Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN
Dampak Masuknya Trend Korea Selatan Terhadap
Kaum Muda Di Jakarta Timur
Dosen Pengampu : Kornelia Johana Dacosta, S.I.Kom., M.I.Kom

Nama : Nurantini
NIM : 211211030

Falkutas Bisnis dan Ilmu Sosial


Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Dian Nusantara
BAB I
PENDAHULUAN

Budaya popular Gelombang Korea (Korean wave/Hallyu) adalah istilah yang diberikan
terhadap penyebaran budaya pupoler Korea Selatan melalui produk-produk hiburan seperti
musik, drama, fashion dan alat kecantikan, serta kuliner. Keberadaan Gelombang Korea (Korean
Wave/Hallyu) sendiri di Indonesia juga menjadi fenomena yang menarik dikalangan kaum muda
di Indonesia saat ini. Sebagai dampak dari globalisasi yang tidak hanya menyebarkan budaya
popular barat, namun juga menyebarkan Gelombang Korea (Korean Wave/Hallyu), kaum muda
tentu saja mendapatkan porsi yang besar, karena mereka menjadi penikmat semua aspek dari
budaya popular korea. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, penelitian yang membahas
mengenai Korea Selatan, terutama mengenai Korean Waves/Hallyu menjadi salah satu topik
hangat yang paling dicari.
Perkembangan industry hiburan di Korea Selatan saat ini sudah sangat maju dan
berkembang. Terbukti dari Gelombang Korean Wave/Hallyu yang saat ini terus tersebar ke
seluruh dunia. Akibatnya negara Korea Selatan semakin dikenal oleh dunia luas. Budaya
pakaian, makanan, serta Bahasa Korea pun cepat sekali menjadi trend yang sangat digemari di
seluruh belahan dunia terutama di Indonesia. Korea Selatan yang tadinya tidak pernah menjadi
tempat destinasi wisata, sekarang mendadak berubah menjadi tempat yang paling ingin
dikunjungi oleh semua orang terutama bagi pecinta kebudayaan Korea Selatan. Hal ini terjadi
karena pengaruh dari drama, musik, dan juga variety show yang menjadi lokasi syuting di Korea
Selatan, membuat orang-orang penasaran dan ingin berkunjung ke tempat-tempat tersebut. Oleh
karenanya, penelitian ini berusaha menjawab semua penelitian yang ada tentang: Bagaimana
dampak dari masuknya trend Korea Selatan terhadap kaum muda di Jakarta Timur?

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN


Gelombang Korea (Korean Wave/Hallyu) adalah penyebaran gelombang budaya popular
modern dari dunia hiburan Korea Selatan ke seluruh dunia yang berupa music popular (K-
Pop), serial drama (K-Drama), film, animasi, game, dan kuliner (Je Seong Jeon dan
Yuwanto, 2014). Pengaruh dari gelombang korea (Korean Wave/Hallyu) telah berkembang
di masyarakat di berbagai belahan dunia. Wilayah utama munculnya Korean Wave/Hallyu
yaitu Asia Timur dan Asia Tenggara seperti Taiwan, Jepang, Vietnam, Singapura, Malaysia,
Filiphina, Thailand, dan Indonesia yang merupakan wilayah utama munculnya Korean Wave
(Aulia dan Muhammad, 2021).
Di masa sekarang Korean Wave terutama dalam kategori music popular (K-Pop) terus
menarik banyak perhatian dari penggemar di seluruh dunia. Menurut Simbar (2014),
Indonesia termasuk negara yang sedang terkena demam Korea, hal ini dapat terlihat di layar
televisi, majalah, dan juga internet di Indonesia yang sekarang berlomba-lomba untuk
menanyangkan atau menginformasikan seputar berita-berita Korea Selatan. Hal ini didukung
pula oleh maraknya platform online shopping yang berboyong-boyong melakukan kerja sama
dengan beberapa boy group dan girl group yang memiliki popularitas di seluruh negara untuk
sekedar menjadi Brand Ambassador atau Icon khusus bagi E-Commerce tersebut. Sebut saja
salah satu perusahaan start up di Indonesia yaitu Tokopedia, yang berhasil mengaet BTS
sebagai Brand Ambassador resmi mereka sejak Oktober 2019 lalu. BTS sendiri merupakan
salah satu boy group paling fenomenal asal Korea Selatan, dan juga boy group yang
dinobatkan sebagai group musisi termahal No.14 di dunia tahun 2019 versi Forbes.
Selain itu, dampak lainnya dari merebaknya budaya korea dalam dunia music (K-Pop)
yaitu membuat para remaja tergila-gila pada setiap tokoh yang ada dalam boy group atau girl
group dari negeri ginseng tersebut. Sudah menjadi hal yang lumrah bagi para Kpopers
(sebutan untuk fans K-Pop) untuk mencintai dan mengidolakan group-group tersebut. Namun
tidak sedikit juga, beberapa diantaranya berubah menjadi fans yang fanatik sehingga
memunculkan sikap yang berlebihan terhadap orang yang diidolakannya sampai-sampai
menjatuhkan salah satu pihak. Jika kita ambil contoh dari hal tersebut, misalnya salah satu
group naungan SM Entertainment yang bernama NCT Dream. Mereka memiliki 6 personil
member di dalam satu group yaitu Na Jaemin, Zhong Chenle, Jisung, Mark Lee, Haechan,
Lee Jeno, dan Renjun. Di antara ke-enam member tersebut ada salah satu membernya yang
bernama Lee Jeno memiliki fans yang sangat fanatik sampai-sampai menjatuhkan member
lainnya dengan menjelek-jelekkannya.
Hal tersebut tentu saja membuat beberapa NCTZen (sebutan untuk fans NCT Dream)
geram dengan kelakuannya fans tersebut. Dan memicu keributan yang biasa disebut oleh
Kpopers sebagai “Fanwar”. Fanwar yang dimaksud adalah pertengkaran yang melibatkan
antar penggemar sebagai upaya untuk melindungi idolnya dalam berbagai hal. Hal ini tentu
saja menjadi salah satu dampak negative dari pengaruh masuknya budaya korea dalam
bidang musik (K-Pop).
Kemudian di susul juga dengan drama popular (K-Drama), pertama kali masuk di
Indonesia pada tahun 2002 yaitu dengan adanya serial drama yang pada saat itu berjudul
“Winter Sonata” dan “Endless Love” yang ditayangkan di stasiun televisi swasta (Ratih,
2019). Berdasarkan survey AGB Nielsen Indonesia di Kompas Online pada tanggal 14 juli
2003, drama Endless Love yang ditayangkan di stasiun televisi swasta nasional, Indosiar
pada tahun 2002 berhasil mendapatkan rating 10. Perolehan rating tersebut berarti drama
tersebut ditonton oleh sekitar 2.8 juta orang di lima kota besar di Indonesia. Drama ini
menjadi bukti nyata bahwa drama seri dari negeri ginseng tersebut mendapatkan perhatian
cukup di Indonesia (Nugroho, 2011). Pemilihan stasiun televisi Indosiar ialah karena Indosiar
merupakan stasiun televisi yang konsisten menanyangkan K-Drama sejak tahun 2002.
Selain orisinalitas cerita, drama ini juga diperankan oleh aktor dan aktris yang rupawan
dengan kemampuan akting yang baik sehingga sukses menjadi titik balik bagi meluasnya
budaya popular Korea di Indonesia. Karena kesuksesan kedua drama ini di Indonesia,
terdapat beberapa drama juga yang akhirnya masuk ke dalam dunia per-televisian Indonesia,
diantara ada Full House, My Sassy Girl, dan Princess Hours. Pada dasarnya, globalisasi
Korean Wave atau budaya Korea tidak bisa lepas dari peran media. Media membawa nilai-
nilai budaya korea ke penjuru dunia dan menjadi salah satu penunjang utama keberhasilan
Korean Wave/Hallyu itu sendiri. Jenis media yang digunakan untuk mengantarkan
kebudayaan korea tersebut tidak lain dalam bentuk VCD, DVD, dan yang paling sukses
membawa pengaruh atau budaya Korea ke Indonesia adalah internet. Internet bahkan bisa
disebut sebagai media paling berpengaruh dalam membawa Korea Wave ini, yang mana
kontennya dapat diakses dengan bebas dan mudah oleh semua orang diseluruh dunia, tak
terkecuali Indonesia.
Fashion korea juga sangat diminati akhir-akhir ini oleh kalangan remaja perempuan maupun
remaja laki-laki. Melalui penampilan artis Korea yang memiliki wajah cantik dan menarik,
kulit putih dan bersih, serta memiliki badan yang proposional dan tinggi membuat remaja
Indonesia cenderung menirukan gaya fashion dari sang idola tersebut. Hal ini membuat
beberapa industri fashion di Indonesia juga di dominasi oleh barang-barang yang diimport
dari Korea Selatan, mulai dari baju, tas, alat kecantikan wajah, sampai gaya rambut di
Indonesia. Fashion Korea memiliki daya tarik tersendiri di kalangan remaja di Indonesia.
Bagi para remaja, fashion Korea dianggap memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan
beberapa fashion western atau barat.
Selain unik dan lucu, pakaian yang berasal dari negeri ginseng tersebut dirasa sangat
cocok ketika dipakai dan sesuai dengan selera ramaja di Indonesia pada era saat ini. Namun
dari merebaknya dan mendominasinya fashion korea di Indonesia, terdapat beberapa dampak
negatifnya yaitu munculnya sikap konsumtif bagi para remaja di Indonesia. Beberapa
diantaranya ada yang membeli produk-produk fashion korea karena memang
membutuhkannya, tapi disamping itu ada beberapa remaja yang membelinya hanya karena
produk tersebut memiliki unsur yang unik dan lucu. Hal ini tentunya harus dicegah supaya
sikap konsumtif ini tidak tertanam jauh di dalam pikiran remaja-remaja di Indonesia.
Dari pembahasan ini, dapat dijelaskan bahwa adanya dampak yang diberikan dari para
penggemar K-Drama, K-Pop, K-Food, dan K-Fashion, baik dampak positif maupun dampak
negative dari masuknya Korean Wave ini.

1.2 FOKUS PENELITIAN


Fokus penelitian bermanfaat bagi pembatasan mengenai objek penelitian yang diangkat
manfaat lainnya adalah agar peneliti tidak terjebak pada banyaknya data yang diperoleh.
Penentuan fokus penelitian ini juga lebih diarahkan pada tingkat kebaruan informasi yang
akan di peroleh dari situasi globalisasi terkini dan keadaan di lingkup media pada saat ini
guna untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi dalam pemilihan data mana yang
lebih relevan dan tidak relevan.
(Sugiyono 2017:207) Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada
tingkat kepentingan, urgensi, relevansi, dan rehabilitas masalah yang akan dipecahkan.
Berikut ini meliputi beberapa fokus yang dapat mendasari penelitian ini:
1. Bagaimana dampak dari masuknya trend Gelombang Korea Wave/Hallyu terhadap
kaum muda di Jakarta Timur?
2. Apa pengaruh yang terjadi pada keadaan kebudayaan Indonesia terhadap masuknya
trend Korean Wave/Hallyu?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan penelitian adalah ungkapan “mengapa” penelitian ini dilakukan. Tujuan dari suatu
penelitian dapat untuk mengidentifikasi atau menggambarkan suatu konsep atau untuk
menjelaskan atau memprediksi suatu situasi atau solusi untuk suatu situasi yang
mengindikasikan jenis studi yang dilakukan (Beckingham, 1974).
Oleh karena itu, sejalan dengan focus penelitian yang telah ditentukan ini bertujuan untuk
:
1. Mengetahui peran Gelombang Korean Wave/Hallyu terhadap kaum muda di
Jakarta Timur?
2. Mengetahui situasi kebudayaan lokal Indonesia dari adanya pengaruh Gelombang
Korean Wave/Hallyu.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Sejalan dengan fokus penelitian yang telah ditentukan, maka manfaat dari penelitian ini
yaitu :
1. Manfaat Secara Akademis
Diharapkan dapat memberikan suatu karya penelitian yang baru, dapat menambah
wawasan dengan melihat bagaimana masuknya trend Korean Wave/Hallyu, serta
dapat dijadikan sebagai acuan terhadap pengembangan atau pembuatan penelitian
yang sama.
2. Manfaat Secara Praktis
Sebagai media referensi bagi peneliti selanjutnya yang nantinya menggunakan konsep
dan dasar penelitian yang sama, yaitu mengenai dampak gelombang Korean
Wave/Hallyu terhadap kaum muda di Indonesia.

3. Manfaat Secara Sosial


Sebagai wadah penyalur dalam aspek social budaya yang mempelajari apa-apa saja
dampak dari masuknya Gelombang Korean Wave/Hallyu di Indonesia terutama
kepada kaum muda Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penulis mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Penelitian terdahulu ini menjadi salah
satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori
yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Penulis mengangkat beberapa
penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut ini
penulis temukan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai Gelombang Korea (Korean
Wave).

Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
No Judul & Tujuan Metode Hasil Perbedaan
Penulis
1. Velda Ardia
Tujuan dari Metode yang Hasil Perbedaan dari
Universitas
penelitian ini digunakan dari penelitian saat kedua penelitian ini
Muhamadiyah
adalah untuk jurnal penelitian ini digunakan ada pada tujuan
Jakarta memfokuskan terdahulu untuk penelitian. Pada
DRAMA perkembangan tersebut yaitu pedoman jurnal penelitian
KOREA DAN budaya Korea di metode tentang terdahulu milik
BUDAYA Indonesia akibat penelitian bagaimana Velda Ardia, tujuan
POPULAR globalisasi deskriptif untuk budaya Korea dari penelitiannya
media. mendeskripsikan bisa masuk ke adalah untuk
secara luas dan Indonesia memberikan
gamblang lewat media informasi bagaimana
tentang elektronik, drama korean dan
perkembangan makanan, budaya populer
budaya Korea di musik, hingga korea lainnya bisa
Indonesia drama. masuk ke Indonesia
dan hanya berfokus
pada drama serta
bidang musik (K-
Pop). Sedangkan
pada penelitian yang
akan diteliti
memiliki tujuan
untuk mengetahui
bagaimana dampak
dari globalisasi
dalam membawa
gelombang korea
(korean wave)
masuk ke Indonesia
lewat berbegai
medai, mulai dari
dramanya, musik,
makanan, fashion,
dunia kecantikan,
dan lain-lain

2. Jusmalia Tujuan dari Metode yang Hasil Perbedaan dari


Oktaviani, penelitian ini digunakan dari penelitian saat kedua penelitian ini
Teguh Puja adalah untuk jurnal penelitian ini digunakan ada pada hasil dan
Pramadya / melihat terdahulu untuk pembahasan
Korean Wave bagaimana tersebut yaitu mempelajari penelitian. Pada
(Hallyu) dan pengaruh hallyu dengan teknik aspek-aspek jurnal penelitian
Persepsi Kaum terhadap persepsi pengumpulan budaya Korea terdahulu milik
Muda di kaum muda data Selatan Jusmalia Oktaviani
Indonesia: mengenai Korea menggunakan sebagai dan Teguh Puja
2.2 Kajian Teoritis

Kajian teoritis dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian teori, yakni komunikasi, komunikasi

budaya, fenomenologi (teori fenomenologi), kebudayaan, budaya popular, Korean wave.

2.2.1 Komunikasi

Secara etimologis kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal

dari kata Latin communis yang berarti “Sama”, communico, communication, atau

communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis)

paling sering disebut sebagai asal komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya

yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan

dianut secara sama.1

Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan social yang bersifat multidisipliner, tidak bisa

menghindari perspektif dari beberapa ahli yang tertarik pada kajian komunikasi sehingga

definisi dan pengertian komunikasi menjadi semakin banyak dan beragam. 2

Menurut Harold Lasswell, komunikasi merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa,

mengatakan siapa, dengan saluran apa, kepada siapa, dan dengan akibat apa atau hasil apa

(Who says what, in which channel, to whom, with what effect). Paradigma Lasswell di atas

menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yaitu:

a. Communicator (Komunikator)

Komunikakor atau pengirim pesan adalah manusia berakal budi yang berinisiatif

menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya.

b. Message (Pesan)
1
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2013 hal. 46

2
Fitriyah Sa’atuzzamani. MK. Pengantar Ilmu Komunikasi Sub Pokok Bahasan: Definisi Komunikasi dan Organisasi.
Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima

pesan melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Ada dua sifat

pesan, yaitu :

1. Pesan bersifat verbal (verbal communication) antara lain: Oral (komunikasi yang

dijalin secara lisan). Written (komunikasiyang dijalin secara tulisan).

2. Pesan bersifat non verbal (non verbal communication) yaitu: Gestural

communication (menggunakan sandi-sandi bidang kerahasiaan)

c. Medium (Media)

Media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Dalam ilmu komunikasi, media bisa

diartikan sebagai saluran, sarana penghubung, dan alat-alat komunikasi. Kalimat media

sebenarnya berasal dari bahasa latin yang secara harafiah mempunyai arti perantara atau

pengantar. Menurut Grossberg media merupakan institusi yang difungsikan untuk

mengembangkan kebebasan berpendapat dan menyebarkan informasi ke segala arah,

yakni kepada publik dan institusi lainnya termasuk pemerintah. Sedangkan menurut

Bambang Purwanto media merupakan keristalisasi pemikiran manusia yang terus

bertahan melampaui waktu kehidupan individual - yang menciptakan gambaran

individu. Media komunikasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan cara

penyebarannya, yaitu:

1. Media Komunikasi Audio Atau Suara

Media audio adalah ketika penerima pesan dapat menangkap pesan tersebut

dengan menggunakan salah satu indera manusia yaitu telinga. Sementara itu,

pesan disampaikan melalui media suara atau verbal dengan menggunakan alat

yang dapat memancarkan suatu frekuensi tertentu. Contoh media komunikasi


audio seperti CD, radio dan pemutar audio lainnya.

2. Media Komunikasi Audio Visual

Media komunikasi audio visual merupakan penyampaian pesan dengan cara

menggunakan suara serta bentuk visual seperti video maupun gambar yang

kemudian digabungkan menjadi satu. Saat ini, sudah banyak komunikasi

menggunakan media audio visual karena pesan yang ingin disampaikan oleh

pembawa pesan dapat mudah disampaikan.

3. Media Komunikasi Cetak

Dalam media komunikasi cetak, saluran yang digunakan untuk dapat

menyampaikan pesan adalah dengan menggunakan bentuk tulisan yang telah

dicetak, contohnya seperti buku, brosur, majalah, surat kabar, buletin dan lain

sebagainya.

d. Receiver (Komunikan)

Komunikan (penerima pesan) adalah manusia yang berakal budi, kepada siapa pesan

komunikator ditujukan. Peran antara komunikator dan komunikan bersifat dinamis,

saling bergantian. Pada dasarnya komunikan adalah orang yang diajak berbicara, dan

akan memberikan feedback terhadap komunikator, baik berupa verbal maupun non

verbal.

e. Effect (Efek)

Efek komunikasi diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri

komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri komunikan:

1. Kognitif (seseorang menjadi tahu sesuatu).

2. Afektif (sikap seseorang terbentuk).

3. Konatif (tingkah laku, hal yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu).
2.2.2 Komunikasi Budaya

Komunikasi antar budaya merupakan salah satu bidang kajian dalam ilmu

komunikasi. Komunikasi antar budaya sebagai objek formal yang telah dijadikan bidang

kajian sebuah ilmu tentu mempunyai teori.Teori-teori tersebut mempunyai daya guna

untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan antarbudaya yang secara khusus

menggeneralisasi konsep komunikasi diantara komunukator dengan komunikan yang

berbeda kebudayaan dan membahas pengaruh kebudayaan terhadap kegiatan

komunikasi3. Menurut Lustig dan Koester, komunikasi antar budaya adalah suatu proses

komunikasi simbolik, interpretative, transaksional, kontekstual yang dilakukan oleh

sejumlah orang karena memiliki perbedaan derajat kepentingan tertentu memberikan

interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk

perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan.

2.2.3 Fenomenologi

Fenomenologi secara etimologi berasal dari kata “phenomenon” yang berarti

realitas yang tampak, dan “logos” yang berarti ilmu. Sehingga secara Tujuan utama

fenomenologi adalah mempelajari bagaimana fenomena dialami dalam kesadaran, pikiran

dan dalam tindakan, seperti bagaimana fenomena tersebut bernilai atau diterima secara

estetis. Fenomologi mencoba mencari pemahaman bagaimana manusia mengkonstruksi

makna dan konsep-konsep penting, dalam kerangka intersubjektivitas.

Secara ternimologi, fenomenologi adalah ilmu berorientasi untuk mendapatkan

penjelasan tentang realitas yang tampak. Fenomena yang tampak adalah refleksi dari
3
Nurwahidah. Fenomenologi Korean Wave Pada Mahasiswa Universitas Islam Riau (UIR). 2022
realitas yang tidak berdiri sendiri karena ia memiliki makna yang memelurkan penafsiran

lebih lanjut4.

a. Teori Fenomenologi

Tradisi fenomenologi memfokuskan perhatiannya terhadap pengalaman

seorang individu. Teori komunikasi yang masuk dalam tradisi fenomenologi

berpandangan bahwa manusia secara aktif menginterpretasikan pengalaman

mereka, sehingga mereka dapat memahami lingkungannya melalui pengalaman

personal dan langsung dengan lingkungannya.Tradisi fenomenologi

memberikan penekanan sangat kuat pada persepsi dan interpretasi dari

pengalaman subjektif manusia.Pendukung teori ini berpanangan bahwa cerita

atau pengalaman individu adalah lebih penting dan memiliki otoritas lebih

besar daripada hipotesa penulis sekalipun5. Fenomenologi identik dengan

Husserl adalah pendiri tokoh utama dari aliran filsafat fenomenologi. Inti

pemikiran Schutz adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui

penafsiran. Dimana, tindakan sosial merupakan tindakan yang berorientasi

pada perilaku orang atau orang lain pada masa lalu, sekarang dan akan datang.

Proses penafsiran dapat digunakan untuk memperjelas atau memeriksa makna

yang sesungguhnya, sehingga dapat memberikan konsep kepekaan yang

implisit. Dengan kata lain, mendasarkan tindakan sosial pada pengalaman,

makna, dan kesadaran. Manusia mengkonstruksi makna di luar arus utama

pengalaman melalui proses “tipikasi”. Hubungan antara makna pun

diorganisasi melalui proses ini, atau biasa disebut stock of knowledge.

4
Makalah : Teori Fenomenologi dan Tokoh – Tokohnya (https://www.bonarsitumorang.com/2018/08/makalah-
teori-fenomenologi-dan-tokoh.html)
5
Nurwahidah. Fenomenologi Korean Wave Pada Mahasiswa Universitas Islam Riau (UIR). 2022
(Kuswarno, 2009:18).

2.2.4 Kebudayaan

Kebudayaan barasal dari kata “budaya”, yang berasal dari kata sansekerta

“budhayah”, sebagai bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Kebudayaan

adalah hal-halyang bersangkutan dengan budi dan akal. Menurut Koentjaraningrat

pengertian kebudayaan sebagai “keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”. Atau

dengan kata lain bahwa kebudayaan itu adalah keseluruhan dari apa yang pernah

dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan karyanya. Jadi kebudayaan merupakan

produk budaya.

2.2.5 Budaya Populer

Budaya populer adalah budaya yang diciptakan/diproduksi dan dikonsumsi secara

massal serta digemari oleh kebanyakan rakyat (populist). Istilah “populer” menurut

Sugeng dalam William (2015:43) memiliki makna sebagai berikut: (1) banyak disukai

orang; (2) jenis kerja rendahan; (3) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4)

budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri. Budaya populer akhirnya

melahirkan selera yang sama diantara kelompok budaya yang berbeda6. Budaya populer

sering digunakan untuk menyambut budaya yang menyenangkan atau banyak disukai

orang. Budaya populer juga dianggap sebagai representasi dari budaya rendah. Dalam

arti, budaya populer bersifat residual dalam mengakomodasi praktik budaya yang tidak

memenuhi persyaratan budaya tinggi yang luhur. (Pujileksono, Sugeng, 2015:43).

2.2.6 Korean Waves

Indonesia salah satu negara yang termasuk kedalam negara yang sedang terkena

demam Korea di era saat ini. Hal tersebut bisa kita temui di setiap iklan yang beredar,
6
Nurwahidah. Fenomenologi Korean Wave Pada Mahasiswa Universitas Islam Riau (UIR). 2022
berita di televisi local, serta drama yang biasa di putar di televisi local. Pada dasarnya,

globalisasi budaya Korea tersebut tak bisa dilepaskan dari peran media. Media membawa nilai-

nilai budaya Korea ke luar negeri dan menjadi salah satu penunjang utama berhasilnya gerakan

hallyu atau globalisasi budaya Korea di dunia internasional. Media yang banyak berperan dalam

persebaran nilai-nilai budaya Korea pada mulanya adalah televisi, yang menayangkan drama-

drama Korea.

Hallyu adalah fenomena mengalirnya budaya populer Korea yang berupa drama, film,

dan musik (K-Pop) yang diawali dari negara-negara serumpun (Cina, Taiwan, Jepang) dan

Vietnam yang akhirnya merembet ke negara-negara Asia Tenggara lainnya hingga paruh pertama

tahun 2000-an. Yang kemudian, Hallyu menyebar ke negara-negara Amerika Selatan, Timur

Tengah dan sebagian Afrika hingga paruh kedua tahun 2000-an. Hingga akhirnya sampai ke

seluruh dunia termasuk kawasan Eropa dan Amerika Serikat pada tahun-tahun terakhir dekade

pertama abad ke-21 (thn 2000-anakhir). Hallyu sebagai aliran budaya populer Korea adalah

sebuah fenomena yang saat ini terus berlangsung dan seperti halnya budaya populer Jepang yang

mendahului sepak terjangnya di Asia dan dunia sejak tahun 1990-an, Hallyu tidak bisa diprediksi

sampai kapan berlangsung. Bahkan sekarang Hallyu pun meluas menjadi bukan hanya untuk

menyebut mengalirnya budaya popular, tapi juga fashion, masakan dan industri kreatif lain dapat

juga disebut hallyu.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Peneltian

Menurut Lexy J. Moleong, paradigma merupakan pola atau model tentang

bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian bagian

berfungsi (perilaku yang didalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu. Sedangkan

menurut Prof. Kasiram, paradigma adalaha acuan longgar alam penelitiaan yang berupa

asumsi, dalil, aksioma, postulat atau konsep yang akan digunakan sebagai petunjuk

penelitian.

Ada dua paradigma yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah, yaitu paradigma ilmiah

dan paradigma alamiah. Menurut Harmon (Moleong,2012:49), paradigma merupakan cara


mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu

secara khusus tentang realitas.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif dengan teknik analisis data dan menggunakan pendekatan fenomenologi.

pendekatan fenomenologi merupakan teknik analisis data kualitatif untuk mengungkap kesamaan

makna yang menjadi esensi dari suatu konsep. Studi fenomenologi mengasumsikan bahwa setiap

individu mengalami suatu fenomena dengan kesadarannya. dengan kata lain, staudi fenomenologi

bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman dalam suatu

peristiwa. Penggunaan pendekatan fenomenologi juga mencoba untuk menangkap tidak hanya sesuatu

yang kita terima secara indra, tetapi pendekatan ini mencoba untuk mempelajari strauktur dari pikiran

kita mengenai suatu objek yang kita lihat. Fenomenologi erat hubungannya dengan studi kesadaran

yaitu dengan mendeskripsikan atau menginterpretasikan kemudian dihubungkan kepada konteks yang

relevan.

3.3 Subyek Penelitian

Yang dimaksud dengan subyek penelitian, adalah orang, tempat, atau benda yang diamati

dalam rangka pembubutan sebagai sasaran. Adapun subyek penelitian dalam tulisan ini adalah

dilakukannya wawancara terhadap tiga narasumber yang termasuk kedalam kategori kaum muda yang

mendapatkan dampak dari trend Korean Wave.

Nama Pekerjaan

Aura Syalsanabila Mahasiswa

Salwa Raden Ajeng Mahasiswa

Siti Nur Lela Mahasiswa

3.4 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

dalam rangka mencapai tujuan penelitian. sumber data dalam penelitian ini disesuaikan dengan

jenis data yang dikumpulkan. Pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi data primer

dan data sekunder, dengan menggunakan teknik wawancara satu satu sebagai data sekunder dan

teknik pencatatan sebagai data primer, yang mana menggunakan dokumen-dokumen terpercaya

yang sudah ada dan sumber informasi serupa sebagai sumber data.

a. Data Primer

Pengumpulan data secara primer di lakukan dengan menggunakan teknik pencatatan.

Teknik pencatatan ini bertujuan untuk mengumpulkan dengan menggunakan dokume-

dokumen terpercaya yang sudah ada seperti jurnal atau karya ilmiah, artikel ilmiah dan

sumber informasi serupa sebagai sumber data.

b. Data Sekunder

Untuk dapat melengkapi data-data yang dikumpulkan dari pengumpulan data primer

tersebut, maka dilakukan pengumpulan data dengan teknik wawancara satu satu dengan

beberapa narasumber yang sudah dicantumkan namanya pada subyek penelitian dengan

persetujuan dari kedua belah pihak.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah narrative

analysis, yaitu lebih memberikan insight karena memiliki data-data penting yang tidak hanya

berkaitan dengan konteks, namun juga waktu, tempat, spesifikasi produk, pengalaman

penggunaan produk, dan mungkin terdapat saran yang juga bisa menjadi bahan pertimbangan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/darwensy/5f2014c9097f365b405c4af2/mengulik-kerja-sama-antara-bts-
dan-tokopedia-bagaimanakah-impactnya
Mengulik Kerja Sama antara BTS dan Tokopedia, Bagaimanakah Impactnya?
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mengulik Kerja Sama antara BTS dan
Tokopedia, Bagaimanakah Impactnya?", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/darwensy/5f2014c9097f365b405c4af2/mengulik-kerja-sama-antara-bts-
dan-tokopedia-bagaimanakah-impactnya
http://digilib.uinsby.ac.id/46994/2/Witri%20Yulianti_I73217049.pdf
https://eprints.umm.ac.id/85463/2/BAB%20I%20.pdf
https://jmb.lipi.go.id/jmb/article/view/147/128
https://journal.unpad.ac.id/protvf/article/view/20940/10502
https://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/LONTAR/article/view/337/381
https://www.kompasiana.com/dhiya20947/5bfc75febde5757d876ae8a2/pengaruh-k-pop-di-indonesia
https://kumparan.com/aziza-kistikiwari-putri/fenomena-korean-wave-menjadi-jendela-fashion-remaja-
indonesia-1usfRIAljEj/full
https://repository.unair.ac.id/87304/5/Jurnal_Natazha%20Putri%20Agnensia_071511533028.pdf

Anda mungkin juga menyukai