Anda di halaman 1dari 30

Proposal Skipsi “Proses Komunikasi Guru dan Ssiswa di SDN 2 Bulango Ulu”

Oleh : Ahmad

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan sosial manusia tidak lepas dari proses interaksi antara individu

dan individu, individu dan kelompok, serta kelompok dan kelompok. Hal ini

dilakukan agar dalam menjalani proses kehidupan manusia saling membantu antara

satu dan lainnya. Karena, manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup

tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalani kehidupan diantara sesamanya, manusia

membutuhkan komunikasi.

Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pengiriman

dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang

dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak. Selain itu, komunikasi juga dapat

diartikan dengan ‘perhubungan’. 1 Sedangkan, secara terminologi para ahli

komunikasi memberikan pengertian komunikasi menurut sudut pandang dan

pendapat mereka masing-masing diantaranya.

Danil Vardiasnyah mengungkapkan beberapa definisi komunikasi secara

istilah yang dikemukakan para ahli, 2 seperti yang dikemukakakn Jenis dan Kelly

menyebutkan bahwa komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang

‘komunikator’ menyampaikan stimulus ‘biasanya dalam bentuk kata-kata’ dengan

tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lainnya ‘khalayak’.

Lebih lanjut Berelson dan Stainer Komunikasi adalah suatu proses

penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui

penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan

lain-lain”. Dengan demikian, berdasarkan penjelasan tentang komunikasi tersebut,

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus versi online/daring (dalam jaringan),
diakses pada tanggal 13 Nivember 2021, lihat situs (https://kbbi.web.id/komunikasi).
2
Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Cet. II (Jakarta: PT Indeks,
2008) hal. 25-26.
maka penulis menyimpulkan bahwa komunikasi ialah alat bantu yang digunakan

dalam proses interaksi antara seseorang dengan orang lain baik bersifat secara

individu ataupun kelompok.

Komunikasi memiliki peran yang sangat penitng dalam kehidupan manusia,

sebab komunikasi merupakan pra syarat kehidupan. Seseorang yang tidak bisa

berkomunikasi akan terasa hampa, sebagai contoh manusia dalam melakukan

segala transaksi ketika tidak mampu berkomunikasi maka pasti tidak akan terjadi. 3

Secara umum setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lainnya untuk

memenuhi kebutuhannya. Namun tidak semua orang dapat secara trampil

berkomunikasi secara efektif, oleh karena itu perlu dikenali berbagai cara/teknik

penyampaian informasi. Komunikasi merupakan segala upaya dan cara, atau teknik

penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan yang berasal dari pihak yang

memprakarsai dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan

agar masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam

melaksanakan gagasan- gagasan yang disampaikan. 4

Proses perkembangan zaman yang semakin modern banyak mengalami

perubahan yang sangat pesat termasuk komunikasi. Komunikasi yang baik lahir

dari komunikator yang mampu memahamkan informasi atau gagasan yan

disampaikan. Sehingga, dibutuhkan tekhnik dan pola berkomunikasi agar audiens

mudah menerima pesan yang disampaikan. Dengan demikian, komunikator yang

baik ialah bukan komunikator yang banyak bicara, namun yang mampu

menyerderhanakan narasi yang disampaikan agar mudah dipahami dan dimengerti.

3
Yasir, Penganta Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta, Budi Utama: 2020) Cet Pertama, hal. 1.
M. Nasor, “TEKNIK KOMUNIKASI GURU DAN SISWA DALAM PENINGKATAN
4

PRESTASI SISWA”, IAIN Raden Intan Lampung, Ijtimaiyya, Vol. 7, No. 1, Februari 2014.
Tekhnik, pola, maupun bentuk komunikasi harus dikuasai oleh para

komunikator yang bertugas memahamkan audiens. Dalam dunia pendidikan Guru

sebagai komunikator yang memberikan pengajaran terhadap siswa. Sehingga, guru

membutuhkan komunikasi dalam menyampaikan materi yang diajarkan kepada

siswa. Melalui proses komunikasi Guru pada siswa diharapkan dapat memberikan

pemahaman terhadap siswa. Dengan demikian, siswa mampu menyerap segala

informasi yang disampaikan oleh Guru.

Guru dalam dunia pendidikan memiliki posisi yang sangat sentral, karena

guru memiliki tugas mulia untuk memberikan pemahaman nilai-nilai pada peserta

didik sebagai generasi yang diharapkan oleh agama, bangsa, dan negara. Karena,

pada prinsipnya tujuan dari kemerdekaan ialah mencerdaskan kehidupan bagngsa

sebagaimana dijelaskan dalam alinea ke empat Undang Undang Dasar 1945. Guna

mewujudkan kecerdasan tersebut, maka dibutuhkan Guru menjadi komunikator

yang baik, karena kualitas mutu pendidikan lahir dari komunikator yang mampu

menguasasi segala bentuk, pola, maupun tekhnik berkomunikasi.

Di berbagai dunia pendidikan harus memiliki Guru yang menguasai

keterampilan komunikasi. Sehubungan dengan itu, teknik komunikasi dapat berfungsi

untuk membentuk iklim organisasi yang menggambarkan suasana kerja antara guru

dan siswa yang mampu menciptakan hubungan yang harmonis di antara keduanya.

Guru harus peka dan tanggap terhadap gejolak dan fenomena yang terjadi pada diri

siswa di lingkungan organisasi. Selain itu juga di antara guru dan siswa mampu

berkomunikasi secara efektif dan terbuka, yang pada akhirnya dapat mengatasi segala

problema pembelajaran di sekolah. Kondisi itu dapat menciptakan kemampuan dan


meningkatkan kinerja guru untuk menjalankan tugasnya, sehingga dapat memberikan

pelayanan kepada siswa semaksimal mungkin.5

Namun, acap kali ditemukan harapan tidak sesuai espektasi. Permasalahan

komunikasi di dunia pendidikan menjadi sebuah masalah. Hal ini juga terjadi di

Sekolah Dasar Negeri 2 Bulango Ulu. Dalam pengamatan yang dilakukan para Guru

kewalahan dalam memberikan pemahaman terhadap siswa baik materi yang diajarkan

ataupun membentuk sikap dan tingkahlaku siswa. Rata-rata komunikasi yang diajarkan

sesuai kebiasaanya setiap guru berkomunikasi. Para guru berkomunikasi tidak melihat

situasi dan kondisi, sehingga terkadang intonasi berkomunikasi terasa seperti hambar.

Selain itu, Guru juga terkadang marah sambil teriak-teriak. Memang guru melakukan

komunikasi tersebut dengan watak agar ditakuti. Tetapi, komunikator yang baik itu

bukan menakut-nakuti, namun disegani oleh siswa. Karena, kalau audiens sudah takut

akan kaku dalam menerima informasi. Hal ini berdampak pada siswa kurang

memahami materi yang diajarkan. Begitupun sebaliknya, komunikasi siswa pada Guru

terkadang ditemukan kurang sopan dan kemampuan komunikasi ngaur dan tidak

terarah.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka menarik untuk diteliti. Untuk

pemabahasan lebij jauh tentang komunikasi akan diulas dalam sebuah karya ilmiah

skripsi yang berjudul “Proses Komunikasi Guru Dan Siswa di SDN 2 Bulango

Ulu”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yag dijelaskan pada latar belakang, maka

dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

5
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (PT. Rosyda Karya, Bandung: 2007), hal, 3.
1. Bagaimana bentuk proses komunikasi Guru dan Siswa di SDN 2 Bulango Ulu?

2. Bagaimana solusi mewujudkan proses komunikasi yang baik pada Guru dan

Siswa di SDN 2 Bulango Ulu?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

Adapun beberapa tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bentuk proses komunikasi pada Guru dan Siswa di SDN 2

Bulango Ulu!

b. Untuk menganalisis solusi mewujudkan proses yang baik pada Guru dan Siswa

di SDN 2 Bulango Ulu?

2. Kegunaan

Adapun kegunaan dalam penelitian diharapakan sebagai sebagai berikut:

a. Kegunaan Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pengetahuan baru

terhadap permasalahan komunikasi pada Guru dan Siswa khususnya dalam

lembaga Pendidikan di SD 2 Bulango Ulu.

b. Kegunaan Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi ilmu pengetahuan

dikemudian hari perihal pembahasan komunikasi di Sekolah Dasar.

2) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dalam proses

penyelesaian studi Sarjana pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di

IAIN Sultan Amai Gorontalo.

D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian


1. Definisi Operasional

a. Komunikasi

Istilah Komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya

membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.

Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya

membagi.6 Gode “Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang

semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki dua

orang atau lebih”.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diartikan bahwa komunikasi

adalah interaksi yang dilakukan antara seseorang dengan lainnya guna

mengirimkan informasi agar memiliki keterhubungan diantara satu sama lain.

b. Guru

Guru disebut juga pendidik dan pengajar, tetapi kita tahu tidak semua

pendidik adalah guru, sebab guru adalah suatu jabatan professional yang pada

hakekatnya memerlukan persyaratan keterampilan tekhnis dan sikap kepribadian

tertentu yang semuanya itu dapat diperoleh melalui proses belajar mengajar dan

latihan, Roestiyah N.K. mengatakan bahwa: “Seorang pendidik professional adalah

seorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap professional yang

mampu dan setia mengembangkan profesinya, menjadi anggota organisasi

professional pendidikan memegang teguh kode etik profesinya, ikut serta didalam

mengomunikasikan usaha pengembangan profesi bekerja sama dengan profesi yang

lain”.7

6
(Cherry dalam Stuart, 1983, hal. 46).
7
Roestiyah NK, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, Cet k IV, 2001),
hal. 175.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Guru adalah Komunikator yang

memiliki posisi sentral dalam dunia pendidikan guna memahamkan materi yang

diajarkan. Selain itu, guru juga sebagai pendidik yang diharapkan komunikasinya

dapat memberikan motivasi dan nasihat pada siswa berperilaku baik.

c. Siswa

Pengertian siswa, murid, atau peserta didik menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, berarti anak (orang yang sedang berguru/belajar, bersekolah).

Sedangkan menurut Sinolungan peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang

yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti

sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah. 8 Pengertian siswa atau peserta

didik menurut ketentuan umum undangundang RI No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,

jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. 9

Dengan demikian berdasarkan beberapa penjelasan tersebut maka dapat

didefinisikan siswa adalah seseorang yang mengikuti proses belajar dalam sekolah.

Siswa menerima materi yang diajarkan dengan mendengar komunikasi dan

diharapkan mampu merespon komunikasi dengan komunikasi pula.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian dalam penelitian ini dapat disajikan

melalui tabel berikut:

8
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus versi online/daring (dalam jaringan),
diakses pada tanggal 13 November 2021, Lihat Situs (https://kbbi.web.id/siswa).

9
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen & Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, (Bandung:
Permana, 2006), hal. 65.
a. Bentuk Proses Komunikasi Guru dan Siswa SD 2 Bulango Ulu

b. Solusi mewujudkan komunikasi yang baik pada Guru dan Siswa di SD 2

Bulango Ulu.

E. Telaah Pustaka

Skripsi Murniati yang berjudul “Pola Komunikasi Pengemis Di Kota

Gorontalo”, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo tahun

2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pengemis mengelola

komunikasi verbal dan nonverbal kepada calon dermawan dan simbol yang

digunakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu

mendeskripsikan hasil pengamatan dan wawancara pada informan. Teknik

pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi pada

pengemis di Kota Gorontalo dan ditentukan secara purposive sampling sebanyak

10 (sepuluh) orang. Adapun hasil penelitian: (1). Komunikasi verbal pengemis

hanya sebatas pada ucapan "assalamu 'alaikum", "terima kasih" dan "alhamdulillah"

yang mempunyai makna tersendiri bagi mereka; (2) Pengemis mengemas diri

dalam hal penampilan, nada suara, ekspresi wajah serta isyarat dan gerakan tubuh

untuk menimbulkan rasa iba calon dermawan, untuk melengkapi penampilan

mereka maka pengemis membawa mangkuk atau dos. Kesimpulan penelitian ini,

secara tidak sadar pengemis sudah mengaplikasikan teori komunikasi baik verbal

maupun nonverbal dan menimbulkan pemaknaan tersendiri bagi mereka yang

mempelajarinya. Agar tidak lagi dianggap penggangu masyarakat, pemerintah

seharusnya bertindak tegas dalam merehabilitasi pengemis dan menyiapkan


lapangan pekerjaan sesuai dengan keterampilan mereka. Kata kunci: komunikasi,

simbol, pengemis.10

Adapun perbedaan penelitian dengan yang dilakukan peneliti, penelitian

dilakukan di sekolah pada Guru dan Siswa mengenai bentuk komunikasi yang

dilakukan. Sedangkan, penelitian yang dilakukan di atas meneliti komunikasi

pengemis di Kota Gorontalo. Selain itu, peneliti bukan hanya mengetahui pola

komunikasi, tapi mencari solusi atas masalah komunikasi yang terjadi pada Guru

dan Siswa.

Skripsi, Titha Paputungan yang berjudul “Pola Komunikasi Lesbian di Kota

Gorontalo (Kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus)”. Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Gorontalo tahun 2018. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini

adalah Untuk mengetahui bagaimana proses Pola Komunikasi lesbian di Kota

Gorontalo. Untuk mengetahui bagaimana Seorang lesbian memaknai Pola

Komunikasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan prosedur

pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Pola

komunikasi yang dilakukan oleh lesbian di Kota Gorontalo adalah pola komunikasi

dua arah (two way communication). Dalam Pola Komunikasi ini, tindak komunikasi

dilakukan secara terbuka. Setiap lesbian dapat mengungkapkan gagasan ataupun

pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Komunikasi nonverbal

yang dilakukan pada kalangan lesbian memperlihatkan identitas dirinya sebagai

homoseksual. Pada umumnya komunikasi nonverbal pada kalangan homoseksual

yang bersifat maskulin. Komunikasi verbal yang digunakan diantara kelompok

mereka lebih banyak menggunakan bahasa yang mereka ciptakan sendiri. Bahasa

10
Muniarti, “Pola Komunikasi Pengemis Di Kota Gorontalo”, skripsi, Mahasiswa Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo tahun 2014.
tersebut banyak diadopsi dari bahasa Indonesia yang kemudian disimpangkan. Pola

komunikasi lesbian dengan mayarakat yaitu Komunikasi Banyak Arah (Multy Way

Communication) lesbian berperan sebagai pendengar, mendengarkan masyarakat

ketika berbicara, menerima saran dari masyarakat tanpa berbicara jorok.

Pertentangan yang terjadi antara lesbian dengan masyarakat tidak pernah terjadi.

Lesbian yang sibuk dengan kegiatannya dan masyarakat yang terlalu cuek sehingga

diantara lesbian dan masyarakat tidak pernah bertikai. Kata Kunci : Pola

Komunikasi, Lesbian.11

Skripsi Siti Rahmiyati R Ahmad yang berjudul “Strategi Komunikasi Polisi

Lalu Lintaspolres Gorontalo Kota”, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial, Universitas

Negeri Gorontalo tahun 2015. Tujuan penelitian untuk mengetahui; (1) untuk

mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan Polisi Lalu Lintas Gorontalo Kota;

(2) untuk mengetahui citra Polisi Lalu Lintas Gorontalo Kota di mata masyarakat

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan

pendekatan deskriptif, dengan tujuan untuk memberikan gambaran nyata, dan

penjelasan dengan dianalisis deskriptif, tentang strategi komunikasi Polisi Lalu

Lintas Polres Gorontalo Kota secara sistematis dan faktual. Adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan

aparat kepolisian dan masyarakat, observasi tentang program pencitraan yang

dilaksanakan Polres Gorontalo Kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1)

Strategi komunikasi yang dilakukan Satlantas Polres Gorontalo Kota dalam

membentuk citra positif di masyarakat yaitu dengan menggalakkan sosialisasi

undang-undang, polisi sahabat anak, police go to school, pembagian bunga, brosur

11
Titha Paputungan, “Pola Komunikasi Lesbian di Kota Gorontalo (Kualitatif dengan
pendekatan Studi Kasus)”, Skripsi, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo,
tahun 2018.
dan pelayanan dengan prinsip 3S (senyum, salam, sapa).; (2) sikap mengutamakan

pembinaan terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran ketimbang

penindakan berupa tilang juga bisa menjadi strategi efektif untuk membentuk citra

kepolisian.; (3) harapan masyarakat dalam membangun citra polisi agar

menjunjung tingggi sikap profesionalisme dalam menjalankan tugas serta polisi

diharapkan bersikap humanis dan menjadi contoh teladan bagi masyarakat dalam

berlalu lintas.12

F. Kajian Teori

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan proses yang dilakukan oleh manusia setiap hari

dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Secara umum dapat dikatakan

bahwa tidak ada kehidupan manusia tanpa komunikasi. Sebagai makhluk sosial

manusia pasti membutuhkan hubungan dengan orang lain. Setiap individu selalu

berkeinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain dan sebaliknya individu

tersebut juga berkeinginan menerima informasi dari orang lain. Keharusan yang

timbul pada manusia untuk bekerjasama dengan orang lain agar dapat mencapai

tujuan yang dikehendaki, mengakibatkan dibentuknya organisasi, dalam hal ini

perusahaan. Komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu orang ke orang lain.

Komunikasi merupakan cara untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain baik

berupa ide, fakta, pikiran, serta nilai-nilai. Komunikasi yang baik adalah jalinan

pengertian antara pihak yang satu dengan yang lainnya, sehingga apa yang di

komunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan akhirnya dilaksanakan.

Komunikasi merupakan kebutuhan yang paling mendasar manusia. Saat seseorang

12
Siti Rahmiyati R Ahmad yang berjudul “Strategi Komunikasi Polisi Lalu Lintaspolres
Gorontalo Kota”, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo tahun 2015.
dengan orang lain berdekatan maka terjadi komunikasi secara verbal, namun jika

mereka berada dalam jarak yang jauh mereka menggunakan beberapa cara untuk

berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,

ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain.

Secara umum, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat

dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat

dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan

menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,

menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi

nonverbal. Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang

(komunikator) menyampaikan pesan (lambang-lambang verbal) untuk mengubah

perilaku orang lain (komunikan). 13Komunikasi adalah proses penyampaian pesan

oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat,

atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung melalui media.14

2. Tujuan Komunikasi

Tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut:15

a. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu;

b. Mempengaruhi perilaku seseorang;

c. Mengungkapkan perasaan;

d. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain;

e. Berhubungan dengan orang lain;

f. Menyelesaian sebuah masalah;

13
(Hovland, 2002, hal. 32).
14
(Effendy, 2001, hal. 43).
15
Hewitt (1981, hal. 82)
g. Mencapai sebuah tujuan;

h. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik 9. Menstimulasi minat pada

diri sendiri atau orang lain.

3. Unsur-unsur Komunikasi

Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang

menyampaikan pesan kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya

bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek.

Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.

a. Sumber, Pengirim pesan (Sender) yang memprakarsai komunikasi

Dalam sebuah organisasi, pengirim adalah seorang yang mencapai

informasi, kebutuhan atau keinginan dan sebuah maksud untuk disampaikan satu

atau lebih orang. Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai

pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa

terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai,

organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator.

b. Penyandian (Encoding)

Dengan mengetahui komunikator, maka kita dapat mengajukan keproses

pembuatan sandi. Komunikator harus melakukan proses pembuatan sandi yang

menterjemahkan gagasan, komunikator kedalam serangkaian tanda yang

sistematis, yakni kedalam suatu bahasa yang menyatakan maksud komunikator.

Bentuk utama dari sandi adalah bahasa.

c. Pesan

Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan

dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya

bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda. Dalam
bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage, content atau

information ), hasil dari proses pembuatan sandi adalah pesan. Maksud

komunikator dinyatakan dalam bentuk pesan. Pesan tersebut bersifat lisan atau

bukan lisan. Jadi pesan adalah apa yang diharapkan oleh komunikator untuk

disampaikan kepada penerima tesebut, dan bentuk yang tepat sebagian besar

tergantung dari jalur (medium) yang digunakan untuk menyampaikan pesan. 16

d. Saluran (Channel)

Saluran/channel adalah media pengirim dari satu orang ke orang lain,

saluran sering tidak dapat dipisahkan dari pesan. Agar komunikasi efektif dan

efisien, saluran harus sesuai dengan pesan. Walaupun mempunyai banyak sekali

saluran yang tersedia, manajer mungkin tidak selalu menggunakan salah satu

saluran yang paling efektif. 5.

e. Penerima (Receiver),

Penerima adalah orang yang inderanya menangkap pesan pengirim. Pesan

harus disesuaikan dengan latar belakang penerima. Jika pesan tidak sampai pada

penerima, komunikasi tidak terjadi. Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran

pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa

dalam bentuk kelempok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan

berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan. Dalam proses

komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena

adanya sumber. Tidak adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah

elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari

komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan

16
(Hafied Cangara, 2008, hal. 22-24)
berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada

sumber, pesan, atau saluran.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Faktor yang diperhatikan dalam proses komunikasi yang efektif harus

dilaksanakan dengan empat tahap yaitu: 1. Pengumpulan fakta yaitu

mengumpulkan data dan fakta sebelum seseorang melakukan kegiatan komunikasi.

2. Perencanaan, berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa yang

akan dibicarakan dan bagaimana mengemukakannya. 3. Komunikasi, setelah

perencanaan disusun maka tahap selanjutnya adalah berkomunikasi. 4. Evaluasi,

penilaian dan analisa diperlukan untuk melihat bagaimana hasil dari komunikasi

tersebut. Pengirim (SUMBER) Penyandian Saluran Pengertian Sandi PENERIMA

Dalam komunikasi, setiap orang atau kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan

komunikasi itu sebagai suatu proses dimana komunikator dapat menjadi

komunikan, sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator. a. Penampilan

yaitu khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang

dengan audio visual, seorang komunikator harus menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan komunikan. b. Penguasaan masalah adalah seseorang yang tampil

atau ditampilkan sebagai komunikator haruslah betul-betul menguasai masalahnya.

c. Penguasaan Bahasa adalah seorang komunikator harus menguasai bahasa dengan

baik, bahasa ini dapat dimengerti oleh komunikan. Penguasaan bahasa akan sangat

membantu menjelaskan pesan-pesan yang ingin kita sampaikan kepada audience

itu. Keefektifan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh kemampuan

berkomunikasi tetapi juga oleh kemampuan diri sikomunikator. 1. Etos

komunikator yaitu keefektifan komunikasi ditentukan oleh etos komunikator. Etos

adalah nilai diri seorang yang merupakan panduan dari kognisi, afeksi dan konasi.
Kognisi adalah proses memahami yang bersangkutan dengan pikiran. Afeksi adalah

perasaan yang ditimbulkan oleh perangsang dari luar. Konasi adalah aspek

psikologis yang berkaitan dengan upaya dan perjuangan. Etos tidak hanya timbul

pada seseorang dengan begitu saja, tetapi ada faktor-faktor tertentu yang

mendukungnya. Faktor-faktor itu adalah kesiapan, kepercayaan, ketulusan,

ketenangan, kesederhanaan, keramahan. 2. Sikap Komunikator (attitude) adalah

suatu kesiapan kegiatan, suatu kecenderungan pada diri seorang untuk melakukan

kegiatan menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial. Dalam hubungan dalam kegiatan

komunikasi yang melibatkan manusia-manusia sebagai sasarannya pada diri

komunikator terdapat lima jenis sikap yaitu Reseptif adalah sikap kesediaan untuk

menerima gagasan dari orang lain dan selektif. Faktor selektif sangat penting bagi

komunikator dalam peranannya sebagai komunikan sebagai persiapan untuk

menjadi komunikator yang baik. Jadi untuk menjadi komunikator yang baik maka

harus menjadi komunikan yang terampil. 3. Dijestif (Digestive) adalah kemampuan

komunikator dalam merencanakan gagasan atau informasi dari orang lain sebagai

bahan bagi pesan yang akan disampaikan. 4. Asimilatif berarti kemampuan

komunikator dalam mengorelasikan gagasan atau informasi yang diterima dari

orang lain secara sistematis dengan apa yang ada dalam benaknya yang merupakan

hasil pendidikan dan pengalamannya. 5. Transmisif merupakan kemampuan

komunikator dalam mentransmisikan konsep yang telah ia formulasikan secara

kognitif, afektif dan konatif kepada orang lain.

5. Metode Komunikasi

Dalam melaksanakan metode komunikasi ada bermacam metode, sehingga

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


a. Komunikasi dipandang dari ada atau tidaknya umpan balik, dapat dibagi

menjadi dua yaitu : 1) Komunikasi satu arah (One way communication) Dalam

komunikasi ini pengirim mengkomunikasikan tanpa mengharapkan umpan

balik, biasanya ini terjadi dalam hal pemberian instruksi dan dalam hal

pemberitahuan. 2) Dalam komunikasi ini pengirim mengirim pesannya dan

mengharapkan penerima memberikan umpan balik. Oleh karena itu pemakaian

komunikasi satu arah ataupun dua arah bisa dikatakan tergantung pada situasi

dan kondisi serta sasaran yang akan dicapai, akan tetapi penggunaan

komunikasi dua arah dalam perusahaan atau organisasi cenderung

menghasilkan komunikasi lebih efektif, sebab semua anggota ikut

berpartisipasi. Dalam perusahaan atau organisasi yang lebih banyak

menggunakan komunikasi satu arah cenderung mencerminkan gaya

kepemimpinan yang otokratif. Sedangkan dalam perusahaan yang lebih banyak

menggunakan komunikasi dua arah cenderung mencerminkan gaya

kepemimpinan yang demokratis.

b. Komunikasi dipandang dari sudut formalitasnya Dipandang dari sudut

formalitasnya komunikasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1)

Komunikasi Formil adalah Bentuk komunikasi formil terjadi karena sebab

akibat dari adanya garis wewenang dan tanggung jawab yang telah ditetapkan

oleh manajemen di dalam struktur organisasi dan uraian jabatan. 2) Komunikas

informal terbentuk karena adanya hubungan pribadi biasanya terjadi secara

spontan sehingga tidak dapat dibubarkan secara formal. Bentuk komunikasi

informal ini tidak dapat berdasarkan struktur organisasi sehingga tidak

mengikuti garis wewenang dan tanggung jawab. Pada umumnya komunikasi

ini muncul dalam suatu organisasi atau perusahaan karena informasi yang
mengalir dalam perusahaan secara formal tidak memadai dan tidak

memungkinkan keuntungan, dengan adanya komunikasi informil adalah sikap

karyawan lebih terbuka karena timbulnya perasaan lebih akrab, lebih erat rasa

kekeluargaannya, sikap lebih santai sehingga terlihat lebih luwes. Tetapi

disamping keuntungan tersebut juga menimbulkan kelemahan yaitu

menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti adanya desas desus yang

tidak benar dikarenakan sumber informasi yang tidak jelas.

c. Komunikasi dipandang dari sudut panjangnya saluran Komuniksi dipandang

dari sudut panjangnya saluran harus dilalui, dibagi menjadi dua yaitu : 1)

Komunikasi Langsung yaitu dikatakan sebagai komunikasi langsung apabila

pengirim dan penerima pesan berhubungan secara langsung. 2) Komunikasi

tidak langsung yaitu dikatakan sebagai komunikasi tidak langsung apabila

antara pengirim dan penerima pesan tidak berhubungan secara langsung tetapi

melaui perantara pihak ketiga. Dibandingkan dengan komunikasi langsung,

komunikasi tidak langsung lebih banyak mendapat hambatan seperti misalnya

penyaringan informasi, pengurangan atau penambahan kata atau kalimat yang

tidak dapat merubah arti semula, sehingga timbul kesalah pahaman. Semakin

panjang rantai perantara semakin lebih besar terjadinya penyimpangan

informasi.

d. Komunikasi dipandang dari sudut cara penyampaiannya Komunikasi dapat

dibagi menjadi komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Yang dimaksud

komunikasi verbal adalah komunikasi dalam bentuk tulisan, sedangkan

komunikasi non verbal adalah komunikasi yang diekspresikan dengan bahasa

isyarat dan dalam bentuk simbol-simbol. Didalam setiap organisasi atau

perusahaan penyampaian melalui komunikasi verbal mutlak digunakan.


Walaupun secara teoritis dibedakan antar komunikasi verbal dan komunikasi

non verbal, tetapi dalam prakteknya keduanya sering digunakan bersama-sama.

Maksudnya ialah komunikasi non verbal sering digunakan yang menyangkut

penyampaian maksud. Misalnya kita menyatakan “Ya”, tanpa sadar kita sudah

menganggukan kepala, demikian pula jika kita menyatakan “Tidak”, tanpa

sadar kita menggelengkan kepala.

e. Komunikasi dipandang dari struktur organisasi Dipandang dari struktur

organisasi komunikasi dapat di bedakan menjadi: 1) Komunikasi ke bawah; 2)

Komunikasi ke atas; 3) Komunikasi ke samping.

6. Pola Komunikasi

Pola Komunikasi Komunikasi diartikan sebagai pola hubungan dua orang

atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan

yang dimaksud dapat dipahami.17 Pola komunikasi merupakan model dari proses

komunikasi, sehingga dengan adanya berbagai macam model komunikasi dan

bagian dari prowskomunikasi akan dapat ditemukan pola yang cocok dan mudah

digunakan dalam berkomunikasi.

Menurut Joseph A. Devito Pola Komunikasi dibagi Menjadi beberapa

bagian yaitu:

a. Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara

orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya

menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun

nonverbal. Sedangkan menurut Devito dalam Suranto komunikasi antar pribadi

adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang

lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan

17
(Djamarah dalam Kusnarto dan Saifudin, 2010, hal. 6).
peluang untuk memberikan umpan balik segera. 18 Menurut Nana Sudjana tiga

pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi

dinamis antara guru dan siswa yaitu:19

1) Komunikasi sebagai aksi (komunikasi satu arah). Dalam komunikasi ini

guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa pasif. Ceramah pada dasarnya

adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi

jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa belajar.

2) Komunikasi sebagai interaksi (komunikasi dua arah) Pada komunikasi ini

guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan penerima aksi,

disini sudah terlihat hubungan dua arah, tetapi terbatas pada guru dan siswa

secara individual. Antara pelajar satu dengan pelajar lainya tidak ada

hubungan. Peserta didik tidak dapat berinterkasi dengan teman lainnya.

Komunikasi ini lebih baik dari yang pertama.

3) Komunikasi sebagai transaksi (komunikasi banyak arah) Komunikasi ini

tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dan siswa tetapi juga

melibatkkan interaksi yang dinamis antara siswa dengan siswa. Proses

belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah pada proses

pembelajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga

menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan strategi

yang dapat mengembangkan komunikasi.

b. Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama,

yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya saling

18
Devito dalam Suranto (2011, hal. 4)
19
Nana Sudjana (1989, hal. 67)
kebergantungan), mengenal satusama lainnya, dan memandang mereka sebagai

bagian dari kelompok.20 Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005, h. 34)

mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara

tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi,

menjaga diri, pemecahan masalah, mana anggota-anggotanya dapat mengingat

karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.

7. Hambatan-Hambatan Komunikasi

Komunikasi dikatakan berhasil apabila apa yang dikomunikasikan

dimengerti atau dengan kata lain komunikasi dikatakan efektif apabila penerima

menafsirkan serta melakukan sesuatu sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim.

Namun tidaklah mudah untuk menciptakan suatu komunikasi yang efektif tersebut,

karena adanya hambatan-hambatan dalam berkomunikasi. Hambatan penurunan isi

dan mutu komunikasi terjadi pada saat diartikan atau diinterprestasi oleh penerima.

Hambatan komunikasi menurut Stephen P. Robbins meliputi: 21

a. Filtering Penerima pesan tidak dapat menerima pesan secara utuh, karena pesan

telah mengalami penyaringan.

b. Selective Perception Setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda-beda,

sehingga penafsiran terhadap suatu pesan yang sama dapat berbeda-beda.

c. Emotion Faktor emosi dapat menyebabkan penerimaan dan penafsiran pesan

tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pengirim pesan. Bila penerima pesan

sedang dalam keadaan marah atau sedih, maka maksud yang baik pun dapat

diartikan.

20
(Mulyana, 2007, hal. 82)
21
Stephen P. Robbins (2005, hal.18)
d. Language Bahasa merupakan unsur penting dalam komunikasi. Bila penerima

pesan tidak memahami bahasa yang digunakan oleh pengirim pesan maka tidak

akan terjadi komunikasi yang baik. Selain itu, bahasa memiliki keterbatasan

tertentu, yang tidak dapat digambarkan semua maksud pengirim pesan. Hal ini

dapat mengakibatkan terjadinya penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan

maksud pengirim pesan, sehingga mengakibatkan penerima pesan tidak dapat

menangkap maksud pengirim pesan.

Namun secara umum, menurut Effendy hambatan komunikasi dapat

dikelompokan menjadi:22

a. Hambatan Individual Umumnya disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan

dalam hal ini: 1) Perbedaan pengamatan atau dasar pandangan ; 2) Perbedaan

emosi; 3) Kurangnya kemampuan mendengar; 4) Kurangnya kemampuan

membaca; 5) Perbedaan status; 6) Hambatan psikologis

b. Hambatan Mekanis merupakan hambatan yang muncul sebagai akibat dari: 1)

Struktur organisasi; 2) Kurang jelasnya materi komunikasi;

c. Hambatan Fisik merupakan hambatan komunikasi yang berasal dari

lingkungan, misalnya jarak bicara yang berjauhan, angin, suara bising, dan

sebagainya.

d. Hambatan Semantik. Hambatan ini berasal dari keterbatasan simbol-simbol

(bahasa). Terkadang bahasa dapat menggambarkan maksud (ide) tertentu

sehingga penerima sulit menterjemahkannya dalam proses decoding.

8. Konsep Guru

Istilah guru sering disebut juga dengan pengajar atau pendidik tetapi kita

tahu tidak semua pendidik adalah guru, sebab guru adalah suatu jabatan

22
effendy (2009, hal. 53)
professional yang pada hakekatnya memerlukan persyaratan keterampilan tekhnis

dan sikap kepribadian tertentu yang semuanya itu dapat diperoleh melalui proses

belajar mengajar dan latihan, Roestiyah N.K. mengatakan bahwa: “Seorang

pendidik professional adalah seorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan

dan sikap professional yang mampu dan setia mengembangkan profesinya, menjadi

anggota organisasi professional pendidikan memegang teguh kode etik profesinya,

ikut serta didalam mengomunikasikan usaha pengembangan profesi bekerja sama

dengan profesi yang lain”. 23 Guru adalah suatu profesi yang bertanggung jawab

terhadap pendidikan siswa. Hal ini dapat dipahami dari beberapa pengertian dibwah

ini: Guru adalah salah satu komponen manusia dalam proses bellajar mengajar,

yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial

di bidang pembangunan.24

Pekerjaan guru dapat dipandang suatu profesi yang secara keseluruhan

harus memiliki kepribadian yang baik dan mental yang tangguh, karena mereka

dapat menjadi contoh bagi siswnya dan masyarakat sekitarnya. Dzakiyh drajat

mengemukakan tentang kepribadian guru sebagai berikut “setiap guru hendaknya

mempunyai kepribadian yang akan di contoh dan diteladani oleh anak didiknya,

baik secara sengaja maupun tidak”. 25

Seorang guru memiliki tugas dan wewenang. Guru /pengajar adalah

mengelola pengajaran secara lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang

ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif antara dua subyek

23
Roestiyah NK, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, Cet k IV, 2001),
hal. 175.
24
Sardiman AM, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru Dan Calon
Guru (Jakarta: Rajawali Cet k V, 2005), hal. 125.
25
Zakiyah Darajat, Kepribadian Guru ( Jakarta: Bulan Bintang Edisi VI, 2005), hal. 10.
pengajaran, guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing,

sedang peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh

perubahan diri dalam pengajaran. 26

Berdasarkan pendapat diatas, jelaslah betapa pentingnya peranan guru dan

beratnya tugas serta tanggung jawabnya terutama dalam pengembangan potensi

manusia ( anak didik ). Pekerjaan guru adalah suatu jenis pekerjaan yang tidak bisa

dilihat hasilnya, seorang guru akan merasa bangga, puas dan merasa berhasil dalam

tugasnya mendidik dan mengajar apabila diantara muridnya dapat menjadi seorang

pelopor atau berguna bagi bangsanya. Mengingat pendidikan selalu berkenaan

dengan upaya pembinaan manusia, maka keberhasilan pendidikan sangat

tergantung kepada unsur manusianya.

Unsur manusia yang sangat menetukan berhasilnya pendidikan adalah

pelaksanaan pendidikan, yaitu guru sebagaimana menurut Nana Sudjana tentang

guru: “Guru adalah ujung tombak pendidikan sebab guru secara langsung berupaya

mempengaruhi, dan mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang

cerdas, terampil dan bermoral tinggi. Sebgaimana ujung tombak guru dituntut

memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik dan pengajar”. 27

Guru adalah suatu tugas yang sangat mulia karena dia mempersiapkan anak

didiknya supaya berguna bagi nusa bangsa dan bertakwa kepada Allah SWT. Hal

ini sesuai dengan tugasnya yaitu Mendidik anak-anak supaya menjadi muslim sejati

beriman teguh, beramal shaleh dan berbudi pekerti yang baik sehingga ia dapat

menjadi seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup berdiri diatas kaki sendiri

mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya. Guru dan

26
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Renika Cipta, 2001),
hal. 1.
27
Nana Sudjana, Pedoman Praktis Mengajar (Bandung: Dermaga Cet k IV, 2004), hal. 2.
para pendidik merupakan printis pembangunan di segala bidang kehidupan di

masyarakat. Peranan guru itu mempunyai kedudukan yang penting dan utama

dalam seluruh proses pendidikan, guru atau pendidik merupakan faktor penggerak

utama maju mundurnya suatu lembaga pendidikan.

9. Tinjauan tentang Siswa


Pengertian siswa atau peserta didik menurut ketentuan umum

undangundang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah

anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. 28

Dengan demikian peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk

menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan. Menurut Oemar

Hamalik mendefinisikan peserta didik sebagai suatu komponen masukan dalam

sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga

menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional.

Lebih lanjut dijelaskan Menurut Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok

manusia sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu di artikan "orang

seorang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi

yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan

keinginan sendiri".29 Sedangkan Hasbullah berpendapat bahwa siswa sebagai

peserta didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses

pendidikan.30 Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses

28
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen & Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas,
(Bandung: Permana, 2006), hal. 65.
29
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2009), hal. 205.
30
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), hal. 121.
pengajaran. Sebabnya ialah karena peserta didiklah yang membutuhkan pengajaran

dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada peserta

didik.

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

penelitian lapangan (Field research) dengan menggunakan jenis penelitian

Kualitatif, berupa deskripsi tentang Proses komunikasi antara guru dan siswa di

SDN 2 Bulango Ulu. Penelitian kualitatif dipilih agar hasil penelitian tidak bertolak

dari teori saja, melainkan dari fakta sebagaimana adanya di lapangan sehingga

menjamin keaslian sumber data.

Pendekatan Penelitian a. Pendekatan Pola Interaksi Pembelajaran di Kelas Pada

dasarnya pola interaksi pembelajaran dapat dilihat melalui alur komunikasi yang

terjadi di kelas. Pola interkasi sangat dibatasi oleh bentuk terjadinya proses

pembelajaran dan persyaratan pembatasan mengenai ‘siapa berbicara kepada

siapa’. Pengaturan tertentu seperti itu tentu mempunyai konsekuensi besar dalam

proses pembelajaran. Pola-pola interaksi di kelas akan lahir terutama dalam bentuk

diskusi dan la sesi tanya jawab antara guru dan siswa. beberapa pola interaksi

misalnya ada pola roda, pola lingkaran, dan pola sentralistik. Pola roda merupakan

interaksi yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu/kelompok yang

menjadi titik fokus (pemrasaran/pembicara/presentator).31

2. Lokasi Penelitian

31Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya:


2006), hal. 21.
Lokasi Penelitian Rancangan kriteria pemilihan Lokasi penelitian Lokasi

penelitian Adapun lokasi Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Bulango Ulu

Peristiwa/persoalan (issu) Permasalahan yang terjadi antara guru dan siswa di SDN

2 Bulango Ulu adalah kurangnya komunikasi antara guru dan siswa

3. Informan Penelitian

Informan kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil

penelitiannya. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian tidak

ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan

memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Menurut

Hendarsono dalam Suyanto , informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu: 32

1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki

berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. yaitu kepsek di SDN

2 Bulango Ulu yang menjadi informan kunci. 2. Informan utama, yaitu mereka yang

terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan utama dalam

penelitian ini adalah guru dan siswa di SDN 2 Bulango Ulu.

4. Jenis dan Sumber data Sumber data

Dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila

penelitian menggunakan lembar observasi atau wawancara dalam pengumpulan

datanya, maka sumber data tersebut disebut responden, yaitu orang yang merespon

atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, baik pertanyaan tertulis maupun

lisan. Sumber data yang menjadi bahan baku penelitian, untuk diolah merupakan

data yang berwujud data primer dan sekunder:

a. Sumber data primer

32Menurut Hendarsono dalam Suyanto (2005: 171-172)


Sumber data primer, yaitu Data Primer Yaitu data empiris yang diperoleh dari

lapangan berdasarkan hasil wawancara bersama informan penelitian dan hasil

observasi. Teknik penentuan Informan pada penelitian ini, yakni informan dipilih

dengan cara Purposive sampling. Margono mengemukakan bahwa pemilihan

sekelompok subjek dalam Purposive Sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu

yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang

sudah diketahui sebelumnya. Penggunaan pendekatan ini diharapkan dapat

memberi informasi dari orang perindividu atau kelompok masayrakat. Peneliti akan

mendapatkan fakta-fakta dari pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan, ide-ide

pengalaman-pengalaman tentang Pola komunikasi antara guru dan siswa di SDN 2

Bulango Ulu.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diambil tidak secara langsung dari

sumbernya, data sekunder diambil dari berbagai dokumen-dokumen grafis (Tabel,

catatan, notulen rapat, sms dan lain-lain) foto-foto, film , rekaman vidio, dan benda-

benda yang dapat memperkaya data primer seperti laporan,buku-buku, karya tulis

atau majalah ataupun seseorang yang mendapatkan informasi dari orang lain yang

berkaitan dengan penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Metode Proses Pengumpulan data pada penelitian ini, yakni peneliti terlibat

langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang sebenarnya di SDN 2

Bulango Ulu, untuk menghindari terjadinya kesalahan atau kekeliruan dalam

hasil penelitian yang akan diperoleh nantinya. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini yaitu:


a. Observasi Teknik observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan

fenomena yang di lakukan secara sistematis. Observasi yang dipilih pada

penelitian ini yakni observasi partisipatif. Peneliti mengikuti kegiatan

keseharian yang dilakukan informan dalam waktu tertentu, memerhatikan apa

yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, mempertanyakan kepada

informan yang menarik dan mempelajari dokumen yang dimiliki.

b. Wawancara Teknik Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan

data melalui komunikasi, yakni proses Tanya jawab antara pengumpul data

(pewawancara) dengan sumber data (Narasumber). Penelitian ini

menggunakan jenis wawancara bebas terpimpin, yakni peneliti mengunjungi

lansung kerumah atau tempat tinggal tokoh masyarakat dan tokoh agama atau

orang yang akan diwawancarai untuk menanyakan secara lansung halhal yang

perlu ditanyakan.Teknik Wawancara atau interview dalam penelitian ini

bersifat open ended artinya bahwa wawancara di mana jawabannya tidak

terbatas pada satu tanggapan saja, sehingga peneliti dapat bertanya kepada

informan tidak hanya tentang hakikat suatu peristiwa melainkan juga akan

bertanya mengenai pendapat responden mengenai peristiwa tersebut. Di

samping itu, terkadang peneliti juga akan meminta informan untuk

mengemukakan pengertiannya sendiri tentang suatu peristiwa yang kemudian

dapat dipakai sebagai batu loncatan untuk mendapat keterangan lebih lanjut.

Wawancara dilakukan kepada informan yang benar-benar dapat memberikan

data yang relevan berkaitan dengan permasalah penelitian ini, yaitu penanaman

nilai-nilai karakter dalam pembalajaran sosiologi. Tidak menutup

kemungkinan bahwa dalam wawancara ini, timbul masalahmasalah ingatan

informan yang tidak sempurna, analisis informan yang tidak cermat dan
sebagainya. Sehingga dalam hal ini peneliti juga akan memadukan sumber

bukti dan wawancara ini dengan informasi-informasi lainnya yang memadai.

Wawancara yang peneliti lakukan adalah wawancara terstruktur yakni

wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan

pertanyaan- pertanyaan yang akan diajukan.33

6. Analisis Data

Melakukan Data yang diperoleh dari responden melalui teknik observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi merupakan deskripsi tentang pendapat, 56

pengetahuan, pengalaman dan aspek lainnyan untuk dianalisa dan disajikan

memiliki makna. Untuk menggunakan analisis data berdasarkan langlah-langkah

berikut 1) Reduksi data, 2) Penyajian data, 3) Penarikan kesimpulan.

33(Moleong 2006:138).

Anda mungkin juga menyukai