Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL PENELITIAN

“PENGARUH LIFESTYLE ARTIS TERHADAP SIKAP REMAJA”

Dibuat sebagai tugas untuk menempuh Ujian Akhir Semester 5 pada mata kuliah
Metode Penelitian Komunikasi (Kuantitatif).

Oleh :

DINGGA WULANDARI
C1D1 15 028

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat kepada penyusun,
sehingga proposal ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Proposal penelitian ini berjudul
“Pengaruh Lifestyle Artis Terhadap Sikap Remaja”. Proposal ini dibuat dalam rangka untuk
memenuhi kewajiban dalam penyelesaian tugas akhir semester 5 pada mata kuliah Metode
Penelitian Komunikasi. Proposal ini memberikan definisi serta pembahasan mengenai
“Pengaruh Lifestyle Artis Terhadap Sikap Remaja”.

Dengan segala kerendahan hati, penyusun ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penulisan
makalah ini, baik keluarga maupun teman-teman yang telah memberikan arahan selama
proses pembuatan makalah ini. Dan penyusun pun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari teman-teman maupun dosen pengampu.

Semoga tugas ini dapat bermanfaat di kemudian hari bagi siapapun pembaca yang
menginginkan informasi-informasi di dalamnya. Dan sekaligus bisa menjadi contoh atau
pedoman pada masa yang akan datang.

Kendari, 22 Desember 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi pada zaman sekarang memang sudah berkembang dengan sangat pesat.
Ternyata perkembangan teknologi ini juga mempengaruhi perkembangan media massa.
Di Indonesia, teknologi dan media massa dapat diakses oleh segala kalangan usia, mulai
dari balita bahkan sampai lanjut usia.

Pada dunia remaja, teknologi dan media massa sangatlah berperan penting bagi
pembentukan karakter seorang remaja. Karena remaja merupakan usia peralihan dari usia
anak-anak menuju usia dewasa, dan pada usia ini remaja mengalami perubahan baik
secara fisik maupun psikis. Perubahan ini berlangsung begitu cepat dan sangat
dipengaruhi oleh trend dan mode yang sedang berkembang. Pada usia ini, pilihan-pilihan
konsumsi para remaja biasanya dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas yang ditekuninya,
teman-temannya dan penampilan generasi itu sendiri.

Dalam hal ini, sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa sebagian remaja
berkembang dengan meniru kebiasaan seorang “public figure” yang sering mereka lihat
di layar televisi ataupun akun-akun media sosial. Tentu intensitas remaja menggunakan
media massa dan media sosial berpengaruh pada perubahan sikap remaja. Seperti yang
dibahas oleh Korean Culture and Information Service 2011, bahwa media massa seperti
surat kabar, buku, radio, film, musik, konten televisi, video streaming, game dan internet
dapat mengubah gaya hidup dan cara konsumsi seseorang. Dan saat ini, semua akses
media yang digunakan oleh para remaja sangat bebas mempertontonkan dan
memperlihatkan gaya hidup para artis dari mulai gaya berpakaian, gaya berpacaran dan
perilaku lainnya. Gaya berpakaian bagi manusia merupakan bagian dari gaya hidup yang
paling penting, terutama untuk para public figure. Kaum wanita maupun kaum pria
membutuhkan fashion sebagai nilai penting untuk penampilan. Tetapi fashion yang
digunakan oleh para remaja saat ini dinilai terlalu mengarah ke barat-baratan dan hampir
meninggalkan gaya fashion milik Indonesia. Gaya kebarat-baratan tersebut diketahui oleh
remaja melalui televisi, internet dan media lainnya yang memperlihatkan beberapa artis
yang memadu padankan beberapa pakaian mereka sehingga menjadi sebuah trend fashion
terkini.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengaruh lifestyle artis terhadap sikap remaja?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh lifestyle artis terhadap sikap remaja.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-
kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini secara khusus diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran
terhadap dampak dari intensitas penggunaan media massa dan media sosial yang
mempertontonkan dan memperlihatkan gaya hidup para selebiriti terhadap
perubahan gaya hidup remaja.
1.4.3 Manfaat Akademis
Penelitian ini diharap mampu memberikan informasi di bidang akademis
terutama Ilmu Komunikasi tentang pengaruh lifestyle artis terhadap sikap remaja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penyusun menggunakan beberapa jurnal terkait perubahan gaya hidup remaja akibat
pengaruh gaya hidup para selebriti agar mempermudah penulis dalam memfokuskan
penelitian. Dari penelitian terdahulu, penulis mengadobsi beberapa hal. Pada artikel
penelitian Eristia Lidia Paramitra (2015) yang meneliti tentang Pengaruh Budaya Populer
Korea dan Selebriti Endorser Korea Terhadap Gaya Fashion Remaja Korea Remaja 18-21
Tahun. (studi eksperimen tentang pengaruh gaya rambut Selebriti Korea terhadap gaya
rambut remaja usia 18-21 tahun), penulis mengadobsi definisi Budaya Populer Korea dan
nalar konsep pada hipotesis pertama yaitu pengaruh budaya popular korea terhadap gaya
fashion remaja yang disebutkan bahwa budaya populer telah menciptakan sekelompok
penggemar yang saling bertukar informasi dan mengikuti perkembangan budaya sehingga
dapat menimbulkan perilaku konsumtif untuk memuaskan keinginannya, seperti
mengikuti gaya fashion yang sedang diikuti oleh kelompok penggemar. Bahkan di
beberapa tempat dan komunitas, terdapat orang-orang yang sengaja mewarnai dan
membentuk rambutnya sama persis dengan aktris dan aktor di beberapa episode drama
Korea. Trend fashion Korea sangat terasa di Indonesia, ini terbukti dengan banyaknya
produk fashion berupa baju Korea yang mendominasi model baju anak remaja yang tak
terlepas dari pengaruh drama-drama, boyband, dan girlband dari Korea yang tampil
dengan busana atau fashion yang unik dan terlihat menarik (Yuanita, 2012:129).
Selanjutnya, pada artikel Chau-kiu Cheung and Xiao Doung Yue (2003) yang berjudul
Identity Achievement and Idol Worship among Teenagers in Hong Kong atau Prestasi
Diri / Perilaku dan Menyembah Idola antara Remaja di Hong Kong (studi eksperimen 872
orang remaja penggemar idola yang berumur 12-19 tahun di Hong Kong). Penulis
mengadobsi hasil dari penelitian tersebut yang mengatakan bahwa mengidolakan artis
dengan terlalu menyembah dapat memberikan dampak dalam perubahan sikap yaitu
misalnya remaja yang tiba-tiba berubah jadi bersikap sombong dan arogan atau bahkan
bersikap romantis karena melihat artis yang digemarinya bersikap seperti itu kepadanya.
Ada pula yang berubah perilakunya karena merasa sakit hati lantarann tidak di respon
oleh idolanya ataupun menjadi terlalu berhura-hura karena kedekatannya dengan sang
idola. Namun dibalik itu ada pula dampak positif dari hal ini, sebagian remaja yang
mengisi kuesioner dari hasil penelitian tersebut mengakui bahwa dengan kegiatan mereka
menggemari idolanya dapat menambah wawasan serta menjadi motivasi untuk masa
depan mereka.

Dari segi persamaan antara penelitian penyusun dengan penelitian terdahulu pada
artikel pertama menunjuk pada dampak dari gaya fashion korea terhadap gaya fashion
remaja yang berkaitan untuk menjawab sub-bab pertama yang peneliti tuangkan pada bab
rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh style fashion artis korea dan budaya popular
korea terhadap sikap remaja dalam memilih fashion yang bergaya kebarat-baratan? Dan
persamaan pada artikel kedua yang membahas mengenai dampak dari mengidolakan
selebriti di Hong Kong terhadap perilaku remaja di Hong Kong, menunjuk pada
perubahan sikap dan perilaku remaja yang disebabkan karena terlalu mengidolakan
seorang artis. Penelitian selanjutnya adalah C. Suprapti Dwi Takariani (2013) yang
berjudul Pengaruh Sinetron Remaja di Televisi Swasta Terhadap Sikap Mengenai Gaya
Hidup Hedonis (studi eksperimen tentang intensitas menonton televisi terhadap sikap
remaja pada siswa di SMA 4 Cimahi, Jawa Barat). Pada artikel ini, penulis mengadobsi
definisi teori Media Televisi, Sinema dan Drama di Televisi. Serta mempelajari struktur
penulisan penelitian, susunan kerangka pemikiran, dan hipotesis pertama yaitu Intensitas
menonton tayangan sinteron remaja di televisi swasta berpengaruh terhadap sikap remaja
mengenai gaya hidup hedonis karena intensitas tersebut ditunjukkan dengan frekuensi dan
durasi menonton sinetron remaja di televisi swasta yang menurut penelitian bisa
menghabiskan waktu sekitar 4 jam bahkan lebih. Dan tema sinetron yang menunjukan
gaya hidup remaja yang selalu glamor dan penuh kemewahan itu pun mempengaruhi para
remaja di Cimahi untuk merubah style dan mengikuti trend yang ada disinetron tersebut.
Penelitian selanjutnya adalah John Maltby, David C. Giles , Louise Barber and Lynn E
(2005) yang berjudul Intense-Personal Celebrity Worship and Body Image: Evidence of a
Link among Female Adolescents atau Intensitas Pribadi Penyembah Idola dan Bentuk
Tubuh : Bukti Hubungan antara Remaja Wanita (studi eksperimen pada remaja wanita
dan pria dari usia sekolah sampai universitas yang melakukan program pembentukan
tubuh karna pengaruh mengidolakan selebriti). Pada artikel ini, penulis mengadobsi hasil
penelitian yang menyebutkan bahwa beberapa remaja di inggris membentuk tubuh
mereka agar menjadi mirip seperti artis yang mereka idolakan. Hal itu dipengaruhi karena
terlalu menyembah sang idola.
Dilanjutkan dengan penelitian Wahyu Satria Utama (2013) yang berjudul Pengaruh
Intensitas Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi Terhadap Perilaku
Berpakaian Pada Remaja Putri Usia 17-22 Tahun (studi eksperimen remaja putri
{mahasiswi Fisip Undip} yang sangat mengimitasi gaya berpakaian artis Korea yang ada
di dalam drama seri Korea televisi). Pada artikel ini, penulis mengadobsi definisi Gaya
Hidup dan Remaja dan hasil dari penelitian tersebut yang menyebutkan bahwa faktor
intensitas menonton tayangan seri drama korea sangat mempengaruhi ketertarikan remaja
putri mengikuti gaya berpakaian artis Korea.

Dari segi persamaan antara penelitian penyusun dengan penelitian terdahulu pada
ketiga artikel diatas menunjuk pada sub bab rumusan masalah yang ditulis oleh penyusun
pada bagian 1.2.1.b yaitu bagaimana pengaruh intensitas menonton / melihat kehidupan
artis di dalam sinema elektronik dan drama televisi terhadap perilaku remaja? Dengan
demikian semua artikel yang ditulis oleh peneliti terdahulu dapat membantu penyusun
menjawab semua rumusan masalah yang dituangkan oleh penyusun pada makalah ini.

Tabel 1. Penelitian Terdahulu No Nama / Judul / Tahun Penelitian Kajian Teori /


Metode Penelitian Hasil Penelitian Keterkatian/Hubungan dengan Penelitian Saya
1 Eristia Lidia Paramitra / Pengaruh Budaya Populer Korea dan Selebriti Endorser
Korea Terhadap Gaya Fashion Remaja Korea Remaja 18-21 Tahun / 2015 Perilaku
Konsumen Schiffman dan Kanuk (2007), Budaya Popular Korea (Storey, 1994), Selebriti
Endorser Korea (Belch dan Belch, 2004), Gaya Fashion Korea (Wakidi, 2013), dan
Remaja . / teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil pengujian yang didasarkan pada hipotesis diketahui bahwa untuk
variabel budaya populer korea dan selebriti endorser korea berpengaruh terhadap gaya
fashion remaja berusia 18-21 tahun. Dari hasil jurnal tersebut, kaitannya dengan jurnal
saya adalah terbukti bahwa life style artis sangat mempengaruhi sikap remaja terutama
dalam gaya berpakaian. Seperti yang tertera pada penelitian tersebut yaitu remaja usia 18-
21 tahun pada saat ini mengikuti gaya trend fashion budaya popuer korea dan selebriti
endorser korea

2 Chau-kiu Cheung and Xiao Doung Yue / Identity Achievement and Idol Worship
among Teenagers in Hong Kong / 2003 Adegan di Hong Kong dan Model Kausal. /
Metode analisis ini mneggunakan system kuesioner dari telepon. Berdasarkan survey
yang dilakukan oleh peneliti bahwa dari 872 orang remaja yang berumur 12-19 tahun di
Hong Kong, sekitar 95,5% nya atau 833 orang remaja adalah penggemar para selebriti
atau disebutdengan bintang pop. Dan menyembah idola merubah sikap, perilaku dan segi
pendidikan remaja. Melihat kenyataan dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa remaja di Hong Kong berubah sikap, perilaku dan akademiknya karena terlalu
menyembah atau menggemari sang idola, sehingga kehidupan idola tersebut memberi
pengaruh besar terhadap perubahan sikap, perilaku dan akademik para remaja di Hong
Kong. Dapat dikaitkan dengan penelitian saya bahwa memang benar lifestyle artis dapat
memberikan dampak atau pengaruh bagi perubahan sikap remaja.

3 C. Suprapti Dwi Takariani / Pengaruh Sinetron Remaja di Televisi Swasta Terhadap


Sikap Mengenai Gaya Hidup Hedonis / 2013 Media Televisi, Sinetron di Televisi,
Sikap Remaja dan Gaya Hidup Hedonis. / Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
dari Bandura. / Penelitian ini menggunakan Metode Survei Penjelasan (Explanatory
Survey Method).

Penelitian ini menggunakan Metode Survei Penjelasan (Explanatory Survey


Method). Berdasarkan hasil intensitas, menonton sinetron di televise swasta
berpengaruh secara signifikan terhadap sikap mengenai gaya hidup hedonis ramaja di
Cimahi. Tema sinetron yang menunjukan gaya hidup remaja yang glamor dan penuh
kemewahan itu pun mempengaruhi para remaja di Cimahi untuk merubah style dan
mengikuti trend yang ada disinetron tersebut.

Efek dari intensitas menonton sinema elektronik di televisi sangat besar, faktanya
beberapa remaja mengikuti style dan trend yang dibawa di dalam sinetron tersebut.
Kehidupan yang ditunjukan oleh pemeran sinetron tersebut berpengaruh besar pada sikap
dan gaya hidup remaja.

4 John Maltby, David C. Giles , Louise Barber and Lynn E. / Intense-personal celebrity
worship and body image: Evidence of a link among female adolescents / 2005 Skala
Sikap Selebriti, Perhatian Untuk Skala Bentuk Tubuh, Perbaikan Bentuk Tubuh . /
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab persoalan penelitian adalah teknik
analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi berganda. Penelitian ini
menunjukkan bahwa pada remaja perempuan, memiliki interaksi antara intensitas
menyembah idola dan citra bentuk tubuh antar remaja, dan beberapa bukti tentatif telah
ditemukan yang menunjukkan hal seperti ini akan muncul pada awal masa dewasa, yaitu
usia 17 sampai 20 tahun. Hubungan penelitian ini dengan judul saya adalah jelas bahwa
didalam jurnal tersebut dibenarkan jika lifestyle artis sangat berpengaruh terhadap sikap
remaja. Diambil contoh kasus dari penelitian ini adalah para remaja yang menyembah
idolnya akan melakukan segala macam cara untuk merubah bentuk tubuhnya seperti idola
yang disembahnya.

5 Wahyu Satria Utama / Pengaruh Intensitas Menonton Tayangan Drama Seri Korea di
Televisi Terhadap Perilaku Berpakaian Pada Remaja Putri Usia 17-22 Tahun / 2013
Kajian teori didalam penelitian ini adalah Gaya Hidup, Remaja, Televisi, dan Teori
Modelling. / Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksplanatif. Berdasarkan hasil
penelitian pengaruh antara intensitas menonton tayangan drama seri korea di televisi (X)
terhadap perilaku berpakaian pada remaja putri usia 17-22 tahun (Y). Remaja putri atau
mahasiswi Fisip Undip sangat mengimitasi gaya berpakaian artis Korea dalam drama seri
Korea televisi. Faktor intensitas sangat mempengaruhi ketertarikan remaja putri
mengikuti gaya berpakaian artis Korea. Melihat dari penelitian ini, dapat diambil
kesimpulan bahwa remaja yang berpakaian mengikuti trend budaya korea dikarenakan
oleh minat dan ketertarikan dari dalam diri remaja tersebut. Mengingat bahwa remaja
adalah masa yang mudah menerima masukan dan perubahan, maka kehidupan para
selebriti yang dipertunjukan melalui teknologi yang semakin berkembang ini sangatlah
mempengaruhi sikap remaja masa kini.

Sumber: Diolah peneliti tahun 2016

2.2 Tinjauan Teori

2.2.1 Teori Komunikasi

Menurut Karlfried Knapp Komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang


menggunakan sistem simbol linguistic, seperti sistem symbol verbal (kata-kata) dan
nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung/tatap muka atau melalui
media lain (tulisan, oral, dan visual). Sehingga dapat disimpulkan dari definisi diatas,
bahwa komunikasi merupakan proses hubungan interaksi antara dua orang atau lebih
yang dilakukan secara verbal atau pun dengan non verbal baik melalui saluran
komunikasi massa atau pun secara langsung/tatap muka. Komunikasi dalam bahasa
Inggris yaitu Communication, berasal dari kata Latin communication bersumber dari
kata communis yang berarti sama maksudnya adalah sama makna atau arti.
Komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu peran yang
disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2001 : 09).
Proses komunikasi bisa diartikan sebagai “transfer informasi” yang berupa pesan
(message) dari komunikator yaitu pengirim pesan kepada komunikan yaitu penerima
pesan yang memiliki tujuan mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara
komunikator dan komunikan.

Komunikasi memilik 5 unsur-unsur penting di dalamnya, yang pertama yaitu


Komunikator atau orang menyampaikan pesan, yang kedua adalah pesan atau
informasi yang disampaikan dari Komunikan kepada penerima, unsur ketiga adalah
Komunikan atau orang yang menerima pesan, yang keempat yaitu saluran atau media
yang digunakan dalam penyampaian pesan tersebut, yang kelima adalah efek atau
feedback yang terjadi setelah penyampaian pesan itu selesai, dapat berbentuk
perubahan sikap si komunikan, perubahan persepsi, pemikiran dan lainnya yang
disebabkan oleh pengaruh pesan yang disampaikan.

Menurut para ahli, komunikasi memiliki beberapa tingkatan, seperti :

1. Komunikasi Intrapersonal, yaitu komunikasi dengan diri sendiri dan berusaha


mengenal diri sendiri, dan segala konsep diri yang melingkupinya, menanyakan
kepada diri sendiri entang seala hal yang ingin dia ketahui terkait dengan
keinginan, kebutuhan dan lain-lain.
2. Komunikasi Interpersonal, yaitu komunikasi dengan orang lain secara face to face
maupun dalam kelompok.
3. Komunikasi Kelompok, yaitu komunikasi yang melibatkan lebih dari tiga orang
dan biasanya dalam bentuk diskusi dan saling mengenal.
4. Komunikasi Publik, adalah proses komunikasi yang dilakukan dihadapan orang
banyak, baik secara aktif maupun pasif.
5. Komunikasi Organisasi, adalah komunikasi yang terjadi didalam organisasi
maupun antar organisasi yang dapat bersifat formal maupun nonformal.
6. Komunikasi Massa, adalah menyampaikan informasi umum kepada khalayak
dengan menggunakan media, baik itu media cetak maupun media elektronik yang
dikelola oleh suatu lembaga, seperti misalnya televisi, koran, majalah.
2.2.2 Prinsip-prinsip Komunikasi

Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi


mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh
masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-
asumsi komunikasi. Larry A.Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya
karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-
prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai
penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu :

1. Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik


Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir
pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan. Menurut Susanne K. Langer
kebutuhan pokok manusia adalah simbolisasi dan penggunaan lambang.
Artinya, dalam kehidupan sehari-seharinya, setiap manusia tidak pernah luput
dari simbolisasi dan penggunaan lambang dalam hal apapun.
2. Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang
tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi
wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain
menjadi suatu stimulus. Sering sekali manusia bertindak dan berperilaku
seolah tidak sedang melakukan proses komunikasi, padahal setiap gerakan yg
dilakukannya memiliki potensi untuk ditafsirkan, misalnya pada saat
seseorang tersenyum dapat menafsirkan bahwa ia sedang bahagia.
3. Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi
tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-
pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang
sahabat dan antara penjual dan pembeli memiliki dimesi isi yang berbeda.
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara
nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang
dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara
mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta
komunikasi itu dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Dalam
komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan.
4. Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai
dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak
direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan
secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul
disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya
tercapai).
5. Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal
maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu
berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.
6. Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku
komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan
atau tatakrama. Artinya , orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan
bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons. Prediksi ini tidak
selalu disadari dan sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku
komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.
7. Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar
belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana
seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi
internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi
mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
8. Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah
komunikasi, Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang
sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut
mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak
mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling
dipertukarkan.
9. Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah.
Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan
itu diterima dan dimengerti.
10. Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah
komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan
menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
11. Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol
sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan.
Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata
menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada
diri orang lain tersebut.
12. Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai
masalah
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah. Banyak persoalan dan konflik antar
manusia disebabkan oleh masaalh komunikasi. Namun komunikasi bukanlah
panasea (obat mujrab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena
konflik atau persoalan tersebut mungkin berkaitan denagn masalah struktural.

2.2.3 Komunikasi Massa

Komunikasi bersifat dinamis. Manusia sebagai makhluk komunikasi juga


dinamis, sehingga komunikasi senantiasa mengikuti perubahan kebutuhan dan
dinamika kehidupan manusia. Komunikasi menjadi sebuah sistem untuk
berhubungan, berdialog dengan diri sendiri (intrapersonal) dan dengan orang lain
(interpersonal). Seiring perkembangan zaman, komunikasi menjadi sebuah kebutuhan
mutlak bagi setiap individu, tanpa mengenal usia, jenis kelamin, pekerjaan, status
sosial, dan lain-lain. Tidak mengherankan, setelah kita melewati zaman
industrialisasi, kini kita menghadapi zaman informasi (information age). Kebutuhan
akan informasi terus meningkat seiring dengan pesatnya perkembangan dan kemajuan
inovasi dan teknologi, demi mencapai kesejahteraan hidup manusia. Hal inilah yang
melatarbelakangi munculnya berbagai media yang mampu menyebarkan informasi
kepada khalayak luas, dimulai dari media cetak (surat kabar, brosur, leaflet, dll),
media elektronik (telepon, radio, televisi), hingga media hybrid (internet).
Komunikasi Massa adalah salah satu tipe Komunikasi. Menurut Rakhmat (2011),
definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner
(1980:10) yaitu, “Mass communication is messages communicated through a mass
medium to a large number of people” (Komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). Berdasarkan
definisi tersebut, dapat diartikan bahwa komunikasi massa merujuk pada “pesan”,
namun menurut Wiryanto (2000) “komunikasi massa merupakan suatu tipe
komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai
digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan
komunikasi”. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa komunikasi massa
adalah sebuah bentuk komunikasi yang memanfaatkan media massa untuk
menyebarkan pesan kepada khalayak luas pada saat yang bersamaan.

2.2.4 Teori Depedensi Komunikasi Massa

Teori ini menyebutkan bahwa kepercayaan individu pada media berkembang,


saat kebutuhan informasional seseorang pada hal tertentu tidak dapat dijumpai melalui
pengalaman langsung. Dalam teori ini terdapat anggapan bahwa audience bergantung
pada informasi media untuk memenuhi dan mencapai tujuan, sebuah pendekatan yang
konsisten dengan gagasan dasar dari model penggunaan. Menurut Little John ada dua
sumber variasi tingginya ketergantungan yang dialami seseorang, yakni : Jumlah dan
sentralitas dari fungsi-fungsi informasi yang disajikan dan stabilitas sosial.
Dependensi dimaksud terhubung dengan pengaruh media yaitu semakin penting bagi
seorang individu, semakin berpengaruh media yang digunakan tersebut. Masyarakat
percaya, informasi media baik itu hiburan, norma dan nilai sebagai suatu komoditas
berharga, sehingga teori ini mengakui dependensi sangat berbeda dari individu satu
dengan yang lain, dari satu kelompok dan bahkan dari suatu budaya ke budaya lain.
Menurut Infantes, berikut adalah sejumlah asumsi kunci tentang media dan
masyarakat dan dependensi :

a. Jika media mempengaruhi masyarakat, hal itu karena media memenuhi


kebutuhan dan keinginan audience, bukan karena media menggunakan
beberapa pengawasan pada individu.
b. Orang menggunakan media dalam bagian yang besar menentukan berapa
banyak media akan mempengaruhi mereka, misalnya, semakin audience
tergantung pada informasi dari media, semakin besar kemungkinan media
akan mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan bahkan tingkah laku audience.
c. Karena peningkatan kompleksitas masyarakat modern, kita bergantung banyak
pada media untuk membantu memahami dunia kita, membantu kita membuat
keputusan yang memperkenankan kita menanggukangi kehidupan dengan
lebih baik.
d. Individu yang memiliki kebutuhan yang lebih banyak akan informasi, pelarian
atau fantasi akan lebih dipengaruhi oleh media dan mempunyai
ketergantungan media yang lebih besar.

Penjelasan dari teori ini bahwa kita akan memahami dan bahkan mengalami
dunia luas melalui media. Apa yang seseorang pelajari mengenai dunia melalui
pengalaman langsung mereka akan dipengaruhi oleh media, dan dibentuk oleh isi
media. Singkatnya , dependensi (media) dimaksud berhubungan dengan kompleksitas
masyarakat dimana seseorang tinggal, dengan menyediakan sejumlah fungsi esensial
informasi yang berguna. Atau semakin penting seorang individu pada media bagi
kebutuhannya, semakin terikat indivud tersebut.

2.2.5 Media Massa


Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan
dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi
mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media massa adalah
faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik,
pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa
adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi (Rakhmat,
2001).
Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan, dinamika
masyarakat akan terbentuk, dimana media adalah pesan. Jenis media massa yaitu
media yang berorentasi pada aspek :
1. Penglihatan (verbal visual) misalnya media cetak
2. Pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape recorder) verbal vokal
3. Pada pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat
ferbal visual vokal (Liliweri, 2001).

Effendy (2000), media massa digunakan dalam komunikasi apabila


komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa
yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah
surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam
bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan,
pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan menggunkan
media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan
artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlah relatif
banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif
yang dapat mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikasi.
Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan
pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen.
Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia
bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu
menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas
(Nurudin, 2007).
Media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal
itu bekerja dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama
media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang
menyebarluas dan mengiklankan produk. Ciri khas dari media massa yaitu
tidak ditujukan pada kontak perseorangan, mudah didapatkan, isi
merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah. Peran utama
yang diharapkan dihubungkan dengan perubahan adalah sebagai
pengetahuan pertama. Media massa merupakan jenis sumber informasi
yang disenangi oleh petani pada tahap kesadaran dan minat dalam proses
adopsi inovasi (Fauziahardiyani, 2009).

2.2.6 Televisi sebagai Media Massa

Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan


gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan
peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan
mengonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat
didengar (Effendy, 2003).

Televisi adalah media yang di gunakan oleh Komunikasi Massa untuk


menyampaikan pesan kepada khalayak. Contohnya dengan menonton tayangan di
televisi, audience dapat melihat gambar yang lebih jelas daripada media massa
lainnya, sehingga pesan yang disampaikan lebih detail dan jelas. Menurut Effendy
(2003) daya tarik seperti ini selain melebihi radio juga melebihi film bioskop, karena
dengan menonton televisi, program acara dapat dinikmati di rumah dengan aman dan
nyaman.

Mulyana (2001) mengatakan dewasa ini, televisi boleh dikatakan telah


mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang. Televisi memiliki sejumlah
kelebihan, terutama kemampuannya dalam menyatukan antara fungsi audio dan
fungsi visual, ditambah dengan kemampuannya dalam memainkan warna. Selain itu,
televisi juga mampu mengatasi jarak dan waktu, sehingga penonton yang tinggal di
daerah terpencil dapat menikmati siaran televisi. Sebagai media elektronik, televisi
memiliki ciri-ciri, seperti yang disebutkan Effendy (2003), yakni berlangsung satu
arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan
keserempakan dan komunikannya heterogen.

Adapun dampak yang ditimbulkan dari media televisi adalah sebagai berikut:
(Wawan, 1996: 100)

1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seorang individu atau pemirsa


menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan
pengetahuan bagi pemirsa. Contoh, acara kuis di televisi.
2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang
ditayangkan televisi. Contoh, model pakaian, model rambut, dari bintang
televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.
3. Dampak prilaku, yakni proses tertananmya nilai-nilai social budaya yang
telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa
sehari-hari. Contoh, tayangan Rahasia Ilahi yang mengimplementasikan
kehidupan religi bagi masyarakat.
Dari teori ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, media massa secara
pasti dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media
membentuk opini publik untuk membawanya kepada perubahan.

2.2.7 Program Televisi

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari


pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr.
R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi,
dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis
dari televisi itu sendiri, dimana televisi seakan-akan menghipnotis pemirsa, sehingga
mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan
olehtelevisi (Effendy, 2004 : 122). Acara televisi atau program televisi merupakan
acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV
dibagi menjadi program berita dan program non-berita. Jenis program televisi dapat
dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan
format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti
talk show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional dan lainnya.
Berdasarkan isi, program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa
program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi
berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam "hard news" atau berita-
berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan "soft news" yang
mengangkat berita bersifat ringan. Dalam hal ini, program yang dibahas adalah
tentang program hiburan yang mengusung tentang acara drama dan sinetron yang
isinya berkaitan dengan kehidupan para selebriti remaja yang berkehidupan hedonis
dan bergaya ke barat-baratan seperti yang ditayangkan pada sinetron Ganteng-
Ganteng Serigala di SCTV dan Anak Jalanan di RCTI, atau drama korea yang tayang
di RTV, RCTI, dan Indosiar.

Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah


karakteristik khusus dan program acara, yaitu :

1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan


warna.
2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama.
3. Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang
tampak haruslah dibuat semenarik mungkin.
Sedangkan program acara televisi, terdiri dari :
a. Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau bulletin berita
regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.
b. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah
aktual secara lebih mendalam.
c. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar
ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam
negeri atau luar negeri.
d. Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti
: acara memasak, berkebun, dan acara kuis.
e. Acara drama, terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film, dan lain
sebagainya.
f. Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain
sebagainya.
g. Acara bagi anak-anak, seperti : film kartun.
h. Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara
natal, dan lain sebagainya.
i. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan
pendidikan.
j. Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow.

2.2.8 Sinetron di Televisi

Istilah sinetron pertama kali diperkenalkan oleh Soemardjono, salah satu


pendiri Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Sinetron adalah sinema elektronik. Saat ini,
perkembangan sinetron di Indonesia semakin meningkat dan sangat mendominasi
dibandingkan acara lainnya. Secara umum, hampir sebagian besar slot waktu stasiun
TV didominasi oleh sinetron. Mulai dari primetime atau waktu yang menjadi waktu
utama hingga pagi hari ketika aktivitas luar rumah tinggi.

Paket sinetron cukup banyak digemari pemirsa dan berbagai lapisan sosial.
Tampilnya paket sinetron televisi mempunyai unsur yang salah satunya, cerita
sinetron umumnya sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat. Sebagai contoh,
penayangan materi siaran sinetron saat ini, secara umum seakan sudah lepas dari
“akar budaya” kita. Tema yang diangkat bahwa berputar-putar pada lingkaran saja
yakni polemic kehidupan keluarga, percintaan, persahabatan, perselingkuhan, warisan
dll. Itulah gambaran yang telah terjadi pada materi sinetron di televisi saat ini.
Waktu utama tayangan televisi pun semakin lebar. Jika beberapa tahun yang lalu
waktu utama siaran televisi sekitar pukul 19.00 s.d 21.00 tetapi sekarang menjadi
18.00 s.d 23.00. Seperti yang dikutip dari ungkapan Marketing and Communication
Execuitve AGB Nielsen, Andini dalam Yagami (2011), indikasi utama adalah acara-
acara yang memiliki rating tinggi berada di waktu utama tersebut. Sebuah stasiun
televisi swasta nasional ada yang memiliki slot waktu tayang sinetron dalam sehari
mencapai 7 jam. Waktu penayangannya pun berada di waktu utama, yakni pukul
18.00 s.d 22.00 malam. Jika didefinisikan waktu utama sebagai waktu potensi paling
besar pemirsa menyaksikan tayangan, maka demikian tinggi penghargaan terhadap
sinetron.

2.2.9 Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakan dan
menggambarkan seberapa besar nilai dan moral orang tersebut dalam masyarakat.
Menurut Plummer gaya hidup didefinisikan sebagai berikut:

“Gaya hidup adalah cara hidup individu yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang
menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam
hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.”
(Plummer, 1983)

Menurut Chaney (dalam Subandy, 1997), ada beberapa bentuk gaya hidup antara lain:

a. Industri Gaya Hidup

Dewasa ini, penampilan diri mengalami estetisasi dan bahkan


tubuh juga mengalami estetisasi tubuh. Tubuh dalam kehidupan sehari-hari
menjadi sebuah proyek gaya hidup, industri gaya hidup untuk sebagian
besar adalah industri penampilan.
b. Iklan Gaya Hidup
Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan, politisi, dan
juga individu-individu pada umumnya terobsesi dengan citra. Pada era
globalisasi seperti ini yang berperan besar dalam membentuk budaya citra
dan budaya cita rasa adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya visual
yang terkadang mempesona dan memabukkan. Iklan mempresentasikan
gaya hidup dengan menanamkan secara halus arti penting citra diri untuk
tampil di muka umum. Iklan juga perlahan tapi pasti mempengaruhi
pilihan cita rasa yang kita buat.
c. Public Relation dan Gaya Hidup Jurnalisme
Di dunia promosi, dimana budaya berbasis selebriti, para selebriti
membantu dalam pembentukan identitas dari para konsumen kontemporer.
Dalam budaya konsumen, identitas menjadi sandaran aksesori fashion.
Wajah generasi baru yang dikenal sebagai anak-anak E-generation,
menjadi seperti sekarang ini dianggap terbentuk melalui identitas yang
diilhami selebriti, cara mereka berselancar di dunia maya (internet), cara
mereka berganti busana untuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan
citra mereka digunakan momen demi momen untuk membantu konsumen
dalam parade identitas.
d. Gaya Hidup Mandiri

Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak


kepada sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk
mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri serta berstrategi dengan
kelebihan dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah
alat untuk menyusun strategi. Bertanggung jawab maksudnya melakukan
perubahan secara sadar dan memahami setiap bentuk resiko yang akan
terjadi serta siap menanggung resiko dan dengan kedisiplinan akan
terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya hidup yang mandiri,
budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia, dengan kata lain
manusia akan bebas dalam menentukan pilihannya secara bertanggung
jawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang
kemandirian tersebut.
e. Gaya Hidup Hedonis
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya
untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan
waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota,
senang membeli barang mahal yang disenangi, serta selalu ingin menjadi
pusat perhatian.
Dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu gaya hidup dapat
berupa gaya hidup dari penampilan melalui media iklan, modelling dari
artis yang diidolakan, gaya hidup yang hanya mengejar kenikmatan semata
sampai dengan gaya hidup mandiri yang menuntut penalaran dan tanggung
jawab dalam pola perilakunya.
Menurut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003), gaya hidup
seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti
kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang dan
jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan
kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua faktor
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor
yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman,
pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi sedangkan
faktor eksternal terdiri dari kelompok referensi, keluarga, kelas sosial dan
kebudayaan.
Dari berbagai bentuk gaya hidup tadi, maka gaya hidup yang akan
diteliti adalah bentuk gaya hidup Public Relation dan gaya hidup
Jurnalisme, karena bentuk ini menunjukkan bagaimana gaya hidup
selebriti sebagai public figure dalam masyarakat diimitasi oleh masyarakat
itu sendiri khususnya remaja. Dengan berbagai aksesoris fashion membuat
mereka menjadi produk yang ditiru oleh remaja.

2.2.10 Remaja

Dilihat dari sudut pandang psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari
masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10
hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. (Sarwono, 1997).
Monks berpendapat bahwa secara global masa remaja berlangsung antara 12-21
tahun, dengan pembagian 12-15 tahun merupakan masa remaja awal, 15-18 tahun
merupakan masa remaja pertengahan dan usia 18-21 tahun merupakan masa remaja
akhir. (Monks, 2002).

Sedangkan WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia
remaja. Batasan usia tersebut didasarkan pada usia kesuburan atau fertilitas wanita
yang berlaku juga untuk remaja putra, dan kurun usia tersebut dibagi menjadi dua
bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Perserikatan
Bangsa-Bangsa sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda dalam
rangka keputusan mereka untuk menetapkan tahun 1985 sebagai Tahun Pemuda
Internasional. Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB adalah
kurun usia 11-24 tahun dan belum menikah. (Anonim, 2011).

Sesuai dengan pembagian usia remaja, menurut Monks dkk. (2002) maka
terdapat karakteristik pada remaja akhir (18-21 tahun): Minat yang makin mantap
terhadap fungsi-fungsi intelek, egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan
orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru, terbentuk identitas seksual
yang tidak akan berubah lagi, egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri
sendiri) diganti dengan keseimbangan antar kepentingan diri sendiri dengan orang lain
dan tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum.
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980 : 206-207) Perubahan Perilaku Remaja terwujud
dalam gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan perilaku dibagi atas dua yaitu :

1. Perilaku tertutup / terselubung, yaitu aspek-aspek mental seperti persepsi, ingatan


dan perhatian. Perilaku ini terbagi atas :
a. Kognisi yakni penyadaran melalui proses penginderaan terhadap rangsangan
dan interpretasinya. Perilaku meliputi segala hal yang berupa reaksi terhadap
rangsangan, menyadari dan memberi arti atau belajar dan mengingat apa yang
dipelajari.
b. Emosi yakni efek, perasaan, suasana di dalam diri yang dimunculkan oleh
penyadaran terhadap isi perangsangan.
c. Konasi yakni pemikiran, pengambilan keputusan untuk memilih sesuatu
bentuk perilaku.
d. Penginderaan, meliputi penyampaian atau mengantar pesan (rangsangan)
sampai ke susunan syaraf pusat.
2. Prilaku terbuka, yaitu prilaku yang langsung dapat dilihat seperti jalan, lari,
tertawa, menulis dan lain-lain. Perilaku ini terdiri atas :
a. Prilaku yang disadari, dilakukan dengan kesadaran penuh, tergantung dari aksi
dalam otak besar.
b. Prilaku reflektoris, yakni gerakan refleks yang dalam tahap pertama berkaitan
dengan sumsum tulang belakang, belum disadari. Baru kemudian tingkah laku
refleks disadari, bila pesan sampai ke pusat syaraf.
c. Prilaku di luar pengaruh kehendak, tidak disadari dan berpusat pada sumsum
penyambung atau gerakan otot karena kepekaan otot.
Dalam usaha mempelajari dan meneliti prilaku, hal ini selalu dilihat
dalam kaitannya dengan lingkungan – lingkungan meliputi segala hal diluar
dari seseorang maupun di dalamnya, bersifat fisik maupun ide orang
berpengaruh yang menjadi sumber rangsangan dan bisa menimbulkan suatu
reaksi atau respon. Lingkungan terdiri dari lingkungan dalam pada diri
seseorang dan lingkungan diluar diri seseorang, yakni lingkungan fisik,
lingkungan geografis dan sosial. Masa remaja dikenal sebagai suatu masa
dimana ketegangan emosi tinggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Meningginya emosi remaja pada masa ini utamanya disebabkan oleh
karena anak laki – laki dan anak perempuan berada dibawah tekanan sosial
dan menghadapi kondisi baru.

2.3 Kerangka Berpikir


Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Televisi sebagai Media
Massa. Menurut Wawan, 1996:100, ada beberapa dampak yang ditimbulkan dari media
televisi bagi khalayak yang menggunakan media tersebut secara intens. Dampak pertama
adalah dampak kognitif, yaitu kemampuan seorang individu atau pemirsa menyerap dan
memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa,
contohnya adalah acara kuis di televisi. Dampak yang kedua adalah dampak peniruan,
yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi, contohnya adalah
model pakaian, model rambut, dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau
ditiru secara fisik. Dan dampak yang terakhir adalah dampak prilaku, yakni proses
tertananmya nilai-nilai social budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang
diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari, contohnya adalah tayangan Rahasia
Ilahi yang mengimplementasikan kehidupan religi bagi masyarakat
Dengan merujuk pada pendapat Wawan, 1996:100 tersebut, maka kerangka
pemikiran penelitian ini tergambar pada gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Lifestyle Artis Sikap Remaja
Sumber: Diolah peneliti tahun 2016

2.4 Hipotesis Penelitian

Dari kerangka pemikiran tersebut, penulis mencoba membuat hipotesis sebagai


berikut :

H1 : Trendi aktual yang ditayangkan televisi seperti model pakaian, model rambut,
dari bintang televisi berpengaruh terhadap perubahan sikap remaja.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Subjek dan Objek Penelitian

3.1.1 Subjek Penelitian

Subjek Penelitian adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka
pembumbutan sebagai sasaran (Kamus Bahasa Indonesia, 1989: 862). Adapun subyek
penelitian dalam tulisan ini, adalah siswi SMAN 3 Konawe Selatan kelas XI jurusan
IPS yang berjumlah 5 kelas. Peneliti memilih tempat tersebut karena pelajar SMAN 3
Konawe Selatan merupakan responden yang memenuhi syarat dalam penelitian ini.

Menurut peneliti, pelajar SMA adalah usia remaja yang sangat mudah
terpengaruh dengan hal yang menjadi ketertarikannya dan sering meniru hal yang
menjadi trend setter disekitarnya.

3.1.2 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sebagai topik


penulisan dalam rangka menyusun suatu laporan. Penilitian ini dilakukan untuk
memperoleh data-data yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut yang berjudul
“Pengaruh Lifestyle Artis Terhadap Sikap Remaja”.

Obyek Penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian (Kamus Bahasa
Indonersia; 1989: 622). Menurut (Supranto 2000: 21) Obyek Penelitian adalah
himpunan elemen yang dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti.
Kemudian dipertegas (Anto Dayan 1986: 21), Obyek Penelitian adalah pokok
persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data secara lebih terarah.
Menurut Husen Umar (2005:303) pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek
penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan
dengan hal-hal lain jika dianggap perlu.”

Sedangkan menurut Sugiyono (2009:38) pengertian objek penelitian adalah


sebagai berikut : “Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.”

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa objek penelitian adalah
suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mendapatkan data
tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda.
Dalam penelitian ini, Objek Penelitian yang digunakan adalah perubahan gaya rambut
dan gaya berpakaian siswa-siswi SMKN 3 Tangerang kelas IX jurusan Kecantikan
akibat pengaruh melihat model rambut dan model pakaian para selebriti.

3.2 Rancangan dan Metode Penelitian

Menurut metode penelitian menurut menurut Sujoko, Stevanus, dan Yuliawati


(2007:7) dalam bukunya menyatakan bahwa : “Metode penelitian merupakan bagian dari
metodologi yang secara khusus mendeskripsikan tentang cara mengumpulkan data dan
menganalisis data.”

Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa metode penelitian


merupakan suatu cara untuk dapat memahami suatu objek penelitian dengan memandu
peneliti dengan urutan-urutan bagaimana penelitian dilakukan yang meliputi teknik dan
prosedur yang di gunakan dalam penelitian.

Metode yang digunakan penulis adalah metode survey yaitu suatu pengumpulan
informasi dari sejumlah sampel berupa orang melalui pertanyaan-pertanyaan. Jadi metode
penelitian ini akan menggambarkan perubahan sikap pelajar SMKN 3 Tangerang akibat
lifestyle artis melalui pertanyaan-pertanyaan yang peneliti suguhkan kepada responden.
Pengertian metode survey menurut Zikmund (1997) adalah : “metode penelitian survei
adalah satu bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah
sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan”. Sedangkan menurut Gay & Diehl
(1992) adalah : “metode penelitian survei merupakan metode yang digunakan sebagai
kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara”. Dan menurut
Bailey (1982) adalah : “metode penelitian survei merupakan satu metode penelitian yang
teknik pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan – tertulis atau lisan”.
3.3 Operasional Konsep

Operasional variable adalah : “Operasional adalah penentuan contruct sehingga


menjadi variable yang dapat diukur. Sedangkan variabel adalah contruct yang di ukur
dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai
fenomena-fenomena.” (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:69).

Variabel merupakan alat atau sarana untuk menguji kedudukan hipotesis dalam
sebuah penelitian. Suryabrata (1998, h. 20) menyatakan variabel juga berfungsi sebagai
penghubung antara dunia teoritis dengan dunia empiris, yang terbagi dalam variabel
bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi,
yang dalam penelitian ini adalah Dampak peniruan dari menonton televisi (X), sementara
variabel terikat adalah variabel terpengaruh, yakni prilaku dan gaya hidup remaja (Y).

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Konsep Variabel Indikator Skala


Pengukuran Dampak dari menonton televise (X) Dampak peniruan yaitu pemirsa
dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televise dari bintang televisi yang
kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik - Model Rambut - Model Pakaian Ordinal
Sikap Remaja (Y) Perubahan Perilaku Remaja terwujud dalam gerakan (sikap) tidak
saja badan atau ucapan perilaku. (Hurlock, 1980 : 206-207) - Gaya Rambut
- Gaya Berpakaian Ordinal Sumber: Diolah peneliti tahun 2016

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Sugiyono dalam Kriyantono (2006, h. 149) menyebutkan populasi sebagai


wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh periset untuk dipelajari, kemudian ditarik
kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, melainkan melainkan objek atau benda-
benda alam lainnya pun bisa disebut sebagai populasi. Bahkan ternyata satu orangpun
bisa periset gunakan sebagai populasi, karena satu orang tersebut memiliki berbagai
karakteristik, misalnya seperti gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain sebagainya.
Pada penelitian ini, periset memiliki populasi pelajar SMKN 3 Tangerang kelas XI
jurusan kecantikan yang berjumlah 3 kelas dengan masing-masing siswa perkelasnya
sebanyak 40 orang. Jadi, total populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 120
orang.
Suharsimi Arikunto (1998 :117) mengatakan bahwa : “sampel adalah bagian dari
populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian
populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.”.
Sedangkan Sugiyono (1997 :57) memberikan pengertian bahwa “sampel adalah sebagian
dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi.”

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin memepelajari semua yang ada
pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari
sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2012: 81).

Sedangkan menurut Riduwan (2008: 56) sampel adalah bagian dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Tidak semua data dan
informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda yang akan diteliti melainkan
cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya. Dalam hal ini pengambilan
sampel harus representif disamping itu peniliti wajib mengerti tentang besar ukuran
sampel dan karakteristik populasi dalam sampel. Untuk pengambilan jumlah sampel,
dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus Slovin, yaitu sebagai berikut:

Rumus I. Sampel Penelitian

Sumber: Slovin (dalam Riduwan, 2005:65)

Keterangan:
n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Batas kesalahan maksimal yang ditolerir dalam sampel (5%)

Berdasarkan rumus Slovin, maka total ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:

n = 120 / 120 (0,05)2 = 91.42


Dari hasil perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang akan digunakan sebanyak
91.42 responden dan dibulatkan menjadi 91 responden dengan tingkat kesalahan
pengambilan sampel sebesar 5%.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Andi Supangat (2007:2) menyatakan bahwa pengertian data adalah :


“Bentuk jamak dari data, yang dapat diartikan sebagai informasi yang diterima yang
membentuknya dapat berupa, angka-angka, kata-kata, atau dalam bentuk lisan dan tulisan
lainnya.”

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Studi Lapangan (field research) Studi Lapangan dilakukan dengan cara :


a. Observasi Lapangan Langsung
Dengan menggunakan metode observasi lapangan langsung, penulis
melakukan pengamatan secara langsung mengenai gaya rambut dan gaya
berpakaian para pelajar SMKN 3 Tangerang dan mencatat semua informasi yang
mendukung penyusunan Tugas Akhir ini.
b. Wawancara (interview)

Penulis mengadakan tanya jawab secara langsung baik secara formal


maupun non formal dengan pihak-pihak yang terkait dalam permasalahan yang
akan dibahas dalam penulisan penelitian, yaitu mengenai asal-usul gaya rambut
dan gaya berpakaian para pelajar tersebut.

c. Dokumentasi (documentation)
Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data-
data yang diperoleh seperti data fisik foto-foto style fashion para pelajar tersebut.
2. Studi Kepustakaan (library research)
Yaitu dengan mendatangi perpustakaan dan mencari buku-buku literatur yang
sesuai dengan masalah yang diangkat, dan informasi yang didapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengaruh lifestyle artis terhadap sikap
remaja. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan adalah sumber informasi yang
telah ditemukan oleh para ahli yang kompeten dibidangnya masing-masing sehingga
relevan dengan pembahasan yang sedang diteliti, dalam melakukan studi kepustakaan
ini penulis berusaha mengumpulkan data sebagai berikut :
a. Mempelajari konsep dan teori dari berbagai sumber yang berhubungan dan
mendukung pada masalah yang sedang diteliti.
b. Mempelajari materi kuliah dan bahan tertulis lainnya.

3.5 Teknik Analisa Data

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kedua variabel, peneliti menggunkan


teknik Analisis Regresi Linier Sederhana. Analisis regresi linier digunakan untuk
mengetahui perubahan yang terjadi pada variabel dependent (variabel Y), nilai variabel
dependent berdasarkan nilai independent (variabel X) yang diketahui. Dengan
menggunakan analisis regresi linier maka akan mengukur perubahan variabel terikat
berdasarkan perubahan variabel bebas. Analisis regresi linier dapat digunakan untuk
mengetahui perubahan pengaruh yang akan terjadi berdasarkan pengaruh yang ada pada
periode waktu sebelumnya.

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang diperkirakan antara Strategi


Komunikasi Persuasif dengan Loyalitas Pelanggan dilakukan dengan rumus regresi linier
sederhana, yaitu sebagai berikut :

Rumus II. Teknik Analisa Data

Y = a + bx

Sumber: Sugiyono, 2009:204

Keterangan :

Y = Subjek variabel dependen yang diprediksikan. (Sikap Remaja)


X = Subjek variabel Independen yang diprediksikan. (Life style Artis)
a = Bilangan konstanta regresi untuk X = 0 (nilai y pada saat x nol)
b = Koefisien arah regresi yang menunjukkan angka peningkatan atau
penurunan variabel Y bila bertambah atau berkurang 1 unit.

Berdasarkan persamaan diatas, maka nilai a dan b dapat diketahui dengan


menggunakan rumus least squeare sebagai berikut :
Rumus untuk mengetahui besarnya nilai a

a = (∑y)(∑x)2-(∑x)(∑xy)

n∑x2 – (∑x)2

Rumus untuk mengetahui besarnya nilai b

b = n∑xy - (∑x)(∑y)

n∑x2 – (∑x)2

Dimana :

n = Jumlah Data Sampel

Setelah melakukan perhitungan dan telah diketahui nilai untuk a dan b,


kemudian nilai tersebut dimasukan kedalam persamaan regresi sederhana untuk
mengetahui perubahan yang terjadi pada variabel Y berdasarkan nilai variabel X yang
diketahui. Persamaan regresi tersebut bermanfaat untuk meramalkan rata-rata variabel
Y bila X diketahui dan memperkirakan rata-rata perubahan variabel Y untuk setiap
perubahan X.

3.7 Reabilitas dan Validitas

3.7.1 Uji Reabilitas

Suatu instrument pengukuran dikatakan reliable jika pengukuran konsisten dan


akurat. Jadi uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari
instrument sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Untuk
mencari reabilitas keseluruhan item adalah dengan mengoreksi angka korelasi yang
diperoleh menggunakan rumus Koefisiensi Alfa (Cronbach) yaitu:
Rumus III.

Uji Reabilitas r11 = k x { 1 - ∑si } k – 1 St

Sumber: Nunnally:1996

Dimana :

r11 = Nilai reliabilitas


∑Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item

St = Varians total

k = Jumlah item

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : Menghitung varians skor


tiap-tiap item dengan rumus :

Rumus IV. Varians Skor

Sumber: Nunnally:1996

Untuk menentukan tingkat reliabilitas, adapun indikator yang digunakan


adalah:

Tabel 3. Indikator Tingkat Reliabiltas Nilai Reliabilitas Tingkat reliabilitas

0,800 – 1,000 Sangat Tinggi

0,600 – 0,799 Tinggi

0,400 – 0,599 Cukup

0,400 – 0,599 Rendah

0,000 – 0,199 Sangat Rendah

Sumber: Suharsimi, 2002: 245

3.7.2 Uji Validitas

Pengujian validitas instrumen penelitian dilakukan dengan menggunakan


rumus korelasi Product Moment, sebagai berikut:
Rumus V.

Uji Validitas rxy = N ∑XY–(∑X) (∑Y)

√(N∑X2–(∑X)2) (N∑Y2–(∑Y)2)

Sumber: Nunnally:1996
Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara x dan y

X = jumlah skor dari masing-masing (faktor yang mempengaruhi)

Y = jumlah skor dari seluruh (skor total)

n = banyaknya variabel sampel yang dianalisis

Validitas dari masing-masing item diketahui dengan r hitung yang


dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel untuk 91 responden dengan tingkat
kepercayaan 95% diperoleh nilai sebesar 0,1716. Bila dibandingkan dengan nilai r
hitung lebih besar dari r table, artinya semua item pertanyaan adalah valid.

Anda mungkin juga menyukai