Anda di halaman 1dari 18

MODUL PERKULIAHAN

Komunikasi Antar
Budaya

Subjek, Wilayah dan Fokus Kajian


Komunikasi Antar Budaya

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Fakultas Program Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Ilmu Komunikasi Studi Broadcasting 02
Abstract Kompetensi
Komunikasi Antarbudaya merupakan Melalui modul ini, diharapkan
kajian dalam bidang broadcasting di mahasiswa telah memahami garis besar
mana mahasiswa dapat mulai subjek, wilayah, dan fokus kajian
memfokuskan diri kepada pentingnya komunikasi antar budaya yang dapat
mempelajari subjek, wilayah dan fokus diaplikasikan pada ranah komunikasi
kajian komunikasi antarbudaya. lainnya.
Sehingga dengan materi ini dapat
memberikan gambaran kepada
mahasiswa untuk mendalami kembali
komunikasi antar budaya,.
Pengertian Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi sebagai ilmu sosial, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Salah satunya melahirkan komunikasi antarbudaya. Kajian mengenai komunikasi
antarbudaya ini masih menjadi kajian yang baru, sehingga selalu menarik untuk
ditelaah dari sudut pandang para akademisi. Maka dari itu, komunikasi antarbudaya
menjadi salah satu mata kuliah ―wajib‖ di fakultas ilmu komunikasi.
Pada bagian ini, paling tidak ada tiga bahasan penting, yaitu pengertian,
subjek, wilayah kajian dan fokus komunikasi antarbudaya. Bagian-bagian ini akan
menjadi pilar utama komunikasi antarbudaya sebagai disiplin ilmu tersendiri dan
sekaligus membedakan objek kajiannya dengan ilmu-ilmu lain.
Sebelum memahami pengertian komunikasi antarbudaya, terlebih dahulu ada
beberapa jenis atau model komunikasi yang menjadi bagian dari komunikasi
antarbudaya, sebagai berikut:1
Pertama, komunikasi internasional (International Communications), yaitu
proses komunikasi antara bangsa dan negara. Komunikasi ini tercermin dalam
diplomasi dan propaganda, dan seringkali berhubungan dengan situasi intercultural
(antarbudaya) dan interracial (antarras). Komunikasi internasional lebih menekankan
kepada kebijakan dan kepentingan suatu negara dengan negara lain yang terkait
dengan masalah ekonomi, politik, pertahanan, dan lain-lain. Menurut Maletzke,
komunikasi antarbudaya lebih banyak menyoroti realitas sosiologis dan antropologis,
sementara komunikasi antarbangsa lebih banyak mengkaji realitas politik. Namun
demikian, komunikasi internasional (antarbangsa) pun masih merupakan bagian dari
komunikasi antarbudaya.
Sastropoetro (1991:12) menjelaskan komunikasi internasional ini secara
panjang lebar, demikian: Komuniksi internasional, mempelajari pernyataan
antarnegara/pemerintah/bangsa yang bersifat umum melalui lambang-lambang yang
berarti. Rumusan itu memberikan arti, bahwa pendekatan terhadap subdisiplin
komunikasi internasional, adalah melalui proses komunikasi dengan melihat pada
syarat-syarat dan unsur-unsur serta hukum-hukum yang berlaku di bidang ilmu
komunikasi. Gerhard Maletzke dalam bukunya ―Intercultural and International
Communication‖ menyatakan tentang International Communication sebagai: ―The

1
Rumondor, Alex H., dkk. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Universitas Terbuka. 2005. Hlm.1.3-1.9

2013 Komunikasi Massa Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Christina Arsi Lestari, M.Ikom http://www.mercubuana.ac.id
Communication process‖, artinya ―Komunikasi antarberbagai negara atau bangsa
melintasi batas-batas negara‖.2
Menurut K.S. Sitaram, bahwa komunikasi internasional adalah komunikasi
antara struktur-struktur politik alih-alih antara budaya-budaya individual, artinya
komunikasi internasional dilakukan antara bangsa-bangsa, sering lewat para
pemimpin negara atau wakil-wakil negara (menteri luar negeri, duta besar, konsul
jenderal, dan sebagainya. Para wakil negara tersebut mewakili kepentingan
negaranya dalam upaya meyakinkan negara lain atas berbagai kebijakan. 3
Secara lebih spesifik (Liliweri,2001:22) studi-studi komunikasi internasional
disandarkan atas pendekatan-pendekatan maupun metodologi sebagai berikut:
Pendekatan peta bumi (geographical approach) yang membahas arus informasi
maupun liputan internasional pada bangsa atau Negara tertentu, wilayah tertentu,
ataupun lingkup dunia, di samping antar-wilayah.4
a. Pendekatan media (media approach), adalah pengkajian berita internasional melalui
suatu medium atau multimedia.
b. Pedekatan peristiwa (event approach) yang mengkaji suatu peristiwa lewat suatu
medium.
c. Pendekatan ideologis (idelogical approach), yang membandingkan sistem pers
antarbangsa atau melihat penyebaran arus berita internasional dari sudut ideologis
semata-mata.
Kedua, komunikasi antar-ras (interracial communication), yaitu suatu
komunikasi yang terjadi apabila sumber dan komunkan berbeda ras. Ciri penting dari
komunikasi antarras ini adalah peserta komunikasi berbeda ras. Ras adalah
sekelompok orang yang ditandai dengan ciri-ciri biologis yang sama. Secara implisit
komunikasi antarras ini termasuk ke dalam komunikasi antarbudaya. Hambatan
utama dalam komunikasi antar-ras ini adalah sikap curiga kepada ras lain. Misalnya
orang Jepang berkomunikasi dengan orang Amerika.
Ketiga, komunikasi antaretnis (interethnic communication), yaitu berkaitan
dengan keadaan sumber komunikannya, sama ras/suku bangsa tetapi berbeda asal
etnis dan latar belakangnya. Kelompok etnik adalah kelompok orang yang ditandai

2
Loc.Cit
3
Loc.Cit
4
Alo Liliweri. Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Hlm.22

2013 Komunikasi Massa Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Christina Arsi Lestari, M.Ikom http://www.mercubuana.ac.id
dengan bahasa dan asal-usul yang sama. Oleh karena itu komunikasi antaretnik
merupakan komunikasi antarbudaya. Misalnya, komunikasi antara orang-orang
Kanada Inggris dengan Kanada Prancis. Mereka sama-sama warga negara Kanada,
sama rasnya tetapi mempunyai latar belakang, perspektif, pandangan hidup, cita-
cita, dan bahasa yang berbeda.
Menurut DeVito (1997:480), bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya meliputi
bentuk-bentuk komunikasi lain, yaitu:
a) Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda. Misalnya, antara orang Katolik
Roma dengan Episkop, atau antara orang Islam dan orang Jahudi.
b) Komunikasi antara subkultur yang berbeda. Misalnya, antara dokter dan pengacara,
atau antara tunanetra dan tuna rungu.
c) Komunikasi antara suatu subkultur dan kultur yang dominan. Misalnya, antara kaum
homoseks dan kaum heteroseks, atau antara kaum manula dan kaum muda.
d) Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda, yaitu antara pria dan wanita.
Komunikasi Antarbudaya diartikan sebagai komunikasi antarpribadi yang
dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Definisi lain
mengatakan bahwa yang menandai komunikasi antarbudaya adalah bahwa sumber
dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda. Fred E. Jandt mengartikan
komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang
berbeda budayanya (intercultural communication generally refers to face-to face
interaction among people of divers culture). Sedangkan Collier dan Thomas,
mendefinisikan komunikasi antarbudaya ―as communication between persons ‘who
identity themselves as distict from’ other in a cultural sense‖ (Purwasito, 2003:122).
Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu
budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya yang lainnya. Dalam
keadaan demikian, kita segera dihadapkan kepada masalah-masalah penyandian
pesan, di mana dalam situasi komunikasi suatu pesan disandi dalam suatu budaya
dan harus disandi balik dalam budaya lain.
Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) adalah proses
pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya. Ketika
komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras, atau
komunitas bahasa, komunikasi tersebut disebut komunikasi antarbudaya.
Komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh
terhadap aktivitas komunikasi: apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut

2013 Komunikasi Massa Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Christina Arsi Lestari, M.Ikom http://www.mercubuana.ac.id
budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak dikomunikasikan, bagaimana cara
mengkomunikasikannya (verbal nonverbal), kapan mengkomunikasikannya
(Mulyana, 2004:xi).
Untuk melengkapi pemahaman mengenai pengertian komunikasi
antarbudaya ini, dibawah ini ada beberapa definisi yang dapat dijadikan rujukan,
yaitu:
a. Komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif
antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya.
b. Komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan
secara lisan, tertulis bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar
belakang budaya.
c. Komunikasi antarbudaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi
atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau model lainnya yang
dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
d. Komunikasi antarbudaya adalah pengalihan informasi dari seorang yang
berkebudayaan tertentu kepada orang yang berkebudayaan lain.
e. Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yangberbentuk symbol yang
dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
f. Komunikasi antarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seorang
melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal dari latar
belakang budaya yang berbeda danmenghasilkan efek tertentu.
g. Komunikasi antar budaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau
perasaan di antara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses
pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa
tubuh, gaya atau tampilan pribadi, atau bantuan hal lain disekitarnya yang
memperjelas pesan (Liliweri, 2003:9).

2013 Komunikasi Massa Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Christina Arsi Lestari, M.Ikom http://www.mercubuana.ac.id
Beberapa pakar mendefinisikan komunikasi antarbudaya dalam banyak
perspektif, di antaranya:

1. Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang


berbeda kebudayaan, misalnya antara suku bangsa, antaretnik dan ras, antarkelas
sosial.

2. Samover dan Porter

Komunikasi antarbudaya terjadi di antara produser pesan dan penerima


pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda.

3. Chaley H. Dood

Komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta


komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan
pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku
komunikasi para peserta (Liliweri, 2003:10).

4. Joseph DeVito (1997)

Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari


kultur yang berbeda – antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai, atau
cara berperilaku kultural yang berbeda

5. Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss

Intercultural communication as communication between members of different


cultures whether defined in terms of racial, ethic, or socioeconomic differences
(komunikasi antarbudaya sebagai komunikasi antara dua anggota dari latar budaya
yang berbeda, yakni berbeda rasial, etnik atau sosial-ekonomis).

2013 Komunikasi Massa Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Christina Arsi Lestari, M.Ikom http://www.mercubuana.ac.id
Komunikasi antarbudaya merupakan istilah yang mencakup arti umum dan
menunjukkan pada komunikasi antara orang-orang yang mempunyai latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Dalam perkembangannya, komunikasi antarbudaya
acapkali ―disamakan‖ dengan komunikasi lintas budaya (cross cultural
communication). Komunikasi lintasbudaya lebih memfokuskan pembahasannya
kepada membandingkan fenomena komunikasi dalam budaya-budaya berbeda.
Misalnya, bagaimana gaya komunikasi pria atau gaya komunikasi wanita dalam
budaya Amerika dan budaya Indonesia.5
Substansi yang membedakan antara komunikasi antarbudaya dengan
komunikasi lintas budaya sebagimana diungkapkan Purwasito (2003:125),
demikian:
Pada dasarnya, sebutan komunikasi lintas budaya sering pula digunakan
para ahli menyebut makna komunikasi antarbudaya. Perbedaannya barangkali
terletak pada wilayah geografis (negara) atau dalam konteks rasial (bangsa). Tetapi
juga untuk menyebut dan membandingkan satu fenomena kebudayaan dengan
kebudayaan yang lain, (generally refers to comparing phenomena across cultures),
tanpa dibatasi oleh konteks geografis masupun ras atau etnik. Misalnya, kajian lintas
budaya tentang peran wanita dalam suatu masyarakat tertentu dibandingkan dengan
peranan wanita yang berbeda setting kebudayaannya. Itulah sebabnya komunikasi
lintas budaya didefinisikan sebagai analisis perbandingan yang memprioritaskan
relativitas kegiatan kebudayaan, a kind of comperative analysis which priorities the
relativity of cultural activities.
Sementara, Liliweri (2001:22) menjelaskan komunikasi lintasbudaya ini
sebagai berikut: Komunikasi lintas budaya lebih menekankan perbandingan pola-
pola komunikasi antarpribadi di antara peserta komunikasi yang berbeda
kebudayaan. Pada awalnya studi lintas budaya berasal dari perspektif antropologi
sosial dan budaya sehingga dia lebih bersifat depth description, yakni
penggambaran yang mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan
kebudayaan tertentu.
Jika demikian, komunikasi antarbudaya sejatinya lebih luas dan lebih
komprehensif daripada komunikasi lintasbudaya. Penekanan antarbudaya terletak
pada orang-orang yang terlibat komunikasi memiliki perbedaan budaya. Ia dapat
5
Alo Liliweri. Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Hlm.22

2013 Komunikasi Massa Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Christina Arsi Lestari, M.Ikom http://www.mercubuana.ac.id
dijumpai dalam komunikasi lintas budaya, komunikasi antar ras, komunikasi
internasional, dan sebagainya, sepanjang kedua orang yang melakukan komunikasi
tersebut memiliki latar belakang budaya yang berbeda.

Subjek Kajian Komunikasi Antar Budaya

Judy C. Person dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa komunikasi


mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang
meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita
sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi.kedua, untuk kelangsungan
hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan
mengembangkan suatu masyarakat.
Dalam subjek kajian Komunikasi Antarbudaya khususnya komunikasi sosial
yang membahas komunikasi antar rasial, antaretnik, antaragama, antarkelas dan
antarjender. Setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk
membangun konsep diri kita untuk kelangsungan hidup dan memperoleh
kebahagiaan. Melalui komunikasi kita bekerjasama dengan anggota masyarakat
untuk mencapai tujuan bersama.
Sebagai kesulitan komunikasi berasal dari fakta bahwa kelompok budaya
atau subkultur dalam suatu budaya mempunyai perangkat norma berlainan. Aspek
konsep diri seperti jenis kelamin, agama, kesukuan, pendidikan, rupa fisik kita dan
sebagainya, kita internalisasikan lewat pernyataan (umpan balik).
George Herbert Mead mengatakan setiap manusia mengembangkan konsep
dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat
komunikasi. Jadi kita mengenal diri kita lewat orang lain, yang menjadi cermin yang
memantulka bayangan kita. Teori Mead tentang konsep diri ini berlaku pula dalam
pembentukan identitas etnik dalam arti bahwa konsep diri diletakan dalam konteks
keetnikan, sehingga diri dipandang spesifik secara budaya dan berlandaskan
keetnikan. Kelompok ini mengkonstruksi realitasnya sendiri, menyediakan peng
khasan khusus atas diri dan objek yang memudahkan penyesuaian seseorang
kedalam lingkungan sosialnya.
Kesukuan disamping agama, secara tradisional merupakan aspek terpenting
dalam diri kita. Begitu penting asal usul kita sehingga tanpa kepastian asal usul itu
kita akan melakukan apa saja untuk memastikan bahwa kita memiliki dimensi

2013 Komunikasi Massa Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Christina Arsi Lestari, M.Ikom http://www.mercubuana.ac.id
terpenting. Kaitan erat antara komunikasi yang manusiawi (tulus, hangat, dan akrab)
dengan harapan hidup diperteguh oleh penelitian mutakhir yang dilakukan Michael
Babyak dari universitas Duke. Banyak dan rekan-rekannya menemukan bahwa
orang-orang yang memusuhi orang lain, mendominasi pembicaraan, dan tidak suka
berteman 60% lebih tiinggi mengalami kematian di usia dini dibandingkan dengan
orang-orang yang berprilaku sebaliknya: ramah, suka berteman dan berbicara
tenang.
Meskipun kita dapat membedakan fungsi komunikasi, suatu peristiwa
komunikasi sesungguhnya sering kali mempunyai fungsi-fungsi yang tumpang tindih,
meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi. Menjawab apa
fungsi komunikasi dalam kehidupan kita, ternyata terdapat banyak jawaban.

Wilayah Kajian Komunikasi Antar Budaya

Wilayah kajian contohnya antarpersonal, kelompok, organisasi, masyarakat


dan internasional. Kita akan keliru bila mengira bahwa pola-pola komunikasi yang
kita amati diatas tak lebih dari kumpulan adat istiadat yang tidak berarti. Pola
komunikasi suatu masyarakat tertentu merupakan bagian dari keseluruhan pola
budaya dan dapat dipahami dalam konteks tersebut.

Di sini kita tak dapat mengemukakan banyak contoh perilaku komunikasi


suatu masyarakat tertentu. Bagi pengusaha berguna untuk meneliti kesulitan
berhubungan antar tingkatan sosial dan masalah umpan balik informasi dari tingkat
lebih rendah ketingkat lebih tinggi dalam organisasi industri di luar negeri.

Kita dapat menemukan beberapa contoh mengenai hubungan antar personal,


kelompok, organisasi karena di beberapa Negara status dan kelas sosial sangat
menentukan apakah bisnis akan terjadi antar individu atau antar kelompok
contohnya di Amerika Latin. Di sana terdapat suatu pola hubungan manusia dan
hubungan union-manajement yang berbeda dari yang kita kenal di Amerika Serikat.

Everett Hagen dari MIT (Massachusetts Institute of Teknology) telah


menemukan adanya tekanan yang lebih berat dari otoritas ini dan kurang
berkembangnya organisasi staf diperusahaan Amerika Latin, dibandingkan dengan
Amerika Serikat. Di Amerika Latin pemerintah lebih terlibat dalam menangani semua
jenis masalah perburuhan. Perbedaan-perbedaan ini tampak jelas hubungannya

2013 Komunikasi Massa Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Christina Arsi Lestari, M.Ikom http://www.mercubuana.ac.id
dengan budaya dan organisasi sosial di Amerika Latin. Orang tidak perlu
menghabiskan hidupnya untuk memahami bahwa tidak ada satu budayapun yang
statik.

Untuk bekerja sama dengan orang-orang kita tidak harus seperti mereka. Bila
kita melakukan konformitas (keseragaman) sepenuhnya, orang Arab, orang Amerika
Latin, orang Itali dan siapapun akan menganggap prilaku kita membingungkan dan
tidak tulus. Ia mencurigai motif kita. Kita diharapkan untuk berbeda namun kitapun
diharapkan untuk menghormati dan menerima orang lain apa adanya, dan kita dapat
tanpa memaksa kepribadian kita. Untuk belajar kepribadian kita, belajar
berkomunikasi dengan mereka dengan cara mengamati pola tradisi mereka yang
tidak tertulis.

Tetapi selain itu karena terdapat banyak pendekatan antropologis terhadap


analisis budaya, sebagian orang mungkin lebih suka menggunakan pendekatan
sistem yang terkoordinasikan ini sebuah alternatif. Suatu sistem dalam hal ini adalah
suatu kumpulan atau kombinasi teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan
dan merupakan satu kesatuan.

Fokus Kajian Komunikasi Antar Budaya

Fokus kajian komunikasi antar budaya contohnya Bahasa, penyandian,


persepsi, prasangka, empati dan feed back, dan hambatan.

A. Bahasa
Salah satu yang menjadi fokus kajian komunikasi antar budaya adalah dari
segi bahasa, teoretikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah eksistensi
perilaku sosial menurut Larry R Barker bahasa memiliki tiga fungsi pertama
penamaan (naming atau pelabelan) interaksi dan transmisi informasi. Penamaan
atau penjulukan merujuk pada usaha identifikasi subjek, tindakan, atau orang
dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
Fungsi komunikasi menurut Barker menekankan berbagai gagasan dan emosi
yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
Melalui bahasa informasi dapat disampaikan kepada orang lain.
Selain itu Book juga mengungkapkan, agar komunikasi kita berhasil,
setidaknnya bahasa harus memenuhi tiga fungsi yaitu untuk mengenal dunia

2013
10 Komunikasi Massa
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
disekitar kita, berhubungan dengan orang lain, dan untuk menciptakan kohersi
dalam sebuah hubungan.

B. Penyandian
Encoding dapat dijelaskan sebagai suatu kegiatan internal seseorang untuk
memilih dan merancang perilaku verbal dan nonverbalnya yang sesuai dengan
aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis guna menciptakan suatu pesan.

C. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola
stimulus dalam lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya
respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek,
stimulus masuk ke dalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna
melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkanlah persepsi. Persepsi adalah
juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita
berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih pesan dan
mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi
individu,semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai
konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok
identitas. Persepsi meliputi:

a) Penginderaan ( sensasi ), melalui alat – alat indra kita ( indra perasa, indra
peraba, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar ). Makna pesan
yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Semua indra itu mempunyai andil
bagi berlangsungnya komunikasi manusia.penglihatan menyampaikan pesan
nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan. Pendengaran juga menyampaikan
pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman, sentuhan dan
pengecapan, terkadang memainkan peranan penting dalam komunikasi,
seperti bau parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air
garam dipantai.
b) Atensi atau perhatian adalah, pemrosesan secara sadar sejumlah kecil
informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan
dari penginderaan, ingatan dan, proses kognitif lainnya. Proses atensi
membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang

2013
11 Komunikasi Massa
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu.
Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar.
c) Interpretasi adalah, proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua
atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol- simbol yang
sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau
berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan).
Faktor – faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi bukan saja
mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi
persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan.
Agama, ideologi, tingkat ekonomi, pekerjaan, dan cita rasa sebagai faktor – faktor
internal jelas mempengaruhi persepsi seseorang terhadap realitas. Denagn
demikian persepsi itu terkait oleh budaya (culture–bound). Kelompok–kelompok
budaya boleh jadi berbeda dalam mempersepsikan sesuatu. Orang Jepang
berpandangan bahwa kegemaran berbicara adalah kedangkalan, sedangkan orang
Amerika berpandangan bahwa mengutarakan pendapat secara terbuka adalah hal
yang baik.
Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mengemukakan 6 unsur budaya
yang secara langsung mempegaruhi persepsi kita ketika kita berkomunikasi dengan
orang dari budaya lain, yakni:

1. kepercayaan (beliefs), nilai ( values ), sikap ( attitude )


2. pandangan dunia ( world view )
3. organisasi sosial ( sozial organization )
4. tabiat manusia ( human nature )
5. orientasi kegiatan ( activity orientation )
6. persepsi tentang diri dan orang lain ( perseption of self and other )

Setiap orang memperhatikan, mengorganisasikan dan menafsirkan semua


pengalamannya secara selektif. Stimuli secara secara selektif artinya, stimuli di
urutkan, dan selanjutnya, disajikan sebuah gambaran yang menyeluruh, lengkap,
dan dapat di indera. Tidak mudah memahami cara orang lain mengorganisasikan
sekaligus memikirkan cara kita sendiri. Setelah stimuli dipersepsi dan
diorganisasikan secara selektif, selanjutnya stimuli ditafsirkan secara selektif pula,
artinya stimuli diberi makna secara unik oleh orang yang menerimanya.

2013
12 Komunikasi Massa
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Seperti mempersepsi benda mempersepsi orang lain juga dapat ditinjau dari 3
unsur yaitu:

1. pengamat
2. objek persepsi
3. konteks yang berkaitan denagn objek yang diamati
Sebagai pengamat anda juga dipengaruhi oleh atribut-atribut anda sendiri.
Misalnya orang cenderung membuat penilaian umum, positif ataupun negatif.
Namun, karena persepsi personal merupakan proses tradisional, maka atribut-atribut
tersebut dapat berubah. Sesekali kesalahan persepsi dapat diperbaiki. Namun,
biasanya suatu kesalahan persepsi diikuti kesalahan persepsi lainnya. Sehingga,
penyimpangan yang terjadi semakin parah.
Terkadang, persepsi yang kita miliki berbeda dengan orang lain. Perbedaan
persepsi bisa mengakibatkan ketidak efektifan komunikasi. Bagaimana mungkin kita
berkomunikasi dengan baik apabila yang kita anggap atau apa yang ada di kepala
kita berbeda dengan apa yang ada di kepala lawan komunikasi kita? Akan sangat
mudah menyebabkan miss communication di sini. Ketika perbedaan persepsi
semakin dalam dan lebar, kita akan sulit mengkomunikasikan pesan yang ingin kita
sampaikan karena yang kita maksudkan tidak akan dterima sama dengan orang lain.
Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Bahkan tidak selamanya
akan sama. Namun, kesamaan atau kemiripan persepsi akan menyebabkan
munculnya kelompok-kelompok sosial, identitas, dan budaya. Hal ini dikarenakan,
orang cenderung berkomunikasi dengan nyaman dan lancar ketika komunikan
mereka memiliki kesamaan persepsi dengan mereka. Jika mereka saling
berkomunikasi dengan lancar, maka mereka cenderung semakin sering
berkomunikasi satu sama lain.

D. Prasangka
Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium yaitu keputusan
yang diambil yang tanpa ada penelitian dan pertimbangan cermat, tergesa-gesa,
tidak matang. Prasangka adalah dugaan-dugaan yang memilki nilai kearah negatif.
Namun dapat pula dugaan ini bersifat positif. Jadi, Prasangka sosial adalah suatu
sikap yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain.

2013
13 Komunikasi Massa
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sumber utama yang biasa menghasilkan prasangka adalah perbedaan antar
kelompok, yakni perbedaan etnis atau ras, perbedaan posisi dalam kuantitas
anggota yang menghasilkan kelompok mayoritas dan minoritas, serta perbedaan
ideologi. Sumber lain dari prasangka adalah kejadian histories (Koeswara, 1988).
Prasangka yang bersumber pada perbedaan etnis dapat ditemukan pada
masyarakat heterogen yang merangkum berbagai kelompok etnis yang memiliki
latar kebudayaan yang berbeda, misalnya pada masyarakat Indonesia. Adapun
prasangka yang bersumber pada perbedaan ras (juga agama) sering ditemukan
pada masyarakat yang multirasial, seperti di Amerika Serikat dan negara-negara
Eropa yang secara fisik (warna kulit, bentuk tubuh, fisiogamiras yang berbeda
dengan ras lainnya. Prasangka yang bersumber pada perbedaan dalam posisi
mayoritas dan minoritas.

a. Perspektif Histories
Prespektif ini didasarkan atas teori pertentangan kelas, yakni menyalahkan
kelas rendah yang inferior; sedangkan mereka yang tergolong dalam kelas atas
mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah. Misalnya, prasangka
orang kulit putih terhadap negro mempunyai latar belakang sejarah, orang kulit putih
sebagai ―tuan‘ dan orang Negro sebagai ―budak‖, antara penjajah dan yang dijajah,
dan antara pribumi dan nonpribumi.

b. Perspektif Sosiokultural dan Situasional


Perspektif ini menekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya
prasangka, yang meliputi:
 Mobilitas sosial, artinya kelompok yang mengalami penurunan status (mobilitas
sosial ke bawah) akan terus mencari alasan tentang nasib buruknya dan tidak
mencari penyebab sesungguhnya.
 Konflik antar kelompok, prasangka dalam hal ini merupakan realitas dari dua
kelompok yang bersaing; tidak selalu disebabkan kondisi ekonomi.
 Stigma perkantoran, artinya bahwa ketidak amananan dan ketidakpastian di kota
disebabkan ‗noda‖ yang dilakukan kelompok tertentu.
 Sosialisasi, prasangka dalam hal ini muncul sebagai hasil dari proses pendidikan
orang tua atau masyarakat di sekitarnya, melalui proses sosialisasi mulai kecil
hingga dewasa.

2013
14 Komunikasi Massa
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Perspektif kepribadian.
Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka
yang disebut dengan teori ―frustasi agregasi‖. Menurut teori ini, keadaan frustasi
meruapkan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif.

d. Perspektif Fenomenologis.
Perspektif ini menekankan pada cara individu memandang atau memersepsi
lingkunganya sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. Sebagai
anggota masyarakat, individu akan menyadari di mana atau termasuk kelompok
etnis mana dia. Namun, menurut ahli psikologi sosial, Milton Rokeach,akan lebih
menyenangkan/tidak berprasangka bila hidup dengan orang-orang yang mempunyai
pikiran sejalan, tidak peduli degan perbedaan fisik. Dari perspektif fenomenologis ini
sulit di buktikan teori yang lebih unggul sebab ada fenomena yang memeng
bertentangan.

e. Perspektif Naive
Perspektif ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti objek prasangka,
tidak menyoroti individu yang berprasangka. Misalnya sifat-sifat orang kulit putih
menurut orang Negro atau sebaliknya

E. Empati dan Feed Back


Umpan balik adalah informasi yang tersedia bagi sumber yang
memungkinkannya menilai keefektifan komunikasi yang dilakukannya untuk
mengadakan penyesuaian-penyesuaian atau perbaikan-perbaikan dalam
komunikasi selanjutnya.

F. Hambatan
1) Etnosentrisme
Etnosentrisme didefinisikan sebagai kepercayaan pada superioritas inheren
kelompok atau budayanya sendiri; etnosentrisme mungkin disertai rasa jijik pada
orang-orang lain yang tidak sekelompok; etnosentrisme cenderung memandang
rendah orang-orang lain yang tidak sekelompok dan dianggap asing; etnosentrisme
memandang dan mengukur budaya-budaya asing dengan budayanya sendiri.
(Mulyana:2000;70)

2013
15 Komunikasi Massa
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jelas sekali bahwa dengan kita bersikap etnosentrisme kita tidak dapat
memandang perbedaan budaya itu sebagai keunikan dari masing-masing budaya
yang patut kita hargai. Dengan memandang budaya kita sendiri lebih unggul dan
budaya lainnya yang asing sebagai budaya ‘yang salah‘, maka komunikasi lintas
budaya yang efektif hanyalah angan-angan karena kita akan cenderung lebih
mebatasi komunikasi yang kita lakukan dan sebisa mungkin tidak terlibat dengan
budaya asing yang berbeda atau bertentangan dengan budaya kita.
Masing-masing budaya akan saling merendahkan yang lain dan
membenarkan budaya diri sendiri, saling menolak, sehingga sangat potensial
muncul konflik di antaranya. Contoh konflik yang sudah terjadi misalnya suku dayak
dan suku madura yang sejak dulu terus terjadi. Kedua suku pedalaman itu masing-
masing tidak mau saling menerima dan menghormati kebudayaan satu sama lain.
Adanya anggapan bahwa budaya sendiri lah yang paling benar sementra yang
lainnya salah dan tidak bermutu tidak hanya berwujud konfik namun sudah
berbentuk pertikaian yang mengganas, keduanya sudah saling mmbunuh atar
anggota budaya yang lain.
Contoh lainnya, orang Indonesia cenderung menilai budaya barat sebagai
budaya yang ‘vulgar‘ dan tidak tahu sopan santun. Budaya asli-budaya timur dinilai
sebagai budaya yang paling unggul dan paling baik sehingga masyrakat kita
cenderung membatasi pergaulan dengan orang barat. Orang takut jika terlalu
banyak komunikasinya maka budaya asli akan tercemar budaya barat sebagai
polusi pencemar.

2) Rasialisme
Rasialisme adalah suatu penekanan pada ras atau menitikberatkan
pertimbangan rasial. Kadang istilah ini merujuk pada suatu kepercayaan adanya dan
pentingnya kategori rasial. Dalam ideologi separatis rasial, istilah ini digunakan untuk
menekankan perbedaan sosial dan budaya antar ras. Walaupun istilah ini kadang
digunakan sebagai kontras dari rasisme, istilah ini dapat juga digunakan sebagai
sinonim rasisme.
Jika istilah rasisme umumnya merujuk pada sifat individu dan diskriminasi
institusional, rasialisme biasanya merujuk pada suatu gerakan sosial atau politik
yang mendukung teori rasisme. Pendukung rasialisme menyatakan bahwa rasisme
melambangkan supremasi rasial dan karenanya memiliki maksud buruk, sedangkan

2013
16 Komunikasi Massa
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
rasialisme menunjukkan suatu ketertarikan kuat pada isu-isu ras tanpa konotasi-
konotasi tersebut.
Para rasialis menyatakan bahwa fokus mereka adalah pada kebanggaan ras,
Rasialisme di sini menjadi sangat berbahaya karena selain menghambat keefektifan
komunikasi antar budaya—antar ras yang berbeda, rasialisme dapat menjadi pemicu
pertikaian antar ras, di mana konflik yang terjadi akan sulit sekali untuk didamaikan
dan berlangsung lama.
Contoh konflik akibat rasialisme yang pernah terjadi dan terkenal di Indonesia
adalah konflik- rasialisme anti-Tionghoa, di mana di Indonesia pernah terjadi
pembantaian besar-besaran terhadap ras Tionghoa yang terjadi di berbagai wilayah
Indonesia. Butuh perjuangan yang panjang agar ras Tionghoa diterima dan diakui -
dihargai keberadaannya.

2013
17 Komunikasi Massa
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Liliweri, Alo. Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001

. Prasangka dan Konflik, Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat


Multikultur. LKiS. Jakarta. 2005

Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat [Ed]. 2006. Komunikasi Antarbudaya:


Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Remaja
Rosdakarya: Bandung.

. 2009. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya:


Bandung

Rumondor, Alex H., dkk. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Universitas Terbuka.


2005.

Samovar, larry A., Porter, Richard E. Communication Between Culture. Fifth edition.
Thomson Wadsworth Canada. 2004

Varner, Iris. Beamer, Linda. Intercultural Communication In The Global Workplace.


Third edition. Mc Graw Hill Singapore. 2005

2013
18 Komunikasi Massa
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai