Anda di halaman 1dari 23

BAHAN AJAR/DIKTAT

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

2 SKS

PROGRAM STUDI SENI RUPA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2022
VERIFIKASI BAHAN AJAR

Pada hari ini Jumat tanggal 19 bulan Agustus tahun 2022 Bahan Ajar Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi
Program Studi Seni Rupa. Fakultas Bahasa dan Seni telah diverifikasi oleh Ketua Jurusan/ Ketua Program
Studi Seni Rupa

Semarang, 19 Agustus 200


Ketua Jurusan Tim Penulis

Dr. Syakir, M.Sn Dr. Rahina Nugrahani, M.Ds


NIP. 196505131993031003 NIP. 198302272006042001
BAHAN AJAR
MATA KULIAH PENGANTAR ILMU
KOMUNIKASI

1.Ruang Lingkup Komunikasi


Dengan mengutip penjelasan Mulyana (2002) dapat dikemukakan bahwa pada mulanya komunikasi yang
tetap hanya terdapat pada masyarakat kecil, kelompok orang yang hidup berdekatan yang merupakan satu unit
politik. Namun demikian, sekarang, akibat kecepatan media informasi dan kompleksnya berbagai macam
hubungan, maka komunikasi telah menjadi masalah semua orang. Istilah komunikasi saat ini sudah sedemikian populer
dan dipergunakan oleh kebanyakan orang. Ia dipergunakan dalam semua kesempatan baik dalam pembahasan
maupun membicarakan berbagai masalah. Kiranya sudah menjadi kodrat manusia senantiasa membutuhkan
hubungan dengan sesamanya, baik secara sepihak maupun timbal balik. Komunikasi adalah inti semua hubungan
sosial. Apabila orang yang telah mengadakan hubungan tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan
menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan mereka, mengurangi ketegangan atau
melenyapkan persengaketaan apabila muncul. Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial memiliki
dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang. Salah satu sarananya melalui komunikasi. Karena itu, komunikasi
merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia. Pepatah asing mengatakan: “Nature gave us two ears
and only one mouth, so that we could listen twice as musch as we speak”. Dengan kata lain pepatah ini mengajak kita
lebih banyak mendengar daripada berbicara. Berbicara itu mudah, tetapi berkomunikasi dengan baik belum tentu
semudah berbicara. Berbicara saja belum dapat menjamin bahwa apa yang dibicarakan itu sampai kepada yang akan
diharapkan memperolehnya. Komunikasi memberikan sesuatu kepada orang lain dengan kontak tertentu atau
dengan mempergunakan sesuatu alat. Banyak komunikasi terjadi dan berlangsung tapi kadang-kadang tujuan
dan sasaran komunikasi tidak tercapai. Komunikasi yang baik bisa diwujudkan jika terjadi kesesuaian antara pemberi
pesan dan penerima pesan. Terlaksananya komunikasi yang baik, banyak rintangan yang ditemui dan dihadapi
baik rintangan yang bersifat fisik, individual, bahasa atau bahkan sampai pada perbedaan makna yang dimaksud
oleh orang yang diajak berkomunikasi.
Lebih lanjut dalam tulisan Mulyana (2002) dijelaskan bahwa apabila kita memasuki dunia komunikasi, maka
komunikasi merupakan kegiatan manusia yang bersifat begitu otomatis. Dengan berkomunikasi orang dapat
menceritakan pengalamannya kepada orang lain, dan orang lain bisa mendapatkan pengalaman tersebut sambil lalu
atau bahkan mengambil pelajaran darinya.Dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan informasi, opini, ide,
konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap, perbuatan dan sebagainya kepada sesamanya secara timbal balik. Melalui
komunikasi orang dapat merencanakan masa depannya , membentuk kelompok dan lain-lain. Orang bisa berperan
sebagai penyampai maupun penerima komunikasi, sehingga dengan demikian, terbinalah perkembangan
kepribadiannya baik sebagai diri pribadi maupun kemasakan sosial, serta tercapainy a pula kehidupan bersama dan
bermasyarakat. Dari apa yang dikatakan terbukti bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan manusia, seringkali
dengan tanpa pikir. Komunikasi merupakan kegiatan yang pokok dalam kehidupan bermasyarakat atau sebagaimana
dikatakan oleh seorang tokoh komunikasi, bahwa “Communication is human existence and social process”. Melalui
komunikasi orang dapat mempengaruhi dan mengubah sikap serta tingkah laku orang lain. Membentuk suatu
kesepakatan yang kemudian disebut sebagai pendapat umum. Dari komunikasi memungkinkan suatu ide (baru atau
lama) tersebar dan dihayati orang, dituntut ataupun ditolak orang, berhasil atau gagalnya proyek dan program
pembangunan. Inilah sebabnya mengapa pada akhir-akhir ini di Indonesia komunikasi menjadi makin penting dan
diperhatikan orang . Hal ini karena komunikasi merupakan alat pembangunan, alat integrasi, alat kekuasaan, dan untuk
itu komunikasi penting untuk diketahui, dipahami serta dihayati oleh semua orang, khususnya untuk penyelengggara
pembangunan sebab mereka lebih banyak berhadapan dan berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan dan
masyarakat luas. Dengan berkembangnya komunikasi maka dengan sendirinya lingkup komunikasi menagalami
perubahan yang mendasar. Banyak para ahli komunikasi yang menguraikan lingkup komunikasi, namun pada
dasarnya perkembangan tidak menyimpang dari konsep di atas tadi. Salah satu persoalan di dalam memberi
pengertian komunikasi, yakni banyaknya definisi yang telah dibuat oleh para pakar menurut bidang ilmunya. Hal ini
disebabkan karena banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi,
misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, linguistik, matematika, ilmu elektronika dan
sebagainya. Begitu banyaknya sarjana tertarik mempelajari komunikasi telah melahirkan berbagai macam definisi yang
bisa membingungkan jika tidak memahami hakikat komunikasi antarmanusia.

1. Pengertian Komunikasi
Sebagimana dikemukakan oleh Fiske (1990), bahwa komunikasi adalah satu aktivitas yang diakui setiap
orang, namun hanya sedikit yang bisa mendefinisikannya secara memuaskan. Komunikasi adalah berbicara satu sama
lain. Ia bisa berupa telivisi, ia bisa juga penyebaran informasi, ia pun bisa gaya rambut kita, ataupun kritik sastra
: daftar ini tak habis-habisnya. Inilah salah satu masalah yang dihadapi para akademisi : bisakah kita
menerapkan secara tepat istilah “subjek studi” terhadap sesuatu yang sungguh berbeda dan banyak segi seperti
komunikasi insani (human communication) ? Adakah harapan menghubungkan studi tentang, katakanlah, ekspresi
wajah dengan kritik sastra?. Apakah itu tetap merupakan suatu upaya latihan yang berharga?. Kesangsian yang
terletak di balik pertanyaan-pertanyaan seperti ini mungkin memunculkan pandangan bahwa komunikasi bukanlah
suatu subjek, dalam pengertian akademik yang normal mengenai kata itu, melainkan merupakan suatu area studi
multidisipliner. Pandangan ini mengisyaratkan bahwa apa yang telah para psikolog dan sosiolog ceritakan kepada
kita tentang perilaku komunikatif manusia sangatlah sedikit dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan kritikus
satra.
Lebih lanjut Fiske (1990) mengemukakan bahwa hal tersebut menimbulkan asumsi-asumsi sebagai berikut :
(1) Komunikasi adalah studi yang dapat dipertanggungjawabkan, namun kita memerlukan sejumlah pendekatan
disipliner untuk mengkajinya secara komprehensif, (2) Semua komunikasi melibatkan tanda (signs) dan kode
(codes). Tanda adalah artefak atau tindakan yang merujuk pada sesuatu yang lain di luar tanda itu sendiri, yakni tanda
menandakan konstruk. Kode adalah sistem tanda-tanda diorganisasikan dan yang menentukan bagaimana tanda-
tanda itu mungkin berhubungan satu sama lain, (3) Tanda-tanda itu ditransmisikan atau dibuat tersedia pada yang lain
dan bahwa pentransmisian atau penrimaan tanda/kode/komunikasi adalah praktek hubungan sosial, (4) komunikasi
adalah sentral bagi kehidupan budaya kita, karena tanpa komunikasi kebudayaan dan jenis apa pun akan mati.
Konsekuensinya, studi komunikasi melibatkan studi kebudayaan yang dengannya ia terintegrasi. Asumsi- asumsi ini
didasari definisi umum tentang komunikasi sebagai interaksi sosial melalui pesan.
Dengan asumsi ini, Fiske (1990) menjelaskan bahwa studi komunikasi dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori atau mahzab utama, yaitu mahzab pertama komunikasi sebagai proses yakni melihat komunikasi sebagai
transmisi pesan dan mahzab kedua sebagai semiotika (ilmu tentang tanda dan makna) yakni melihat komunikasi
sebagai produksi dan pertukaran makna. Mahzab pertama cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama
psikologi dan sosiologi dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi, sementara itu, mahzab
kedua cenderung mempergunakan linguistik dan subjek seni dan cenderung memusatkan dirinya pada karya
komunikasi.
Istilah komunikasi, sebagaimana dijelaskan dalam buku Widjaja (1997) dan Mulyana yang berjudul Ilmu
Komunikasi (2002), dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan communication, berasal dari kata communicatio atau
dari kata communis yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama, dengan maksud untuk
mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator. Di bawah ini
dinukilkan beberapa batasan mengenai pengertian/konsep dan definisi komunikasi dalam buku tersebut, yang
antara lain adalah sebagai berikut:
1. James AF Stoner menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses yang dilakukan seseorang untuk
berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
2. John R Schemerhorn cs, menyatakan bahwa komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses antar pribadi dalam
mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.
3. Everett M Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses
dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lain, yang
pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.
Dengan mengutip apa yang pernah ditulis oleh Arifin (1998), ada beberapa pengertian atau definisi
komunikasi lain dari beberapa ahli sebagi berikut :
1. Menurut Stevens, communication is the discriminitory response of organism to stimulus (definisi ini
menekankan komunikasi sebagai suatu aktivitas suatu pihak)
2. Menurut Hoveland, communication is the process by which an individual (the communicator) transmits
stimuli (usually verbal symbols) to modify, the behavior or other individual (definisi ini menekankan
aktivitas komunikasi dari pihak lain : mempengaruhi).
3. Menurut Cherry, communication is essentially the relationship set up by the transmission of stimuli and
evocation of response (definis ini menekankan pentingnya hubungan sebagai sesuatu yang utama atau
sentral)
4. Menurut Gode, communication is a process that makes common to or several what the monopoly of one
or some (definisi ini menekankan hasil sebagai yang utama : sharing atau pemilikan)
5. Menurut Toda, communication is an information transformation process which originates at a mind an
ends at a mind (definisi ini menekankan komunikasi sebagai transmisi informasi).
6. Menurut Cullen, communication is to designate interaction by means of signs and symbols ( definisi
menekankan is pentingnya penggunaan simbol dalam komunikasi)

Dalam garis besarnya komunikasi dapat disimpulkan sebagai penyampaian informasi dan pengertian dari
seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila sekiranya timbul saling pengertian, yaitu
jika kedua belah pihak si pengirim dan si penerima informasi dapat memahami. Hal ini tidak berarti bahwa kedua belah
pihak harus menyetujui sesuatu gagasan tersebut. Yang penting adalah kedua belah pihak sama -sama
memahami gagasan tersebut. Dalam hal seperti inilah baru apat dikatakan bahwa komunikasi telah berhasil baik.

Meskipun substansinya tidak jauh berbeda, namun Arifin (1998) mengungkapkan kesimpulannya bahwa
komunikasi adalah pernyataan antarmanusia. Oleh karena itu, ilmu komunikasi dideskripsikannya sebagai ilmu
kemasyarakatan yang mempelajari secara sistematis segala segi pernyataan antarmanusia. Rumusan ini bermakna
bahwa pernyataan antarmanusia sebagai objek pokok studi ini memiliki banyak segi atau aspek yang juga harus dipejari
seperti segi media, segi manusia, segi pengaruh, segi teknik dan metode, segi fungsi, segi sistem, segi makna,
dan lain sebagainya.

2. Fungsi-fungsi Komunikasi

Menurut Widjaja (1997) apabila komunikasi dipandang dalam arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebgai
pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta,
dan ide maka fungsinya dalam sistem sosial adalah sebagai berikut :
1) Informasi : pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, dan
pesan opini, seta komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas
terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2) Sosialisasi (pemasyarakatan) ; penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang
bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi
sosialnya dan agar dapat aktif di dalam masyarakat.

3). Motivasi : menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang,
mendorong orang menentukan pilihannya, keinginannya, mendorong

1) kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.
2) Perdebatan dan diskusi : menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk
memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat megenai maslah publik,
menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih
melibatkan diri dalam maslah yang menyangkut kepentingan bersama di tingkat nasinal dan lokal.
3) Pendidikan : pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual,
pembentuk watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua
bidang kehidupan.
4) Memajukan kebudayaan : penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan
warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horison seseorang,
membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetikanya.
5) Hiburan : penyeberluasan sinyal, simbol, suara dan image dari kesenian olah raga, permainan dan
lain-lain untuk rekreasi kelompok atau individu.
6) Integrasi : menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh
berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan
menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.

Berkenaan dengan fungsi komunikasi, dalam buku Ilmu Komunikasi yang ditulis oleh Mulyana (2002)
diperoleh beberapa penjelasan sebagai berikut. Pengamatan yang dilakukan oleh para pakar komunikasi
mengemukakan fungsi yang berbeda-beda. Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi teruta
ma dapat untuk menyatakan dan mengemukakan identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di
sekitar kita dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir atau berperilaku seperti apa yang kita inginkan.
Namun tujuan dasar kita berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita. Gordon I
Zimmerman merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar,
Pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita, untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri,
memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan
dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi komun ikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran
informasi yang kita perlukan untuk mnyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi
mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi itu
mempunyai dua fungsi,yaitu fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan. Fungsi sosial untuk menunjukkan
ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Sedangkan fungsi pengambilan keputusan
digunakan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Semakin penting keputusan yang akan dibuat, semakin
hati-hati tahapan yang dilalui untuk membuat keputusan. William E Gorden mengategorikan fungsi komunikasi
menjadi empat. Fungsi tersebut antara lain;komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan
komunikasi instrumental, tidak saling meniadakan (mutually exclussive). Fungsi suatu peristiwa komunikasi tampaknya
tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi
yang dominan.

Berkenaan dengan fungsi komunikasi tersebut, secara lebih spesifik dan kategorik, Mulyana (2002) membagi
menjadi empat klasifikasi fungsi dalam komunikasi, yaitu : fungsi sosial,, ekspresif, fungsi ritual, dan fungsi
instrumental. Berikut di bawah ini dijelaskan secara singkat empat klasifikasi fungsi komunikasi tersebut.

2.1. Fungsi Pertama:Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk
membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar
dari tekanan dan ketegangan, lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang
diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin
mempunyai kesadaran bahwa dia adalah manusia. Kita sadar bahwa kita manusia karena orang -orang di sekeliling
kita menunjukkan kepada kita lewat perilaku verbal dan non verbal mereka bahwa kita manusia. Konsep diri kita yang
paling dini umunya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang lain di sekitar kita termasuk kerabat. Mereka itulah yang
disebut sebagai significant others.

Meskipun kita berupaya berperilaku sebagaimana yang diharapkan orang lain, kita tidak pernah secara total
memenuhi pengharapan orang lain tersebut. Akan tetapi ketika kita berupaya berinteraksi dengan mereka,
pengharapan mereka dan kesan mereka dan citra mereka sangat mempengaruhi konsep diri kita, perilaku kita, dan
apa yang kita inginkan. Orang lain itu mencetak diri kita dan setidaknya kita pun mengasumsikan apa yang orang lain
asumsikan untuk kita. Berdasarkan asumsi-asumsi itu, kita mulai memainkan peran-peran tertentu yang diharapkan
orang lain.
Umpan balik orang lain

Perilaku kita
Konsep diri

Orang berkomunikasi untuk menyatakan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi
pernyataan eksistensi diri. Bila kita berdiam diri maka oarang lain akan menganggap kita tidak ada.

Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi
dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan, minum, dan memenuhi kebutuhan
psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan.

2.2. Fungsi Kedua : Komunikasi Ekspresif

Komunikasi Ekspresif tidak otomatis bertujuan untuk mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh
komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan kita. Perasaan-perasaan tersebut
terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan non verbal.

2.3. Fungsi Ketiga : Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif. Komunikasi ritual biasanya dilakukan
secara kolektif. Suatu komunitas biasanya melakukan upacara-upacara tertentu. Dalam acara upacara tersebut,
mereka mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Mereka yang
berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali kommitmen mereka kepada tradisi
keluarga, suku, bangsa, negara, ideologi atau agama mereka. Hingga kapanpun ritual tampaknya akan tetap menjadi
kebutuhan manusia, meskipun bentuknya berubah-ubah, demi pemenuhan jati diri sebagai individu, sebagai
anggota komunitas sosial dan sebagai salah satu unsur dari alam semesta.

2.4. Fungsi Keempat : Komunikasi Instrumental

Tujuan komunikasi instrumental antara lain; menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur. Bila diringkas maka
kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi meberitahukan
atau menerangkan (to inform) meandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan
pendengarnyna mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui.
Bahkan komunikasi yang menghibur (to entertain) pun secara tidak langsung membujuk khalayak untuk melupakan
persoalan hidup mereka.
3. Unsur-unsur dalam Sistem Komunikasi
Secara sederhana sistem adalah suatu mekanisme yang terdiri atas sejumlah unsur yang satu dengan
lainnya saling berkaitan, berhubungan, beroperasi, dan berfungsi dalam satu kesatuan untuk menjalankan tugas
tertentu guna mencapai satu tujuan. Sistem komunikasi adalah sauatu mekanisme yang melibatkan sejumlah unsur
yang satu dengan lainnya saling berkaitan, berhubungan, beroperasi, dan berfungsi dalam satu kesatuan untuk
menjalankan tugas penyampaian pesan guna mencapai suatu tujuan.
Komunikasi hanya bisa terjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan
tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek.
Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi. Terdapat beberapa macam pandangan
tentang banyaknya usur, elemen, atau faktor yang mendukung terjadinya komunikasi (lihat Widjaja 1997; Mulyana
2002, 2004; Fiske 1990) . Ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi cukup didukung oleh tiga unsur
komunikasi, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang telah
disebutkan. Dari beberapa pendapat atau penjelasan para ahli komunikasi, dapat dikemukakan beberapa unsur
penting dalam komunikasi sebagai berikut.

sumber pesan media penerima efek

Umpan balik

Gambar Bagan Unsur-unsur dalam Sistem Komunikasi

1. Sumber
Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok,
misalnya partai, organisasii atau lembaga. Sumber seiring disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut source, sender atau encoder.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima.
Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda. Dalam bahasa Inggrisnya pesan disebut dengan
message, content atau information.
3. Media
Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada
penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa
bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar pribadi pancaindera dianggap sebagai media
komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan
sebagai media komunikasi antar pribadi.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yanng menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu
orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima bisa disebut dengan berbagai
istilahseperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver. Dalam
proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada
penerima jika tidak ada sumber.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima
sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku
seseorang.
6. Umpan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal
dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media,
meski pesan belum sampai pada penerima.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini
dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan
dimensi waktu.

Setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh
unsur ini saling bergantung satu sama lain. Artinya tanpa keikutsertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada
jalannya komunikasi.

4.Prinsip-prinsip Komunikasi
Secara sederhana prinsip dapat diartikan sebagai kaidah atau asas mendasar yang dijadikan sebagai
pedoman tuntunan atau acuan dalam melakukan suatu tindakan atau kegiatan. Ia berfunsi normatif, dalam arti
berwujud ketentuan atau atura-aturan yang seharusnya diikuti dan dilaksanakan. Prinsip-prinsip komunikasi pada
dasarnya adalah penjabaran yang lebih mendalam mengenai definisi dan hakikat komunikasi. Mulyana (2002)
menjabarkan prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut.

4.1.Komunikasi adalah Suatu Proses Simbolik


Susanne K. Langer menyebutkan bahwa salah satu kebutuhan mausia adalah menggunakan lambang. Manusia
disebut sebagai animal simbolycum, keunggulan manusia dibandingkan makhluk lainnya adalah kecenderungan
mereka untuk menggunakan simbol. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu
yang lainnya berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non
verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.
Lambang memiliki sifat sembarang atau sewenang-wenang karena apa saja, kapan saja dan dimana saja
sebuah lambang dapat diciptakan dan disepakati. Meski demikian, alam tidak memberikan penjelasan mengapa
manusia menggunakan lambang-lambang tertentu untuk merujuk kepada hal-hal tertentu. Kita tidak tahu mengapa
bunyi mengeong itu identik dengan kucing dan bukannya gajah atau kambing. Semua terjadi semata -mata karena
adanya kesepakatan saja. Lambang tidak akan memiliki makna jika kita tidak memberinya makna. Makna
sebenarnya ada di dalam kepala kita, bukan pada tanda. Lambang juga bervariasi dari suatu budaya ke budaya yang
lain, dari suatu tempat ke tempat yang lain, dan dari suatu konteks waktu ke konteks waktu yang lain.

4.2.Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi


Setiap perilaku memiliki potensi untuk ditafsirkan, karena kita tidak dapat tidak berkomunikasi (we cannot not
communicate). Komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.

4.3.Komunikasi Mempunyai Dimensi Isi dan Hubungan


Dimensi isi secara verbal, sedangkan dimensi hubungan secara non verbal. Dimensi isi menunjukkan muatan
(isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana hubungan para
peserta komunikasi dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.

4.4.Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan


Komunikasi dilakukan dalam berbagai tngkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali
hingga komunikasi yang bernar-benar disadari dan direncanakan. Meski demikian, kesengajaan bukanlah syarat
terjadinya komunikasi. Meskipun kita sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku
kita potensial untuk ditafsirkan orang lain. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau tidak
menafsirkan perilaku kita.

4.5.Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu


Makna pesan bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu, sosial dan psikologis. Topik-topik komunikasi tertentu
hanya layak diperbincangkan di tempat dan waktu tertentu. Kehadiran orang lain
4.6.Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain,
komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan
bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons. Prediksi ini tidak selalu didasari dan sering berlangsung
cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.

4.7.Komunikasi itu Berisfat Sistemik


Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system). Komunikasi juga menyangkut suatu sistem
dari unsur-unsurnya. Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu adalah sebagai berikut
:
- Sistem internal
Yang identik dengan sistem ini adalah kerangka rujukan (frame of reference), bidang pengalaman (field of
experience), struktur kognitif (kognitif structure), pola pikir (think patterns), keadaan internal atau sikap. Jumlah sisterm
internal ini adalah sebanyak individu yang ada
- Sistem eksternal
Terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara,
isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan di sekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan temperatur ruangan.
4.8.Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya Semakin Eektiflah Komunikasi
Kesamaan bahasa khususnya akan membuat orang-orang yang berkomunikasi lebih mudah mencapai
pengertian bersama dibandingkan dengan orang-orang yang tidak berbicara atau memahami bahasa yang sama.

4.9.Komunikasi Bersifat Non Sekuensial


Sebenarnya komunikasi manusia dalam bentuk dasarnya (komunikasi tatap muka) bersifat dua arah.
Sebetulnya komunikasi itu berjalan dua-arah, karena orang-orang yang kita anggap sebagai pendengar atau penerima
pesan sebenarnya juga menjadi “pembicara” atau pemberi pesan pada saat ayng sama yaitu lewat perilaku nonverbal
mereka.

4.10.Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Tansaksional


Komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, tetapi merupakan proses yang
berkesinambungan.
Heraclius enam abad sebelum masehi bahwa “seseorang manusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang
sama dua kali”. Pada saat yang kedua manusia itu berbeda, dan begitu juga sesungguhnya. Jadi dalam kehidupan
manusia, tidak pernah saat yang sama datang dua kali.

4.11.Komunikasi Bersifat Irreversible


Irreversible artinya tidak dapat diambil. Dalam komunikasi sekali anda mengirimkan suatu pesan, anda tidak
dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak, apalagi menghilangkan efek pesan tersebut sama
sekali. Sifat irrevesible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Pirnsip ini
seyogyanya menyadarkan kita bahwa kita harus hati-hati untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain, sebab,
yaitu tadi efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali, meskipun kita berupaya meralatnya

4.12.Komunikasi Bukan Panasea untuk Menyelesaikan berbagai Masalah


Banyak persoalan dan konflik antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi itu
sendiri bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan konflik atau persoalan itu, karena persoalan atau konflik
tersebut mungkin berkaitan dengan asalah struktural. Agar komunikasi efektif, kendala struktural ini harus juga diatasi.

5.Model-model Komunikasi
Model, sebagaimana dijelaskan oleh Mulyana (1990), adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun
abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Model jelas bukan fenomena itu sendiri.
Model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu
model merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu
dalam “dunia nyata”. Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Model adalah teori
yang lebih disederhanakan. Suatu model mengimplikasikan penilaian atas relevansi, dan ini pada gilirannya
mengimplikasikan suatu teori mengenai fenomena yang diteorikan. Lebih lanjut Mulyana (2002) menjelaskan
fungsi/manfaat dan tipe model dalam uraian di bawah ini sebagai berikut

1. Fungsi dan Manfaat Model


Model memberi teoritisi suatu struktur untuk menguji temuan mereka dalam “dunia nyata”. Meskipun demikian,
model seperti juga definisi atau teori pada umumnya tidak pernah sempurna dan final. Sehubungan dengan model
komunikasi. Gordon Wiseman dan Larry Barker mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai 3 fungsi yaitu
: (1) melukiskan proses komunikasi, (2) menunjukkan hubungan visual dan (3) membantu dalam mene mukan dan
memperbaiki kemacetan komunikasi. Deutsch (dalam Severin dan Tankard 2005) menyebutkan bahwa model itu
mempunyai empat fungsi :
(1) Seberapa umum model tersebut?seberapa banyak bahan yang diorganisasikannyan dan seberapa efektif?
(2) Seberapa heuristik model tersebut?apakah ia membantu menemukan hubungan-hubungan baru, fakta atau model?
(3) Seberapa penting prediksi yang dibuat dari model tersebut bagi bidang penelitian?seberapa strategis prediksi itu
pada tahap perkembangan bidang tersebut?
(4) Seberapa akurat pengukuran yang dapat dikembangkan dengan model tersebut?
Model menyediakan kerangka rujukan untuk memikirkan masalah. Keuntungan lain pembuatan model adalah
terbukanya problem abstraksi. Suatu tingkat abstraksi dibutuhkan untuk mengambil keputusan.

2.Tipologi Model
Model mental merepresentasikan proses mental internal, yang tampakna tidak begitu relevan buat kita. Model
simbolik yang terdiri dari model matematik misalnya E=mc2 dan model verbal, lalu model fisik yang terdiri dari model
ikonik dan model analog. Model verbal adalah model atau teori yang dinyatakan dengan kata-kata, meskipun
bentuknya sangat sederhana. Model verbal sangat berguna, terutama untuk menyatakan hipotesis atau menyajikan
hasil suatu penelitian. Model verbal ini sering dibantu dengan grafik, diagram atau gambar. Model fisik secara garis
besar terbagi dua yaitu model ikonik yang penampilan umumnya rupa, bentuk, tanda-tanda) menyerupai objek yang
dimodelkan, seperti model pesawat terbang, boneka, mannewuin,maket sbuah gedung atau sebuah kompleks
perumahan dsb. Model analog yang mempunyai fungsi serupa dengn objek yng dimodelkan, meskipun bentuk fisiknya
tidak serupa, seperti komputer yang fungsi menyerupai fungsi otak manusia. Model ikonik selain menyerupai objek
aslinya, juga menunjukkan sebagian fungsi penting objek yang dimodelkan tersebut.
Dengan rujukan utama buku Mulyana (2002), dan rujukan lain dari buku Arifin (1998), Fiske (1990), Severin dan
Takard (2005) dapat dikemukakan model-model komunikasi sebagai berikut.

1.Model S-R
Model S-R atau stimulus respon adalah model komunikasi dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi yang
beraliran behavioristik. Model ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu aksi reaksi yang sangat sederhanal. Model
ini mengasumsikan bahwa verbal, isyarat non verbal, gambar, dan tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk
memberikan respons dengan cara tertentu. Proses ini dapat bersifat imbal balik dan mempunyai banyak efek. Setiap
efek dapat mengubah tindakan komunikasi berikutnya.
2.Model Aristoteles
Merupakan filosofi yunani aristoteles adalah tokoh paling dini yang mengkaji komunikasi yang intinya adalah
persuasi. Ia berjasa dalam merumuskan model komunikasi verbal pertama. Fokus komunikasi yang ditelaah aristoteles
adalah komunikasi retoris yang kini dikenal dengan komunikasi publik atau pidato. Menurutnya, persuasi dapat dicapai
oleh siapa anda, argumen anda, dan dengan memainkan emosi khalayak. Dengan kata lain faktor yang
menentukan peran dalam menentukan efek persuasif suatu pidato meliputi isi, susunan, dan cara penyampaiannya.

3.Model Laswell
Lasswell mengemukakan 3 fungsi komunikasi yaitu :
Pertama, pengawasan lingkungan yang mengingatkan anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam
lingkungan. Kedua, korelasi berbagai bagian terpisah dari masyarakat yang merespon lingkungan. Ketiga, transmisi
warisan sosial dan satu generasi ke generasi lainnya. Lasswell mengakui bahwa tidak semua komunikasi bersifat 2
arah dengan suatu aliran yang lancar dan umpan balik yang terjadi antara pengirim dan penerima. Model ini sering
diterapkan dalam komunikasi massa.

4.Model Shanon & Weaver


Model ini sering disebut model matematis atau teori informasi yang merupakan model yang paling kuat
pengaruhnya atas teori komunikasi lainnya. Model ini menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat
kecermatannya model ini melukiskan suatu sumber yang menyandi pesan dan menyampaikannya mellaui suatu
saluran kepada seorang penerima sehingga terjadi penciptaan ulang pesan tersebut. Dengan kata lain model ini
mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu kesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan.
Model Shanon & Weaver

6.Model Schramm
Schramm menjabarkan 3 model komunikasi. Model yang pertama mirip dengan model Shanon dan Weafer.
Dalam model yang kedua ini Scramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber
dan sasaran merupakan inti komunikasi. Sedangkan di model yang ketiga ia menganggap komunikasi sebagai inteaksi
dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyandi balik, mentransmisikan dan menerima sinyal. Sumber
dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi blaik suatu pesan berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Bila kedua
lingkaran memiliki wilayah bersama yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan.

Model Schramm

7.Model Necomb
Model ini mengemukakan bahwa komunikasi adalah suatu cara yang lazim dan efektif dimana orang-orang
mengorientasikan diri terhadap lingkungan mereka. Ini adalah suatu model tindakan komunikasi antara 2 orang yang
disengaja (intensional).
Model Newcomb

8.Model Westley & MacLean


Model ini dirumuskan tahun 1957 sebagai suatu rumusan model yang mencakup komunikasi antar pribai dan
komunikasi massa dan memasukkan umpan blaik sebagai bagian integral dari proses komunikasi. Menurut kedua
pakar ini, perbedaan dalam umpan balik merupakan faktor terjadinya komunikasi antar pribadi dengan komunikasi
massa. Umpan balik dari penerima bersifat segera dalam komunikasi antar pribadi. Sementara dalam komunikasi
massa bersifat minimal dan atau tertunda.

Model Westley & MacLean


9.Model Gerbner
Model gerbner menunjukkan bahwa seseorang mempersepsi suatu kejadian dan mengirimkan suatu pesan
kepada suatu transmitter yang pada gilirannya mengiriimkan sinyal kepada penerima; dalam transmisi itu sinyal
menghadapi gangguan dan muncul sebagai pesan yang diterima bagi sasaran. Model ini merupakan perluasan dari
model Lasswell.

Model Gerbner

10.Model Berlo
Model ini dikenal dengan model SMCR kepanjangan dari source/sumber, message/pesan, channel/saluran,
receiver/penerima. Bagi Berlo, sumber adalah pihakk yang menciptakan pesan baik yang berupa perorangan
ataupun suatu kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke dalam suatu kode simbolik yang berupa, contohnya
bahasa atau isyarat; dan penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi. Berlo juga menggambarkan
kebutuhan penyandi dan penyandi balik. Encoder atau penyandi bertanggung jawab mengekspresikan maksud sumber
dalam bentuk suatu pesan. Penyandi balik atau decoder bertugas untuk menerjemahkan maksud sumber.
Salah satu kelebihan model ini adalah tidak adanya batasan komunikasi publik atau komunikasi massa,
komunikasi antar pribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis.
Model Berlo

11.Model DeFleur
Model ini merupakan perluasan dari model yang dikemukakan oleh para ahli yang lain. Menurutnya
komunikasi bukan merupakan suatu proses pemindahan makna.

Model DeFleur
12.Model Tubbs
Model ini menggambarkan komunikasi paling mendsar yaitu komunikasi 2 orang atau diadik. Model ini
menyampaikan bahwa konsep komunikasi merupakan sebuah transaksi yang mengasumsikan kedua peserta
komunikasi sebagai pengirim dan sekaligus penerima pesan. Proses komunikasi yang seperti ini bersifat timbal balik
atau saling mempengaruhi. Proses komunikasi juga berlangsung spontan dan serentak.

Model Tubbs
13.Model Gudykunst & Kym

Model ini sebenarnya merupakan model komunikasi antar budaya. Model ini pada dasarnya sesuai untuk
tatap muka khususnya antara 2 orang. Meskipun model itu disebut model komunikasi antar budaya namun model itu
dapat merepresentasikan komunikasi antara siapa saja, karena pada dasarnya tidak ada dua orang yang mempunyai
budaya, sosio budaya dan psiko budaya yang persis sama.

pen
Model Gudykunst & Kym

14.Model Interaksional
Model ini merujuk pada salah satu model komunikasi yang dikembangkan oleh para ilmuwan sosial. Menurut
model interaksional, orang-orang sebagai peserta komunikasi bersifat aktif, reflektif, dan kreatif menafsirkan perilaku
yang rumit dan sulit diramalkan. Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif yang
perilakunya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan atau sesuatu yang ada pada dirinya.
Model Interaksional

6.JENIS-JENIS KOMUNIKASI
Dalam bukunya, Arifin (1998) menjelaskan bahwa sesungguhnya komunikasi bukan hanya multi makna dan
multi definisi, tetapi cara pembagiannya juga bermacam-macam. Untuk memahami klasifikasi komunikasi maka kita
dapat melacak awal pertumbuhannya sebagai ilmu. Sejak dipelajari, komunikasi terbagi menjadi 2 yaitu :
1. komunikasi media massa
dipelajari dibawah nama ilmu komunikasi massa
2. komunikasi tatap muka
dipelajari dibawah nama komunikasi bicara atau speech comunication.
Jika komunikasi dititikberatkan pada sifat pesan, maka komunikasi dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu:
1. Komunikasi massa
Isinya bersifat umum, dan dapat menggunakan media massa.
2. Komunikasi personal
Isinya bersifat pribadi, dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti surat, telepon dan telegram.
Sesungguhnya komunikasi bukan hanya multi makna dan multi definisi, sebagaimana yang sudah disebutkan
sebelumnya. Cara membagi komunikasi pun bermacam-macam. Untuk memahami klasifikasi komunikasi, dapat
dilacak melalui awal pertumbuhannya sebagai ilmu. Sejak mulai dipelajari di tingkat universitas, komunikasi sudah
terbagi dua, terutama di Amerika Serikat. Pertama komunikasi media massa, dan kedua komunikasi langsung (tatap
muka).

Komunikasi media massa dipelajari dibawah nama ilmu komunikasi massa, sedang komunikasi langsung
(tatap muka) dipelajari di bawah nama komunikasi bicara (speech communication) pada departemen yang berbeda.
Dengan demikian pembagian secara klasik dari komunikasi manusia khususnya di Amerika Serikat, dilihat dari segi
media massa, yaitu komunikasi media dan komunikasi non media (langsung).

Di Eropa khususnya di Jerman Publizistik, pengklasifikasian komunikasi tidak didasarkan pada penggunaan
media, melainkan pada pernyataan umum (offentiche aussage). Dengan demikian semua bentuk komunikasi yang
bersifat umum, seperti retorika, dan pembicaraan antara beberapa orang di tempat umum, termasuk publizistik.
Dengan demikian publiztik mencakup komunikasi media massa dan retorika. Itulah sebabnya beberapa pakar ilmu
komunikasi membedakan antara komunikasi massa dengan komunikasi media massa. Artinya komunikasi media
massa adalah komunikasi dengan menggunakan pers atau radio, film dan televisi yang ditujukan kepada khalayak.
Sedangkan komunikasi massa ialah komunikasi yang isinya bersift umum atau terbuka (bukan masalah rahasia atau
masalah pribadi), sehingga mencakup baik komunikasi dengan menggunakan media massa maupun komunikasi
dengan langsung (retorika dan pembicaraan di tempat umum). Dengan kata lain komunikasi massa menekankan pada
isi atau pesan, sedang komunikasi media massa menitikberatkan pada penggunaan media.

Bagi pihak yang menekankan pada penggunaan media, maka komunikasi dibagi atas dua bagian yaitu
komunikasi media (beralat) dan komunikasi tatap muka (non media). Selanjutnya komunikasi media dibedakan lagi
atas dua jenis, yaitu komunikasi dengan menggunakan media massa (pers, radio, fil dan televisi) dan komunikasi
dengan menggunakan media individual (surat telegram, telepon dan sebagainya).

Jika komunikasi dititikberatkan pada sifat pesan, maka komunikasi dapat dibagi pula ke dalam dua jenis yaitu
komunikasi massa (isinya bersifat umum) dan komunikasi personal (isinya bersifat pribadi). Komunikasi massa dapat
menggunakan media massa, sedang komunikasi personal boleh dilakukan dengan menggunakan alat seperti surat,
telepon dan genggam.

Selain dari pembagian di atas, terdapat juga cara membagi komunikasi berdasarkan pengirim dan penerima
atau peserta komunikasi. Dengan demikian komunikasi yang berlangsung antara dua orang dinamakan komunikasi
personal.

7.PERSEPSI : INTI KOMUNIKASI

1. Persepsi dan Aspek-aspeknya

Severin dan Tankard (2005) mengemukakan bahwa orang bisa memahami kata-kata, suara, dan gambar
yang mereka tangkap sebagai pesan melalui suatu proses yang disebut dengan persepsi. Komunikator (massa)
mengharapkan audiensnya untuk memperhatikan pesan-pesan mereka, mempelajari isi pesan-pesan tersebut, dan
membuat perubahan yang benar dalam perilaku yang diinginkan. Teori persepsi menyatakan bahwa proses
penginterpretasian pesan sangat kompleks dan tujuan-tujuan komunikator ini barangkali sulit dicapai. Dengan
mengutip pendapat Lahlry, persepsi didefinisikan sebagai proses yang kita gunakan unuk menginterpretasikan data
sensoris. Data sensoris sampai kepada kita melalui indra kita. Hasil penelitian telah mengidentifikasi dua jenis pengaruh
dalam persepsi, yaitu pengaruh struktural dan pengaruh fungsional. Pengaruh struktural pada persepsi berasal dari
aspek-aspek fisik rangsangan yang terpapar pada kita, misalnya titik-titik yang disusun berdekatan secara berjajar
akan terlihat seperti sebentuk garis. Pengaruh-pengaruh fungsional merupakan faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi persepsi, dan karena itu membawa pula subjektivitas ke dalam proses.

Dalam bukunya, Mulyana (2002) menjelaskan masalah persepsi dalam komunikasi ini lebih detil dan jelas.
Menurutnya, persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan
rangsangan dari lingkungan dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi adalah inti komunikasi,
sedangkan penafsiran adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik dalam proses komunikasi.
Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna. Persepsi adalah prose menafsirkan informasi
indrawi. Persepsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif objek eksternal,
persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana. Persepsilah yang menentukan kita
memilih suaut pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antarindividu,
semakin mudah dan semakin sering mereke berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung
membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Mulyana (2002) bahwa persepsi meliputi pengindraan, atensi dan interpretasi.
Persepsi terdiri dari 3 aktivitas yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi. Seleksi sebenarnya mencakup sensasi dan
atensi. Organisasi melekat pada interpretasi, yang dapat didefinisikan sebagai “meletakkan suatu rangsangan bersama
rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna”. Atensi memperhatikan kejadian atau
rangsangan tersebut. Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita perolah melalui
salah satu atau lebih indra kita. Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu :

1). Persepsi terhadap objek, melalui lambang-lambang fisik

2). Persepsi terhadap manusia atau persepsi sosial, menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif,
harapan, dan sebaginaya). Orang mempersepsi anda pada saat anda mempersepsi mereka. Dengan kata lain persepsi
terhadap manusia bersifat interaktif. Beberapa prinsip penting mengenai persepsi sosial yang menjadi pembenaran
atas perbedaan persepsi sosial ini didasarkan pengertian bahwa persepsi itu berdasarkan pengalaman, persepsi itu
bersifat selektif, persepsi itu bersifat dugaan, persepsi itu bersifat evaluatif.

Selain itu, persepsi terbentuk karena faktor budaya, artinya suatu budaya tertentu akan mempengaruhi dan/atau
membentuk persepsi seseorang terhadap suatu fenomena atau rangsangan yan dihadapinya. Dengan mengutip
pendapat Larry A. Samovar dan Richard E. Potter, Mulyana (2002) mengemukakan bahwa ada enam unsur
budaya yang mempengaruhi persepsi orang ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain. Enam un sur budaya
itu adalah : (1) kepercayaan (beliefs), nilai (values), dan sikap (attitudes) , (2) pandangan dunia, (3) organisasi
sosial, (4) tabiat manusia, (5) orientasi kegiatan, dan (6) persepsi tentang diri dan orang lain.

2. Kekeliruan dan Kegagalan Persepsi

Dalam bukunya, Mulyana (2002) lebih lanjut menjelaskan bahwa persepsi kita sering tidak cermat. Salah
satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Kita mempersepsi sesuatu atau seseorang sesuai dengan
pengharapan kita. Beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan persepsi tersebut adalah sebagai berikut :

1.Kesalahan atribusi

Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain. Dalam usaha
mengetahui orang lain, kita menggunakan beberapa sumber informasi. Kesalahan atribusi bisa terjadi ketika kita salah
menaksir makna pesan atau maksud perilaku si pembicara.

2.Efek Halo

Kesalahan persepsi yang disebut efek halo merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk suatu kesan
menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian
kita akan sifat-sifatnya yang spesifik. Efek halo ini memang lazim dan berpengaruh kuat sekali pada diri kita dalam
menilai orang-orang yang bersangkutan. Bila kita sangat terkesan oleh seseorang karena kepemimpinannya atau
keahliannya dalam suatu bidang, kita cenderung memperluas kesan awal kita.

3.Stereotip

Stereotip adalah sikap menggenaralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi
mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereoptipan adalah
proses menempatkan orang-orang dan objek-objek ke dalam kategori yang mapan, atau sesuai berdasarkan
karakteristik individual mereka.

4.Prasangka

Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang sangat
dengan stereotip. Prasangka merupakan konsekuensi dari stereotip, dan sebagaimana stereotip prasangka ini alamiah
dan tidak terhindarkan. Penggunaan prasangka memungkinkan kita merespons lingkungan secara umum, sehingga
terlalu menyederhanakan masalah.

5.Gegar Budaya

Gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah kenal dan simbol- simbol
hubungan sosial. Gegar budaya merupakan suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri (personality mal
adjustment) yang merupakan suatu reaksi terhadap upaya sementara yang gagal menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan orang-orang baru. Gegar budaya juga dapat diartikan sebagai suatu trauma umum yang dialami
seseorang dalam suatu budaya yang baru dan berbeda karena harus belajar dan mengatasi begitu banyak nilai budaya
dan pengharapan yang baru, sementara nilai budaya dan pengharapan budaya lama tidak lagi sesuai.

Daftar Referensi:

1 .Arifin, H. Anwar.1998. Ilmu Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada .
2 .Cangara, H. Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rajawali Press
3. Fiske, John. 1990. Cultural and Communication Studies : Sebuah Pengantar Komprehensif. Terj. Y.
Iriantara dan I S. Ibrahim. Yogyakarta : Jala Sutra.
4. Mulyana, Deddy. 2002 Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
5. Mulyana, Deddy.2004. Komunikasi Efektif : Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
6. Saverin, Werner J. & Tankard Jr. James. W. 2005. Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, dan Terapan
di dalam Media Massa. Terj. S. Hariyanto. Jakarta : Prenata Media.
7. Widjaja, HAW. 1997. Komunikasi : Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai