Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Institute Agama Islam Negeri Kudus,
nandafirman77@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini melihat bagaimana komunikasi persuasif mempengaruhi
perkembangan tingkah laku remaja di lingkungan desa jepang kecamatan mejobo
kabupaten kudus. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif, yang berarti peneliti akan mengamati dan mewawancarai orang-orang
di desa Tambakromo. Mereka juga akan mendokumentasikan apa yang mereka
lihat. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deduktif dan induktif.
Peneliti akan melihat data saat dikumpulkan, memastikannya dikelola dengan
baik, dan kemudian menarik kesimpulan darinya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa komunikasi persuasif sangat penting dalam pembinaan
akhlak remaja khususnya di lingkungan Desa jepang, karena membuat proses
pembinaan menjadi lebih efektif dan efisien. Remaja sebagai objek yang
menjalani suatu fase dalam kehidupan manusia perlu di bina dengan baik agar
menjadi generasi penerus bangsa, negara dan agama.
Kata Kunci : Komunikasi Persuasif, Pembinan Akhlak, Remaja
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia selalu berinteraksi dengan orang lain dan mencari informasi, baik
secara sadar maupun tidak sadar. Ini hanyalah bagian dari hidup dalam
masyarakat.1 Kemampuan berkomunikasi merupakan hasil dari interaksi
sosial yang berlangsung dalam masyarakat. Komunikasi melibatkan dua
orang yang terhubung satu sama lain melalui interaksi sosial. Interaksi ini
merupakan hasil dari kecenderungan alami manusia - kita adalah makhluk
sosial yang perlu hidup bersama untuk bertahan hidup.
Komunikasi persuasif adalah bentuk komunikasi yang berusaha
mempengaruhi keyakinan, sikap, dan perilaku pendengar/pembaca. Jenis
komunikasi ini dapat memberikan dampak yang signifikan bagi
pendengar/pembaca, sehingga mereka bertindak sesuai dengan apa yang
diminta oleh pembicara. Komunikasi persuasif adalah peran penting, dan
komunikator berkinerja tinggi ditandai dengan kesiapan, ketulusan, dan
kesederhanaan mereka dalam menyampaikan pesan. Kepribadian juga
berperan dalam cara orang memandang pesan, bahkan pengalaman dan
persepsi dapat memengaruhi mereka.2 Dengan teknologi baru yang muncul
setiap saat, itu dapat berdampak besar pada komunikasi. Di satu sisi, ini
dapat membantu orang-orang dari seluruh dunia terhubung satu sama lain
dengan lebih mudah. Namun di sisi lain, hal itu juga bisa menjadi
penghambat komunikasi bagi sebagian orang.
1
Aen Istianah Afiati, komunikasi persuasif dalam pembentukan sikap, (UIN Yogyakarta 2015) h.1.
2
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 2007), h.24.
Media memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku masyarakat
di lingkungan Desa Jepang sehingga menimbulkan kecenderungan mereka
untuk melakukan hal-hal yang negatif dari pada yang positif. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya remaja yang meniru gaya dari public figure,
orang populer, dan selebritis. Misalnya, mereka mungkin mengadopsi
gaya hidup, berpakaian dengan cara tertentu, memperhatikan merek dan
harga, serta menggunakan aksesori yang mirip dengan selebriti. Melihat
gaya hidup sebagian publik figur, selebritis yang menyimpang dari ajaran
Islam dan budaya timur, bisa membuat remaja mengadopsi perilaku
serupa.
Di Desa Jepang, masyarakatnya memiliki banyak kemampuan yang
berkualitas, termasuk dalam bidang keislaman. Mereka telah sukses di
berbagai kompetisi, mulai dari tingkat anak-anak hingga remaja, bahkan
tingkat kabupaten. Namun, sangat disayangkan prestasi mereka semakin
menurun dalam beberapa tahun terakhir dan tergantikan dengan perbuatan
yang mengarah kepada hal-hal yang dibenci Allah. Berdasarkan uraian di
atas, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian dengan judul
“Peningnya Komunikasi Persuasif Terhadap Pembinaan Akhlak Remaja
Di Lingkungan desa jepang kecamatan mejobo kabupaten kudus”.
2. Rumusan Masalah
2.1. Bagaimana akhlak remaja di Lingkungan desa jepang kecamatan
mejobo kabupaten kudus?
2.2. Bagaimana bentuk-bentuk komunikasi persuasif yang di gunakan
terhadap pembinaan akhlak remaja di desa jepang kecamatan mejobo
kabupaten kudus?
2.3. Bagaimana pentingnya komunikasi persuasif terhadap pembinaan
akhlak remaja di Lingkungan desa jepang kecamatan mejobo
kabupaten kudus?
3. Tujuan Penelitian
3.1. Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi data
dan memberikan kontribusi wawasan ilmiah. Diharapkan juga dapat
memberikan gambaran bagaimana menggunakan komunikasi persuasif
untuk membangun moral remaja di lingkungan desa jepang kecamatan
mejobo kabupaten kudus.
3.2. Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu
pengetahuan di Fakultas Dakwah, IAIN Kudus.
3.3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
akhlak remaja di desa jepang kecamatan mejobo kabupaten kudus
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Komunikasi Persuasif
1.1. Komunikasi
Komunikasi adalah bagian penting dari kehidupan, dan tidak mungkin
dipisahkan dari manusia. Beberapa ahli memiliki pengertian yang
berbeda tentang komunikasi, yang saya simpulkan sebagai proses
penyampaian pesan dari satu orang ke orang lain untuk
menginformasikan atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku.
Komunikasi persuasif lebih sulit daripada komunikasi informatif
karena seringkali sulit mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
seseorang.3
Proses komunikasi dapat dipecah menjadi dua bagian: komunikasi
primer dan komunikasi sekunder. Komunikasi primer adalah
menggunakan simbol atau lambang sebagai media untuk
mengkomunikasikan pikiran atau perasaan kepada orang lain.
Komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan dengan
menggunakan alat atau sarana setelah menggunakan simbol sebagai
media pertama.
Turner percaya bahwa komunikasi merupakan proses sosial di mana
orang menggunakan simbol untuk menciptakan dan menafsirkan
3
Aen Istianah Afiati, komunikasi persuasif dalam pembentukan sikap, (UIN Yogyakarta
2015), h.17.
makna dalam lingkungan. Ada lima kunci dari definisi ini, yaitu sosial,
proses, simbol, makna, dan lingkungan. Asumsi pertama adalah bahwa
komunikasi adalah proses sosial, di mana pengirim dan penerima
adalah peserta penting. Keduanya berinteraksi dengan berbagai
maksud, motivasi dan kemampuan, dan komunikasi selalu dinamis,
kompleks, dan selalu berubah. Bersifat dinamis karena dapat berubah,
terkadang diwarnai konflik, dan kompleks karena menggunakan pesan
yang beragam. Berkelanjutan karena komunikasi yang dilakukan
dengan seseorang di masa lalu akan terekam dan akan mempengaruhi
cara kita berkomunikasi di masa yang akan datang.4
1.2. Persuasif
Kata 'persuasi' berasal dari kata kerja Latin persuasiō, yang berarti
'untuk memimpin seseorang untuk percaya, menyetujui, atau
mengambil tindakan sebagai hasilnya'.Persuasi adalah alat yang ampuh
yang dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain dengan
menggunakan data dan informasi dari orang yang ingin dipengaruhi.
Persuasi adalah proses mengkomunikasikan gagasan dan
mempengaruhi orang lain untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Persuasi yang berhasil tergantung pada pertama-tama meyakinkan
pendengar tentang validitas argumen dan kemudian membuat mereka
setuju untuk mengubah keyakinan atau perilaku mereka. Persuasi
adalah jenis komunikasi di mana orang mencoba mengubah sikap dan
perilaku orang lain dengan menggunakan faktor psikologis dan
sosiologis.
Komunikasi persuasif adalah jenis komunikasi yang mencoba
mengubah keyakinan, sikap, dan perilaku orang yang menerimanya.
Ini dapat terjadi apakah orang yang menerima komunikasi setuju atau
tidak.
Pakar komunikasi persuasif percaya bahwa persuasi adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain melalui komunikasi. Ini
4
Ahmad Sultra Rustan & Nurhakki, PengantarIlmu Komunikasi, (CV Budi Utama), h.32-33.
dapat dilakukan secara rasional dan emosional, menyentuh aspek
kehidupan emosional seseorang. Persuasi dapat dilakukan melalui
argumen rasional dan seruan emosi.5 Sedangkan menurut Erwin P.
Betinghaus, komunikasi persuasif dapat berdampak pada pikiran dan
tindakan seseorang, serta hubungan antara pembicara dan pendengar.
Pembicara mencoba untuk mempengaruhi perilaku pendengar dengan
menggunakan pendengaran dan penglihatan sebagai perantara.
2. Akhlak
Menurut ilmu linguistik, kata akhlak adalah bentuk jamak dari khuluk,
yang berarti budi pekerti, budi pekerti, tingkah laku, dan segala sesuatu
yang menjadi kebiasaan. Dalam kamus bahasa Indonesia, akhlak adalah
tingkah laku, kebiasaan, dan tingkah laku.6
Akhlak merupakan sesuatu yang berasal dari hati dan didasarkan pada
pemikiran Anda sendiri. Anda tidak perlu dipaksa untuk melakukannya,
dan lambat laun akan menjadi bagian dari karakter Anda. Selain itu,
akhlak juga sesuatu yang berasal dari terus melakukan perbuatan baik dan
tidak terlalu memikirkannya, karena itu terjadi secara otomatis7.
Pembinaan akhlak merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk
memperbaiki akhlak. Hal itu dilakukan melalui fasilitas pendidikan dan
pembinaan yang terprogram dengan baik, yang dilakukan secara sungguh-
sungguh dan konsisten. Hal ini mengakibatkan akhlak yang baik tidak
terbentuk kecuali dengan membiasakan seseorang melakukan sesuatu
sesuai dengan akhlaknya. Jika dia melakukan ini berulang kali, itu akan
5
Herdiyan Maulana, Gumgum Gumelar, Psikologi Komunikasi dan Persuasi (Jakarta :
Akademia Permata 2013), h.7.
6
R. Suyoto Bakri Sigit Suryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Batam: Karisma Publishing
Grup, 2006), h. 19.
7
Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa (Jakarta: UIN Press
dan LPJM, 2009), h.7.
memiliki pengaruhyang bertahan lama pada perilaku dan moralnya. Faktor
utama yang menentukan masuknya seseorang ke surga adalah akhlaknya.8
Akhlak bisa baik atau buruk tergantung pada nilai-nilai yang kita gunakan
untuk menilai mereka. Terkadang, orang yang bermoral dianggap sebagai
orang baik.
3. Remaja
Kata “remaja” (dalam psikologi) berarti ketika seseorang tumbuh dan
menjadi lebih dewasa. Itu bisa merujuk pada keadaan mental, emosional
dan fisik mereka pada saat yang bersamaan.9
Masa remaja adalah tahapan kehidupan setelah masa kanak-kanak, saat
tubuh remaja berkembang pesat. Pertumbuhan ini berdampak besar pada
sikap, perilaku, kesehatan, dan kepribadian mereka. Masa remaja adalah
masa perkembangan fisik dan mental yang pesat. Di usia ini, remaja sudah
mampu berpikir abstrak dan memecahkan masalah hipotetis, serta
memiliki emosi yang kuat. Hubungan sosial mereka menjadi lebih toleran,
terutama dengan sesama kelompok pemuda. Bahasa yang mereka gunakan
menjadi semakin kompleks dan memiliki bahasa tersendiri di antara
mereka sendiri.10
Remaja yang dimaksud didalam penelitian ini adalah remaja yang sifatnya
umum atau yang berlaku pada semua remaja yang berada di Lingkungan
desa jepang kecamatan mejobo kabupaten kudus
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif, dimana data
dikumpulkan dalam bentuk gambar dan dideskripsikan dengan kata-kata.
8
Abdul Nata, Akhlak Tasawwuf, (jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), h.158.
9
Muhammad al-Mighwar, Psikologi Remaja, (Cet I: Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), h.56.
10
Fatahuddin, Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Bimbingan Konseling Islam di Desa
Keera Kecamatan Keera Kabupaten Wajo, (UIN Makassar: 2013), h.06
Seorang peneliti tentunya harus melihat objek yang diteliti untuk
mendapatkan data yang diperlukan, sehingga jenis penelitian ini
digunakan dalam penelitian khusus ini.11 Penelitian ini difokuskan pada
perkembangan akhlak remaja di lingkungan desa jepang kecamatan
mejobo kabupaten kudus melalui analisis urgensi komunikasi persuasif.
2. Jenis dan Sumber Data
2.1. Jenis Data
Penelitian kualitatif ini menggunakan data yang dikumpulkan melalui
observasi, analisis dokumen, dan wawancara untuk memperoleh
informasi. Bentuk pengumpulan data lainnya, seperti fotografi atau
rekaman video, juga dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi.
2.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah individu dari mana data itu
diperoleh. Jika peneliti menggunakan angket atau wawancara untuk
mengumpulkan data, maka sumber datanya berasal dari responden
yaitu yang menanggapi dan menjawab pertanyaan peneliti, baik
pertanyaan tertulis maupun lisan.12 Penelitian kualitatif biasanya
mengandalkan data yang berasal dari wawancara, observasi, dan
dokumen yang dianggap penting untuk penelitian. Selain itu, data
untuk proyek ini akan diambil dari informan yang memiliki
pengetahuan tinggi tentang fokus penelitian. Menurut Loftland,
penelitian kualitatif mengandalkan kata-kata dan tindakan sebagai
sumber datanya. Sumber lainnya - dokumen dan hal-hal lain -
hanyalah alat yang digunakan untuk mendekati kata-kata tertulis. Ada
dua jenis data yaitu data primer dan sekunder. Data primer berasal dari
sumber data yang penulis akses langsung. Ini berarti bahwa penulis
telah mengumpulkan informasi sendiri, bukan memperolehnya dari
11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet. VIII; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h.6
12
Suharismin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Cet. IV; Jakarta : PT
Rineka Cipta, 1998), h.114.
sumber lain. Berbagai teknik observasi dan wawancara dapat
digunakan untuk mengumpulkan data primer. Data sekunder adalah
data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber,
seperti dokumen, buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
3. Teknik Pengumpulan Data
3.1. Pengamatan(Observasi)
Observasi adalah bentuk pengamatan secara sistematis yang
berlangsung di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan observasi non partisipan, yaitu observasi penelitian yang
tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan observasi partisipan, artinya
melihat urgensi komunikasi persuasif bagi perkembangan moral
remaja.
3.2. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk mengumpulkan informasi yang lebih
sistematis daripada percakapan. Biasanya dilakukan secara tatap muka,
dan hubungan antara pewawancara dan informan biasanya bersifat
sementara. Dalam wawancara, informan adalah orang yang dimintai
informasi, dan pewawancara harus mampu menciptakan suasana yang
akrab agar dapat memperoleh informasi yang kita inginkan dari
mereka.
3.3. Dokumentasi
Dokumentasi dapat digunakan untuk mendukung analisis dalam
penelitian ini. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dari
dokumen dan literatur untuk memberikan informasi tentang hal-hal
yang akan penulis selidiki. Data ini dapat digunakan untuk membantu
mengetahui informasi tentang topik yang sedang dipelajari.13
4. Teknik Analisis Data
Sebelum melihat data, dianalisis secara kualitatif. Hal ini dilakukan
dengan menafsirkan dan kemudian mengumpulkan data dari wawancara
13
Burhan Bulging, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
dan observasi. Selanjutnya, ringkasan data diberikan berdasarkan
wawancara. Terakhir, dengan menggunakan pola pikir induktif, kami
mencoba membuat generalisasi tentang data. Penelitian ini menggunakan
analisis induktif dalam pengelolaan data yang terkumpul.
Analisis induktif adalah cara menganalisis data yang mengandalkan
kesimpulan umum yang diambil dari kasus-kasus tertentu. Ini dimulai
dengan mengajukan pertanyaan yang memiliki ruang lingkup terbatas
yang spesifik untuk membangun argumen yang diakhiri dengan
pertanyaan umum. Pendekatan ini menghasilkan kesimpulan yang lebih
jelas. Dalam penelitian kualitatif, data yang digunakan untuk mempelajari
suatu topik harus valid jika akan digunakan dalam penelitian. Triangulasi
adalah cara yang digunakan untuk memastikan keabsahan data. Ini
dilakukan dengan membandingkan data dari berbagai sumber untuk
melihat apakah semuanya mendukung kesimpulan yang sama. Adapun
jenis triangulasi yang digunakan
Pertama, Triangulasi Sumber Data, adalah proses menyelidiki informasi
untuk menentukan keakuratannya melibatkan penggunaan metode yang
berbeda untuk mendapatkan informasi. Ini dapat mencakup wawancara
dan observasi, serta menggunakan observasi partisipan, dokumen tertulis,
arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi, dan
gambar atau foto. Ini akan membantu mengumpulkan banyak informasi
yang dapat digunakan untuk memastikan informasi yang dipelajari akurat.
Kedua, Triangulasi Metode, adalah teknik yang digunakan untuk
memastikan bahwa data yang dikumpulkan dari berbagai sumber akurat.
Penelitian kualitatif deskriptif, yang menggunakan berbagai metode
wawancara, mengandalkan wawancara bebas untuk mengumpulkan
informasi. Wawancara terstruktur juga dapat digunakan untuk
mendapatkan informasi yang lebih akurat. Selain itu, informan yang
berbeda dapat digunakan untuk membantu memverifikasi keakuratan data.
Jika datanya jelas, seperti dalam teks atau transkrip, tidak diperlukan
triangulasi. Namun, jika datanya tidak pasti, triangulasi aspek lain tetap
diperlukan.
Ketiga, Triangulasi teori, adalah suatu proses penelitian kualitatif yang
bertujuan untuk menciptakan suatu kesatuan teori berdasarkan temuan-
temuan studi yang berbeda. Proses ini dirancang untuk menghindari bias
pribadi para peneliti, dan dapat mengarah pada pemahaman data yang
lebih dalam. Namun, proses ini sulit karena peneliti harus memiliki
penilaian ahli ketika membandingkan temuan mereka dengan teori yang
berbeda.
14
Adi, Remaja Lingkungan Kampung Baru Tirondo, Wawancara, 22 Desember
2022
pada akhirnya menjadi tanggung jawab orang tua, karena merekalah
orangjepang pertama yang dikenal anak. Seperti yang disampaikan oleh
Khair, Sekretaris remaja masjid rahmatan lil alamain Desa jepang yang
menyatakan bahwa:”Pembinaan akhlak remaja sangat penting
terutama pembinaan agama yang bersumber baik dari lingkungan
keluarga maupun dari keyakinan agama orang tua sendiri. Penting
bagi orang tua untuk terus memberikan bimbingan ini tanpa
mengorbankan kebutuhan atau nilai mereka sendiri.”15
Orang tua merupakan orang yang penting bagi remaja, dan mereka
15
Khair, Sekretaris Remaja Masjid Baitussakam Desa Tambakromo, Wawancara, 20
Desember 2022
berperan dalam membentuk hubungan antara anak dan keluarganya.
Mereka harus terbuka dan pengertian dengan anak-anak mereka,
yang akan membantu menciptakan ikatan yang kuat di antara
mereka. Jika orang tua memberikan contoh yang baik, kemungkinan
besar anak-anak mereka akan mengikutinya.
2.5. Sosialisasi
2.6. Seminar
2.7. Penyuluhan
2.9. Poster
kabupaten kudus
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
16
Mustofa, Imam Masjid Baitussalam Desa Tambakromo, Wawancara, 20 Desember 2022
orang tuanya. Bahkan remaja yang masih melanjutkan pendidikan
yang berperilaku baik dan ada yang berperilaku buruk. Sebagian besar
Namun tidak semua remaja dengan latar belakang seperti itu akan
semua remaja dengan latar belakang orang tua yang lalai akan
atau desa. Ini adalah alat penting untuk digunakan oleh komunikator
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aen Istianah Afiati, komunikasi persuasif dalam pembentukan sikap, (UIN Yogyakarta
2015) h.1.
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Ahmad Sultra Rustan & Nurhakki, PengantarIlmu Komunikasi, (CV Budi Utama), h.32-33.
R. Suyoto Bakri Sigit Suryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Batam: Karisma
Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa (Jakarta: UIN Press
Muhammad al-Mighwar, Psikologi Remaja, (Cet I: Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006),
h.56.
Fatahuddin, Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Bimbingan Konseling Islam di Desa Keera
Suharismin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Cet. IV; Jakarta : PT
Burhan Bulging, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
Desember 2022