Di Indonesia khususnya, hallyu wave mulai berkembang dari sebuah drama dengan judul
“Endless Love” yang terkenal pada tahun 2000an. Kemudian drama-drama lainnya pun semakin
menghiasi layar kaca Indonesia. Seiring berjalannya waktu, kisaran tahun 2010an tidak hanya dramanya
saja yang terkenal tetapi juga gilgroup serta boygroup seperti Super Junior dan Girls Generation sangat
digandrungi di Indonesia, bahkan bermunculan girlgroup dan boygroup dari Indonesia karena pengaruh
dari Hallyu Wave ini. Kisaran tahun 2015 hingga saat ini, drama serta boygroup dan girlgroup Korea
Selatan semakin berkembang dan meluas serta dengan jumlah penggemar yang juga semakin meningkat,
tidak terkecuali di Indonesia. Nama-nama seperti Lee Min Ho, BTS, EXO, dan Blackpink terdengar tidak
asing bagi sebagian besar orang. Tidak hanya sampai disitu, makanan dan produk kecantikan dari Korea
Selatan juga turut popular di Indonesia. Hingga saat ini, aktor, aktris, dan idol dari Korea Selatan telah
menjadi idola banyak orang di Indonesia terutama kalangan remaja.
03
Definisi dan
Karakteristik
Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata
latin (adolescare) yang berarti “tumbuh” atau ”tumbuh
menjadi dewasa”. Istilah adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980). Hurlock
(1980) menyatakan “Masa remaja disebut juga sebagai
periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap dan
perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan
fisik”. remaja adalah masa transisi antara masa kanak-
kanak dan dewasa, dimana terjadi pertumbuhan, timbul
ciri- ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi
perubahan- perubahan psikologi serta kognitif.
Remaja mempunyai karakteristik atau ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut
secara singkat dikemukakan oleh Hurlock (1997) sebagai berikut :
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat
keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi
seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Dalam situasi seperti pada masa
ini akan menberi keuntungan bagi remaja, karena status memberi waktu
padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola
perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
2. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah
Terdapat dua alasan mengenai poin ini. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah
mereka sebagian besar diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja
tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri,
sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak
dapat di percaya cenderung merusak dan berpilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang
harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap
tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
4. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistis
Perubahan pertama, dapat dilihat dari Perubahan kedua, dapat dilihat dari
model pakaian remaja yang cenderung bagaimana remaja mulai mengembangkan dan
mengikuti model pakaian idolanya. Remaja mengubah citra dirinya. Tak jarang budaya
yang sebelumnya mungkin tidak terlalu hallyu menjadi sarana remaja untuk menemukan
mengerti model pakaian yang menarik bisa citra diri mereka. Citra diri merupakan gambaran
berubah menjadi sangat fashionable karena individu mengenai dirinya sendiri sebagai
turut mengikuti perkembangan model ciptaan berkaitan dengan karakteristik fisik atau
pakaian yang sering digunakan idolanya. bagaimana individu berusaha menilai dirinya
Meskipun ini tidak selamanya bisa dikatakan sendiri (Wibowo dalam Putri, 2020). Selama
perubahan positif, karena terkadang ada pula citra diri yang dihasilkan positif, maka akan
model pakaian yang kurang sesuai dengan mudah dalam menumbuhkan rasa percaya diri.
norma di Indonesia.
Perubahan Positif
Kecintaan remaja pada idolanya dapat Remaja dengan rasa cintanya akan
mengubah mereka menjadi seorang fans melakukan pengorbanan tanpa adanya beban
fanatik. Remaja yang sudah terjebak dalam demi untuk membeli produk ataupun barang yang
fanatisme pada idolanya ini akan sangat berkaitan dengan budaya K-Pop. Ini kemudian
mengagung-agungkan idolanya yang kemudian akan memberikan perubahan dan membuat
dapat mengubah remaja menjadi lebih remaja terjebak dalam gaya hidup konsumtif.
mencintai budaya dan segala hal yang Apalagi dengan semakin berkembangnya
berhubungan dengan idolanya. teknologi membuat remaja semakin mudah untuk
membeli produk atau segala sesuatu yang
berhubungan dengan idolanya meskipun itu
berasal dari luar negeri.
Referensi
Ali, M, dkk. (2009). Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta : Bumi aksara.