Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MAKALAH

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Dosen Pengampu:
Dr. Jeanny Maria Fatimah, M. Si

Disusun Oleh
Kelompok 2:

Haurihul Akmar (E061211011)


Melli Mulia (E061211015)
Entjiek Kaasyifal Ghammi (E061211010)

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami kehadiratkan kepada Allah SWT. Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah bertajuk “Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi” ini dengan tepat waktu
serta diiringi oleh kemudahan. Tak lupa pula Shalawat dan Salam kami panjatkan kepada Nabi Muhammad
SAW. yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini ialah sebagai tugas kelompok dari Mata Kuliah Pengantar Ilmu
Komunikasi. Selain daripada itu, makalah ini juga kami susun dalam rangka agar pembaca dapat memperdalam
pengetahuan perihal Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi’, dan juga agar pembaca dapat memandang pembahasan
ini dari berbagai macam perspektif, serta untuk meningkatkan kesadaran pembaca terhadap seberapa
pentingnya mendalami dan mengamalkan nilai-nilai dari Pengantar Ilmu Komunikasi.
Selanjutnya, tentu saja kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Jeanny
Maria Fatimah, M.Si selaku dosen pengampu yang telah memberikan kami kesempatan untuk menyusun
makalah ini. Terima kasih juga kami curahkan kepada orang-orang yang telah mendukung kami selama proses
pengerjaan makalah ini. Sebagai manusia dengan segala keterbatasan, kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Namun, kami sungguh berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat
yang melimpah bagi pembaca.

Makassar, 26 April 2022


Kelompok 2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan hal yang pasti dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya, demikian juga
dengan hewan. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam menjalani kehidupannya.
Bahkan seorang bayi pun sudah dapat melakukan komunikasi, seperti ketika ia menangis itu bsia jadi
menandakan bahwa ia sedang lapar atau tidak nyaman. Maka jelaslah bahwa komunikasi adalah hal penting
yang harus dipelajari dan dipahamai.
Setiap perilaku dapat menjadi komunikasi bila kita memberi makna terhadap perilaku orang lain atu
perilaku kita sendiri. Setiap orang akan sulit untuk tidak berkomunikasi karena setiap perilaku berpotensi untuk
menjadi komunikasi untuk ditafsirkan. Pada saat seseorang tersenyum maka itu dapat ditafsirkan sebagai suatu
kebahagiaan, ketika orang itu cemberut maka dapat ditafsirkan bahwa ia sedang ngambek. Ketika seseorang
diam dalam sebuah dialog itu bisa diartikan setuju, malu, segan, marah, atau bahkan malas atau bodoh. Diam
bisa diartikan setuju seperti perlakuan Rasulullah saw. yaitu ketika ada seorang sahabat yang menggosaok
giginya ketika berwudhu, ini menunjukkan bahwa beliau setuju dengan perlakuan sahabat tadi namun tidak
dengan penegasan. Secara implisit semua perlakuan manusia dapat memiliki makna yang akhirnya bernilai
komunikasi.

B. Tujuan
1. Dapat Menjelaskan Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi
2. Dapat Menjelaskan Pengertian (Definisi) Komunikasi.
3. Dapat Memaparkan Komunikasi manusia dan animal communication.
4. Dapat Menjelaskan Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Seni dan Ilmu
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Komunikasi
James A.F Stoner dalam Widjaja (2012) mengatakan komunikasi adalah proses dimana seseorang
berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. Jhon R. Schemerhorn dalam Widjaya (2012)
mengartikan komunikasi sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol- simbol yang
berarti bagi kepentingan mereka.
Kata komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang
berarti “sama”, communico, communication atau communicare yang berarti „membuat sama” (to make
common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi yang merupakan
akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna,
atau suatu pesan dianut secara bersama. Akan tetapi beberapa definisi kontemporer menyarankan bahwa
komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut.
Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan
kesamaan atau kebersamaan. Komunitas adalah sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama
untuk mencapai tujuan tertentu dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada
komunitas dan tanpa komunitas tidak akan berlangsung komunikasi. Jadi, komunikasi adalah proses dan
tindakan manusia dalam suatu kelompok masyarakat dan masyarakat membutuhkan komunikasi sebagai
penguat struktur mereka.
Sampai tahun 1976, setidaknya sudah ada 126 definisi komunikasi yang dibuat oleh banyak pakar yang
berasal dari latar belakang dan perspektif yang berbeda. Melihat ilmu komunikasi yang begitu dinamis,
kemungkinan definisi-definisi baru akan terus lahir dan mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu.
Definisi-definisi komunikasi menurut para pakar akan dipaparkan pada sub bab berikutnya yaitu
konseptualisasi komunikasi. Karena ketika berbicara definisi komunikasi kita juga harus memahami, dimana
konsep tersebut berada. Sebagai pengikat pemahaman dasar tentang komunikasi berikut definisi komunikasi
dari kelompok sarjana komunikasi yang fokus pada komunikasi antar manusia (Human Communication)
membuat definisi sebagai berikut:
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur
lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi;
(3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku
itu”.(Book dalam Cangara (2011:20)).

Komunikasi yang dimaksud dalam buku ajar ini adalah komunikasi antar manusia (human
communication). Penulis perlu menegaskan disini karena di tengah masyarakat berkembang berbagai
pemahaman tentang ruang lingkup komunikasi seperti komunikasi hewan (animal communication),
komunikasi anatomi tubuh (cell communication). Komunikasi insani (human communication) adalah
komunikasi yang dilakukan oleh seorang.

Secara lebih detail, komunikasi antar manusia yang dimaksud adalah komunikasi yang
menggambarkan bagaimana seseorang menyampaikan sesuatu pesan/informasi lewat simbol-simbol verbal
dan atau non verbal kepada orang lain sehingga si penerima pesan/informasi menafsirkan pesan tersebut dan
terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai dengan tujuan dan maksud si pengirim pesan.
Prosesnya bisa satu arah, interaksi maupun transaksi. Karena begitu luasnya komunikasi yang dilakukan oleh
manusia dan agar tidak tumpang tindih dengan bidang kajian yang lain maka jenis komunikasi manusia
(human communication) yang dimaksud dalam buku ini adalah komunikasi dalam praktik pendidikan dan
pembelajaran.
Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi (Suatu Pengantar) mengutip pendapat beberapa
pakar komunikasi seperti John R. Wenburg, William W. Wilmot, Kenneth K. Sereno dan Edward M.
Bodaken untuk menjelaskan

Tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi


yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai
transaksi.
a. Komunikasi sebagai Tindakan Satu Arah
Konsep komunikasi sebagai tindakan satu arah dapat dipahami sebagai suatu proses linier yang dimulai
dengan sumber informasi atau pengirim informasi dan berakhir pada penerima informasi, sasaran dan
tujuannya. Konsep ini dimaklumi sebagai proses penyampaian informasi satu arah dari seseorang atau
lembaga kepada orang lain atau sekelompok orang baik secara langsung (tatap muka) atau melalui media
seperti selebaran, surat kabar, radio dan televisi.
Pemahaman komunikasi sebagai proses searah ini oleh Michael Burgon disebut source-oriented
definition. Komunikasi dianggap sebagai tindakan yang disengaja (intentional act) yang dilakukan
seseorang untuk menyampaikan informasi demi memenuhi kebutuhan si penyampai informasi seperti
menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu. Dapat disarikan bahwa
komunikasi sebagai tindakan satu arah adalah penyampaian informasi secara efektif dan mengisyaratkan
bahwa komunikasi bersifat instrumental dan persuasif.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut dikutip beberapa definisi komunikasi yang
berada dalam kerangka pemahaman komunikasi sebagai tindakan satu arah. Bernard Berelson dan Gary
A. Steiner menjelaskan bahwa “komunikasi: transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan
sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol kata-kata, gambar, figure, grafik dan sebagainya. Tindakan
atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi”. Transmisi dari asal katanya dapat diartikan
sebagai proses penyampaikan atau penyebaran.
Senada dengan pendapat di atas, Theodore M. Newcomb menyatakan bahwa “setiap tindakan
komunikasi dipandang sebagai suatu proses transmisi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif dari sumber
kepada penerima”. Pendapat ini menjelasakan bahwa pengirim informasi memiliki kekuasaan yang besar dan
bisa dikatakan diskriminatif dalam menyampaikan informasi karena peran penerima lebih pasif.
Kemudian ada tiga orang pakar yang memberikan pendapat tentang pemahaman komunikasi sebagai
tindakan satu arah dengan definisi yang menekankan pada adanya upaya, niat atau keinginan untuk
mempengaruhi perilaku penerima informasi. Mereka adalah Gerald R. Mileer, Everett M. Rogers dan Mary
B. Cassata dan Molefi K. Asante.

Harold Lasswell, adalah pakar komunikasi berikutnya yang memberikan definisi komunikasi sebagai
tindakan satu arah. Tidak hanya sebatas itu, Harold Lasswell dalam definisinya juga sekaligus menyatakan
lima unsur dalam komunikasi yang saling bergantung satu sama lain. Menurutnya, cara yang baik untuk
menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:”Who Says What In
Which Channel To Whom With What Effect”. Artinya Siapa mengatakan Apa dengan Saluran Apa Kepada
Siapa dengan Pengaruh Bagaimana. Dari penjelasan Lasswell dapat diturunkan lima unsur komunikasi yaitu;
1) Sumber informasi (source). Disebut juga pengirim informasi (sender), penyandi (encoder), komunikator
(communicator), pembicara (speaker) atau originator, 2) Pesan. Pesan adalah apa yang disampaikan oleh
pengirim kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan, pikiran atau maksud dari di pengirim pesan, 3) Saluran atau media. Saluran atau
media dalam komunikasi adalah alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya
kepada penerima pesan, 4) Penerima (Receiver). Sering juga disebut sasaran/tujuan (destination),
komunikate (communicattee), penyandi balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener),
penafsir (interpreter), yakni orang atau sekelompok orang yang menerima pesan dari si pengirim pesan, 5)
Efek. Efek adalah apa yang terjadi pada si penerima pesan setelah menerima pesan.

b. Komunikasi Sebagai Interaksi


Dalam konsep ini komunikasi dijelaskan sebagai suatu bentuk interaksi yang berarti saling
mempengaruhi (mutual influence). Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan proses sebab-akibat
atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal maupun non verbal,
seseorang penerima bereaksi dengan memberikan jawaban verbal atau menganggukkan kepala, kemudian
orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang kedua dan begitu
seterusnya. Antara si pengirim dan si penerima pesan saling memainkan peran yang setara. Adakalanya
mereka bertukar posisi.
Pandangan komunikasi sebagai interaksi ini dianggap lebih dinamis dari konsep komunikasi sebagai
tindakan satu arah yang diuraikan sebelumnya. Namun, pandangan kedua ini masih membedakan pada
peserta sebagai pengirim dan penerima pesan, karena masih berorientasi sumber, meskipun kedua peran
tersebut dapat dilakukan secara bergantian. Oleh karena itu, ada satu unsur komunikasi yang dapat
ditambahkan yaitu adanya umpan balik (feed back). Umpan balik (feed back) adalah apa yang disampaikan
penerima pesan kepada sumber pesan yang sekaligus digunakan si pengirim pesan sebagai petunjuk
mengenai efektivitas pesan yang telah disampaikan sebelumnya; apakah sudah dimengerti, dapat dipahami
atau diterima, apakah pesan mengalami kendala dan sebagainya, sehingga berdasarkan umpan balik tersebut,
sumber atau si pengirim pesan dapat mengubah pesan, mengganti cara penyampaian pesan atau mengganti
media/saluran pesan agar tujuan penyampaian pesan tercapai.
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh si pengirim pesan adalah bahwa tidak semua respons penerima
pesan dapat dikatakan sebagai umpan balik (feed back). Suatu respons dari penerima pesan dapat dikatakan
sebagai suatu umpan balik adalah jika respons tersebut mampu mempengaruhi perilaku pengirim pesan
selanjutnya. Umpan balik itu bisa disengaja maupun tidak disengaja oleh penerima pesan. Contoh, dalam
menyampaikan materi pelajaran di kelas seorang siswa tertidur. Melihat ada peserta didiknya yang tertidur
lalu menyebabkan si guru mengeraskan suara atau memberikan tekanan tertentu sehingga si anak yang
tertidur tadi diharapkan bisa kembali belajar seperti temannya yang lain. Jika peserta didik tersebut terbangun
lalu menyadari tindakannya dan mengubahnya menjadi fokus mendengarkan guru yang menjelaskan
pelajaran dan guru merasa dihargai serta semakin termotivasi dalam melanjutkan pembelajaran maka hal
tersebut bisa dikatakan sebuah umpan balik.

c. Komunikasi Sebagai Transaksi


Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang kita
peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Menggunakan pandangan ini, terlihat bahwa komunikasi bersifat
dinamis. Dalam pemahaman komunikasi sebagai transaksi terjadi penyampaian dan penafsiran pesan serta
perubahan atas penyampaian dan penafsiran pesan secara bergantian dan simultan. Komunikasi seperti ini
yang lebih tepat disebut sebagai komunikasi tatap muka yang memungkinkan pesan atau respons verbal dan
non verbal bisa diketahui secara langsung. Coba anda bayangkan dalam satu kelompok belajar terjadi diskusi
dimana satu orang menyampaikan pesan, lalu yang lain menerima dan menafsirkannya. Kemudian, satu atau
dua anggota kelompokpun menyampaikan pesan yang bisa saja menerima atau mengkritisi pesan pertama.
Lalu, terjadilah saling menyampaikan pesan, saling menafsirkan dan satu sama lain saling mempengaruhi
dan seterusnya.
Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak
membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang dapat diamati. Artinya, komunikasi
terjadi apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak dan bahkan meskipun menghasilkan respons yang
tidak dapat diamati. Berdiam diri, mengabaikan orang lain di sekitar, bahkan meninggalkan ruangan,
semuanya adalah bentuk-bentuk komunikasi karena semuanya mengirimkan suatu pesan. Seperti gaya
berpakaian, tatanan rambut anda, ekspresi wajah anda, jarak fisik anda dengan orang lain saat berbicara, nada
suara anda, kata-kata yang anda gunakan semuanya itu mewakili perasaan dan pikiran anda dan semuanya itu
mengkomunikasikan sikap, kebutuhan, perasaan, pikiran, nilai-nilai, pola pikir dan penilaian anda.
Dalam konsep ini, komunikasi dikatakan berjalan jika seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain,
baik perilaku verbal ataupun perilaku non verbalnya. Pemahaman ini mirip dengan dengan konsep “receiver-
oriented definition” atau definisi berorientasi penerima yang menekankan variabel-variabel yang berbeda
yakni penerima dan makna pesan bagi penerima, hanya saja penerimaan pesan itu juga berlangsung dua arah
bukan satu arah. Sebagai contoh, ketika seorang guru dalam menyampaikan suatu materi kepada siswa, maka
komunikasi bukan saja terjadi saat siswa menafsirkan pesan-pesan atau materi yang disampaikan oleh guru,
tetapi guru juga harus menafsirkan perilaku anak didiknya seperti anak yang menggigit kuku dalam belajar,
menopang kepala, berbicara dengan temannya, mengerutkan kening dan sebagainya. Dalam proses
komunikasi transaksional semuanya berlangsung simultan dan spontan. Termasuk di dalamnya adalah ketika
seorang guru menyampaikan pembelajaran, justru ada peserta didik yang justru fokus pada cara guru
berbicara seperti gaya dan pilihan kata guru tersebut yang menarik sehingga dalam konteks ini, peserta didik
tidak hanya memberikan respon terhadap pelajaran yang disampaikan (disengaja) namun juga peserta didik
secara tidak langsung memberikan respon positif terhadap gaya berbicara gurunya (tidak disengaja).
Disamping konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi ini lebih bersifat dinamis, konsep ini juga
berpandangan bahwa orang-orang yang berkomunikasi adalah komunikator-komunikator yang aktif
mengirimkan pesan dan menafsirkan pesan. Setiap pihak dianggap sumber sekaligus juga penerima pesan.
Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan non verbal. Pendekatan komunikasi transaksional menyarankan
bahwa semua unsur dalam proses komunikasi saling berhubungan.

Terkait dengan dunia pendidikan dan pembelajaran, konseptualisasi komunikasi yang dipraktikkan
dalam aktivitas nyata mencakup ketiga konsep yang telah diuraikan sebelumnya. Ada kalanya, komunikasi di
dalam kelas berlangsung sebagai komunikasi satu arah seperti saat guru menyampaikan suatu informasi.
Contoh, pengumuman tentang dimulainya jam pelajaran pertama dimulai. Semua peserta didik mengikuti
informasi tersebut. Konseptualisasi komunikasi sebagai interaksi lebih banyak terjadi dalam pembelajaran
dimana peserta didik dan pendidik saling mengirim pesan dan saling mempengaruhi. Namun, dalam konteks
ini guru lebih sering diposisikan sebagai pengirim pesan utama. Konseptualiasi komunikasi yang diharapkan
dalam pembelajaran sebenarnya adalah komunikasi sebagai transaksi dimana proses pengiriman pesan bisa
bertukar seiring dengan jalannya proses antara peserta didik dengan pendidik. Tidak hanya sebatas pendidik
dengan satu peserta didik saja tapi juga peserta didik lain di dalam kelas. Contoh, saat guru menyampaikan
suatu pertanyaan dan mengarahkannya kepada seorang peserta didik. Setelah peserta didik tersebut
menjawab, selanjutnya guru meminta juga pendapat dari peserta didik yang lain. Kemudian, peserta didik
lainnya juga diperbolehkan memberikan pandangan sehingga tercipta lalu-lintas pesan yang berlangsung
simultan dan saling merespons. Posisi pengirim pesan pertama bisa saja berubah dan bertukar.

2. Beberapa ahli komunikasi telah memberikan definisi yang beragam tentang


komunikasi, di antaranya adalah :

a. Carl I. Hovland Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan
untuk mengubah perilaku orang lain3
b. Everett M. Rogers Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka4

c. McLaughlin Komunikasi adalah saling menukar ide-ide dengan cara apa saja yang efektif5

d. Himstreet dan Baty Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi di antara dua orang atau
lebih melalui suatu sistem simbol-simbol, isyaratisyarat, dan perilaku yang sudah lazim6.

e. Onong Uhcjana EffendyKomunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang bermakna
sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan
sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tak
langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah merupakan suatu proses
pembagian makna atau ide-ide di antara dua orang atau lebih dan mereka mendapatkan saling pengertian
tentang pesan yang disampaikan. Tanpa ada kesamaan pengertian diantara peserta komunikasi maka tidak ada
sebuah tindak komunikasi. Pesan komunikasi dapat disampaikan melalui lambang atau simbol verbal maupun
non-verbal. Menurut Porter dan Samovar8 sebuah perilaku (baik verbal atau noverbal) dapat dikatakan sebagai
pesan apabila memenuhi dua syarat yaitu ; pertama, perilaku harus diobservasi oleh seseorang, kedua, perilaku
harus mengandung makna. Dengan demikian inti dari sebuah proses komunikasi adalah adanya pembagian
makna diantara peserta komunikasi.

3. Proses komunikasi
Ada bermacam-macam proses yang terjadi di dalam komunikasi, akan tetapi yang akan dibicarakan pada
kesempatan ini adalah proses komunikasi secara primer (primary process), dan proses komunikasi secara
sekunder (secondary process). Sudah barang tentu, sebelum kita memasuki pembahasan tentang proses
komunikasi baik secara primer maupun proses komunikasi secara sekunder, perlu kiranya saya mengantarkan
Anda untuk terlebih dahulu memahami pengertian tentang proses itu sendiri.
Proses tidak lain adalah suatu kegiatan atau aktivitas secara terusmenerus dalam kurun waktu tertentu.
Kalau Anda sedang makan siang misalnya, itu proses. Kenapa? Ya, dikarenakan Anda melakukan aktivitas,
sejak mulai mengambil nasi, mengambil sayur dan lauk-pauk, dan kemudian Anda menyantapnya dengan
nikmat sampai habis. Anda kerjakan aktivitas tersebut dari waktu tertentu sampai pada waktu tertentu pula,
tentu saja, yang namanya proses itu bisa memakan waktu yang relatif pendek, akan tetapi dapat pula memakan
waktu yang sangat panjang, tergantung dari konteksnya. Status dan peran Anda sebagai mahasiswa, melakukan
berbagai kegiatan akademik sejak tingkat pertama sampai dengan akhir masa studi Anda, dan meraih
kesarjanaan adalah juga suatu proses.
Menurut Kincaid dan Schramm dalam bukunya yang berjudul Asas-Asas Komunikasi Antarmanusia yang
juga diacu oleh Liliweri, menyebutkan bahwa proses adalah suatu perubahan atau rangkaian tindakan serta
peristiwa selama beberapa waktu dan yang menuju suatu hasil tertentu. Dengan begitu, setiap langkah yang
mulai dan saat menciptakan informasi sampai saat informasi itu dipahami, merupakan proses-proses di dalam
rangka proses komunikasi yang lebih umum (Liliweri, 1997: l42).
Setelah tadi saya menjelaskan tentang makna dari proses, sekarang kita mulai masuk dalam penjelasan
tentang proses komunikasi baik secara primer maupun sekunder.
A. Proses secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah komunikasi yang dilakukan secara tatap muka, langsung antara
seseorang kepada yang lain guna menyampaikan pikiran maupun perasaannya. Alo Liliweri menyebutkan
bahwa, proses komunikasi primer, berlaku tanpa alat, yaitu secara langsung dengan menggunakan bahasa,
gerakan yang diberi arti khusus, aba-aba dan sebagainya (Liliweri, 1997: 60). Sementara itu, Onong Uchjana
Effendy dalam bukunya yang berjudul Ilmu komunikasi, Teori dan Praktik menyebutkan bahwa proses
komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media.
Mungkin Anda sudah pernah mendengar bahwa lambang atau simbol yang dapat digunakan sebagai media
proses komunikasi secara primer antara seseorang dengan yang lainnya itu ada banyak dan bermacam-macam.
Misalnya, saja bahasa, tanda-tanda berwujud gambar, suara atau bunyi, gerak-gerak tubuh, warna, bahkan bau,
dan masih banyak lagi yang lainnya. Meskipun banyak simbol-simbol yang dapat digunakan dalam proses
komunikasi primer ini, ada satu hal yang sangat penting untuk Anda ketahui dan pahami benar bahwa bahasa
merupakan simbol yang paling memadai di antara simbol-simbol lainnya dalam menjembatani komunikasi
antarmanusia.

B. Proses Secara Sekunder


Proses secara Sekunder Setelah Anda memahami pengertian proses komunikasi secara primer maka
uraian berikut ini akan membahas tentang proses komunikasi secara sekunder. Menurut Onong Uchjana
Effendy, proses komunikasi secara sekunder itu tidak lain adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
sebagai media pertama. Jangan lupa bahwa yang dimaksud oleh Onong Uchjana Effendy dengan lambang
sebagai media pertama dalam proses komunikasi adalah bahasa. Seperti halnya Onong Uchjana Effendy,
Liliweri juga menekankan bahwa proses komunikasi sekunder menggunakan alat agar dapat melipatgandakan
jumlah penerima pesan/amanat, yang berarti pula mengatasi hambatan-hambatan geografis maupun hambatan
waktu.
Yang tak boleh Anda lupakan dalam hal ini bahwa pada umumnya, apabila kita menggunakan istilah media
komunikasi maka yang dimaksudkan adalah media kedua. Jarang sekali orang menganggap bahwa bahasa
adalah media komunikasi. Berhati-hatilah! Tentang hal ini, Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa
penyebabnya tidak lain karena bahasa merupakan lambang (simbol) beserta isi (content), yakni pikiran dan atau
perasaan yang dibawanya menjadi totalitas pesan (message), yang tampak tak dapat dipisahkan. Tidak seperti
media dalam bentuk surat, telepon, radio, dan lainlainnya yang jelas tidak selalu dipergunakan. Kelihatannya
seolah-olah orang tidak mungkin berkomunikasi tanpa bahasa, akan tetapi mungkin orang dapat berkomunikasi
tanpa surat atau telepon atau televisi, dan sebagainya

4. Komponen Komunikasi

Secara umum, ada lima komponen dasar komunikasi yang cukup dikenal dan dipahami secara luas oleh
masyarakat yang merujuk definisi komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Lasswell yaitu;
a. Sumber informasi (source). Disebut juga pengirim informasi (sender), penyandi (encoder),
komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber informasi atau source
adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi bisa jadi
seseorang/individu, kelompok, organisasi, perusahaan bahkan suatu negara. Kebutuhan untuk
berkomunikasi sangat tergantung kepada si pengirim informasi bisa saja hanya sekedar menyampaikan
ucapan selamat, menyampaikan suatu informasi atau pengumuman, menghibur sampai pada kebutuhan
yang lebih besar seperti menyampaikan pesan-pesan moral dan agama. Untuk menyampaikan apa yang
ada di dalam hati pengirim (perasaan) atau apa yang ada dalam kepala pengirim (pikiran) maka si sumber
informasi harus mengubah perasaan dan pikiran tersebut menjadi seperangkat symbol verbal dan atau non
verbal yang bisa dipahami oleh si penerima informasi. Hal inilah yang disebut proses encoding.
b. Pesan. Pesan adalah apa yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan merupakan
seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, pikiran atau
maksud dari di pengirim pesan. Pesan mempunyai tiga komponen yakni; makna, symbol yang digunakan
untuk menyampaikan makna dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata
(bahasa) yang dapat merepresentasikan objek atau benda, gagasan dan perasaan. Melalui kata-kata
(bahasa) kita bisa berbagi pikiran dan perasaan dengan orang lain. Pesan juga dapat dirumuskan ke dalam
symbol-simbol non verbal seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh seperti acungan jempol,
anggukan kepala, senyuman, tatapan mata dan sebagainya. Pesan juga bisa dilahirkan dalam simbol non
verbal lainnya seperti melalui lukisan, hasil karya, patung, music ataupun tarian dan lain-lain.

c. Saluran atau media. Saluran atau media dalam komunikasi adalah alat atau wahana yang digunakan
sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima pesan. Saluran ini bisa merujuk kepada bentuk
pesan yang disampaikan kepada penerima apakah saluran verbal maupun saluran non verbal. Pada
dasarnya komunikasi manusia menggunakan dua saluran yaitu suara dan cahaya, meskipun kita juga bisa
menggunakan kelima indera untuk menerima pesan dari seseorang. Saluran juga merujuk kepada cara
penyajian pesan, apakah langsung (tatap muka) atau lewat media massa cetak atau elektronik (Koran,
Radio, TV). Surat pribadi, LCD Proyektor, Sound System Multimedia juga merupakan saluran atau media
penyampaian pesan. Pengirim pesan dapat memilih saluran atau media mana yang akan digunakan
tergantung kepada situasi, tujuan yang hendak dicapai, jumlah dan karakteristik penerima pesan.
Penerima (Receiver). Sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate (communicattee),
penyandi balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni
orang atau sekelompok orang yang menerima pesan dari si pengirim pesan. Proses si penerima pesan
menafsirkan symbol verbal dan atau non verbal yang diterima dari si pengirim pesan disebut proses
penyandian-balik (decoding).
d. Efek. Efek adalah apa yang terjadi pada si penerima pesan setelah menerima pesan. Efek ini tergantung
kepada substansi pesan yang diterima. Bisa dalam bentuk bertambahnya pengetahuan dan informasi serta
wawasan, terhibur, perubahan sikap dan keterampilan, perubahan keyakinan, perubahan perilaku dan
sebagainya. Contoh seseorang yang telah mendengarkan orasi dalam suatu kampanye bisa saja bersikap
sesuai kemauan orator dan memilih partai atau calon legislator yang diusung. Seorang ibu rumah tangga
yang baru saja mendengarkan pesan pemasaran dari seorang sales marketing bisa saja memutuskan untuk
membeli produk tersebut atau seorang murid yang sudah mendengarkan penjelasan seorang guru di kelas
akan bertambah pengetahuannya tentang materi yang disampaikan.

5. Model Komunikasi
Adakalanya pembaca sulit memahami suatu pengertian atau definisi bahkan teori termasuk komunikasi
yang dijelaskan dengan kata-kata. Karena penjelasan tulisan sering memasukan berbagai hal tentang sesuatu
yang begitu rinci yang sebenarnya tidak begitu diperlukan dalam kenyataannya. Untuk itu, diperlukan suatu
model yang menjadi semacam ringkasan teori atau definisi yang mewakili hal-hal penting dan operasional saja
dalam teori atau definisi tersebut. Dapat dikatakan suatu model atau suatu ringkasan teori atau definisi.
Terkait dengan komunikasi, model komunikasi adalah representasi dari komponen-komponen penting
dalam komunikasi tersebut. Sereno dan Mortensen dalam Mulyasa (2009:132) menyatakan bahwa model
komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Para pakar
bisa saja menggunakan kata-kata, angka, simbol dan gambar dalam melukiskan suatu model komunikasi.
Sebagai suatu proses yang dinamis, model komunikasi dibuat untuk mengidentifikasi unsur-unsur komunikasi
dan bagaimana unsur-unsur komunikasi tersebut berhubungan.
Berdasarkan tujuan dan kebutuhan penulisan buku ini, berikut dipilih beberapa model komunikasi dari
sekitar ratusan model komunikasi yang telah dikenal dan terus berkembang dalam ilmu komunikasi sampai saat
ini.

Model S – R

Model Stimulus – Respon atau S – R adalah model komunikasi yang paling sederhana dan
menggambarkan komunikasi sebagai proses aksi dan reaksi. Dalam model ini, kata-kata verbal (lisan atau
tulisan), isyarat non verbal, gambar-gambar atau tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk
memberikan respons tertentu. Komunikasi dalam model ini dapat berlangsung positif maupun negatif.
Contoh, seorang guru yang menyapa siswanya saat bertemu di pagi hari sambil berkata “selamat pagi,
Budi?” maka Budi akan membalas dengan senyuman pula dan perasaan bahagia seraya berkata “baik bu”.
Demikian juga jika seorang guru marah atau membentak siswanya maka siswa tersebut akan menjadi takut
atau tertekan. Hanya saja model ini kurang mewakili komunikasi sebagai suatu proses karena model ini
sangat statis dan menganggap manusia sebagai sebagai individu yang berperilaku sesuai kekuatan dari luar.
Bukan berdasarkan kehendak, keinginan atau kemauan sendiri. Namun demikian, model komunikasi ini,
khususnya yang berlangsung positif bisa dipraktekkan dalam komunikasi-komunikasi yang tidak begitu
intens, pertemuan sekejap, pertemuan dua orang yang baru saling kenal, bertemu saat berpapasan,
menampilkan citra diri atau awal dari sebuah pertemuan bahkan sekedar basa-basi belaka.

Gambar 11. Model Komunikasi S-R Sumber:rizkife.blogspot.com

Model Aristoteles
Aristoteles adalah tokoh pertama yang mengkaji komunikasi dengan tujuan persuasi dan merupakan
perumus model komunikasi pertama. Model komunikasi Aristoteles yang menekankan pada tiga unsur dasar
komunikasi (speaker, message dan listener) menjadi dasar bagi ahli komunikasi lain untuk membuat model
komunikasi yang lebih baru.

Gambar 12. Model Komunikasi Aristoteles Sumber :


Rudytahu.blogspot.com

Model komunikasi Aristoteles menekankan pada komunikasi retoris atau yang lebih dikenal dengan
komunikasi publik (public speaking) yang menitikberatkan pada upaya persuasi (pembicara berusaha agar
pendengar mau menerima pendapatnya). Menurut Aristoteles, upaya persuasi dipengaruhi oleh tiga hal yaitu
etos (keterpercayaan pembicara), logos (argumen dan logika) serta pathos (emosi khalayak). Secara
sederhana dapat dijelaskan dengan format siapa menyampaikan apa dengan cara bagaimana. Terkait dengan
pidato atau orasi tiga hal yang harus diperhatikan adalah isi, susunannya dan cara penyampaiannya. Bagi
seorang guru, kepala sekolah bahkan pejabat dinas pendidikan sekalipun perlu menjadikan model sederhana
Aristoteles ini sebagai dasar dalam menyampaikan sebuah pidato atau sambutan dalam berbagai kegiatan
agar pidato atau sambutan yang disampaikan mencapai target/sasaran.

Model Lasswell
Gambar 13. Model Komunikasi Lasswell Sumber :
Syafitris.blogspot.com

Lasswell melalui model komunikasi yang dikemukakannya tahun 1948 ini, menekankan pada tiga fungsi
yang diemban oleh komunikasi dalam masyarakat yaitu;
a. Pengawasan lingkungan. Mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam
lingkungan.
b. Korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan.
c. Transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.

Selanjutnya, Lasswell juga menjelaskan fungsi pendidik sebagai pihak yang membantu
menghubungkan/mengkorelasikan atau mengumpulkan respons orang-orang terhadap informasi baru serta
anggota keluarga dan pendidik di sekolah dalam mengalihkan warisan sosial. Dalam modelnya, Lasswell
menekankan pada aspek-aspek penting komunikasi yang dirangkum dalam kalimat yang sudah cukup dikenal
yaitu “who says what in which channel to whom with what effect”. Khusus untuk pendidik, unsur “in which
channel” perlu menjadi catatan khusus karena menekankan pada keberadaan saluran atau media yang
membantu sampainya pesan dari komunikator kepada komunikan. Media disini disamping mempermudah
sampainya pesan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (learning quality).

Model Berlo
Model ini dikenal juga dengan model SMCR yang merupakan singkatan dari source (sumber) yaitu
pihak yang menciptakan pesan baik seseorang maupun kelompok, message (pesan) yaitu isi/informasi yang
disampaikan yang dapat juga diartikan sebagai terjemahan gagasan ke dalam kode simbolik seperti bahasa
dan isyarat, channel (saluran/medium) yaitu melalui apa pesan disampaikan/media pembawa pesan dan
receiver (penerima) yaitu orang yang menjadi sasaran/tujuan komunikasi.
Model Komunikasi yang dikemukakan oleh Berlo ini memiliki kelebihan yaitu tidak hanya
menggambarkan komunikasi publik dan komunikasi massa namun juga komunikasi antarpribadi dan
berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model komunikasi ini juga memberikan kontribusi terhadap aspek
efektifitas penyampaian pesan yang dipengaruhi oleh keterampilan komunikasi, latar belakang sosial budaya,
sikap serta pengetahuan baik dari sisi pengirim maupun penerima pesan

Model Tubbs
Tubbs menggambarkan model komunikasi yang sesuai dengan konseptualisasi komunikasi sebagai
proses transaksional dimana kedua peserta komunikasi sebagai pengirim sekaligus juga sebagai penerima
pesan. Dalam model ini, komunikator 1 atau komunikator 2 selama proses komunikasi terus menerus
memperoleh masukan dan rangsangan baik dari dalam maupun luar diri mereka. Sedangkan gangguan dalam
model Tubbs ini adalah gangguan teknis (faktor yang menyebabkan si penerima pesan merasakan perubahan
pada informasi atau rangsangan yang tiba misalnya kegaduhan) dan gangguan semantik (pemberian makna
yang berbeda atas lambing yang disampaikan si pengirim).
Dalam dunia pendidikan khususnya pembelajaran di kelas, model komunikasi Tubbs ini bisa
ditemukan dalam proses diskusi antara dua atau lebih peserta didik pada suatu kelompok. Dimana masing-
masing anggota kelompok memainkan peran sebagai pengirim maupun penerima pesan secara bergantian,
terus menerus, spontan dan dinamis.

Gambar 15. Model Komunikasi Tuubs Sumber : tranchutangh.wordpress.com

Model di atas juga memperlihatkan bagaimana proses komunikasi itu berjalan dengan begitu cepat dan
saling berbalasan. Hal ini bisa dilihat dalam proses diskusi di dalam kelas dimana terjadinya lontaran ide dan
respon secara simultan dan terus – menerus.

6. LINGKUNGAN KOMUNIKASI

DeVito menegaskan bahwa lingkungan (konteks) komunikasi setidak tidaknya memiliki 3 dimensi, yaitu
dimensi fisik, dimensi sosial-psikologis, dan dimensi temporal. Berikut ini merupakan penjabaran dari apa
yang dimaksudkan DeVito tersebut.

a. Dimensi Fisik
Menurut DeVito, ruang atau bangsal atau taman di mana komunikasi itu berlangsung disebut konteks atau
lingkungan fisik. Yang dimaksud dengan konteks atau lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan
nyata atau berwujud (tangible). Lingkungan fisik ini, apapun bentuknya, mempunyai pengaruh tertentu atas
kandungan pesan kita (apa yang kita sampaikan) selain juga bentuk pesan (bagaimana kita
menyampaikannya).
b. Dimensi Sosial-Psikologis
Dimensi sosial-psikologis ini, misalnya meliputi tata hubungan status di antara mereka yang terlibat,
peran dan permainan yang dijalankan orang, serta aturan budaya: masyarakat di mana mereka
berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas
atau informalitas, serius atau senda-gurau. Komunikasi yang dibolehkan pada suatu pesta wisuda mungkin
tidak dibolehkan di rumah sakit. Tentu saja Anda paham dengan apa yang dimaksud oleh Vito. Komunikasi
yang terjalin di antara hadirin pada pesta wisuda tentunya semuanya dalam suasana gembira. Sementara itu
suasana di rumah sakit kebanyakan bernuansa sedih, iba, dan harus pandai-pandai menyesuaikan diri dengan
suasana lingkungan.

c. Dimensi Temporal atau Waktu


Dimensi ini mencakup waktu dalam sehari maupun waktu dalam hitungan sejarah di mana komunikasi
tersebut berlangsung. Bagi sejumlah orang, pagi hari bukanlah waktu yang tepat untuk berkomunikasi.
Sementara bagi orang lain, pagi hari justru merupakan waktu yang ideal untuk berkomunikasi. Anda tentu
bisa membandingkan antara orang yang sibuk dengan pekerjaannya pada pagi hari dengan orang-orang yang
suka begadang pada malam hari, yang di pagi harinya masih merasa loyo serta ingin bermalas-malas.
DeVito juga mengatakan bahwa waktu dalam sejarah tidak kurang pentingnya karena kelayakan dan
dampak dari suatu pesan bergantung, pada waktu atau saat dikomunikasikan. Bayangkanlah, misalnya
bagaimana pesan-pesan mengenai sikap dan nilai rasial, seksual atau keagamaan disampaikan dan ditanggapi
dalam berbagai waktu sepanjang sejarah. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana suatu pesan tertentu
disesuaikan dengan rangkaian temporal peristiwa komunikasi. Sebagai contoh, ingat-ingatlah berbagai
makna pujian sederhana yang Anda sampaikan kepada seorang kawan. Apakah itu Anda sampaikan segera
setelah kawan itu memuji Anda atau segera setelah Anda minta tolong kepadanya atau selama perdebatan
yang terjadi dengan rekan-rekan Anda.
Lebih lanjut DeVito mengatakan bahwa, ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji kencan (lingkungan atau konteks
temporal) dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (lingkungan sosial-
psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan
untuk makan malam (lingkungan fisik). Perubahan-perubahan ini dapat menimbulkan banyak perubahan lain.
Memang, proses komunikasi itu tidak pernah statis (DeVito, 1997: 24-26).
Demikianlah secara singkat telah diuraikan pengertian dari komunikasi dan faktor-faktor yang ikut
berpengaruh terhadap pelaksanaan atau terjadinya komunikasi. Sudah barang tentu dengan mempelajari
uraian tersebut Anda diharapkan dapat menangkap nuansa yang tersirat dari uraian dan contoh yang telah
disajikan.
7. .Komunikasi Sebagai Ilmu
Komunikasi Sebagai Ilmu Komunikasi masih banyak diteliti dalam berbagai jenis penelitian,
misalnya ; para psikolog meneliti komunikasi sebagai jenis perilaku tertentu yang didorong oleh
proses-proses psikologi yang berbeda, para sosiolog memfokuskan pada masyarakat dalam
proses sosial serta melihat pula komunikasi sebagai salah satu faktor sosial yang penting dalam
masyarakat, para antropolog yang biasanya tertarik pada kebudayaan memperlakukan
komunikasi sebagai sebuah faktor yang membantu mengembangkan, mempertahankan, dan
mengubah kebudayaan, dan sebelumnya ada : sosiologi komunikasi, psikologi komunikasi
(komunikasi dikaji oleh ilmu lain).
Ilmu komunikasi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang bersifat
multidisipliner. Karena pendekatan-pendekatan yang dipergunakan berasal dari dan
menyangkut berbagai bidang keilmuan (disiplin) lainya seperti linguistik, sosiologi, psikologi,
antropologi, politik, dan ekonomi. Sifat “kemultidisiplinan” ini tidak dapat dihindari karena
obyek pengamatan dalam ilmu komunikasi sangat luas dan komplek, menyangkut berbagai
aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik dari kehidupan manusia1 . Ilmu komunikasi berpijak
persis di persimpangan jalan “yang mempunyai banyak cabang tetapi tak seorangpun bersedia
melewatinya.
Berdasarkan perspektif pohon komunikasi yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Hj. Nina
Winangsih Syam,MS, lahirnya ilmu komunikasi berakar dari berbagai disiplin ilmu yang
dikenal sebagai landasan ilmiah komunikasi yang terdiri dari filsafat, antropologi, sosiologi,
psikologi, dan psikologi sosial. Posisi ini menempatkan ilmu komunikasi sebagai “hasil
persilangan” ilmu yang sudah “mapan” sebelumnya.
Akar komunikasi yang paling fundamental adalah filsafat3 . Filsafat telah memberi dan
membuka sebuah jalan bagi perkembangan suatu pengetahuan menjadi ilmu. William Durrant
menggambarkan pentingnya filsafat sebagai pembuka jalan kepada ilmu pengetahuan melalui
deskripsi sebagai berikut : filsafat merupakan pasukan marinir yang merebut pantai. Setelah
pantai berhasil direbut, pasukan infanteri baru dapat mendarat. Yang diibaratkan sebagai
pasukan infanteri adalah berbagai pengetahuan, di antaranya adalah ilmu. Deskripsi cerita ini
melahirkan kesimpulan bahwa filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak, sementara yang
berperan membela gunung dan menerabas hutan adalah ilmu pengetahuan. Setelah sasaran
tercapai maka pergilah sang marinir (filsafat) itu dengan menyerahkan segala sesuatunya
kepada ilmu untuk melanjutkan aktivitasnya. Selanjutnya filsafat menjelajah lautan lepas dan
luas. Dengan demikian, pertumbuhan dan perkembangan ilmu senantiasa dirintis oleh filsafat.
Filsafat telah merintis dan membidani lahirnya ilmu.
Psikologi membicarakan gejala-gejala kejiwaan yang berkaitan dengan proses komunikasi
intrapersonal. Dan pada akhirnya akan sampai pada bahasan psikologi komunikasi. Psikologi
komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan
peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Melalui proses sensasi, asosiasi, persepsi,
memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses pencerapan informasi (energi/stimulus) yang
datang dari luar melalui pancaindra. Asosiasi adalah pengalaman dan kepribadian yang
mempengaruhi proses sensasi. Persepsi adalah pemaknaan / arti terhadap informasi
(energi/stimulus) yang masuk ke dalam kognisi manusia. Memori adalah stimuli yang telah
diberi makna di rekam dan disimpan dalam otak (memori) manusia. Berpikir adalah akumulasi
dari proses sensasi, asosiasi, persepsi, dan memori yang dikeluarkan untuk mengambil
keputusan.
Sumbangsih psikologi dalam ilmu komunikasi juga terlihat dalam teori-teori psiko-kognitif,
psiko-analisis, behaviorisme, dan humanisme yang sangat berguna ketika menganalisis manusia
sebagai komunikan.
Psikologi sosial adalah usaha untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan bagaimana
pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu dipengaruhi oleh apa yang dianggap sebagai
pikiran, perasaan, dan tindakan orang lain. Bila individu-individu berinteraksi dan saling
mempengaruhi maka terjadilah :
⚫ proses belajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif
⚫ proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komunikasi)
⚫ mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, permainan peran, identifikasi, proyeksi,
agresi dan sebagainya.

Fokus kajian sosiologi adalah interaksi sosial yang diisyaratkan oleh adanya fungsi-fungsi
komunikasi. Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah komunikasi. Sosiologi
menjelaskan bahwa komunikasi menjadi unsur terpenting dalam seluruh kehidupan manusia.
Maka lahirlah sosiologi komunikasi yaitu suatu proses interaksi antarmanusia melalui
simbolsimbol yang bermakna (meaning full symbols) dengan melibatkan sistem, norma dan
nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai kesamaankesamaan arti/makna.
Antropologi memandang perilaku manusia dalam sebuah konteks yang menyeluruh
(konteks biologis, sosial, budaya, dan ekologi). Pada kontek budaya antropologi melihat
komunikasi sangat relevan membicarakan masalah simbol, bahasa, dan pemaknaan. Ada empat
macam simbol ;
1. Obyek simbol bendera melambangkan bangsa dan uang menggambarkan pekerjaan dan
barang-barang dagangan (komiditi)
2. Karakteristik obyek dalam kultur kita. Warna ungu dipahami untuk ‘kerajaan’, hitam untuk
dukacita, kuning untuk kekecutan hati, putih untuk kesucian, merah untuk keberanian, dan
sebagainya.
3. Gesture adalah tindakan yang memiliki makna simbolis, senyum dan kedipan, lambaian
tangan. Semua ini memiliki makna tersendiri dalam konteks kultural.
4. Simbol adalah jarak yang luas dari pembicaraan dan kata-kata yang tertulis dalam
menyusun bahasa. Bahasa adalah kumpulan simbol paling penting dalam berbagai kultur.

Biologi sebagai akar ilmu komunikasi menguraikan aspek-aspek biologis manusia yang tidak
terlepas dari aspek-aspek komunikasi yang dimilikinya dalam berinteraksi, terutama
komunikasi intrapersonal. Dalam biologi akan dipelajari peristiwa alam sebagai variabel
pengaruh terhadap fenomena komunikasi. Pada tataran epistemologi filsafat ilmu, biologi
berperan sebagai kontributor. Studi otak (komponen genetika dalam biologi) memiliki link
dengan studi efektivitas pesan-pesan komunikasi yang bersifat akuntabel dan verifikatif.
Adapun ciri-ciri biologi komunikasi adalah : 1) Lebih mengarah pada emosi, 2) Tergantung
pada gejala-gejala iner, 3) Merupakan efek afeksi, 4) Tidak ada campur tangan budaya, 5)
Merupakan proses intra, 6) Tidak tergantung pada stimulus, 7) Merupakan proses alam dalam
wilayah biologi yang mempengaruhi perilaku komunikasi.
Ada dua aliran dalam fisika yaitu aliran fisika dan aliran mental dalam pemaknaan. Aliran
fisika memandang pemaknaan sebagai unit (bagian) dari dunia fisik yang ada secara mandiri
dari setiap aktivitas manusia. Sebagai contoh, pemaknaan dapat dipahami sebagai data, sikap,
atau pun informasi. Sedangkan aliran mental memandang pemaknaan two eksis sebagai unit-
unit tetapi hanya dalam kesadaran unik manusia. Pemaknaan merupakan kepingan-kepingan
eksistensi mental manusia yang dapat dipandang sebagai kesan, konsep, maksud atau ide.
Walaupun terdapat sudut pandang yang berbeda, namun masih ada kesamaan pandangan
tentang istilah-istilah penting yang menjabarkan komunikasi. Komunikasi merupakan sebuah
proses di mana dua individu dihubungkan melalui kesamaan makna.
Matematika berasal dari bahasa Yunani mathema yang bearti sains, ilmu pengetahuan, atau
belajar, mathematikos berarti suka belajar. Berasal dari bahasa Latin manthanein atau mathema
yang artinya belajar atau hal yang dipelajari. Berasal dari bahasa Belanda wiskunde yang
artinya ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan
antar konsep atau antar pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Matematika mengkaji
berbagai simbol dan ekspresi untuk mengkomunikkasikannya. Ia pun berperan sebagai bahasa
simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat.

8. Pengertian Seni komunikasi

Seni komunikasi berarti keterampilan untuk menyampaikan dan menerima pesan dengan
baik dan efektif meliputi berbicara (speaking), menulis (writing), mendengarkan (listening), dan
membaca (reading). Dengan demikian, seni komunikasi meliputi empat aktivitas komunikasi:

1. Berbicara (speaking)
2. Menulis (writing)
3. Mendengarkan (listening)
4. Membaca (reading).

Karena berbicara biasanya dominan dalam komunikasi, seni komunikasi identik dengan
keahlian berbicara, utamanya berbicara di depan umum (public speaking) atau retorika.Retorika
diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik yang dipergunakan dalam proses komunikasi.
Seni berbicara ini bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa
isi, melainkan juga suatu kemapuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat
dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang
tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat.

Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian, dan
kesanggupan berbicara. Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada
tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata
yang tepat, benar dan mengesankan. Itu berarti kita harus dapat berbicara jelas, singkat dan
efektif. Jelas supaya mudah dimengerti, singkat untuk menghemat waktu dan sebagai tanda
kepintaran, dan efektif.

9. Jenis-Jenis Seni Komunikasi


1. The art of looking

Cara kita melihat lawan bicara merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan.
Penatapan yang baik adalah dengan melihat kedua mata dari orang yang sedang kita ajak
berkomunikasi, bukan menunduk atau menoleh ke kanan dan kekiri,tanpa memandang bagian
tubuh lainnya jika tidak terlalu penting, karena dengan demikian akan memberikan suatu signal
bahwa kita sangat serius dengan apa yang hendak kita sampaikan. Tatapan mata pun jangan
berlebihan berilah dia dengan tatapan yang memberikan harapan dan keyakinan, sehingga
mereka akan percaya dengan keseriusan kita.

2. The art of smiling

Dalam berkomunikasi yang baik juga sebaiknya memberikan senyum kepada lawan bicara
kita. Jadi, berilah mereka senyum yang sangat menawan dan sewajarnya. Jangan tersenyum
terlalu sering dan jangan juga terlalu berlebihan. Sesuaikan dengan apa yang menjadi topik
pembicaraan. Dengan melemparkan senyum, lawan bicara akan sangat merasa nyaman dan
dihormati, walaupun mungkin kita baru saja kenal dengan mereka. Memberikan senyum
disamping mendapatka pahala juga memberikan kenyamanan bagi lawan bicara kita.

3. The art of listening

Menjadi pendengar yang baik adalah salah satu kunci keberhasilan dalam berkomunikasi.
Dengan menjadi pendengar yang baik, maka lawan bicara kita akan merasa dihargai dan kita
juga akan mudah memperoleh informasi yang kita butuhkan. Jangan sekali-kali memotong
pembicaraan lawan bicara dengan spontan. Itu menandakan bahwa kita tidak menghargai apa
yang menjadi pemikiran dia. Jadilah pendengar yang setia dan seksama. Itu akan memberikan
kepercayaan lebih bagi lawan bicara. Setelah itu barulah kita memberikan tanggapan ataupun
mengajukan pertanyaan jika merasa ada hal yang kurang jelas.

4. The art of questioning

Memberikan pertanyaan merupakan salah satu wujud umpan balik dari berkomunikasi.
Dengan memberikan pertanyaan lawan bicara akan merasa bahwa kita antusias ataupun tertarik
dengan apa yang dibicarakan olehnya. Jangan memberikan pertanyaan yang di luar topik
pembicaran, terkecuali sebagai intermezo sejenak, dan tidak boleh terlalu banyak. Berikanlah
pertanyaan yang menarik dan santai,dan sebaiknya jangan terlalu banyak bertanya.

5. The art of answering

Jika kita memberikan jawaban, sebaiknya jawablah dengan kata- kata yang mudah
dimengerti sera usahakanlah jawaban yang singkat dan jelas. Jika kita belum tahu jawaban dari
pertanyaan yang disampaikan, sebaiknya mengatakan terus terang sehingga kita tidak
memberikan informasi yang salah.

6. The art of surpising

Kejutan bisa menjadi salah satu hal positif dalam berkomunikasi seperti memberikan pujian
atau kejutan lain yang dapat memebuat lawan bicara kita merasa senang. Dengaan melakukan
hal demikian maka oarang akan merasa nyaman dan senang untuk berkomunikasi dengan kita.

7. The art of admitting mistake

Salah satu seni berkomunikasi yang efektif yaitu mengakui kesalah yang kita perbuat.
Kesalahan seperti apa yang harus kita akui dan sebagai komunikasi efektif, yaitu kesalahan
seperti penyebutan nama orang, tempat, tanggal, atau kejadian yang kita sebutkan. Jangan ragu-
ragu mengakui kesalahan, karna jika kita tidak mengakui kesalahan sesegera mungkin. Hal itu
akan menggambarkan kita tidak sombong dan sangat rendah hati.

8. The art of asking apology

Seni yang menekankan pertanyaan kepada lawa bicara Anda mengenai kesalahan yang sudah
Anda ucapkan, lalu meminta maaf dengan segera, ini akan efektif dilakukan sehingga terjalin
percakapan dua arah yang sangat harmonis.

9. The art of static empathy

Ketika kita melakukan komunikasi, maka lakukanlah dengan sebaik mungkin, seakan-akan
Anda sangat memahami permasalahan mereka. Masuklah kedalam pikiran mereka, dan rasakan
apa yang mereka rasakan, sehingga mendapatkan solusi yang tepat buat mereka.
10. The art of clossing conversation

Seni menutup percakapan yang baik, yaitu penutup dengan pemberian motivasi dan
semangat akan apa yang menjadi topik pembicaraan. Tutuplah dengan senyum dan jika perlu
maka ucapkanlah terima kasih kepada lawan bicara kita. Sekilas berkomunikasi memang tidak
memerlukan teknik yang rumit, tetapi bila Anda mempunyai teknik berkomunikasi yang efektif,
maka Anda akan mendapatkan nilai lebih dari lawan bicara. Anda akan dianggap dapat
memahami apa yang menjadi kebutuhan mereka.

10. Cara Mengembangkan Seni Komunikasi

Komunikasi merupakan sebuah jembatan untuk membangun suatu hubungan. Sulit


membayangkan apa yang akan terjadi di dunia ini jika tidak ada komunikasi. Kemampuan
berkomunikasi identik dengan keberhasilan dalam karier, keluarga dan hubungan sosial.
Seorang komunikator andal memiliki peluang untuk meraih sukses yang seluas-luasnya. Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan supaya kita dapat mengembangkan seni berkomunikasi,
diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menyimak dengan seksama

Dalam kaligrafi tiongkok, kata komunikasi diartikan sebagai seni mendengar. Kita menjadi
lebih bijaksana bukan ketika berbicara, tetapi ketika mendengarkan. Inti komunikasi sebenarnya
bukanlah seberapa fasih kita berbicara, namun seberapa jauh kita dapat mendengarkan dan
menyimak pesan komunikasi orang lain.

2. Memahami makna sebuah pesan

Sebuah kata belum tentu menjadi sarana untuk menyampaikan pesan. Sebuah ekpresi dapat
secara jujur menyampaikan pesan ada apa sebenarnya. Ekspresi tdk bisa menyembunyikan
rahasia.

3. Mengenal gaya komunikasi

Setiap orang memiliki gaya komunikasi yang berbeda satu dengan yang lain. Gaya
komunikasi ini umumnya dipengaruhi oleh beberapa sebab, seperti latar belakang ras, etnis,
budaya, latar belakang pendidikan, serta pengaruh lingkungan yang ada dan mempengaruhi
seseorang. Dengan gaya komonikasi yang kita miliki, kita menjadi khas di depan orang lain.
Dalam berkomunikasi sebaiknya tidak mengubah-ubah gaya komunikasi secara terus-menerus,
karena selain menunjukan ketidakkonsistetan kita, hal ini juga berakibat pada munculnya
kesalahpahaman komuniaksi yang terjadi.

4. Memilih saat yang tepat

Berkomunikasi tidak semata-mata sebuah pesan bisa disampaikan, namun menyangkut pula
bagaimana suasana ketika proses penyampaian pesan berlangsung pada pihak lain. Pemilihan
suasana inilah yang sedikit banyak mempengaruhi perasaan yang tercipta saat pesan
disampaikan. Semakin tepat kita memilih momentum, semakin mudah pesan bisa diterima
dengan baik. Dalam suasana yang kurang kondusif, sebaik apapun isi pesan yang disampaikan
bisab jadi akan mengalami bias.

5. Memberi apresiasi

Apresiasi kita terhadap siapapun amat berperan dalam komunikasi. Dengan apresiasi positif
yang kita kembangkan, memudahkan kita diterima oleh siapapun. Setiap orang pada dasarnya
suka diapresiasi dengan baik oleh orang lain maupun lingkungannya. Apresiasi positif juga
menumbuhkan munculnya empati dari pihak lain. Jika sebuah komunikasi ini sampai pada
penumbuhan rasa empati, dipastikan komunikasi yang terjadi adalah komunikasi yang cukup
baik dan berkualitas.

11. Komunikasi Manusia dan annimal communication

Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang
kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di
mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terilhat dalam komunikasi
itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi
manusia atau dalam bahasa asing human communication, yang sering kali pula disebut
komunikasi sosial atau social communication.
Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antar manusia dinamakan
komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang
bermasyarakat terjadinya komunikasi. Masyarakat terbentuk dari paling sedikit dua orang yang
saling berhubungan dengan komunikasi sebagai penjalinnya. Robinson Crusoe misalnya, yang
hidup menyendiri disebuah pulau terpencil, tidak hidup bermasyarakat karen a dia hidup
sendirian. Oleh karena itu dia tidak berkomunikasi dengan siapa-siapa.

Dari pengertian di atas, komunikasi yang dibahas di sini tidak termasuk komunikasi hewan,
komunikasi transendental dan komunikasi fisik. Komunikasi hewan adalah komunikasi antar
hewan. Gajah dengan gajah berkomunikasi, burung dengan burung berkomunikasi, dan
sebagainya.
PENUTUP

Istilah komunikasi berasal dari kata communis yang berarti sama. Sama dalam arti
maknanya. Berkomunikasi berarti mempunyai tujuan untuk punya arti yang sama. Kajian
komunikasi dari sudut pandang filsafat ilmu komunikasi dimaksudkan agar pemahaman
terhadap proses komunikasi bersifat radikal atau mendalam, sistematis dan menyeluruh. Kajian
ini dimaksudkan untuk mendapatkan esensi atau hakikat komunikasi. Pernyataan ini adalah
pesan. Sebelum pesan sampai pada khalayak atau penerima pesan, haruslah dilakukan
pertimbangan.18
Definisi mengenai ilmu komunikasi kontemporer, menurut hemat penulis lebih tepat apa
yang dikemukakan oleh Carl I Hovland dalam science of communication sebagai; a systematic
attemp to formulate in rigorous fashion the principle by which information is transmitted and
opinions nd attitudes are formad (Upaya yang sistemik untuk merumuskan secara tegas asas-
asas penyampian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap).
DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grafindo Persada.

DeVito Joseph A. (1997). Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Kuliah Dasar


Profesional Books.

Effendy, Onong, Uchjana. (1994). Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktik. Cetakan ke
Delapan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Greenen, Tony. 1993. Kiat Sukses Public Relations Pembentukan Citra. Jakarta : Bumi Aksara.

Mulyasana, Dedi. 2012.. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing . Bandung : Remaja
Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Muhammad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara

Rusman.Model-Model Pembelajaran. 2012. Jakarta : Rajawali Press.

Anda mungkin juga menyukai