Anda di halaman 1dari 8

PERSEPSI TERHADAP POLITIK NASIONAL PADA MAHASISWA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MALANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Strata Satu Psikologi

Banna Rosyid Madani

190811636957

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB 1

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor berbasis jasa yang sangat

potensial apabila kita dapat memanfaatkan dengan baik, terutama saat sektor tersebut

dapat dimanfaatkan guna meningkatkan pada bidang perekonomian daerah.

Berkembangnya sektor pariwisata pada suatu daerah maka kemungkinan besar akan

menarik sektor lain untuk lebih berkembang karena produk-produknya saling


berhubungan dalam menunjang industri pariwisata, seperti sektor pertanian,

peternakan, perkebunan, kerajinan rakyat, peningkatan kesempatan kerja dan lain

sebagainya (Irma dan Indah, 2004). Lalu, sektor pariwisata juga merupakan salah satu

sumber dalam memberikan devisa bagi negara Indonesia.

Berbicara tentang pariwisata, pastinya tidak dapat luput dari kata turis

asing atau mancangera. Karena hingga sekarang jumlah turis mancanegara terus

meningkat dan diharapkan tidak terjadi penurunan. Menteri Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyampaikan, jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara (wisman) tahun ini telah melampaui target lantaran mencapai 3,92 juta

kunjungan per Oktober 2022. Interaksi masyarakat pelaku wisata di suatu daerah

dengan para wisatawan mancanegara memegang peranan yang cukup vital dalam

mendukung sebagai daerah tujuan wisata. Para pelaku wisata dalam masyarakat yang

terdiri dari pemandu wisata, karyawan hotel, pelayan restoran, pedagang makanan dan

minuman ini memiliki berbagai latar belakang pendidikan yang beragam. Dengan

latar belakang pendidikan yang beragam, tentunya mereka juga memiliki beragam

kompetensi yang ada pula. Salah satunya adalah Kompetensi dalam berkomunikasi

dengan wisatawan asing yang memiliki budaya yang berbeda merupakan suatu hal

yang sangat vital dan menjadi perhatian bagi pengelola usaha di suatu daerah

wisatawa tersebut.

Lalu Pearce (1991) menyatakan bahwa banyak pendekatan dan studi

pariwisata yang kini memanfaatkan penggunaan ilmu psikologi, misalnya untuk

menganalisis pasar wisata, kepuasan wisatawan dan kebutuhan wisatawan. Psikologi

dapat menjadi suatu teori yang membantu bagaimana manusia dapat mengobservasi

dan menganalisa bagaimana pola komunikasi lintas budaya dapat berjalan. Psikologi

merupakan studi yang mempelajari pengalaman antar manusia dan interaksi konstan
dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, ilmu ini tertarik pada perilaku

individu dan pengalaman, baik dalam kelompok atau sendiri. Menurut Pearce dan

Packer (2013), psikologi sebagai bidang studi adalah kumpulan ide, teori, dan metode

yang luas yang secara sistematis menganalisis pengalaman dan perilaku manusia.

Meskipun berfokus terutama pada individu, ia juga menganalisis proses interaksi

sosial karena proses ini sangat dipengaruhi oleh keputusan individu. Psikologi

memiliki berbagai cabang yang membahas berbagai bidang yang beragam. Namun,

Psikologi sosial budaya merupakan bidang yang paling erat kaitannya dengan

pariwisata. Psikologi sosial budaya mempelajari perilaku individu dan bagaimana

mereka dipengaruhi oleh kelompok tempat mereka tinggal. Dari perspektif sosio-

psikologis, wisatawan dapat diartikan sesuai dengan peran sosial yang mereka

mainkan dan motivasi yang mengarahkan mereka untuk menjadi wisatawan pada saat

tertentu, juga dapat menganalisis hubungan yang dibangun dengan masyarakat

penerima, wisatawan lain, dan profesional di sektor tersebut.

Jadi, kita dapat menggunakan berbagai pendekatan dari Psikologi Sosial untuk

melakukan observasi atau mencari tahu bagaimana pola komunikasi lintas budaya

antara turis mancanegara dengan masyarakat lokal di lokasi wisata. Salah satu

pendekatan tersebut adalah Hubungan pariwisata dengan humor, bahwa kegunaan

humor baik formal ataupun informal memberikan manfaat yg signifikan dalam

meningkatkan tingkat kenyamanan, meningkatkan tingkat konsentrasi wisatawan,

mempererat hubungan wisatawan dengan pemandu (Wardiyanta, 2010 :55)

II. Rumusan Masalah

Para masyarakat lokal umumnya berlatar belakang budaya lokal dan sebagian besar

berpendidikan dasar ini setiap harinya melakukan komunikasi dengan para turis atau

wisatawan mancanegara yang memiliki bahasa dan budaya yang berbeda. Dengan
latar belakang pendidikan dasar yang dimiliki oleh para masyarakat lokal maka pola

komunikasi yang dipakai oleh mereka perlu untuk dianalisa. Proses komunikasi lintas

budaya para masyarakat lokal dengan wisatawan asing yang sudah berlangsung sejak

lama ini tentunya menemui berbagai faktor penghambat maupun pendukung. Interaksi

antara masyarakat lokal dengan para turis dari berbagai negara yang berdampak pada

perubahan budaya masyarakat lokal ini menarik untuk diteliti.

III. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi lintas budaya antara turis

mancanegara dengan masyarakat lokal di lokasi wisata.

IV. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

bagaimana keadaan dan pola komunikasi yang terjadi antara turis mancanegara

dengan wisatawan lokal di daerah wisata.

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat dalam

mengimplementasikan pengetahuan penulis tentang berbagai ilmu pengetahuan

khususnya di bidang psikologi, salah satunya tentang bagaimana pola komunikasi

yang terjadi antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

I. Pengertian Komunikasi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah

pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga

pesan yang dimaksud dapat dipahami. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin,

communicatus, artinya berbagi atau menjadi milik bersama - mengacu pada upaya

yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.

Menurut ilmuwan politik Amerika Serikat sekaligus pencetus teori

komunikasi, Harold Lasswell, komunikasi adalah suatu proses menjelaskan siapa

mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa (who says what in which channel to

whom and with what effect). Sementara itu, menurut webster New Collogiate

Dictionary, komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi di antara individu

melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.

II. Pola Komunikasi

Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses

komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan

komponen lainnya (Soejanto, 2001). Pola Komunikasi diartikan sebagai bentuk atau

pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman, dan penerimaan cara

yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola

hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengriman dan penerimaan pesan

yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah-

langkah pada suatu aktifitas, dengan komponen-komponen yang merupakan bagian

penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan

organisasi. Pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau

lebih dalam proses mengkaitkan dua komponen yaitu gambaran atau rencana yang

menjadi langkah – langkah pada suatu aktifitas dengan komponen – komponen yang
merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan antar organisasi ataupun juga

manusia.

Menurut Effedy (1993:33) komunikasi memiliki sifat-sifat. Adapun sifat atau

ciri dari komunikasi, anatara lain:

1. Komunikasi Verbal (Verbal communication)

a. Komunikasi Lisan (Oral communication)

b. Komunikasi Tulisan (Written communication)

2. Komunikasi Non-Verbal (Nonverbal communication)

a. Komunikasi Isyarat Badaniah (Gestured communication)

b. Komunikasi Gambar (Picturial communication)

c. Komunikasi Tatap muka (Face to face communication)

d. Komunikasi Bermedia (Mediated communication)

III. Kerangka Pemikiran Komunikasi Lintas Budaya

Mengatasi berbagai situasi dalam komunikasi antar budaya adalah sesuatu

yang sangat vital dan merupakan salah satu langkah yang penting dalam membangun

hubungan antara turis mancanegara dengan masyarakat lokal. Lalu, hal tersebut juga

merupakan sebuah proses yang tidak terpisahkan dengan sebuah proses perilaku.

Sebuah perilaku akan berhasil apabila hal tersebut dimulai dengan sebuah niat yang

baik pada kedua pihak, dalam hal ini adalah sebuah komunikasi. Namun, kita juga

harus waspada karena meski sudah terdapat sebuah niat yang baik pada kedua belah

pihak, masih saja muncul reaksi negatif dari pihak tertentu yang menghambat

komunikasi lintas budaya. Reaksi negatif tersebut dapat muncul dikarenakan terdapat

penilaian yang didasarkan pada budaya asing atau salah satu budaya tertentu. Menurut

Novinger dalam (Gudykunst dan Kim, 1992).


Sihabudin (2011) menyatakan bahwa, di dalam sebuah masyarakat majemuk,

masing-masing etnik (bangsa) merasa lebih efektif berkomunikasi dengan anggota

etniknya daripada dengan etnik lain, keadaan ini menggambarkan manakala struktur

suatu masyarakat semakin beragam maka semakin kuat juga etnisitas intraetnik.

Sebagian besar perubahan efektivitas komunikasi antaretnik dipengaruhi oleh faktor

prasangka sosial antaretnik. Terdapat tiga faktor prasangka sosial yang diduga

mempengaruhi efektivitas komunikasi antaretnik, yaitu stereotip, jarak sosial, dan

sikap diskriminasi.

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Pertama, langkah persiapan penelitian berupa orientasi terlebih dahulu, peneliti

mencari data kuantitatif terlebih dahulu pada subjek yaitu Turis mancanegara dan

Masyarakat lokal daerah wisata yang ber-lokasi di Kota Malang, Jawa Timur. Lalu,

setelah itu langkah selanjutnya peneliti mempersiapkan alat pengumpul data yaitu alat

pedoman wawancara. Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan recorder atau

alat-perekam, serta penyusunan pedoman observasi. Alat bantu yang akan kami

gunakan dalam observasi adalah alat tulis berupa kertas dan ball-point.

2. Instrumen Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. Metode

kualitatif biasa digunakan untuk mengungkap dan memahami lebih dalam suatu fenomena

yang sedikitpun belum diketahui (Strauss dan Carbin dalam Lestari, 2008). Di harapkan

dengan begitu, penelitian ini mampu mendapatkan data yang lebih mendalam, dengan

menggunakan metode kualitatif. Hal tersebut dikarenakan fokus peneliti yaitu ingin dapat
lebih paham dan dapat memberikan atau menyajikan penjelasan yang bermanfaat bagi

pembaca.

Maka, dalam hal ini peneliti akan melakukan pengamatan secara langsung di

lokasi penelitian. Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk dapat memahami interaksi

sosial serta dengan menggunakan metode wawancara, dapat diketahui bentuk komunikasi

verbal maupun nonverbal dalam kajian komunikasi anatarbudaya dan hambatan yang

menyebabkan perilaku komunikasi dalam berinteraksi. Dalam penelitian kali ini teknik

wawancara yang digunakan adalah wawancara langsung yaitu peneliti berhadapan langsung

dengan subjek atau informan dan mengajukan beberapa pertanyaan. Teknik ini

dimaksudkan supaya penulis dapat memperoleh berbagai data secara langsung dari subjek

tersebut.

Metode observasi yang digunakan adalah observasi partisipan dimana peneliti

terlibat secara langsung dalam situasi yang menjadi sasaran observasi. Pedoman observasi

dalam pengamatan perilaku informan antara lain: (a) bahasa tubuh; (b) perilaku; (c) ragam

emosi; (d) ekspresi wajah dan berbagai perasaan yang menyertai subjek saat proses

wawancara berlangsung.

Data dianalisis menggunakan teknik analisis induktif deskriptif, yaitu melakukan

abstraksi setelah rekaman fenomena khusus dikelompokkan menjadi satu. Lalu,

pendekatan yang akan digunakan dalam teknik analisis data kualitatif ini yaitu

pendekatan fenomenologi dimana peneliti menganalisa kata-kata dan gambar untuk

menguraikan fenomena sentral penelitian (Alsa, 2003).

Anda mungkin juga menyukai