Anda di halaman 1dari 22

PENTINGNYA KOMUNIKASI PERSUASIF TERHADAP PEMBINAAN

AKHLAK REMAJA DI DESA JEPANG KECAMATAN MEJOBO


KABUPATEN KUDUS

Mohammad Firnanda Firmansyah

Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Institute Agama Islam Negeri Kudus,

Kudus, Jawa Tengah

nandafirman77@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini melihat bagaimana komunikasi persuasif mempengaruhi
perkembangan tingkah laku remaja di lingkungan desa jepang kecamatan mejobo
kabupaten kudus. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif, yang berarti peneliti akan mengamati dan mewawancarai orang-orang
di desa Tambakromo. Mereka juga akan mendokumentasikan apa yang mereka
lihat. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deduktif dan induktif.
Peneliti akan melihat data saat dikumpulkan, memastikannya dikelola dengan
baik, dan kemudian menarik kesimpulan darinya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa komunikasi persuasif sangat penting dalam pembinaan
akhlak remaja khususnya di lingkungan Desa jepang, karena membuat proses
pembinaan menjadi lebih efektif dan efisien. Remaja sebagai objek yang
menjalani suatu fase dalam kehidupan manusia perlu di bina dengan baik agar
menjadi generasi penerus bangsa, negara dan agama.
Kata Kunci : Komunikasi Persuasif, Pembinan Akhlak, Remaja

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia selalu berinteraksi dengan orang lain dan mencari informasi, baik
secara sadar maupun tidak sadar. Ini hanyalah bagian dari hidup dalam
masyarakat.1 Kemampuan berkomunikasi merupakan hasil dari interaksi
sosial yang berlangsung dalam masyarakat. Komunikasi melibatkan dua
orang yang terhubung satu sama lain melalui interaksi sosial. Interaksi ini
merupakan hasil dari kecenderungan alami manusia - kita adalah makhluk
sosial yang perlu hidup bersama untuk bertahan hidup.
Komunikasi persuasif adalah bentuk komunikasi yang berusaha
mempengaruhi keyakinan, sikap, dan perilaku pendengar/pembaca. Jenis
komunikasi ini dapat memberikan dampak yang signifikan bagi
pendengar/pembaca, sehingga mereka bertindak sesuai dengan apa yang
diminta oleh pembicara. Komunikasi persuasif adalah peran penting, dan
komunikator berkinerja tinggi ditandai dengan kesiapan, ketulusan, dan
kesederhanaan mereka dalam menyampaikan pesan. Kepribadian juga
berperan dalam cara orang memandang pesan, bahkan pengalaman dan
persepsi dapat memengaruhi mereka.2 Dengan teknologi baru yang muncul
setiap saat, itu dapat berdampak besar pada komunikasi. Di satu sisi, ini
dapat membantu orang-orang dari seluruh dunia terhubung satu sama lain
dengan lebih mudah. Namun di sisi lain, hal itu juga bisa menjadi
penghambat komunikasi bagi sebagian orang.

1
Aen Istianah Afiati, komunikasi persuasif dalam pembentukan sikap, (UIN Yogyakarta 2015) h.1.
2
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 2007), h.24.
Media memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku masyarakat
di lingkungan Desa Jepang sehingga menimbulkan kecenderungan mereka
untuk melakukan hal-hal yang negatif dari pada yang positif. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya remaja yang meniru gaya dari public figure,
orang populer, dan selebritis. Misalnya, mereka mungkin mengadopsi
gaya hidup, berpakaian dengan cara tertentu, memperhatikan merek dan
harga, serta menggunakan aksesori yang mirip dengan selebriti. Melihat
gaya hidup sebagian publik figur, selebritis yang menyimpang dari ajaran
Islam dan budaya timur, bisa membuat remaja mengadopsi perilaku
serupa.
Di Desa Jepang, masyarakatnya memiliki banyak kemampuan yang
berkualitas, termasuk dalam bidang keislaman. Mereka telah sukses di
berbagai kompetisi, mulai dari tingkat anak-anak hingga remaja, bahkan
tingkat kabupaten. Namun, sangat disayangkan prestasi mereka semakin
menurun dalam beberapa tahun terakhir dan tergantikan dengan perbuatan
yang mengarah kepada hal-hal yang dibenci Allah. Berdasarkan uraian di
atas, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian dengan judul
“Peningnya Komunikasi Persuasif Terhadap Pembinaan Akhlak Remaja
Di Lingkungan desa jepang kecamatan mejobo kabupaten kudus”.
2. Rumusan Masalah
2.1. Bagaimana akhlak remaja di Lingkungan desa jepang kecamatan
mejobo kabupaten kudus?
2.2. Bagaimana bentuk-bentuk komunikasi persuasif yang di gunakan
terhadap pembinaan akhlak remaja di desa jepang kecamatan mejobo
kabupaten kudus?
2.3. Bagaimana pentingnya komunikasi persuasif terhadap pembinaan
akhlak remaja di Lingkungan desa jepang kecamatan mejobo
kabupaten kudus?
3. Tujuan Penelitian
3.1. Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi data
dan memberikan kontribusi wawasan ilmiah. Diharapkan juga dapat
memberikan gambaran bagaimana menggunakan komunikasi persuasif
untuk membangun moral remaja di lingkungan desa jepang kecamatan
mejobo kabupaten kudus.
3.2. Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu
pengetahuan di Fakultas Dakwah, IAIN Kudus.
3.3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
akhlak remaja di desa jepang kecamatan mejobo kabupaten kudus

B. KAJIAN PUSTAKA
1. Komunikasi Persuasif
1.1. Komunikasi
Komunikasi adalah bagian penting dari kehidupan, dan tidak mungkin
dipisahkan dari manusia. Beberapa ahli memiliki pengertian yang
berbeda tentang komunikasi, yang saya simpulkan sebagai proses
penyampaian pesan dari satu orang ke orang lain untuk
menginformasikan atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku.
Komunikasi persuasif lebih sulit daripada komunikasi informatif
karena seringkali sulit mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
seseorang.3
Proses komunikasi dapat dipecah menjadi dua bagian: komunikasi
primer dan komunikasi sekunder. Komunikasi primer adalah
menggunakan simbol atau lambang sebagai media untuk
mengkomunikasikan pikiran atau perasaan kepada orang lain.
Komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan dengan
menggunakan alat atau sarana setelah menggunakan simbol sebagai
media pertama.
Turner percaya bahwa komunikasi merupakan proses sosial di mana
orang menggunakan simbol untuk menciptakan dan menafsirkan

3
Aen Istianah Afiati, komunikasi persuasif dalam pembentukan sikap, (UIN Yogyakarta
2015), h.17.
makna dalam lingkungan. Ada lima kunci dari definisi ini, yaitu sosial,
proses, simbol, makna, dan lingkungan. Asumsi pertama adalah bahwa
komunikasi adalah proses sosial, di mana pengirim dan penerima
adalah peserta penting. Keduanya berinteraksi dengan berbagai
maksud, motivasi dan kemampuan, dan komunikasi selalu dinamis,
kompleks, dan selalu berubah. Bersifat dinamis karena dapat berubah,
terkadang diwarnai konflik, dan kompleks karena menggunakan pesan
yang beragam. Berkelanjutan karena komunikasi yang dilakukan
dengan seseorang di masa lalu akan terekam dan akan mempengaruhi
cara kita berkomunikasi di masa yang akan datang.4
1.2. Persuasif
Kata 'persuasi' berasal dari kata kerja Latin persuasiō, yang berarti
'untuk memimpin seseorang untuk percaya, menyetujui, atau
mengambil tindakan sebagai hasilnya'.Persuasi adalah alat yang ampuh
yang dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain dengan
menggunakan data dan informasi dari orang yang ingin dipengaruhi.
Persuasi adalah proses mengkomunikasikan gagasan dan
mempengaruhi orang lain untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Persuasi yang berhasil tergantung pada pertama-tama meyakinkan
pendengar tentang validitas argumen dan kemudian membuat mereka
setuju untuk mengubah keyakinan atau perilaku mereka. Persuasi
adalah jenis komunikasi di mana orang mencoba mengubah sikap dan
perilaku orang lain dengan menggunakan faktor psikologis dan
sosiologis.
Komunikasi persuasif adalah jenis komunikasi yang mencoba
mengubah keyakinan, sikap, dan perilaku orang yang menerimanya.
Ini dapat terjadi apakah orang yang menerima komunikasi setuju atau
tidak.
Pakar komunikasi persuasif percaya bahwa persuasi adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain melalui komunikasi. Ini

4
Ahmad Sultra Rustan & Nurhakki, PengantarIlmu Komunikasi, (CV Budi Utama), h.32-33.
dapat dilakukan secara rasional dan emosional, menyentuh aspek
kehidupan emosional seseorang. Persuasi dapat dilakukan melalui
argumen rasional dan seruan emosi.5 Sedangkan menurut Erwin P.
Betinghaus, komunikasi persuasif dapat berdampak pada pikiran dan
tindakan seseorang, serta hubungan antara pembicara dan pendengar.
Pembicara mencoba untuk mempengaruhi perilaku pendengar dengan
menggunakan pendengaran dan penglihatan sebagai perantara.
2. Akhlak
Menurut ilmu linguistik, kata akhlak adalah bentuk jamak dari khuluk,
yang berarti budi pekerti, budi pekerti, tingkah laku, dan segala sesuatu
yang menjadi kebiasaan. Dalam kamus bahasa Indonesia, akhlak adalah
tingkah laku, kebiasaan, dan tingkah laku.6
Akhlak merupakan sesuatu yang berasal dari hati dan didasarkan pada
pemikiran Anda sendiri. Anda tidak perlu dipaksa untuk melakukannya,
dan lambat laun akan menjadi bagian dari karakter Anda. Selain itu,
akhlak juga sesuatu yang berasal dari terus melakukan perbuatan baik dan
tidak terlalu memikirkannya, karena itu terjadi secara otomatis7.
Pembinaan akhlak merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk
memperbaiki akhlak. Hal itu dilakukan melalui fasilitas pendidikan dan
pembinaan yang terprogram dengan baik, yang dilakukan secara sungguh-
sungguh dan konsisten. Hal ini mengakibatkan akhlak yang baik tidak
terbentuk kecuali dengan membiasakan seseorang melakukan sesuatu
sesuai dengan akhlaknya. Jika dia melakukan ini berulang kali, itu akan

5
Herdiyan Maulana, Gumgum Gumelar, Psikologi Komunikasi dan Persuasi (Jakarta :
Akademia Permata 2013), h.7.
6
R. Suyoto Bakri Sigit Suryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Batam: Karisma Publishing
Grup, 2006), h. 19.
7
Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa (Jakarta: UIN Press
dan LPJM, 2009), h.7.
memiliki pengaruhyang bertahan lama pada perilaku dan moralnya. Faktor
utama yang menentukan masuknya seseorang ke surga adalah akhlaknya.8
Akhlak bisa baik atau buruk tergantung pada nilai-nilai yang kita gunakan
untuk menilai mereka. Terkadang, orang yang bermoral dianggap sebagai
orang baik.
3. Remaja
Kata “remaja” (dalam psikologi) berarti ketika seseorang tumbuh dan
menjadi lebih dewasa. Itu bisa merujuk pada keadaan mental, emosional
dan fisik mereka pada saat yang bersamaan.9
Masa remaja adalah tahapan kehidupan setelah masa kanak-kanak, saat
tubuh remaja berkembang pesat. Pertumbuhan ini berdampak besar pada
sikap, perilaku, kesehatan, dan kepribadian mereka. Masa remaja adalah
masa perkembangan fisik dan mental yang pesat. Di usia ini, remaja sudah
mampu berpikir abstrak dan memecahkan masalah hipotetis, serta
memiliki emosi yang kuat. Hubungan sosial mereka menjadi lebih toleran,
terutama dengan sesama kelompok pemuda. Bahasa yang mereka gunakan
menjadi semakin kompleks dan memiliki bahasa tersendiri di antara
mereka sendiri.10
Remaja yang dimaksud didalam penelitian ini adalah remaja yang sifatnya
umum atau yang berlaku pada semua remaja yang berada di Lingkungan
desa jepang kecamatan mejobo kabupaten kudus

C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif, dimana data
dikumpulkan dalam bentuk gambar dan dideskripsikan dengan kata-kata.

8
Abdul Nata, Akhlak Tasawwuf, (jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), h.158.
9
Muhammad al-Mighwar, Psikologi Remaja, (Cet I: Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), h.56.
10
Fatahuddin, Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Bimbingan Konseling Islam di Desa
Keera Kecamatan Keera Kabupaten Wajo, (UIN Makassar: 2013), h.06
Seorang peneliti tentunya harus melihat objek yang diteliti untuk
mendapatkan data yang diperlukan, sehingga jenis penelitian ini
digunakan dalam penelitian khusus ini.11 Penelitian ini difokuskan pada
perkembangan akhlak remaja di lingkungan desa jepang kecamatan
mejobo kabupaten kudus melalui analisis urgensi komunikasi persuasif.
2. Jenis dan Sumber Data
2.1. Jenis Data
Penelitian kualitatif ini menggunakan data yang dikumpulkan melalui
observasi, analisis dokumen, dan wawancara untuk memperoleh
informasi. Bentuk pengumpulan data lainnya, seperti fotografi atau
rekaman video, juga dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi.
2.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah individu dari mana data itu
diperoleh. Jika peneliti menggunakan angket atau wawancara untuk
mengumpulkan data, maka sumber datanya berasal dari responden
yaitu yang menanggapi dan menjawab pertanyaan peneliti, baik
pertanyaan tertulis maupun lisan.12 Penelitian kualitatif biasanya
mengandalkan data yang berasal dari wawancara, observasi, dan
dokumen yang dianggap penting untuk penelitian. Selain itu, data
untuk proyek ini akan diambil dari informan yang memiliki
pengetahuan tinggi tentang fokus penelitian. Menurut Loftland,
penelitian kualitatif mengandalkan kata-kata dan tindakan sebagai
sumber datanya. Sumber lainnya - dokumen dan hal-hal lain -
hanyalah alat yang digunakan untuk mendekati kata-kata tertulis. Ada
dua jenis data yaitu data primer dan sekunder. Data primer berasal dari
sumber data yang penulis akses langsung. Ini berarti bahwa penulis
telah mengumpulkan informasi sendiri, bukan memperolehnya dari

11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet. VIII; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h.6
12
Suharismin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Cet. IV; Jakarta : PT
Rineka Cipta, 1998), h.114.
sumber lain. Berbagai teknik observasi dan wawancara dapat
digunakan untuk mengumpulkan data primer. Data sekunder adalah
data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber,
seperti dokumen, buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
3. Teknik Pengumpulan Data
3.1. Pengamatan(Observasi)
Observasi adalah bentuk pengamatan secara sistematis yang
berlangsung di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan observasi non partisipan, yaitu observasi penelitian yang
tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan observasi partisipan, artinya
melihat urgensi komunikasi persuasif bagi perkembangan moral
remaja.
3.2. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk mengumpulkan informasi yang lebih
sistematis daripada percakapan. Biasanya dilakukan secara tatap muka,
dan hubungan antara pewawancara dan informan biasanya bersifat
sementara. Dalam wawancara, informan adalah orang yang dimintai
informasi, dan pewawancara harus mampu menciptakan suasana yang
akrab agar dapat memperoleh informasi yang kita inginkan dari
mereka.
3.3. Dokumentasi
Dokumentasi dapat digunakan untuk mendukung analisis dalam
penelitian ini. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dari
dokumen dan literatur untuk memberikan informasi tentang hal-hal
yang akan penulis selidiki. Data ini dapat digunakan untuk membantu
mengetahui informasi tentang topik yang sedang dipelajari.13
4. Teknik Analisis Data
Sebelum melihat data, dianalisis secara kualitatif. Hal ini dilakukan
dengan menafsirkan dan kemudian mengumpulkan data dari wawancara

13
Burhan Bulging, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
dan observasi. Selanjutnya, ringkasan data diberikan berdasarkan
wawancara. Terakhir, dengan menggunakan pola pikir induktif, kami
mencoba membuat generalisasi tentang data. Penelitian ini menggunakan
analisis induktif dalam pengelolaan data yang terkumpul.
Analisis induktif adalah cara menganalisis data yang mengandalkan
kesimpulan umum yang diambil dari kasus-kasus tertentu. Ini dimulai
dengan mengajukan pertanyaan yang memiliki ruang lingkup terbatas
yang spesifik untuk membangun argumen yang diakhiri dengan
pertanyaan umum. Pendekatan ini menghasilkan kesimpulan yang lebih
jelas. Dalam penelitian kualitatif, data yang digunakan untuk mempelajari
suatu topik harus valid jika akan digunakan dalam penelitian. Triangulasi
adalah cara yang digunakan untuk memastikan keabsahan data. Ini
dilakukan dengan membandingkan data dari berbagai sumber untuk
melihat apakah semuanya mendukung kesimpulan yang sama. Adapun
jenis triangulasi yang digunakan
Pertama, Triangulasi Sumber Data, adalah proses menyelidiki informasi
untuk menentukan keakuratannya melibatkan penggunaan metode yang
berbeda untuk mendapatkan informasi. Ini dapat mencakup wawancara
dan observasi, serta menggunakan observasi partisipan, dokumen tertulis,
arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi, dan
gambar atau foto. Ini akan membantu mengumpulkan banyak informasi
yang dapat digunakan untuk memastikan informasi yang dipelajari akurat.
Kedua, Triangulasi Metode, adalah teknik yang digunakan untuk
memastikan bahwa data yang dikumpulkan dari berbagai sumber akurat.
Penelitian kualitatif deskriptif, yang menggunakan berbagai metode
wawancara, mengandalkan wawancara bebas untuk mengumpulkan
informasi. Wawancara terstruktur juga dapat digunakan untuk
mendapatkan informasi yang lebih akurat. Selain itu, informan yang
berbeda dapat digunakan untuk membantu memverifikasi keakuratan data.
Jika datanya jelas, seperti dalam teks atau transkrip, tidak diperlukan
triangulasi. Namun, jika datanya tidak pasti, triangulasi aspek lain tetap
diperlukan.
Ketiga, Triangulasi teori, adalah suatu proses penelitian kualitatif yang
bertujuan untuk menciptakan suatu kesatuan teori berdasarkan temuan-
temuan studi yang berbeda. Proses ini dirancang untuk menghindari bias
pribadi para peneliti, dan dapat mengarah pada pemahaman data yang
lebih dalam. Namun, proses ini sulit karena peneliti harus memiliki
penilaian ahli ketika membandingkan temuan mereka dengan teori yang
berbeda.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan di Lingkungan desa jepang kecamatan mejobo
kabupaten kudus, dengan tujuan untuk membahas pentingnya komunikasi
persuasif bagi perkembangan akhlak remaja. Masyarakat Lingkungan Desa
Tambakromo merespon positif penelitian tersebut. Berdasarkan hasil
wawancara, penelitian menemukan bahwa solusi berkelanjutan dan tidak
berkelanjutan dapat diterapkan. Peneliti dalam pembahasan ini akan mencoba
memaparkan hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian
ini.
1.Akhlak Remaja di Lingkungan desa jepang kecamatan

mejobo kabupaten kudus Lingkungan Desa jepang merupakan rumah


bagi banyak remaja, dan banyak di antara mereka yang memiliki kepribadian
yang berbeda-beda. Beberapa dari mereka memiliki perilaku yang baik, dan
beberapa dari mereka memiliki perilaku yang buruk. Beberapa remaja yang
santun berasal dari keluarga yang selalu menerapkan adat istiadat yang
santun, ilmu agama, dan perilaku yang baik di masyarakat, namun tidak
semua remaja dengan latar belakang seperti itu akan berakhlak mulia.
Kebalikannya juga benar; tidak semua remaja yang memiliki orang tua yang
tidak menerapkan aturan kesopanan dan tuntunan agama kepada anaknya
akan berperilaku buruk.
Faktor lingkungan yang ada disekitarnya dapat mempengaruhi
perilaku para remaja tersebut. Ada beberapa remaja yang tinggal di
lingkungan Desa jepangyang membahayakan diri mereka sendiri dan
orang lain dengan melakukan hal-hal seperti mengebut di jalan dengan
mobil mereka, menggunakan knalpot yang keras, dan minum alkohol.
Sebagian dari remaja ini berpendidikan lebih rendah dari siswa SMA,
dan karena kurang mendapat perhatian dan bimbingan dari orang
tuanya, mereka lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya.
Bahkan remaja yang masih bersekolah dan mengikuti pelajaran seperti
SMP dan SMA pun sering melakukan perilaku yang berbahaya, seperti
menggunakan mesin balap dan meminum minuman keras, seperti yang
diungkapkan oleh Tony remaja Desa jepang dia mengatakan bahwa:
“Disini banyak remaja yang minum minuman keras terutama pada saat
ada keramaian seperti ada acara pernikahan, kalau dia sudah mabuk
dia naik motor dengan kencang menggunakan knalpot yang berisik
sehingga banyak masyarakat yang merasa terganggu”14. Komunikasi
persuasif penting dalam pembinaan akhlak remaja, namun tidak dapat
dilakukan tanpa bantuan dan dorongan dari keluarga dan masyarakat.
Remaja seringkali tidak mendengarkan orang dewasa karena
dipengaruhi oleh lingkungannya, teman-temannya, dan media yang
mereka konsumsi. Namun, pengaruh media komunikasi ini bisa sulit
dikendalikan. Ponsel, televisi, dan bentuk hiburan lainnya dapat
berdampak kuat pada remaja, bahkan jika orang tua mereka mencoba
untuk mematahkan semangat mereka.

2. Peran Orangtua Dalam Pembinaan Akhlak Remaja

Orang tua berperan penting dalam membimbing perkembangan


akhlak anaknya, khususnya di lingkungan Desa jepang . Pembinaan ini

14
Adi, Remaja Lingkungan Kampung Baru Tirondo, Wawancara, 22 Desember
2022
pada akhirnya menjadi tanggung jawab orang tua, karena merekalah
orangjepang pertama yang dikenal anak. Seperti yang disampaikan oleh
Khair, Sekretaris remaja masjid rahmatan lil alamain Desa jepang yang
menyatakan bahwa:”Pembinaan akhlak remaja sangat penting
terutama pembinaan agama yang bersumber baik dari lingkungan
keluarga maupun dari keyakinan agama orang tua sendiri. Penting
bagi orang tua untuk terus memberikan bimbingan ini tanpa
mengorbankan kebutuhan atau nilai mereka sendiri.”15

2.1. Orangtua sebagai panutan

Anak-anak melihat ke cermin mereka untuk bimbingan dan


bergantung pada lingkungan terdekat mereka, dalam hal ini
keluarga mereka. Jika orang tua memberikan contoh yang baik
dalam semua kegiatan mereka, anak-anak mereka akan cenderung
mengikutinya. Jika orang tua mendidik anaknya dengan baik, maka
sifat anaknya akan baik. Sebaliknya, jika orang tua tidak
memberikan contoh yang baik dan mendidik anaknya dengan buruk,
maka anaknya akan lebih cenderung mengikuti jejaknya.

2.2. Orangtua sebagai motivator

Remaja memiliki motivasi yang besar untuk bergerak dan bertindak,


namun dapat diperkuat dengan dorongan dari orang lain terutama
dari orang tua. Dorongan ini dapat berupa penghargaan, harapan,
atau hadiah, serta dukungan yang konsisten selama kegiatan remaja.
Ketika orang tua memberikan motivasi dengan cara ini, dapat
mempengaruhi perilaku anak remajanya.

2.3. Orangtua sebagai cerminan utama

Orang tua merupakan orang yang penting bagi remaja, dan mereka

15
Khair, Sekretaris Remaja Masjid Baitussakam Desa Tambakromo, Wawancara, 20
Desember 2022
berperan dalam membentuk hubungan antara anak dan keluarganya.
Mereka harus terbuka dan pengertian dengan anak-anak mereka,
yang akan membantu menciptakan ikatan yang kuat di antara
mereka. Jika orang tua memberikan contoh yang baik, kemungkinan
besar anak-anak mereka akan mengikutinya.

2.4. Bentuk-bentuk pembinaan moral di Desa jepang


dilakukan melalui penggunaan komunikasi persuasif.

2.5. Sosialisasi

Sosialisasi adalah bentuk komunikasi yang mencoba mewariskan


nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sosialisasi
primer terjadi dalam keluarga, sedangkan sosialisasi sekunder
terjadi dalam masyarakat.

2.6. Seminar

Seminar adalah jenis presentasi pendidikan yang paling banyak


ditemukan di universitas. Mereka dapat difokuskan pada topik
tertentu, dan peserta biasanya adalah orang-orang yang tertarik
dengan topik tersebut dan ingin mempelajarinya lebih lanjut.
Manfaat mengikuti seminar adalah komunikasi antara pembicara
dan pendengar dapat ditingkatkan, dan topik seminar dapat lebih
terarah secara spesifik.

2.7. Penyuluhan

Penyuluhan/ Konseling merupakan salah satu bentuk komunikasi


yang memberikan pengetahuan dan wawasan kepada audiens.
Tujuannya adalah untuk membantu orang menjalani hidup yang
lebih sehat. komunikasi persuasif sangat penting untuk tujuan ini,
karena khalayak perlu dibujuk untuk mengambil tindakan
berdasarkan informasi yang diberikan.
2.8. Dakwah

Dakwah (Bahasa Arab: ‫ )دعوة‬adalah istilah Islam untuk berdakwah


atau berusaha mengajak manusia untuk kembali ke jalan Islam yang
lurus. Seorang pekerja dakwah perlu memiliki banyak pengetahuan
dan pengalaman untuk dapat menjangkau orang-orang dan membuat
mereka mau mendengarkan apa yang dia katakan. Dakwah harus
dilakukan dengan hati-hati dan niat, sebagai individu yang akan
menyampaikan risalah Islam harus siap dan dewasa secara spiritual.
Ini akan memastikan bahwa hasil yang diinginkan tercapai.

2.9. Poster

Poster adalah jenis komunikasi persuasif yang menggunakan


gambar dan teks untuk mencoba menyampaikan pesan. Mereka bisa
sangat efektif bila dilakukan dengan baik, dan bisa sangat menarik
bila dilakukan dengan baik. Penting untuk memiliki ide bagus untuk
sebuah poster, dan untuk memastikan kontennya mudah dipahami
dan dilihat sekilas.
3. Problematika Dalam Pembentukan Akhlak Remaja Di
Lingkungan desa jepang kecamatan mejobo kabupaten kudus
3.1. Faktor Internal
Banyak sekali permasalahan yang dihadapi remaja, seperti cepatnya
perubahan yang terjadi pada tubuh mereka yang berdampak pada
sikap dan perhatian mereka terhadap diri mereka sendiri. Mereka
juga merasa tidak mampu berdiri sendiri dan membutuhkan bantuan
orang tua untuk membiayai hidupnya. Sementara itu, mereka sering
mengalami keadaan emosi yang diekspresikan secara tajam dan
serius. Terkadang mereka mudah marah dan tersinggung, meskipun
mereka tidak menyadarinya. Sementara itu, mereka juga mulai
merasakan perasaan aneh, mereka mulai tertarik dengan lawan
jenis.

3.2. Faktor Eksternal


Masa remaja awal merupakan masa dimana remaja banyak
mengalami perubahan. Mereka mulai meniru hal-hal yang mereka
lihat di sekitar mereka dan terpaksa melakukan apa yang mereka
lihat. Ini bisa berbahaya karena remaja tidak berpengalaman seperti
orang dewasa dan mungkin tidak tahu apa yang aman. Selain itu,
teknologi yang semakin canggih dan mudah diakses oleh para
remaja membuat mereka meniru apa yang mereka lihat di televisi,
majalah, atau internet. Hal ini dapat menimbulkan akibat negatif,
seperti rusaknya moral remaja. Namun, meskipun teknologi
memiliki aspek baik dan buruknya, teknologi tetap merupakan alat
yang ampuh yang dapat membantu remaja tumbuh dan belajar.

Remaja di Lingkungan Desa Tambakromo mulai terpengaruh


dengan apa yang mereka lihat di media. Ini bagus, karena
memungkinkan mereka untuk mengembangkan kreativitas mereka,
tetapi terkadang mereka menyalahgunakannya.
3.3. Faktor Lingkungan
Pada masa remaja, orang bisa bahagia atau bermasalah. Hal ini
sebagian besar disebabkan oleh pengalaman positif dan negatif yang
sangat mempengaruhi pengungkapan akhlak remaja. Seringkali
waktu luang remaja disia-siakan oleh pihak luar yang tidak
bertanggung jawab dengan melibatkan mereka dalam kegiatan yang
merusak moral dan melanggar nilai-nilai moral. Ketidakmampuan
dalam menggunakan waktu luang secara efektif dan efisien dapat
menimbulkan tindakan yang merusak moral remaja. Kondisi
lingkungan remaja di lingkungan Desa jepang mendapat pengaruh
negatif dari luar.
3.4. Faktor Kurangnya Pembinaan Remaja
Pengurus dan pembina remaja di lingkungan Kampung Baru
Tirondo menghadapi banyak kendala dalam membantu remaja
mengembangkan akhlak yang baik. Di antaranya adalah faktor
ekonomi, tekanan waktu, faktor keluarga, dan keterbatasan pelatih.
Hal ini sangat tidak efektif dalam mengembangkan nilai-nilai
remaja yang seringkali membuat banyak remaja di lingkungan Desa
Tambakromo membuang-buang waktunya. Hal ini terutama terjadi
pada remaja di Desa Tambak yang mudah terpengaruh oleh
lingkungannya karena keinginan yang kuat untuk mendapatkan
pujian dari teman.
4.Pentingnya Komunikasi Persuasif Terhadap Pembinaan

Akhlak Remaja di Lingkungan desa jepang kecamatan mejobo

kabupaten kudus

Komunikasi persuasif merupakan alat yang ampuh untuk mengubah

perilaku remaja. Penting bagi komunikator untuk menggunakannya

untuk membantu remaja memahami apa yang terjadi di sekitar

mereka, dan membantu mereka membuat keputusan yang baik. Hal

ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ustadz Mustofa selaku

Imam Masjid rahmatan lil alamin Desa jepang sebagai berikut:”

Komunikasi persuasif merupakan alat komunikasi penting yang

dapat digunakan untuk membantu remaja mengembangkan nilai-

nilai moralnya. Itu harus digunakan dalam bentuk konstruksi apa


pun, terutama dalam hal perkembangan remaja. Ini akan membantu

mereka untuk memahami apa yang komunikator katakan dengan

lebih mudah.”16 Komunikasi persuasif sangat penting untuk

menanamkan moral remaja yang baik. Komunikator memiliki peran

yang sangat penting dalam proses ini, karena mereka memiliki

kemampuan untuk memilih target dan menentukan cara yang paling

efektif untuk berkomunikasi dengan mereka. Selain itu, komunikator

harus mempertimbangkan kemampuan individu untuk memahami

pesan dan memilih media persuasi yang paling efektif.

Berdasarkan dari hasil wawancara, terlihat bahwa komunikasi

persuasif tidak selalu memungkinkan untuk semua orang. Namun, siapa

pun masih dapat mencapai tujuannya jika mereka termotivasi dan

menerima pembinaan secara teratur. Hal ini penting terutama di Desa

jepang, dimana pembinaan yang efektif dapat membantu menumbuhkan

akhlak yang lebih baik di kalangan pemuda.

E. PENUTUP

1. Kesimpulan

Beberapa remaja di lingkungan Desa jepang cenderung melakukan

hal-hal yang berbahaya dan mengganggu dirinya sendiri. Beberapa

orang di sekitarnya juga cenderung dipengaruhi oleh faktor

lingkungan tersebut. Sebagai contoh, beberapa remaja memiliki latar

belakang pendidikan yang kurang sehingga dapat menyebabkan

mereka mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Hal ini

dikarenakan mereka kurang mendapat perhatian dan bimbingan dari

16
Mustofa, Imam Masjid Baitussalam Desa Tambakromo, Wawancara, 20 Desember 2022
orang tuanya. Bahkan remaja yang masih melanjutkan pendidikan

cenderung melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya dan

mengganggu sebagian orang disekitarnya, seperti menggunakan

knalpot racing dan mengkonsumsi minuman keras. Banyak remaja di

lingkungan Desa jepang yang memiliki karakter berbeda-beda. Ada

yang berperilaku baik dan ada yang berperilaku buruk. Sebagian besar

remaja yang berperilaku baik berasal dari latar belakang nilai-nilai

kesopanan, pengetahuan agama dan perilaku yang baik di masyarakat.

Namun tidak semua remaja dengan latar belakang seperti itu akan

melahirkan remaja yang berakhlak mulia, begitu pula sebaliknya tidak

semua remaja dengan latar belakang orang tua yang lalai akan

melahirkan remaja dengan perilaku yang buruk.

Komunikasi persuasif merupakan salah satu bentuk komunikasi yang

dapat membantu meningkatkan moral remaja dalam suatu komunitas

atau desa. Ini adalah alat penting untuk digunakan oleh komunikator

yang ingin membantu remaja memahami apa yang mereka katakan

dan untuk mendapatkan perhatian mereka. Komunikasi persuasif bisa

sangat efektif dalam mengembangkan moral remaja, terutama jika

komunikator menggunakannya secara tepat waktu untuk membantu

remaja membuat keputusan yang baik.

2. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas, terkait dengan pentingnya


komunikasi persuasif dalam pembinaan akhlak remaja di Lingkungan
Desa jepang dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

2.1. Pendidikan merupakan hak penting bagi semua manusia, dan


pendidikan agama sangat penting mengingat meningkatnya
prevalensi kenakalan remaja dan tindakan kriminal. Pembinaan
moral merupakan salah satu solusi penting dari permasalahan
yang saat ini terjadi di kalangan remaja.

2.2. Dalam hal perkembangan moral remaja, penting untuk


mempertimbangkan kondisi saat ini di mana remaja hidup. Ini
akan membantu memperkuat pengaruh nilai dan norma positif
pada perilaku mereka, yang dapat mengarah pada perubahan
positif. Jenis pembinaan yang memperhatikan potensi individu
remaja menjadi penting, karena akan berdampak langsung pada
kehidupan sehari-hari mereka di masyarakat.

2.3. Komunikasi persuasif adalah bagian penting dari pembinaan


pemuda, karena penting untuk mencapai hasil yang sukses.

DAFTAR PUSTAKA

Aen Istianah Afiati, komunikasi persuasif dalam pembentukan sikap, (UIN Yogyakarta

2015) h.1.

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya 2007), h.24.


Aen Istianah Afiati, komunikasi persuasif dalam pembentukan sikap, (UIN Yogyakarta
2015), h.17.

Ahmad Sultra Rustan & Nurhakki, PengantarIlmu Komunikasi, (CV Budi Utama), h.32-33.

Herdiyan Maulana, Gumgum Gumelar, Psikologi Komunikasi dan Persuasi (Jakarta :

Akademia Permata 2013), h.7.

R. Suyoto Bakri Sigit Suryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Batam: Karisma

Publishing Grup, 2006), h. 19.

Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa (Jakarta: UIN Press

dan LPJM, 2009), h.7.

Abdul Nata, Akhlak Tasawwuf, (jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), h.158.

Muhammad al-Mighwar, Psikologi Remaja, (Cet I: Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006),

h.56.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet. VIII; Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), h.6

Fatahuddin, Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Bimbingan Konseling Islam di Desa Keera

Kecamatan Keera Kabupaten Wajo, (UIN Makassar: 2013), h.06

Suharismin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Cet. IV; Jakarta : PT

Rineka Cipta, 1998), h.114.

Burhan Bulging, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),

Adi, Remaja Lingkungan Kampung Baru Tirondo, Wawancara, 22 Desember 2022

Khair, Sekretaris Remaja Masjid Baitussakam Desa Tambakromo, Wawancara, 20

Desember 2022

Mustofa, Imam Masjid Baitussalam Desa Tambakromo, Wawancara, 20 Desember 2022

Anda mungkin juga menyukai