Anda di halaman 1dari 14

HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

STUDI KASUS DI SEKOLAH NUSANTARA BARU

Laporan ini disusun untuk sebagai tugas akhir mata kuliah Komunikasi
program studi Pendidikan Agama Kristen

Disusun Oleh:
ELYSABET KRISTANTI
NIM 210211002

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI KADESI


YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha


Kuasa, yang telah memberikan kasih karunia, sehingga akhirnya laporan
studi kasus ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Komunikasi. Dalam penulisan ini,  penyusun
menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari semua pihak tidak mungkin
dapat diselesaikan.

Dengan rasa rendah hati, Penulis menyadari bahwa laporan ini


masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penyajian, penulisan, dan
penggunaan tata bahasa. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan untuk perbaikkan dimasa yang akan
datang. Walaupun demikian penyusun mengharapkan laporan studi kasus
ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Penulis
A. LATAR BELAKANG
Manusia sebagai makhluk sosial dalam menjalin hubungan
sosial selalu diawali dengan komunikasi, dan kebudayaan menjadi
salah satu faktor yang berpengaruh dalam kelanjutan suatu
hubungan. Budaya sangat mempengaruhi komunikasi begitu juga
sebaliknya, maka setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh
seseorang akan sangat dipengaruhi oleh budaya yang menjadi
pijakan hidup atau ciri-ciri khusus orang tertentu tergantung dari
daerahnya masing-masing. Masyarakat Indonesia dari dulu dikenal
dengan heterogenitas dalam berbagai macam aspek, misalnya
keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan
sebagainya1. Menurut D Lawrence Kincaid, komunikasi adalah
suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi satu sama lainnya, yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam 2. Jadi
komunikasi hal yang sangat penting dan mendasar agar komunikan
mengerti apa yang dimaksudkan oleh komunikator.
Dalam proses pembelajaran, komunikasi sangat penting
dalam memperlancar jalannya pembelajaran tersebut, dengan
adanya komunikasi yang baik dan efektif maka akan menimbulkan
hasil yang positif. Komunikasi yang baik antara guru dan siswa
menciptakan proses belajar mengajar yang efektif, dengan
demikian diperlukan pola komunikasi yang efektif juga. Melalui
pendidikan di sekolah yang mana proses pengembangan berbagai
kemampuan dan sikap murid itu ditempa, salah satunya adalah
kemampuan komunikasi interpersonal. Hal ini merupakan aspek
terpenting dalam kehidupan karena setiap orang tidak lepas dari
kegiatan komunikasi dan interaksi dengan orang lain.

1
Suranto Aw, ‘Implementasi Teori Komunikasi Sosial Budaya Dalam Pembangunan Integrasi
Bangsa’, Informasi, 45.1 (2015), 65<https://doi.org/10.21831/informasi.v45i1.7771>.
2
Onong Uchjana Effendy, Dimensi Komunikasi, (Bandung: Penerbit
Alumni, 1986), p.5.
Sekolah Nusantara Baru merupakan sekolah non formal
dengan murid-murid yang berasal dari luar pulau Jawa atau dari
berbagai daerah-daerah di Indonesia. Saat ini murid-murid SNB
ada yang berasal dari Papua, Ambon, Alor (NTT), dan Nias, ada
pula yang berasal dari Jawa, yaitu dari Jakarta dan Yogyakarta.
Dengan berasal dari berbagai pulau di Indonesia menyebabkan
berbagai pula bahasa yang ada, sehingga beragamlah bahasa
ketika komunikasi berlangsung. Melihat banyaknya anak-anak yang
masih belum paham tentang bahasa Indonesia yang baik dan
benar kadang anak-anak merasa kesulitan memahami maksud dari
sebuah kalimat bahkan dari pernyataan gurunya. Sehingga
terkadang timbul miss komunikasi yang mengakibatkan proses
pembelajaran jadi terhambat.
Berdasarkan pemaparan diatas, penullis mengambil studi
kasus mengenai perbedaan bahasa dan budaya yang menjadi
penghambat komunikasi antara guru dengan murid dan antar murid
yang menghambat jalannya proses pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang menjadi hambatan dalam berkomunikasi di
proses pembelajaran SNB ?
2. Bagaimanakah cara mengatasi hambatan komunikasi yang
terjadi dalam proses pembelajaran SNB?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui hambatan dalam berkomunikasi di proses
pembelajaran SNB.
2. Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan komunikasi
yang terjadi dalam proses pembelajaran SNB.

D. KAJIAN PUSTAKA
1. Tinjauan tentang Komunikasi
Pengertian komunikasi ditinjau dari tujuan manusia
berkomunikasi adalah untuk menyampaikan maksud
sehingga dapat mengubah perilaku orang yang dituju. Oleh
karena itu, kegiatan komunikasi meliputi komponen-
komponen sebagai berikut: konteks, sumber, penerima,
pesan, saluran, gangguan, proses penyampaian atau prose
encoding, penerimaan atau proses decoding, arus balik dan
efek.
Unsur-unsur tersebut paling esensial dalam setiap
pertimbangan mengenai kegiatan komunikasi. Ini dapat
dinamakan kesemestaan komunikasi, unsur-unsur yang
terdapat pada setiap kegiatan komunikasi, apakah itu
intrapersonal, antarpersonal, kelompok kecil, pidato,
komunikasi massa atau komunikasi antarbudaya 3.
Komunikasi merupakan aktivitas yang sangat penting dan
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan makhluk di dunia,
terutama manusia4.
2. Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang
terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan
yang berbeda misalnya berbeda ras, etnik, atau
sosioekonomi, atau gabungan dari beberapa hal tersebut 5.
Dalam Liliweri6 terdapat tujuh unsur dalam proses
komunikasi antarbudaya , sebagai berikut :
1) Komunikator

3
Effendy, Onong Uchjana. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.5
4
Rostini Anwar, ‘HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN PELAJAR ASLI
PAPUA DENGAN SISWA PENDATANG DI KOTA JAYAPURA’, Jurnal Common, 2.2 (2018), 139-
149 <https://doi.org/10.34010/COMMON.V2I2.1190>
5
Shofwan Yusuf, ‘Hambatan Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus pada Mahasiswa Program
Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada Angkatan 2019)’, Jurnal Pengembangan
Ilmu Komunikasi dan Sosial ,4.1 (2020),39-52 <http://dx.doi.org/10.30829/komunikologi.v4i1.6745>
6
Liliweri. Alo. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 43.
Komunikator dalam komunikasi antarbudaya
adalah pihak yang memprakarsai komunikasi,
artinya dia mengawali pengiriman pesan tertentu
kepada pihak lain yang disebut komunikan.
Karakterisitik komunikator berbeda-beda setiap
budaya tergantung latar belakang etnis, ras, nilai
dan norma, penggunaan bahasa, pandangan tentang
pentingnya percakapan dalam konteks budaya,
dialek, aksen serta nilai dan sikap yang menjadi
identitas sebuah etnik.
2) Komunikan
Komunikan dalam komunikasi antarbudaya
adalah pihak yang menerima pesan tertentu.
Seorang komunikan ketika memahami isi pesan
tergantung dari tiga bentuk pemahaman, yakni: (1)
kognitif, komunikan menerima isi pesan sebagai
sesuatu yang benar; (2) afektif, komunikan percaya
bahwa pesan itu benar dan baik; dan (3) tindakan
nyata, komunikan percaya atas pesan yang benar
dan baik sehingga mendorong tindakan yang tepat.
3) Pesan
Dalam proses komunikasi, pesan berisi
pikiran, ide, gagasan, atau perasaan yang dikirim
komunikator kepada komunikan dalam bentuk
simbol. 4) Media
Dalam proses komunikasi antarbudaya, media
merupakan saluran yang dilalui oleh pesan atau
simbol yang dikirim melalui media tertulis, media
massa, media elektronik dan tatap muka.
5) Efek
Efek/umpan balik merupakan tanggapan
balik dari komunikan kepada komunikator atas
pesan-pesan yang telah disampaikan. Tanpa
umpan balik atas pesan dalam komunikasi
antarbudaya, maka komunikator dan komunikan
tidak bisa memahami ide, pikiran, dan perasaan
yang terkandung dalam pesan tersebut.
6) Suasana
Salah satu faktor yang penting dalam
komunikasi antarbudaya yakni tempat, waktu,
serta suasana (sosial, psikologis) ketika
komunikasi antarbudaya berlangsung.
7) Gangguan
Gangguan dalam komunikasi antarbudaya
adalah segala sesuatu yang menjadi penghambat
laju pesan yang ditukar antara komunikator
dengan komunikan, bahkan dapat mengurangi
makna pesan antarbudaya. Gangguan dapat
bersumber dari komunikator, komunikan, pesan,
dan media yang mengurangi usaha bersama
untuk memberikan makna yang sama atas pesan.
Gangguan dari komunikator dan komunikan
misalnya karena perbedaan budaya, status sosial,
latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan
kemampuan berkomunikasi. Gangguan dari pesan
dapat berupa perbedaan pemberian makna pesan
yang disampaikan secara verbal dan perbedaan
tafsir atas pesan non verbal.
3. Hambatan Komunikasi Antar Budaya
Hambatan komunikasi dalam komunikasi antarbudaya
mempunyai bentuk seperti sebuah gunung es yang
terbenam didalam air. Dimana hambatan komunikasi yang
ada terbagi menjadi dua, yaitu yang diatas air dan di bawah
air. Faktor hambatan komunikasi antar budaya yang berada
di bawah air adalah faktor-faktor yang membentuk
perilaku atau sikap seseorang, hambatan semacam ini
sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan
semacam ini adalah persepsi, norma, stereotip, filosofi
bisnis, aturan, jaringan, nilai, dan grup cabang 7. Hambatan
komunikasi yang berada di atas air lebih mudah untuk
dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang
berbentuk fisik, seperti : fisik, budaya, persepsi,
pengalaman, emosi, bahasa, dan nonverbal.

E. METODE
Laporan ini menggunakan metode studi kasus untuk melihat
kendala/ hambatan komunikasi yang terjadi dalam proses
pembelajaran di SNB antara guru dan murid atau antara murid dan
murid. Melalui studi kasus penulis dapat melakukan penulisan lebih
mendalam dikarenakan penulis memiliki kesempatan memperoleh
wawasan mengenai konsep-konsep tingkah laku manusia 8.
Objek penulisan ini adalah hambatan komunikasi
antarbudaya dengan subjek penulisan yaitu murid Sekolah
Nusantara Baru yang berjumlah 12 orang yang berasal dari
berbagai pulau di Indonesia.

7
Rahmat, Jalauddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara.p,11-12
8
Robert K. Yin, Studi Kasus : Desain Dan Metode, 1st edn (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008).
F. HASIL
Berdasarkan pengamatan yang dialami dan dilakukan oleh
penulis, kendala dalam bekomunikasi disebabkan karena adanya
hambatan komunikasi antarbudaya. Hambatan antarbudaya yang
dialami meliputi : fisik, budaya, persepsi, motivasi, pengalaman,
emosi, bahasa, non verbal, dan kompetisi. Akan tetapi penulis
hanya mengambil beberapa hambatan yang hanya terjadi di dalam
proses pembelajaran di Sekolah Nusantara Baru.
1. Fisik : hambatan fisik ini dialami oleh murid R dan S
kaitannya dalam hal makanan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan murid R dan S sebagai berikut :
“aku gasuka makanannya miss, karena aku ga doyan ayam,
aku biasanya makan ikan atau telur kalau di Ambon.” -
(S,2022)

“miss aku ga bisa makan bakso, karena di tempat tinggalku


tidak ada bakso jadi aku hanya makan kuahnya saja.” -(R,
2022)

Dari hasil wawancara tidak langsung tersebut dapat


dijelaskan bahwa murid R dan S merasa berbeda ketika
sedang makan bersama dengan murid-murid yang lain di
SNB.
2. Budaya : hambatan budaya muncul disampaikan oleh murid
C. Pengalaman C ketika berbicara dengan teman-teman
yang berasal dari Solo, menurutnya orang-orang Solo kalau
bertingkah laku sangat sopan dan selalu tertib. Berbeda
dengan daerah asalnya di Ambon yang menimbulkan
pertanyaan oleh C mengenai bagaimana cara bersikap yang
tepat sementara dalam kehidupan sehari-hari C tidak
terbiasa melakukan itu.
“miss aku di Ambon selalu teriak-teriak dan tidak pernah
bilang permisi ketika lewat didepan orang, tapi kok di Solo
harus bilang permisi dulu ya ?”-(C,2022)
Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa murid C
merasa memiliki perbedaan kebiasaan dalam melakukan
sesuatu. Secara tidak langsung, hal itu menggambarkan
perbedaan perilaku berbudaya yang mengakibatkan
terhambatnya komunikasi yang efektif.
3. Bahasa : hambatan bahasa dialami sebagian besar murid di
SNB ketika sedang belajar bahasa Jawa yang mana menjadi
muatan lokal pelajaran.
“miss omong opo to miss (hanya bisa omong bahasa Jawa
itu saja) ?aku ga paham, bisa ga kita ga belajar bahasa
Jawa, kan aku orang Nias”-.(PS,2022)

“miss di Papua bahasa Jawa ga dipake lho miss, masak aku


harus belajar juga? Tapi ya gapapa ding miss buat nambah
pengetahuanku”.-(K,2022)

“miss aku ga paham apa maksud miss , tadi miss kasih


perintah apa ? pakai bahasa Indonesia saja lah miss.”-
(V,2022)

Dari hasil pernyataan diatas dapat dilihat bahwa perbedaan


bahasa, dapat menjadi hambatan komunikasi. Murid-murid
perlu bertanya lagi ke gurunya untuk mengulang kalimat
menggunakan bahasa Indonesia agar dapat mengerti apa
maksudnya. Begitu pula sebaliknya ketika para murid
menggunakan bahasa daerahnya masing-masing gurupun
juga merasa kesulitan untuk menangkap apa maksudnya,
alhasil gurunya pun harus meminta murid-murid untuk
mengulang kalimat dengan bahasa Indonesia dengan tempo
yang agak lambat.

G. PEMBAHASAN
Hambatan dalam komunikasi muncul karena adanya
perbedaan budaya, maka hal inilah yang dimaksudkan dangan
hambatan komunikasi antarbudaya. Hambatan komunikasi
antarbudaya ini dikarenakan murid-murid harus tinggal di Solo
dalam waktu yang lama. Murid-murid harus membiasakan diri untuk
mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang Solo pada umumnya, seperti
halnya cara makan, sikap sopan santun, berbicara dengan orang
lain. Perbedaan cara atau sikap dalam berinteraksi dan melakukan
komunikasi tersebut yang menyebabkan munculnya hambatan
dalam berkomunikasi.
Bahasa merupakan hambatan komunikasi terbesar, karena
dialek bahasa yang ada sangat beraneka ragam. Hal ini
menyebabkan munculnya etnosentrisme bahasa. Etnosentrisme
bahasa adalah sikap atau pandangan seseorang yang
mengagungkan dialek daerahnya dan menganggap rendah dialek
masyarakat lain. Sederhananya, etnosentrisme dalam berbahasa
berarti terlalu membanggakan bahasanya sendiri. Di Sekolah
Nusantara Baru, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia,
akan tetapi murid-murid menggunakan bahasa Indonesia sesuai
dengan dialek daerahnya masing-masing. Dialek orang luar Jawa
terbilang keras berlawanan dengan dialek orang Solo yang bisa
dikatakan pelan.
Kesalahpahaman dalam berbahasa umumnya disebabkan
karena adanya perbedaan cara pengucapan, logat atau dialek, dan
nada bicara. Salah satu contoh yang nampak selain hasil
pembahasan di atas yaitu, ketika guru menerangkan pelajaran
menggunakan bahasa Indonesia dengan nada yang halus, murid-
murid tidak bisa mengerti apa maksudnya karena mereka kurang
banyak kosakata bahasa Indonesianya dan kurang mendengar
dengan jelas. Sebagaian murid-murid terbiasa kalau sedang
berbicara pasti menggunakan suara yang lantang. Maka ketika
sedang melaksanakan proses pembelajaran kecenderungan untuk
terjadinya salah paham akan lebih besar. Perbedaan karakter ini
juga yang mempengaruhi kondisi seseorang dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
H. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan penulis diatas, terdapat beberapa
hambatan dalam komunikasi saat proses pembelajaran. Hambatan
komunikasi yang terjadi ketika adanya interaksi antara guru dan
murid, munculnya hambatan dalam komunikasi antar budaya ini
terjadi karena adanya perbedaa budaya dan bahasa. Hambatan
dalam perbedaan bahasa (verbal) meliputi perbedaan dialek dialek
yang kental sampai cara memanggil (kata sapaan) yang
menyebabkan kesalahpahaman.
Selain itu hambatan yang dialami murid-murid meliputi
hambatan dari jenis fisik, budaya dan bahasa. Disamping itu murid-
murid menunjukkan adanya upaya melakukan adaptasi budaya
dengan cara menyamai sikap dan perilaku orang Solo ketika
melakukan aktivitas bersama.
Saran
1. Hambatan Komunikasi Antar Budaya dapat diminimalisir
dengan cara meningkatkan kesadaran dan kesetaraan diri
terhadap orang-orang di sekeliling kita tanpa
menghilangkan identitas budaya masingmasing. Saling
memahami pentingnya toleransi dalam keberagaman
sehingga kompetensi komunikasi dapat dicapai.
2. Menahan diri dari pola-pola komunikasi yang koersif dan
agresif dengan meningkatkan jalinan hubungan
interpersonal melalui sikap empati, simpati, saling terbuka
dan menerima saran dari kedua belah pihak yang berbeda
budaya.
DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

Liliweri. Alo. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Onong Uchjana, Effendy, 2004, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Onong Uchjana, Effendy, 1986, Dimensi Komunikasi, (Bandung: Penerbit


Alumni)

Rahmat, Jalauddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: LKIS


Pelangi Aksara.

Robert K. Yin,2008, Studi Kasus : Desain Dan Metode, 1st edn (Jakarta:
Rajagrafindo Persada.

Rostini Anwar, ‘Hambatan Komunikasi Antarbudaya di Kalangan Pelajar


Asli Papua dengan Siswa Pendatang di Kota Jayapura’, Jurnal
Common, 2.2 (2018), 139-149
<https://doi.org/10.34010/COMMON.V2I2.1190>

Shofwan Yusuf,2020, ‘Hambatan Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus


pada Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi
Universitas Gadjah Mada Angkatan 2019)’, Jurnal Pengembangan
Ilmu Komunikasi dan Sosial ,4.1,39-52
<http://dx.doi.org/10.30829/komunikologi.v4i1.6745>

Suranto Aw, 2015, ‘Implementasi Teori Komunikasi Sosial Budaya


Dalam Pembangunan Integrasi Bangsa’, Informasi, 45.1,
65<https://doi.org/10.21831/informasi.v45i1.7771>

Anda mungkin juga menyukai