Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh Korea Wave Terhadap Style Pakaian Remaja

Naila Annisa Melinda


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
UPN”VETERAN”YOGYAKARTA
Jl. Utama Pugeran, Depok, Sleman, Yogyakarta
Email: Nailaann27@gmail.com

Abstract: The declining shift in the interest of Indonesian youth towards Indonesian
Fashion Styles has encouraged Indonesian designers to change the Indonesian style
to be more attractive. In this study, it discusses how Indonesian adolescents respond,
especially Pekanbaru City, to their interest in Korena Style. This study aims to
determine how the adolescent's perceptions of the comparison of Korean and
Indonesian styles. In achieving the objectives of this study, a quantitative method is
needed. The results of the study show that respondents have similar perceptions or
views about their interest in Korean style.
Keywords: Perception, Korean Style, Korean Fashion

Abstrak: Pergeseran minat remaja Indonesia terhadap Fashion Style Indonesia


yang semakin menurun mendorong para desainer Indonesia untuk mengubah
mode Style Indonesia lebih menarik. Dalam penelitian ini membahas Bagaimana
respon remaja Indonesia khususnya Kota Pekanbaru terhadap ketertarikan mereka
pada Style Korena. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi
remaja tersebut mengenai perbandingan style Korea dan Indonesia .Dalam
mencapai tujuan penelitian ini di perlukan metode kuantitatif Hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden memiliki persepsi atau pandangan yang hampir
sama mengenai ketertarikan mereka pada style Korea.
Kata kunci : Persepsi, Style Korea, Fashion Korea
Pendahuluan

Kemajuan yang semakin cepat dalam berbagai aspek di


kehidupan mengikuti perkembangan dunia pada era globalisasi
yang mana dapat kita rasakan bahwa hampir semua hal dapat
dengan mudah kita akses melalui kemutakhiran teknologi,
bahkan hanya dengan sekali klik atau satu sentuhan ketika kita
berselancar di perangkat yang terhubung dengan internet.
Proses komunikasi pada masa kini tidak terjadi antar individu
hanya dengan bentuk tatap muka saja, namun lebih dari itu,
perkembangan teknologi dan informasi telah memperluasnya.
Sehingga, hampir tidak kita sadari bahwa seiring pergerakan
informasi yang beranlangsung dengan mudah dan cepat telah
dengan aktif mentransfer budaya-budaya dari seluruh penjuru
untuk mampir ke tempat-tempat yang diinginkan dalam wujud
nilai, budaya, gaya hidup, artefak atau produk dan lain
sebagainya.

Salah satu budaya yang tengah mempengaruhi berbagai


Negara adalah budaya pop Korea atau yang lebih dikenal
d e n g a n s e b u t a n K - P o p / H a l l y u Wa v e / K o r e a n Wa v e . I n d o n e s i a
pun terikut imbas penyebaran budaya ini terutama dikarenakan
Indonesia yang masih merupakan Negara berkembang sehingga
mudah dipengaruhi oleh Negara-negara maju. Penyebaran
budaya pop Korea ini juga terbantukan dengan berbagai media
massa yang giat memperkenalkan budaya tersebut dan salah satu
media massa yang intensif dalam menyebarkan budaya ini
a d a l a h t e l e v i s i . Ti d a k a d a y a n g b i s a m e n j a w a b b e n a r a p a
penyebab K-pop maupun Drama Korea ini “meledak”. Bahkan
Hampir setiap hari kita dapat menonton acara-acara yang
berhubungan dengan budaya pop Korea ini di hampir seluruh
stasiun televisi. Korean wave merepresentasikan bagaimana
budaya melebur dan bahkan bergeser dari konstruksi asalnya
menjadi konsep yang baru. Budaya Korea yang seiring
perkembangannya telah mengalami pengaruh dari budaya
lainnya seperti budaya Amerika dan Eropa telah membawa tren
baru berupa mode, makanan, musik, seni dan lainnya. Keadaan
ini menggambarkan bahwa budaya Korea telah menjadi bagian
d a r i p e r g e r a k a n g l o b a l i s a s i y a n g m a n a t e l a h t e r c a m p u r, j i k a
tidak ingin menyebutkan terkontaminasi, oleh budaya lainnya,
sehingga pergeseran dari budaya asalnya pun cenderung terjadi
(Ridaryanthi, 2014).
Namun, berdasarkan dampak fenomena K-Pop dalam
buku Mapping Out the Cultural Politis of “the Korean Wave”
lebih terkait dengan resepsi dan reaksi dari praktik konsumsi
produk budaya Korea melalui jejaring trans-nasional. Dua
dinamika itu tidak hanya dialami oleh negara-negara Asia
Timur seperti Cina, Hongkong, Taiwan, Vietnam dan Singapura,
melainkan juga di Korea sendiri. Hal ini bisa dibaca dalam
buku tersebut terkait dengan diskursus hallyu yang membentuk
tiga posisi pendapat umum. Pertama, wacana pemikiran neo
liberal yang dibentuk pemerintah dan institusi media. Menurut
mereka fenomena hallyu berkaitan dengan nilai pasar (market
value) yang berpotensi bersaing tinggi dengan budaya trans-
nasional dan pasar media. Di sini, selain sebagai bentuk
kekuatan diplomasi lunak, mereka menganggap hallyu
merupakan etos semangat inovasi yang jadi perasyarat di abad
21 di tengah kompetisi budaya global yang tak terbatas. Hal
inilah yang, kedua, memunculkan nasionalisme budaya bagi
sebagian masyarakat Korea. Ini terlihat dengan superioritas
budaya populer modern Korea yang berasal dari kebudayaan
lokal yang secara kolektif untuk diekspor dan mendatangkan
keuntungan. Nasionalisme kebudayaan ini terlihat dengan
adanya sejumlah analisis, laporan, dan juga reportasi yang
kerap dibesar-besarkan terkait dengan pengaruh K-Pop di
sejumlah negara oleh sarjana dan jurnalis Korea. Ketiga,
kritisme atas esensiliasi produk budaya Korea.

B e r d a s a r k a n b u k u P s i k o l o g i R e m a j a k a r y a D r. I d a
Umami., M.Pd. Kons. Saat masa remaja seseorang cenderung
mengikuti lingkungan dan juga teman sebayanya. Agar mereka
dapat terus bertahan dan mengeksplor masa remajanya. Melihat
dari berbagai sudut kita dapat menyaksikan banyaknya yang
menggemari Industri Hiburan dari Korea Selatan ini baik remaja
maupun dewasa. Sehingga, tak heran tren korea style ini terus
merambat ke remaja satu menuju yang lainnya. Karena, hal itu
merupakan salah satu bentuk cara bertahan seorang remaja
untuk tetap men-survive masa remaja untuk mencari citra dan
jati dirinya.

Citra diri sendiri merupakan gambaran yang dimiliki


seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk yang
berfisik, sehingga citra diri sering dikaitkan dengan
karakteristik karakteristik fisik termasuk di dalamnya
penampilan seseorang secara umum. Dapat kita simpulkan
definisi citra diri sebagai gambaran seseorang terhadap diri
sendiri atau pikiran seseorang tentang pandangan orang lain
terhadap dirinya, terkait dengan bagaimana cara seseorang
memandang dirinya dan bagaimana berpikir tentang penilaian
orang lain terhadapnya (Apsari et al., 2017)

Apabila kita perhatikan, ketertarikan akan budaya Korea


ini semakin meningkat terutama di kalangan remaja Indonesia.
Bahkan, remaja Indonesia lebih percaya diri menggunakan style
dan brand dari negara Korea. Hal ini biasanya di mulai saat
remaja melihat berbagai berita di media massa, kemudian
mereka perlahan-lahan mulai mengumpulkan informasi
mengenai budaya tersebut karena terlihat asing serta lebih
menarik dan akhirnya mulai mengimitasi budaya itu ke dalam
hidup gaya hidup keseharian mereka. Remaja yang meniru gaya
perpakaian atau style Korea ini bisa dikatakan merupakan
korban mode. Perilaku ini biasa membuat remaja memiliki
Hasrat membeli apa saja yang dikenakan oleh pemeran serial
Drama Korea ataupun Idol dari Korean Pop yang mereka sukai.
Te n t u n y a i n i b u k a n l a h h a l y a n g b a i k , a p a b i l a r e m a j a I n d o n e s i a
terus menerus meng-imitasi dan menirukan style dari negri
gingseng tersebut.

Imitasi sendiri merupakan dorongan untuk meniru orang


lain. Imitasi tidak berlangsung secara otomatis melainkan
dipengaruhi oleh sikap menerima dan mengagumi terhadap apa
yang diimitasi. Untuk mengadakan imitasi atau meniru ada
faktor psikologis lain yang berperan. Dengan kata lain imitasi
tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada faktor lain yang
ikut berperan sehingga seseorang mengadakan imitasi, salah
satu contohnya adalah banyaknya remaja yang mengimitasi
budaya popular yang sedang trend yaitu budaya korea (Apsari et
al., 2017)

Fenomena ini menggambarkan bagaimana trans-budaya


yang mengalir telah memberikan kontribusi terhadap pergerakan
globalisasi. Korea sebagai komoditi, Korea sebagai budaya dan
Korea sebagai pemain pada pergerakan perekonomian di kancah
g l o b a l . K e t i k a k o n s e p Ti m u r d a n B a r a t d i l i h a t s e b a g a i d u a
aspek yang berbeda, sebagai pembeda dalam kehidupan sosial
manusia, namun kita dapat melihatnya sebagai satu kesatuan
dalam konteks penggerak roda globalisasi melalui persebaran
produk dengan katalis media yang telah mampu menghubungkan
manusia dari titik ke titik di seluruh dunia. Adaptasi dan adopsi
budaya baru pada suatu produk dapat berperan dalam
pembentukan popularitas produk tersebut. Sehingga tidak bisa
kita sangkal lagi bahwa produk-produk Korea adalah bagian
dari produk efek globalisasi. Selain itu, media telah menjadi
katalis yang kuat dalam transmisi pesan dan nilai baru dalam
masyarakat, dalam penelitian ini, khususnya remaja di
Indonesia (Ridaryanthi, 2014).

S e h i n g g a , p e m i l i h a n “ P e n g a r u h D r a m a K o r e a Te r h a d a p
Style Pakaian Remaja Indonesia” sebagai judul bertujuan untuk
mengetahui bagaimana tingkat ketertarikan remaja Indonesia
khususnya remaja Kota Pekanbaru terhadap Style Korea yang
kini tengah menjadi tren, dengan manfaat agar kita dapat
mengetahui solusi apa yang dapat diberikan agar remaja tersebut
dapat kembali dan lebih tertarik pada Style Indonesia. Adapun
selain mengikuti Style para Idol K-pop, Peranan antara
modeling dengan citra diri pada remaja penggemar Drama Korea
ini adalah berkaitan dengan terjadinya pengimitasian yang
dilakukan remaja yang didasarkan pada apa yang ia lihat di
media massa, yakni tayangan drama korea. Efek dari tayangan
televisi yang berhubungan dengan budaya pop Korea yang
diamati dalam drama korea menarik perhatian kalangan remaja
sehingga terjadilah pengimitasian. Hal ini sesuai dengan praktek
hidup dan gaya mereka yang meniru sekaligus mengoleksi segala
hal yang berhubungan dengan budaya pop Korea, dan juga
meniru gaya hidup serta cara berpenampilan dari sikap hingga
fisik yang menandakan tampilan citra dirinya (Apsari et al.,
2017)

Penelitian terdahulu disebutkan dengan tujuan untuk

mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap, pembanding dan

memberi gambaran awal mengenai kajian terkait permasalahan dalam

penelitian ini. Penelitian pertama berjudul “Analisa Gaya Hidup


Remaja Dalam Mengimitasi Budaya Pop Korea Melalui Televisi

(Lugones Botell et al., 1997) ”. Penelitian kedua berjudul “Pengaruh

Perilaku Modeling Pada Tayangan Drama Korea Terhadap Citra Diri

Remaja Penggemar Drama Korea (Apsari et al., 2017) ” serta

Penelitian ketiga berjudul “Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi

Perilaku Konsumen Studi Terhadap Remaja (Ridaryanthi, 2014) ”.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang


dilaksanakan pada 31 Desember 2020 di media Whatsapp dan
Line. Penelitian ini merupakan studi kualitatif bertujuan untuk
mengeksplorasi mengetahui bagaimana tingkat ketertarikan
remaja Indonesia khususnya remaja Kota Pekanbaru terhadap
Style Korea yang kini tengah menjadi tren, sampel penelitian
menggunakan Snowball Sampling dengan pesertanya merupakan
beberapa remaja Kota Pekanbaru.
Remaja Kota Pekanbaru

3; 30% Korea Style


Indonesia Style
Barat Style

6; 60%
1; 10%

Diagram Hasil Responden Beberapa Remaja Kota Pekanbaru

Terkait Ketertarikan Terhadap Style Korea

Data dikumpulkan berdasarkan wawancara atau


korespondensi yang memuat pertanyaan mengenai ketertarikan
remaja terhadap Style yang mereka sukai dan biasa dikenakan
dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini meminta informasi
dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel berikutnya,
demikian secara terus menerus.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Setelah di mendapatkan hasil wawancara dari 10 orang


remaja yang ada di Kota Pekabaru. 8 diantaranya memilih untuk
mengikuti Style Korea, 2 diantaranya memilih untuk mengikuti
Style Kebaratan dan 1 diantaranya memilih mengikuti Style
Indonesia. Menurut hasil para responden mereka lebih memilih
untuk mengikuti Tren Fashion Stylish Korea Selatan karena
lebih Fashionable sehingga tidak terlihat pasaran, mereka juga
mengungkapkan bahwa Style Korea sangat mudah di dapatkan
karena sudah sangat banyak reseller-reseller di E-commerce
yang menjualnya bahkan dengan harga yang relatif murah serta
terjangkau.
Para responden yang memilih Style Korea menilai bahwa
kesan Fashion Pakaian Indonesia termasuk kuno dan tidak
terlalu menarik karena bentuknya cenderung monoton dan itu-
itu saja. Berberda dengan Style Fashion Korea yang memadu-
padankan berbagai warna hingga corak sehingga ketika
menggunkannya lebih percaya diri. Selain itu ketika para
responden ditanya mengenai bagaimana cara agar remaja
Indonesia atau pun diri mereka sendiri dapat kembali tertarik
pada Fashion Style Indonesia mereka menyarankan para
Desaigner ataupun Penjahit yang ada di Indonesia mulai
mengubah model Fashion pakaian mereka, bahkan ada yang
menyatakan bahwasannya Style Pakaian Indonesia yang dijual
di E-commerce maupun Mall terlihat pasaran dan seperti baju
tidur. Dan yang lebih mengejutkan, ada komentar dari seorang
responden yang menilai Style dari Indonesia terlalu tertutup
serta mengikuti standar dari masyarakat pada umumnya,
berbeda dengan Style Korea yang cenderung terbuka namun
tetap memberi kesan percaya diri para penggunanya. Serta
jawaban yang sama dari responden yaitu berupa peryataan
mereka hanya sekedar mengikuti tren yang ada di sekeliling
mereka agar tidak ketinggalan zaman.

Menyikapi hal diatas, menurut saya ini bukanlah hal yang


cukup baik. Apabila mengikuti budaya di Indonesia yang
cenderung ketimur-timuran tentu hal ini bukanlah hal baik.
Ditambah lagi dengan tidak tertariknya remaja tersebut
menggunakan pakaian dan produk Indonesia tentu saja dapat
menyebabkan hilangnya jadi diri generasi Indonesia di masa
yang akan datang, menilai sejak remaja mereka sudah tidak
tertarik lagi dengan Style yang ada di Indonesia.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat kita ketahui beberapa
alasan para remaja mengapa lebih memilikh Style Korea,
Meskipun apabila di Tarik secara garis besar penyebabnya ialah
karena mengikuti tren. Namun, tetap saja hal ini tidak dapat
terus dibiarkan karena akan menghilangkan jati diri dari para
generasi penerus bangsa. Seperti beberapa solusi yang
disarankan alangkah baiknya apabila Fashion Style di Indonesia
di perbarui mengingat Fashion Style yang ada di Indonesia
lebih di peruntukkan usia dewasa dibandingkan remaja.

Daftar Pustaka
Apsari, L., Mayangsari, M. D., & Erlyani, N. (2017). Pengaruh Perilaku
Modeling Pada Tayangan Drama Korea Terhadap Citra Diri Remaja
Penggemar Drama Korea. Jurnal Ecopsy, 3(3), 144–148.
https://doi.org/10.20527/ecopsy.v3i3.2662
Huat. Chua Beng. et al. (2011) East Asian Pop Culture:
Analyzing the Korean Wave. Hongkong. Hongkong University
Press
Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
Lugones Botell, M., Quintana Riverón, T. Y., & Cruz Oviedo, Y. (1997).
Amor, sexo, cultura y sociedad. Revista Cubana de Medicina General
Integral, 13(5), 512–517.
Ridaryanthi, M. (2014). Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku
Konsumen ... Jurnal Visi Komunikasi, 13(01), 87–104.
Umami, Ida,. M.Pd.Kons.(2019). Judul Utama Buku : Psikologi
Remaja. Yogyakarta. IDEA Press.

Anda mungkin juga menyukai