


a). Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer (primary process) adalah proses

penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan

suatu lambang (symbol) sebagai media atau saluran. Dalam komunikasi bahasa

disebut lambang verbal (verbal symbol) sedangkan lambang-lambang lainnya

yang bukan bahasa dinamakan lambang nonverbal (non verbal symbol).

b). Proses Komunikasi secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai

media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator

menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasi karena komunikan

sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat,

telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan sebagainya adalah

media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara

sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media

massa (surat kabar, televisi, radio, dan sebagainya), media nir-massa (telepon,

surat, megapon, dan sebagainya) dan media social (facebook, twitter, line, path,

instagram, dan lain sebagainya).

c). Proses Komunikasi secara Linear

Proses komunikasi linier merupakan proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan secara satu arah. Proses komunikasi ini bisa

dilakukan secara tatap muka, komunikasi kelompok, atau komunikasi media.

Komunikasi linier umumnya terjadi pada masrakat otokratis dan paternalistik


yang informasi tersebut didominasi oleh elit politik dan rakyat hanya

menerimanya secara mentah-mentah.

d). Proses Komunikasi secara Sirkular

Proses secara sirkular adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu

terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Feedback ada kalanya mengalir

dari komunikan kekomunikator itu adalah “response” atau tanggapan komunikan

terhadap pesan yang ia terima dari komunikator. Proses komunikasi secara

primer, pikiran dan atau perasaan seseorang baru akan diketahui oleh dan akan

ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan

media primer tersebut yaitu lambang-lambang. Pesan (message) yang

disampaikan komunikator kepada komunikan terdiri dari isi (content)dan

lambang-lambang (symbol).

Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam

komunikasi adalah bahasa, karena hanya bahasa yang mampu menerjemahkan

pikiran seseorang kepada orang lain, apakah itu berbentuk ide, informasi atau

opini. Selain bahasa, gambar juga banyak digunakan dalam berkomunikasi,

karena gambar melebihi kial, isyarat dan warna dalam hal ”menerjemahkan”

pikiran seseorang tetapi tetap tidak melebihi bahasa. Demi efektifnya

komunikasi, lambang-lambang tersebut sering dipadukan penggunaannya.

Proses komunikasi sekunder merupakan sambungan dari komunikasi

primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu. Maka, dalam menata

lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator

harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan.


Penentuan media yang akan dipergunakan perlu didasari pertimbangan mengenai

siapa komunikan yang akan dituju.

Menurut Effendy (2007:23) bahwa pada proses komunikasi secara

sekunder, media yang dipergunakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Media Massa (Mass Media), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang

relatif amat banyak.

2. Media Nir-Massa atau Media Non Massa, yakni tertuju kepada satu orang

atau sejumlah orang yang relatif sedikit.

2.1.5. Unsur-unsur Komunikasi

Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar

manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi minimal terdiri dari 3

(tiga) unsur yaitu: (1) Pengirim pesan (komunikator); (2) Penerima pesan

(komunikan); (3) Pesan itu sendiri. Komunikasi merupakan sebuah proses yang

didalamnya terjadi perpindahan antara pesan yang disampaikan dengan

penerima pesan tersebut. Pesan, merupakan seperangkat lambang bermakna

yang disampaikan oleh komunikator. Hal ini terjadi antara seorang komunikan

terhadap komunikator. Pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-

lain. Pesan dibagi 2 (dua) yaitu:

1. Pesan Verbal adalah sebuah proses komunikasi, dimana pada komunikasi

verbal simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang

menggunakan satu kata atau lebih.Hampir semua rangsangan wicara yang

kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal yang disengaja. Yaitu
usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain

secara lisan.

Bahasa dalam proses komunikasi sebagai lambang verbal adalah

yang paling banyak dan paling sering digunakan. Bahasa dapat

didefinisikan sebagai seperangkat kata yang telah disusun secara

berstruktur sehingga menjadi kalimat yang mengandung arti. (Cangara,

2011:101). Oleh karena itu, hanya bahasa yang mampu mengungkapkan

pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa, baik yang konkret

ataupun yang abstrak, yang terjadi masak ini, masa lalu dan masa yang

akan datang. (Effendy, 2003:33)

Lambang komunikasi verbal menjadi suatu unsur yang penting

dalam pesan yang saling dipertukarkan antara anggota

komunitas.Lambang verbal sebagai pembentuk pesan yang ada di model

komunikasi transaksional. Bahasa memiliki banyak fungsi, namun

terdapat sedikitnya tiga fungsi yang erat kaitannya dalam menciptakan

sebuah komunikasi yang efektif, yaitu: (1) untuk mempelajari tentang

dunia di sekeliling kita; (2) untuk membina hubungan yang baik diantara

sesama manusia; (3) untuk

2. Pesan Non Verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Istilah non

verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi

diluar kata-kata yang terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus

menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ini ditafsirkan

melalui simbol- simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan


perilaku nonverbal itu tidaks ungguh-sungguh bersifat non verbal

(Mulyana, 2005:312).

Analisis 5 (lima) unsur menurut Effendi (2007:90), komunikasi pada

dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa (who), mengatakan apa

(says what), dengan saluran apa (in which channel) kepada siapa (tow

hom),dengan akibat atau hasil apa (with what effect):

1. Who (siapa/sumber). Sumber atau komunikator adalah pihak yang

mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu

Komunikasi bias seorang individu, kelompok organisasi, maupun suatu

Negara sebagai komunikator.

2. Says What (pesan). Apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan

kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi

informasi. Merupakan seperangkat symbol verbal atau nonverbal yang

mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber.

3. InWhich Channel (saluran/media). Wahana atau alat untuk

menyampaikan pesandari komunikator (sumber) kepada komunikan

(penerima) baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung

(melalui media cetak atau elektronik).

4. To Whom (untuk siapa atau penerima). Orang atau kelompok atau

organisasi atau suatu Negara yang menerima pesan dari sumber. Disebut

tujuan, pendengar, khalayak, komunikan, penafsir atau umpan balik.


5. With What Effect (dampak atau efek). Dampak atau efek yang terjadi pada

komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti

perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan.

Feed back (umpan balik), umpan balik memainkan peranan penting

dalam komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya atau berhentinya

komunikasi. Umpan balik dapat bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Feed

back adalah informasi yang dikirimkan balik kesumbernya (Clement dan

Frandsen, 1976).

2.1.6. Fungsi Komunikasi

Mulyana (2007:5) mengemukakan bahwa komunikasi itu mempunyai dua

fungsi,yaitu; 1) fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukan

ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. 2) fungsi

pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu pada suatu saat tertentu.

Menurut Pearson et al (2005:5) mengemukakan bahwa komunikasi

mempunyai dua fungsi umum,yaitu; 1) Untuk kelangsungan hidup dirisendiri

meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri

kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. 2) Untuk

kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial

dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat. Empat fungsi komunikasi

berdasarkan kerangka yang dikemukakan William I.Gorden (2005:5-30), yaitu:

1) Sebagai komunikasi sosial


Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan

bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita,

aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,

terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang

bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui

komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat untuk mencapai

tujuan bersama.

a) Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai

diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan

orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita

belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita

merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai;

anda berpikir anda cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap

anda cerdas; anda merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar

anda juga mengatakan demikian. Rakhmat, 1994) mengistilahkan

significant others (orang lain yang sangat penting) untuk orang-orang

disekitar kita yang mempunyai peranan penting dalam membentuk

konsep diri kita. Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua kita,

saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita.

Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan

dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi

pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri

terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah seminar. Meskipun


mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan

langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering

berbicara panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-

argumen yang terkadang tidak relevan.

b) Kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh

kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk

mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan

orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan

minum, dan memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan

kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai

manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah,

adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa

terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain.

Abraham Moslow menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan

dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan

diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi

terlebih dahulu sebelum kebuthan yang lebih tinggi diupayakan. Kita

mungkin sudah mampu kebuthan fisiologis dan keamanan untuk

bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi kebutuhan sosial,

penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan keempat

khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa

memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima

persahabatan. Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh


dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau

mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas

masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta

hiburan.

2) Sebagai komunikasi ekspresif

Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.

Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan

nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut,

prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa

disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal.

3) Sebagai komunikasi ritual

Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang

tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of

passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan,

siraman, pernikahan, dan lain-lain. Acara-acara itu orang mengucapkan

kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus

lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji,

upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda,

perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual.

Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut

menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku,

bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka.

4) Sebagai komunikasi instrumental


Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu:

menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan

tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja

kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga

untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika membuat kita

peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi

kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama.

Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan

pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka

panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian,

menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan

material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan

pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan

nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji, mengenakankan

pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan

kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.

Tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya

keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua

tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti

bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai

tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk

memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan.


Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari

para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi. Walaupun begitu, fungsi

komunikasi bisa dilihat juga sesuai dengan konteksnya. Cangara (2005:56)

menjelaskan komunikasi antarpribadi, fungsi utama komunikasi antarpribadi

adalah meningkatkan hubungan insani, menghindaridan mengatasi konflik-konflik

pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan

pengalaman dengan orang lain Komunikasi kelompok berfungsi untuk

menumbuhkan semangat kebersamaan dan solidaritas.

Menurut Effendy (1994), berpendapat fungsi komunikasi adalah

menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Sedangkan

Nurudin, (2004:27) memaparkan fungsi komunikasi yaitu: (1)

Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information) yakni

penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat; (2)

Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk

menanggapi lingkungannya; (3) Menurunkan warisan sosial dari generasi ke

generasi berikutnya.

2.1.7. Sifat Komunikasi

Sifat komunikasi menurut Effendy (2007:7) ada beberapa jenis, yaitu: (1)

Tatap muka (face-to-face); (2) Bermedia (Mediated); (3) Verbal (verbal) yaitu

lisan (oral), tulisan; (4) Non verbal (non-verbal) yaitu gerakan/isyarat badaniah

(gestural) dan bergambar(pictorial).

Penyampaian pesan, seorang komunikator dituntut untuk memiliki

kemampuan dan sarana agar mendapat umpan balik (feedback) dari komunikan
sehingga maksud pesan tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan berjalan efektif.

Komunikasi dengan tatap muka (face-to-face) dilakukan antara komunikator dan

komunikan secara langsung, tanpa menggunakan media apapun kecuali bahasa

sebagai lambang atau symbol. Komunikasi bermedia dilakukan oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media sebagai alat bantu

dalam menyampaikan pesannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non

verbal. Verbal dibagi kedalam dua macam yaitu lisan (oral) dan tulisan

(written/printed). Non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah

(gestural) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, dan

menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

2.1.8. Komunikasi Antar Pribadi

Pengertian Komunikasi Antar Pribadi adalah ilmu komunikasi

mempelajari dan meneliti perubahan tingkah laku dan pendapat yang diakibatkan

oleh informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Hal ini sesuai

dengan pendapat dari Carl. I. Hovland (Purba, 2006 : 29). Yang mengatakan:

“proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang

(biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku

orang lain (komunikan)”.Adapun Komunikasi Antar Pribadi adalah komunikasi

yang berlangsung antara dua individu atau lebih yang dapat berlangsung secara

tatap muka (face to face). Komunikasi Antar Pribadi ini bisa juga berlangsung

dengan menggunakan alat bantu atau media seperti : telepon, surat, telegram dan

sebagainya.
Komunikasi antar pribadi dikatakan efektif dalam merubah perilaku orang

lain apabila kesamaan makna mengenai apa yang dibincangkan. Ciri khas yang

tampak dalam komunikasi ini adalah arus balik langsung yang dapat ditanggkap

oleh komunikator, baik secara verbal dalam bentuk kata- kata maupun secara

nonverbal dalam bentuk gerak- gerik seperti anggukan dan lain sebagainya. Selam

proses komunikasi antar pribadi langsung, antar komunikator dan komunikan

tersebut akan terjadi adanya pengertian fungsi secara bergiliran satu sama lain.

Proses berubahnya perilaku atau inggkah laku individu adalah melaluli beberapa

tahapan dimana satu tahap dengan tahap lainya saling berhubungan.. seorang

individu menerima informasi, kemudian mengelolnya, menyimpan dan

menghasilkan kembali dalam bentuk satuy keputusan berupa penolakan atau

penerimaan terhadap informasi yang disampaikan tersebut.

Onong U. Effendy mendefinisikan komunikasi antar pribadi

adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam

bentuk percakapan, komunikasi jenis ini bisa langsung secara berhadapan muka

(face to face) bisa juga melalui medium, umpamanya telepon. Ciri khas

komunikasi antar pribadi adalah dua arah atau timbal balik (Effendy, 1993 :

61).Selain itu menurut Dean Barnulus mengemukakan bahwa komunikasi  antar

pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua individ, tiga individu

ataupun lebih yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur (Liliweri,

1991:12).
Adapun De Vito (Liliweri, 1991:13) mendefinisikan komunikasi antar

pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh

orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang    langsung.

De Vito (Liliweri, 1991:13) juga mengemukakan suatu komunikasi antar pribadi

yang mengandung ciri- ciri antara lain adalah :

1. Keterbukaan atau openess

Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau

gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka

tanpa rasa takut atau malu. Kedua- keduanya saling mengerti dan

memahami pribadi masing- masing.

2. Empati atau Empathy

Kemampuan seseorang memproyeksikan dirinya orang lain di dalam

lingkungannya.

3. Dukungan atau Supportiveness

Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan

dari pihak- pihak yang berkomunikasi. Dengan demikian keinginan atau

hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya.dukungan membantu

seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta

merih tujuan yang didambakan.

4. Rasa positif atau Positiveness


Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat gagasan pertama yang positif,

rasa positif menghindarkan pihak- pihak yang berkomunikasi untuk tidak

curiga atau prasangka yang menggangu jalannya interaksi keduanya.

5. Kesamaan atau Equality

Suatu komunikasi lebih akrab dalam jalinan pribadi lebih kuat, apabila

memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia,

ideologi dan sebaiknya (Liliweri, 1991 : 13).

2.1.8.1. Karakteristik Komunikasi Antar Pribadi

Untuk mengetahui adanya kehandalan dari bentuk komunikasi antar

pribadi dapat terlihat dari adanya karakteristiknya yang menurut Everet M.Roger

(Liliweri, 1991:19) adalah :

1. Arus pesanya yang cendrung dua arah.

2. Konteks komunikasinya tatap muka.

3. Tingkat umpan baliknya yang terjadi tinggi.

4. Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektifitas yang tinggi.

5. Kecepatan jangkauan  terhadap audience yang besar, relatif lambat.

Dalam setiap kegiatan komunikasi antar pribadi selalu melibatkan orang

sebagi organ pelaksana dalam penyampaian pesan, karenanya agar pesan yang

disampaikan oleh komunikator dapat memberikan hasil yang lebih baik, dapat

digunakan teknik persuasif. Adapun teknik persuasif yang dimaksud dalam hal ini

adalah suatu kegiatan dalam upaya membujuk komunikan agar melakukan atau

berbuat sesuai dengan maksud dan tujuan komunikator. Faktor-faktor sebagai


pembentuk komunikasi antar pribadi dapat terlihat dengan jelas seperti halnya

yang dikemukakan Halloran (Liliweri, 1991 : 48) adalah :

1. Manusia meskipun merupakan makhluk yang sempurna namun tetap

mempunnyai kekurangan.

2. Adanya perbedaan motivasi antar manusia.

3. Kebutuhan akan harga diri yang harus mendapat pengakuandari orang lain.

Dengan demikian kita dapat memahami bahwa komunikasi antar pribadi

berlangsung karena adanya manifestasi dari diri manusia itu sendiri sebagai

makluk sosial yang membutuhkan orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa

komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan proses sosial dimana orang-

orang yang terlibat didalamnya saling mempengruhi, serta menunjukkan bahwa

komunikasi antar pribadi lebih menonjolkan keterbukaan  pihak-pihak  yang

sedang melakukan komunikasi.

2.1.8.2. Proses Komunikasi Antar Pribadi

Pengertian proses dapat diartikan sebagai rangkaia atau peristiwa yang

sedang berlangsung untuk mencapai suatu hasil tertentu. Proses komunikasi itu

sendiri merupakan rangkaian kegiatan atau peristiwa ketika pesan mulai

dismpaikan sendiri disampaikan sendiri sampai terjadinya tindakan sebagi

pengaruh  dari pesan itu atau tidaknya perubahan pada sasaran.

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar dua orang atau lebih

yang terjadi dalam bentuk kontak langsung. Sebagai suatu proses, komunikasi

antar pribadi merupakan ragnkakian tindakan , kejadian dan kegiatan yang terjadi
secara terus menerus. Dengan kata lain, komunikasi antar pribadi bukanlah suatu

hal yang statis, tetapi suatu yang dinamis. Artinya, segala sesuatu yang tercangkup

dalam komunikasi antar pribadi selalu dalam keadaan berubah, yakni para pelaku,

pesan maupun lingkungannya. Kadangkala perubahan-perubahan ini kita tidak

sadari atau kita tidak perhatikan, namun yang jelas selau terjadi perubahan.proses

komunikasi antar pribadi dapat digambarkan sebagai proses yang sirkuler dan

terus menerus. Arti proses sekuler adalah bahwa setiap orang yang terlihat   dalam

komunikasi antar pribadi bertindak sebagai pembicara sekaligus sebagai

pendengar dan sebagai aktor sekaligus rektor. Sedangkan sebagai proses yang

teru-menerus, diartikan bahwa komuniaksi berlangsung tanpa henti, sehingga

batasan awal dan berakhirnya komunikasi antar pribadi menjadi tidak jelas.

Dalam menerangkan komunikasi antar pribadi sesuai dengan paradima

yang dikemukakan oleh Harlord Lasswell yang dikenal dengan model

komunikasinya berupa ungkapan verbal adalah dengan menjawab pertanyaan

who, says, what, in wich channel, to whom, with what effect (Effendy, 1993 : 10).

Adapun formula dari Harold Lasswell tersebut dapat dijabarkan sebagai

berikut :

1. Who (komunikator atau sumber), merupakan pihak yang menyampaikan

pesan-pesan yaitu pemerintah, khususnya dalam mengatur regulasi

pemberitaan.

2. Says what adalah pernyataan yang didukung oleh lambang-lambang.


3. In wich channel adalah saran atau saluran yang mendukung pesan yang

disampikan seperti media massa yakni: media cetak, media elektronik dan

media nirmassa.

4. To Whom adalah pihak yang meneriam pesan, 

5. With what effect adalah suatu dampak yang timbul sebagai pengaruh dari

pesan

2.1.9. Pendekatan Komunikasi

Pendekatan dalam ilmu komunikasi. Berkaitan dengan pendekatan

komunikasi yang mempengaruhi perkembangan ilmu komunikasi, Littlejohn

dalam buku Theories of Human Communications, menyatakan bahwa secara

umum terdapat tiga cara pandang ilmu dan kaitannya dengan objek pokok

pengamatannya. Ketiga pendekatan itu adalah:

1. Pendekatan Scientific (Ilmiah-Empiris), umumnya berlaku di kalangan para

ahli ilmu eksakta seperti fisika, biologi, kedokteran, matematika, dll.

Pendekatan atau aliran ini ditandai beberapa hal:

a) Mengasosiasikan ilmu dengan objektifitas. Objektifitas yang dimaksud

adalah objektivitas yang menekankan prinsip standarisasi observasi dan

konsistensi. Landasan filosofisnya adalah bahwa dunia dipandang dalam

bentuk dan struktur. Secara individual boleh jadi peneliti berbeda

pandangan satu sama lain tentang bagaimana rupa atau macam dari bentuk

dan struktur tersebut. Namun apabila para peneliti melakukan penelitian

terhadap suatu fenomena dengan menggunakan metode yang sama, maka


akan dihasilkan temuan yang sama. Inilah hakikat dari objektivitas dalam

konteks standarisasi observasi dan konsistensi.

b) Fokus perhatiannya pada dunia hasil penemuan (discovering world)

c) Terdapat pemisahan yang tegas antara known (objek atau hal yang ingin

diketahui/diteliti) dan knower (subjek pelaku atau pengamat).

d) Aliran ini lazim menggunakan metode eksperimen. Melalui metode ini si

peneliti secara sengaja melakukan suatu percobaan terhadap objek yang

ditelitinya. Tujuan penelitian biasanya diarahkan pada upaya mengukur

ada tidaknya pengaruh atau hubungan sebab akibat di antara dua variabel

atau lebih, dengan mengontrol pengaruh dari variabel lain. Prosedur yang

umum dilakukan adalah dengan cara memberikan atau mengadakan suatu

perlakuakn khusus kepada objek yang diteliti serta meneliti dampak atau

pengaruhnya.

e) Pemahaman dan kesimpulan terhadap suatu fenomena dilakukan dengan

berupaya memperoleh konsensus.

Teori atau model komunikasi yang secara tegas mencerminkan pengaruh

pendekatan ini adalah model komunikasi Stimulus-respon. Teori ini didasarkan

pada prinsip bahwa stimuli akan menciptakan efek atau dampak.

2. Pendekatan Humanistic :

a) Mengasosiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas, yang mengutamakan

kreatifitas individual.

b) Bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif

individual.
c) Memfokuskan perhatiannya dunia para penemunya (discovering person).

d) Ilmu pengetahuan dilihat sebagai bagian dari diri (pemikiran/interpretasi)

peneliti.

e) Terhadap fenomena yang diamati aliran ini pemahaman dilakukan dengan

mengutamakan interpretasi-interpretasi alternatif.

f) Metode penelitian yang lazim digunakan adalah partisipasi observasi.

Melalui penelitian seperti ini, peneliti dalam mengamati sikap dan perilaku

dari orang-orang yang ditelitinya, membaur dan melibatkan diri secara

aktif.

g) Cara pandang seseorang tentang sesuatu hal akan menentukan

penggambaran dan penguraiannya tentang hal tsb.

h) Aliran ini biasanya mengkaji persoalan-persoalan yang menyangkut sistem

nilai, kesenian, kebudayaan, sejarah dan pengalaman pribadi.

Dalam konteks ilmu-ilmu social, salah satu bentuk metode penelitian yang

lazim digunakan dari aliran ini adalah partisipasi observasi. Malalui metode ini si

peneliti dalam mengamati sikap dan perilaku dari orang-orang yang ditelitinya

membaur dan melibatkan diri secara aktif dari kehidupan orang-orang yang

ditelitinya. Misalnya bergaul, tinggal di rumah orang-orang tersebut, serta ikut

dalam aktivitas sehari-hari mereka dalam kurun waktu tertentu (misalnya 1 bulan,

atau 1 tahun). Interpretasi atas sikap dan perilaku dari orang yang ditelitinya, tidak

hanya didasarkan atas informasi yang diperoleh melalui hasil wawancara atau

tanya jawab dengan orang-orang yang ditelitinya, tetapi juga atas dasar

pengamatan langsung atau pengalaman berinteraksi dengan mereka. Cara pandang


seseorang tentang sesuatu hal akan menentukan penggambaran dan uraiannya

tentang hal tersebut.

Teori komunikasi yang berkembang dan dipengaruhi oleh pendekatan ini

adalah teori-teori kritis yang berkembang dari disiplin ilmu sastra, sosiologi.

Nama-nama ahli yang dominan adalah Karl Marx, Max Weber dari disiplin ilmu

sosiologi. Fedinand de Saussure dan Charles S. Pierce dari disiplin ilmu sastra.

Dengan demikian perbedaan antara pendekatan scientific dan humanistic

adalah :

a) Bagi aliran pendekatan scientific ilmu bertujuan untuk

menstandardisasikan observasi, sementara aliran humanistic

mengutamakan kreatifitas individu.

b) Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi

perbedaan-perbedaan pandangan tentang hasil pengamatan, sementara

aliran humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan

subjektif individual.

c) Aliran scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang

berada di sana (out there), di luar diri pengamat/peneliti. Di lain pihak

aliran humanistic melihat ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada

di sisni (in here), dalam arti berada dalam diri (pemikiran, interpretasi)

pengamat/peneliti.
d) Aliran scientific memfokuskan perhatiannya pada dunia hasil penemuan

(discovered world), sedangkan aliran humanistic menitik beratkan

perhatiannya pada dunia para penemunya (discovering person).

e) Aliran scientific berupaya memperoleh konsensus, sementara aliran

humanistic mengutamakan interpretasi

f) Aliran scientific membuat pemisahan yang tegas antara known dan

knowner sedangkan aliran humanistic cenderung tidak memisahkan kedua

hal tersebut.

3. Pendekatan Khusus Ilmu pengetahuan sosial (Social Sciences)

Pendekatan ini pada dasarnya adalah gabungan antara dua aliran

sebelumnya yaitu Scientific dan humanistic. Dalam banyak hal pendekatan ilmu

social merupakan perpanjangan tangan dari pendekatan ilmu alam (natural

science), karena beberapa metode yang diterapkan banyak diantaranya yang

diambil dari ilmu alam. Namur metode-metode pendekatan aliran humanistic juga

diterapkan.

Kedua pendekatan ini digabungkan, karena yang menjadi objek studi ilmu

pengetahuan adalah kehidupan manusia. Untuk memahami tingkah laku manusia

diperlukan pengamatan yang cermat dan akurat, untuk ini jelas bahwa pengamatan

harus dilakukan seobjektif mungkin agar hasilnya dapat berlaku umum tidak

bersifat kasus. Dengan kata lain para ahli ilmu sosial seperti halnya ilmu alam

harus mencapai kesepakatan atau konsesnsus mengenai hasil temuan dalam

pengamatannya, meskipun konsensus/kesepakatan yang dicapai sifatnya relatif

dalam arti dibatasi oleh faktor-faktor waktu, situasi dan kondisi tertentu. Di
samping factor objektivitas juga ilmu pengetahuan harus mengutamakan factor

penjelasan dan interpretasi.

Hal ini disebabkan manusia adalah mahluk yang aktif, memiliki daya

pikir, berprinsip terhadap nilai-nilai tertentu, serta sikapnya dapat berubah-ubah

sewaktu-waktu. Karenanya selain pengukuran yang cermat dan akurat diperlukan

interpretasi subjektif terhadap kondisi-kondisi spesifik tingkah laku manusia yang

jadi objek pengamatan guna menangkap makna dari tingkah laku tersebut.

Seringkali seseorang bersifat semu dalam arti tidak mencerminkan keinginan hati

yang sebenarnya dari orang tersebut.

2.1.10. Masyarakat Perantau

Merantau merupakan tradisi masyarakat Indonesia. Sejak zaman nenek

moyang orang Indonesia sampai saat sekarang ini tradisi tersebut masih

dijalankan. Ada beberapa hal yang mendasari masyarakat Indonesia merantau

yaitu:

1) Faktor adat, tradisi dan kebiasaan yang sudah diajarkan oleh nenek

moyang orang minangkabau sejak zaman dahulu kala.

2) Faktor ekonomi. Banyak ditemui para perantau didaerah tempatnya

merantau tersebut perantau melakukan kegiatan berdagang.

3) Faktor sosial. Jika salah seorang anggota masyarakat meraih kesuksesan

ketika merantau, dan mereka membawa keberhasilan mereka tersebut ke

kampung maka anggota masyarakat yang lain pasti akan merasa

termotivasi untuk merantau juga. Perantau yang meraih kesuksesan


tersebut akan lebih dihormati dan dihargai dikampung mereka dikarenakan

keberhasilan mereka tersebut.

4) Faktor pendidikan. Para perantau tidak hanya berminat untuk berdagang

melainkan juga berminat untuk menuntut ilmu.

5) Faktor pepatah adat. Banyak pepatah adat masyarakt Indonesia yang

berisikan motivasi dan lecutan bagi para calon perantau. Jangan hanya

bangga diri berada dikampung. Jangan mau disebut katak dalam

tempurung. Jangan seperti anjing dihalaman rumah. Semuanya itu dapat

membuat mereka terpacu dan berfikir akan makna dibalik itu semua dan

akhirnya memutuskan untuk merantau.

6) Faktor kemandirian. Kemandirian disini dapat diartikan dalam banyak hal.

Tidak hanya mandiri dari segi ekonomi. Tapi juga mandiri dari segi

kepribadian. Orangtua yang menyuruh anaknya merantau pasti

menginginkan agar anaknya meraih kesuksesan. Tidak menggantungkan

hidup dengan kedua orangtua. Syukur-syukur kalau anaknya meraih

keberhasilan dan mempersembahkan yang terbaik untuknya. Mapan dari

cara berfikir dan bertindak. Tidak lekas menyerah begitu saja. Dan

menjadi kebanggaan bagi orangtua jika anaknya tidak hanya mandiri di

dunia tapi juga mandiri dalam urusan akhirat.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teori Structural Change Theory oleh Holis

Teori ini biasanya diterapkan oleh negara-negara berkembang atau pada

negara dunia ketiga. Misalnya di negara bagian Asia Timur. Dibandingkan di


negara maju, negara berkembang masih menerapkan standard ekonomi

tradisional. Dimana penduduknya masih bermata pencaharian sebagai petani

sebagian besarnya. Untuk itu, bagaimana negara berkembang dapat menyesuaikan

diri di perkembangan zaman, hanya terletak bagimana negara tersebut menuntun

dan mengarahkan kemajuan negaranya (khususnya dalam hal ini di bidang

ekonomi) untuk dapat bersaing dan menjadi negara maju.

Diperlukan berbagai macam metode dan cara untuk menjalankannya. Di

sini kita akan membahas mengenai bagaimana cara menerapkan salah satu metode

yang dapat dijalankan untuk melakukan suatu perubahan tersebut, yaitu Teori

Perubahan Struktural (Structural Change Theory). Teori perubahan struktural =>

bagaimana suatu negara merubah struktur mode ekonominya dari sektor ekonomi

tradisional menjadi ekonomi modern. Ekonomi modern yang disesuaikan dengan

perkembangan zaman globalisasi pada saat ini.

Tokoh-tokoh yang melakukan penelitian dan membahas mengenai teori ini

adalah :

a) W. Arthur Lewis.

Ia memperkenalkan Teori Two Sector Surplus Labor, yang dibagi menjadi

dua sektor yaitu sektor pertanian tradisional (pedesaan subsistem) dan

sektor industri modern (industri perkotaan). Dimana ikhtisarnya

mengatakan bahwa surplus labor dari sektor pertanian ditransfer sedikit

demi sedikit ke sektor industri modern dengan tahapan perkembangan dan

pendidikan juga pelatihan untuk calon tenaga kerja yang dibutuhkan.

Kelemahan dari teori ini adalah tingkat hasil keuntungan output yang
didapat lebih banyak cenderung diminati oleh kaum penguasa daripada

para pekerjanya. Jadi terdapat ketimpangan dalam pembagian keuntungan

ini sehingga kecenderungan dalam pembagian rata tenaga kerja menjadi

fleksibel karena hal ini. Hal ini dapat menimbulkan ketimpangan antara

upah nyata (MPL) dengan kuantitas tenaga kerja (terdapat dalam Grafik

Model Arthur Lewis).

b) Hollis B. Chenery.

Ia memperkenalkan mengenai “Pola-Pola Pembangunan”. Mengemukakan

mengenai proses perubahan struktur ekonomi, industri dan kelembagaan

yang dalam langkahnya menuju industri baru yang menjadikannya

transformasi ke struktural ekonominya. Kelemahannya adalah akses yang

dimiliki oleh negara berkembang yang sedang menerapkannya mengalami

hambatan karena kurangnya supplies and equipments yang dimiliki untuk

mengakses baik dalam negara maupun di internasionalnya. Dibandingkan

dengan negara maju yang telah memiliki akses yang lebih sempurna

dibandingkan dengan negara berkembang.

Proses pengembangan negara tersebut menjadi negara maju melalui

tahapan model perubahan struktural ini adalah :

Teori yang lebih langsung menanggapi masalah span style=”text-

decoration: underline;”>pembangunan ekonomi negara-negara berkembang

berpangkal dari pengertian perubahan struktural. Teori perubahan struktural

memusatkan perhatiannya pada mekanisme atau cara bagaimana negara

“terbelakang” dapat mentransformasikan struktur perekonomiannya dari pertanian


tradisional untuk mencukupi kebutuhan sendiri menjadi perekonomian yang lebih

modern. Tokoh teori ini adalah W.Arthur Lewis (model dua sektor) yang

dikeinbangkan lebih lanjut oleh John Fei dan Gustav Ranis.

Dalam model Lewis perekonomian yang terbelakang terdiri dari dua

sektor. yaitu sektor tradisional di pedesaan dan sektor industri modern perkotaan

yang lebih produktif dan dapat sedikit demi sedikit menampung kelebihan tenaga

kerja dari sektor pertanian. Perhatian utama model ini adalah pada terjadinya

proses pengalihan tenaga kerja dari desa ke kota serta pertumbuhan produksi dan

kesempatan kerja di sektor modern. Perkembangan sektor modem ditentukan oleh

tingkat investasi di hidang industri, sedangkan tingkat upah di perkotaan cukup

lebih tinggi untuk menarik tenaga kerja dan desa ke kota tetapi tidak naik dengan

terlalu cepat.

Yang disyaratkan agar proses ini berjalan dengan balk ialah hahwa

keuntungan yang diperoleh di sektor modern ditanam kembali dalam sektor

modern (dan tidak dilarikan ke bank di luar negeri), dan digunakan untuk

perluasan usaha (hukan untuk membeli barang modal yang lebih canggih yang

justru menghemat tenaga kerja). Juga diandaikan bahwa tenaga kerja yang tidak

terampil yang mengalir dari desa ke kota semuanya bisa ditampung di sektor

modern. Jelaslah kiranya bahwa syarat-syarat dan anggapan-anggapan ini

kenyataannya sulit terpenuhi. 

 2.2.1. Teori Perubahan Struktural

Teori Perubahan Struktural ini menjelaskan pada pembahasan mekanisme

transformasi ekonomi yang dialami oleh Negara sedang berkembang, yang


semulanya bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju

struktur perekonomian yang lebih modern dan sangat didominasi oleh sektor

industri dan jasa (Todaro,1991 : 68).

1) Teori Pembangunan Arthur Lewis

Teori ini membahas proses pembangunan yang terjadi antara daerah kota

dan desa, yang mengikutsertakan proses urbanisasi yang terjadi di antara kedua

tempat tersebut.

2) Teori Pola Pembangunan Chenery

Teori Pola Pembangunan Chenery memfokuskan terhadap perubahan

struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi, industri dan struktur institusi

dari perekonomian negara yang sedang berkembang, yang mengalami

transformasi dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin

utama pertumbuhan ekonominya. Menurut Chenery, sejalan dengan peningkatan

pendapatan per kapita, perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang

semula mengandalkan sector pertanian menuju ke sector industry.

2.2.2. Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Andi Nurannisa, 2014 dinamika kelompok Hasil penelitian ini


masyarakat perantau kasus menunjukkan bahwa: (1)
anggota kerukunan suksesi kepemimpinan
keluarga sulawesi selatan KKSS Rumpun
(kkss) rumpun siparappe Siparappe dilakukan
di kota baubau dengan model
kepemimpinan legal dan
rasional yakni
kepemimpinan yang
diangkat atas dasar
pertimbangan pemikiran
tertentu dan penunjukkan
langsung melalui
musyawarah serta lama
kepemimpinan tidak
menentu dan tidak
berdasarkan periode
tertentu; (2) faktor yang
membuat KKSS
Rumpun Siparappe tetap
bertahan ialah solidaritas
sekampung, proses
adaptasi atau
penyesuaian diri
terhadap lingkungan, dan
dukungan dari luar
seperti pemerintah
ataupun masyarakat; (3)
respon KKSS Rumpun
Siparappe dalam
menyiasati
perkembangan dan
perubahan dengan
menyesuaikan diri dan
mendukung pemerintah
baik program ataupun
kebijakannya, serta arah
perubahan KKSS
Rumpun Siparappe
selain cenderung
bertahan terhadap
perkembangan
lingkungan, kini
organisasi kerukunan
sebagai penunjang atau
referensi terpenting
dalam proses
penggalangan dukungan
dan kekuatan bagi
kandidat yang bertarung
dalam pilkada.
Ihsan, Fatimah (2018) Solidaritas Sosial  hasil temuan dalam
Masyarakat Jawa penelitian ini bahwa
Perantau di Kampung solidaritas sosial
Jawa Kota masyarakat Jawa
Tanjungpinang. Solidaritasperantauan di Kampung
Sosial Masyarakat Jawa Jawa masih terjaga
Perantau di Kampung dengan baik disebabkan
Jawa Kota Tanjungpinang. oleh beberapa alasan 1)
masih mempertahankan
tradisi lokal, seperti
melakukan tradisi
rewang dalam hajatan
pernikahan, tahlilan saat
kematian, pesta khitanan,
aqikahan dan kenduri
menyambut bulan puasa.
Selain itu, kesenian
tradisional Jawa masih
dilakukan pada
peringatan tertentu, 2)
memiliki perasaan hidup
senasib sepenanggungan
yang tampak dari
kegiatan gotong royong
yang masih berjalan
dengan baik dan
masyarakat masih
mendukung kegiatan ini,
dan 3) memiliki naluri
bertahan hidup sebagai
wujud eksistensi etnis
Jawa di perantauan. Kata
Kunci : Masyarakat Jawa
perantauan, Solidaritas
Sosial
Maftukhin (2014) dampak perilaku perantau Adapun kesimpulan
terhadap moralitas remaja yang di dapat setelah
desa kandangserang menyelesaikan penelitian
pekalongan. ini adalah (1) merantau
bagi mahasiswa perantau
adalah sebuah kebiasaan.
Kebiasaan tersebut telah
dilakoni oleh pria dan
wanita. Tujuan merantau
berbeda-beda, salah satu
yang tepenting adalah
untuk membuat
perubahan kepada
kehidupan yang lebih
baik. (2) motif merantau
yang dimiliki oleh
seorang mahasiswa
perantau dapat
mempengaruhi cara
mereka berperilaku
selama diperantauan.
Motif seseorang
menentukan apa yang
ingin dicari dan apa yang
didapat selama
merantau. Motif yang
kuat untuk mencapai
kesuksesan dapat
membantu mahasiswa
perantau dalam
menyelesaikan studi dan
mencapai cita-cita
lainnya di dalam hidup.
(3) mahasiswa perantau
mengalami beragam
pengalaman pahit
(negatif) dan
pengalaman manis
(positif) selama
merantau. Setiap
pengalaman dijadikan
ajang untuk belajar agar
dapat menjadi orang
yang lebih baik dari
waktu ke waktu.

Kebaruan dalam penelitian ini adalah fokus penelitian ini pada kontruksi

komunikasi melihat pendekatan perantau Indonesia diluar negeri dimana dalam

penelitian-penelitian sebelumnya fokus penelitian hanya pada perantau antara

daerah saja sehingga penelitian ini merupakan kebaruan dalam riset komunikasi

khususnya pada fokus masyarakat perantau.


2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan pemaparan dasar pemikiran maka peneliti mencoba membuat

satu bagan kerangka pikir dengan model berikut ini:

Bagan Kerangka Pikir

Perantau Malaysia Dan


Masyarakat Lokal

Pengurangan ketidak pastian Penetrasi sosial Pendekatan sosial

1. Ketidakpastian 1. Hub. 1. Interaksi


kognitif Interpersonal 2. Akses informasi
2. Ketidakpastian

Hubungan
Komunikasi

*Modifikasi Penulis
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitisn

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Parigi Kelurahan

Wasolangka Kabupaten Muna dengan pertimbangan Kecamatan Parigi Kelurahan

Wasolangka memiliki jumlah masyarakat yang merantau ke Malaysia sangatlah

banyak, sebab mata pencaharian selain pegawai negeri sipil (PNS) urutan yang

medominasi pekerjaan masyarakatnya adalah sebagai TKI di Malaysia.

3.2. Ubjek dan Informan Penelitian

3.2.1. Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah warga masyarakat Kelurahan

Wasolangka Kecamatan Parigi yang merantau di Malaysia dan masyakat lokal.

3.2.2. informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Wasolangka

Kecamatan Parigi Kabupaten Muna menggunakan purposive sampling dengan

rincian informan sebagai berikut:

1. Lurah Wasolangka
2. Tokoh pemuda

3. Tokoh adat

4. Masyarakat perantau malaysia

5. Masyarakat lokal

3.3. Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling (sampling seleksi) yaitu memilih dengan sengaja dengan pertimbangan

bahwa yang bersangkutan memahami inti permasalahan. Menurut Patton (1990)

purposive sampling menekanka pada penentuan obyek yang kaya akan informasi

dan obyek dapat menjawab pertanyaan peneliti.

3.4. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

Jenis data penelitian terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif.Data

kualitatif meliputi; tulisan, kata-kata, dan narasi.Data kuantitatif meliputi bilangan

dan angka-angka statistik yang digunakan hanya untuk kebutuhan data

pendukung.Jenis data berupa data sekunder dan data primer.

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran dan

penelahaan studi-studi dokumen yang terdapat di lokasi penelitian dan yang ada

hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti. Data sekunder yang

dikumpulkan antara lain meliputi, bahan pustaka, dan dokumentasi serta bahan
laporan berupa arsip, laporan tertulis, foto dan bahan cetakan yang ada pada

berbagai lembaga dan instansi.

Data primer adalah data empirik diperoleh secara langsung dari informan

kunci dengan menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara langsung untuk

mendapatkan data-data tentang proses, bentuk. Peneliti melakukan wawancara

mendalam secara langsung terhadap informan.Selain itu, data primer juga

diperoleh melalui diperoleh melalui observasi partisipatif.

3.4.2.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian menggunakan kelaziman umumpenelitian

kualitatif, yang terdiri dari 3 (tiga) teknik pengumpulan data melalui wawancara

mendalam,observasi parsitipatif, dan studi dokumentasi. Berikut ini penjelasan

masing-masing teknik pengumpulan data:

1. Observasi Partisipatif

Metode observasi yang digunakan adalah metode observasi patisipatif, di

mana pengumpulan data melalui observasi terhadap obyek pengamatan secara

langsung dan keterlibatan penelitipada setiap kegiatan yang dilakukan.

2. Wawancara Mendalam (in-depth interview)

Wawancara memiliki tujuan yaitu untuk menyajikan konstruksisaat

sekarang dalam suatu konteks tentang para pribadi, peristiwa,aktivitas, organisasi,

perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, dan sebagainya; untuk hal itu

dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang.

Peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung antara peneliti dengan sampel dengan metode


wawancara mendalam.Pawito menambahkan in-depth interview pada khusunya

dan metode wawancara pada umumnya, biasanya berlangsung agak longgar,

santai dan mungkin juga dapat diulang untuk memperoleh data tambahan atau

untuk mengetahui mengetahui persoalan lain sampai perolehan data dirasa cukup

oleh peneliti.

3. Studi Dokumentasi

Teknik ini digunakan dalam penelitian studi kasus guna mencari justifikasi

atau pembenaran dari data yang diperoleh melalui wawancara, sehingga studi

dokumen menjadi pengontrol kebenaran informasi yang diperoleh dari berbagai

teknik pengumpulan data. Studi dokumen dimulai dari mencari dan menemukan

akses untuk memperoleh dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian, lalu

dilakukan memberian kode untuk kemudian dianalisis.

3.5. Instrument Penelitian

Penggunaan instrumen dalam penelitian ini meliputi; (1) catatan lapangan

observasi; (2) panduan pertanyaan wawancara; dan (3) Voice Recorder.Instrumen

penelitian ini dipergunakan secara bersamaan saat pengumpulan data lapangan

sebagai sumber data primer.Sementara kebutuhan pengumpulan data sekunder

menggunakan instrument penelitian catatan tertulis tentang buku, arsip.

3.6. Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif.

Menjawab keseluruhan permasalahan penelitian ini, menggunakan teknik analisis


deskriptif melalui tahapan teknik analisis interaktif Miles & Huberman yang

terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian

data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992:19-21).

Analisis data dilakukan sepanjang penelitian mulai dari awal hingga

berakhirnya pengumpulan data secara sekaligus dalam waktu yang bersamaan.

Berikut 3 (tiga) alur kegiatan analisis data sebagai berikut:

1. Reduksi data merupakan alur penting pertama dalam analisis data,

kegiatan yang dilakukan adalah berupa proses pemilihan yang

memusatkan perhatian pada penyederhanaan, abstrak dan transformasi

data kasar yang muncul dari catatan di lapangan. Kemudian data ini

dikelompokkan menurut kategorinya, yang selanjutnya diklasifikasi untuk

ditafsirkan guna memberi makna kepada usaha penarikan kesimpulan

penelitian setelah melalui suatu verifikasi.

2. Penyajian data sebagai alur penting kedua dari analisis data penelitian

kualitatif adalah sebagai penyajian sekumpulan informasi yang tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data tersebut, kita akan memahami apa

yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisis

ataukah mengambil tindakan beradasarkan atas pemahaman yang didapat

dari penyajian-penyajian tersebut. Penyajian yang paling sering digunakan

pada data kualitatif pada masa yang lalu adalah bentuk teks naratif, tetapi
penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis

kualitatif yang valid. Penyajian meliputi pula berbagai jenis matriks,

grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan

informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih,

dengan demikian dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan

apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melakukan analisis

yang menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang

mungkin berguna.

3. Menarik kesimpulan/verifikasi adalah kegiatan ketiga analisis data

penelitian kualitatif. Permulaan pengumpulan data, mencari arti benda-

benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-

konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Peneliti yang

berkompeten akan manarik kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar,

tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula

belum jelas, kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan

mengakardengankokoh. Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak

munculsampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya

kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pada pengkodeannya,

penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan

peneliti.

Gambar 2.8. Model Analisis Interaktif

Penyajian Data
Pengumpulan Data

Kesimpulan-KesimpulanPenarikan/Verifikasi
Reduksi Data
Sumber: Miles dan Huberman (1992: 19-21)

3.7. Desain Operasional Penelitian

No Unit Analisis Struktur Kerangka Teknik


Analisis Pengumpulan
Data
Perantau Malaysia dan Pengurangan ketidakpastian Wawancara
Masyarakat Lokal dalam 1). Ketidakpastian
Mendalam
hubungan komunikasi Kognitif
2). Ketidakpastian
Perilaku
Penetrasi Sosial
1). Hub. Interpersonal
Pendekatan Sosial
1) Interaksi
2) Akses Informasi

3.8. Konseptualisasi

1. Komunikasi adalah kegiatan interaksi sosial masyarakat lokal dan

masyarakat perantau Malaysia

2. Pendekatan adalah cara dalam melakukan akses hubungan komunikasi


3. Pengurangan ketidakpastian adalah  keyakinan seseorang tentang sesuatu

yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu

4. Penetrasi sosial adalah proses mengenali orang dan lingkungan kita

5. Pendekatan sosial adalah hubungan komunikasi masyarakat di Kelurahan

Wasolangka.

Anda mungkin juga menyukai