Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika (tatakrama) merupakan kebiasaan yang benar dalam pergaulan. Kunci
utama penerapan etika adalah memperlihatkan sikap penuh sopan santun, rasa hormat
terhadap keberadaan orang lain dan mematuhi tatakrama yang berlaku pada lingkungan
tempat kita berada.
Kata-kata seperti "etika", "etis", dan "moral" tidak terdengar dalam ruang kuliah
saja dan tidak menjadi monopoli kaum cendikiawan. Di luar kalangan intelektual pun
sering di singgung tentang hal-hal seperti itu. Memang benar, dalam obrolan di pasar atau
di tengah penumpang-penumpang angkutan umum pun kata-kata itu jarang sekali
muncul. Tapi jika kita membuka surat kabar atau majalah, hampir setiap hari kita
membuka surat kabar atau majalah, hampir setiap hari kita menemui kata-kata tersebut.
Biasanya kita mendengar tentang "moral Pancasila" dan "etika pembangunan" di televisi
dan dalam pidato-pidato pejabat pemerintah.
Dalam praktek nya ternyata kata-kata "etika" dan "moral" ternyata tidak berfungsi
dalam suasana iseng dan remeh, justru sebaliknya dalam konteks yang serius dan penting
kata-kata tersebut sangat prinsipil.
Sebagai makhluk sosial, tidak dapat dipungkiri manusia tidak bisa terlepas dari
manusia yang lain. Artinya ia mutlak membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Di
sinilah, manusia tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bertetangga dan bermasyarakat.
Dalam melakukan hubungan sosial di masyarakat diperlukan etika sebagai
pedoman hidup dan kebiasaan yang baik untuk dianut dan diwariskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Fakta tersebut menguatkan anggapan bahwa masyarakat
Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang berbudaya dan memiliki etika luhur dalam
kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Maka dari itu, pemahaman akan etika dalam

1
kehidupan bertetangga dan bermasyarakat sangat penting untuk dalam
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Di Indonesia sudah banyak buku yang membahas tentang etika, berupa karya asli
maupun terjemahan dari bahasa asing. Dalam surat kabar dan majalah populer pun sering
terlihat minat untuk masalah-masalah etis. Dalam arti itu buku Etika ini hanya bergabung
pada refleksi etis yang sedang berlangsung di tanah air kita. Etika membahas hal-hal yang
sangat praktis dan dekat dengan pengalaman hidup kita sehari-hari. Tapi serentak juga ia
tidak berusaha mengelak kenyataan bahwa etika harus menyimak banyak pertanyaan
yang sulit dan amat fundamental. Dengan demikian buku tentang etika tidak pernah
diharpakan menjadi buku resep yang menunjukan jalan keluar bagi persoalan-persoalan
etis yang kita hadapi secara konkret.
Studi tentang etika terutama bermanfaat dalam meningkatkan mutu keputusan
moral itu. Etika itu sulit untuk di ajarkan, Aristoteles sudah menegaskan bahwa etika
sebaiknya tidak di pelajari oleh orang muda, antara lain karena mereka belum memiliki
cukup pengalaman hidup untuk menangkap dan menilai dengan semestinya jangkauan
serta bobotnya masalah-masalah etis. Pembahasan etika akan lebih kena, jika disertai
pengalaman tentang konteks prkatis itu. Namun demikian, sulit juga menunda studi ini
sampai saat kemudian.

Sumber :

K. Bertens, Etika, 2007


Aristoteles, The Nicomachean Ethics, translated by David Ross 1990

Anda mungkin juga menyukai