Anda di halaman 1dari 22

ETIKA DAN TANTANGAN DALAM

KOMUNIKASI INTERNASIONAL
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah komunikasi Internasional

Dosen pengampu : Dr. Ahmad Zakiyuddin, S.IP., M.I.Kom.


Asisten Dosen : Dudi Yudhakusuma, S.IP.M.I.Kom

Disusun oleh :

Cici Anjani Sojaya (41153030200103)

Widiyastri Oktavia (41153030200093)

PRODI ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
Jl. Karapitan N0. 116 Bandung 40261 Tlp : 022-4218084, Fax. 022 4237144
2022-2023

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 1
1.1. Pengertian Komunikasi Internasional .............................................. 1
1.2. Sejarah Komunikasi Internasional ................................................... 3
1.3. Perspektif Komunikasi Internasional ............................................... 4
1.4. Etika Komunikasi Internasional ...................................................... 4
1.5. Tantangan Komunikasi Internasional .............................................. 7
1.6. Kebijakan Komunikasi Internasional............................................. 10
1.7. Ancaman Komunikasi Internasional.............................................. 10
1.8. Sistem Komunikasi Internasional .................................................. 11
1.9. Landasan Komunikasi Internasional.............................................. 12
1.10. Contoh Kasus Komunikasi Internasional ..................................... 14
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 18
2.1. Kesimpulan................................................................................... 18
2.2. Kritik dan Saran ............................................................................ 18
Daftar Pustaka ................................................................................................. 20

ii
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Komunikasi Internasional


Komunikasi sebagai proses peralihan pesan dari komunikator kepada komunikan dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang atau perspektif. Pada komunikasi internasional perspektif terdiri
dari perspektif jurnalistik, perspektif diplomatik, perspektif propaganda, perspektif
kulturalistik, dan perspektif bisnis (Dalam buku komunikasi internasional, DRS.Moh
Shoelih).
Di era digital globalisasi tentu dapat memudahkan kita dalam berkomunikasi dan berinteraksi
baik di negara sendiri maupun lintas negara, Dalam hal ini komunikasi internasional
merupakan suatu proses komunikasi di antara negara atau bangsa melampaui batas-batasnya
(Maletzke, 1989).
Pada hakikatnya definisi komunikasi internasional hampir sama, yaitu proses pengoperan
simbol dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan mengubah sikap, pendapat, atau
tindakan. Disebut komunikasi internasional karena pesan-pesannya terkait dengan kepentingan
antarbangsa dan disampaikan melalui saluran konferensi tingkat tinggi atau sejenisnya dan
media massa yang melintas batas negara.
Komunikasi internasional muncul karena adanya perang dunia II yang melibatkan berbagai
benua dan negara serta terjadi perdagangan antar negara. Pada abad 20 muncul komunikasi
internasional di Amerika, Inggris, dan Kawasan Eropa lainnya dalam konteks propaganda,
ekspansi nasional dan penaklukan (Global Communication, 2002:viii).
Dalam komunikasi internasional yang paling utama adalah tercapainya tujuan komunikasi,
yaitu isi pesan yang disampaikan dapat diterima secara efektif oleh audience, sehingga mampu
mengubah sikap, tindakan, atau pendapat mereka secara umum. Karena pesan dan informasi
pada komunikasi internasional terkait dengan kepentingan suatu negara atau antar bangsa
melalui acara konferensi internasional dan sebagainya.
Perspektif jurnalistik dalam komunikasi internasional dilakukan melalui saluran media cetak
dan media elektronik berupa pertukaran informasi tentang peristiwa internasional untuk
memengaruhi opini publik internasional, menemukan peluang bisnis, dan mendorong upaya
kerja sama (Dalam buku komunikasi internasional, DRS.Moh Shoelih).
Pentingnya penerapan etika dalam komunikasi internasional, terutama di bidang jurnalistik, hal
ini agar menjadi otonom dan bebas namun penuh tanggung jawab. Etika itu sendiri adalah
“sebuah kepatuhan pada hal-hal yang tidak dapat dipaksakan” (Hakim inggris abad XIX).

1
Komunikasi internasional melalui perspektif jurnalistik yang tentunya berkaitan dengan media,
tentu bagaikan tong sampah segala bentuk informasi baik positif dan negatif akan bermunculan,
pada hal ini menjadi sebuah tantangan bagi masyarakat nasional dan internasional untuk mawas
diri dan memanfaatkan media sebaik-baiknya demi kepentingan pribadi dan negara. Dunia ini
menjadi perkampungan besar (global village) karena dimanapun manusia akan hidup seolah-
olah tidak lagi terkotak-kotak oleh batas wilayah, tempat, dan waktu (Marshall McLucan-
dalam bukunya understanding media).
Definisi komunikasi internasional menurut para ahli :
 Menurut onong Uchjana Effendy, komunikasi internasional adalah komunikasi yang
dilakukan komunikator yang mewakili suatu negara untuk menyampaikan pesan-pesan
yang berkaitan dengan berbagai kepentingan negaranya kepada komunikan yang
mewakili negara lain dengan tujuan untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan kerja
sama, melalui berbagai media komunikasi atau media massa internasional.
 Menurut Sastropoetro (1991:12), komunikasi internasional adalah pernyataan
antarnegara, antarpemerintah, dan antarbangsa yang bersifat umum melalui lambing-
lambang yang berarti.
 Menurut Gerhard Maletzke, komunikasi internasional adalah proses komunikasi
antara berbagai negara atau bangsa yang melintas batas-batas negara.
 Menurut K.S Sitaram (2000:17), komunikasi internasional adalah komunikasi antara
struktur-struktur politik alih-alih antara budaya-budaya individual, artinya komunikasi
internasional sering dilakukan lewat para pemimpin negara atau wakil-wakil negara
(Mentri luar negeri, duta besar, konsul jendral).

Awalnya komunikasi internasional merupakan spesialisasi dari komunikasi massa. Karena


komunikatornya adalah lembaga atau individu yang dilembagakan seperti presiden, perdana
menteri atau raja, pemerintah, negara, serta organisasi yang dibentuk untuk melakukan
kegiatan komunikasi yang sifatnya internasional.
Fenomena komunikasi internasional dikaitkan dengan study komunikasi politik internasional,
hubungan internasional, dan hubungan antar budaya ( Sastropoetro, 1991 ).
1. Secara terminologi, komunikasi politik internasional lebih berkenaan dengan
hubungan antar negara yang berkaitan dengan konflik ekonomi, diplomatik, atau
militer. Negara yang berkonflik juga memanfaatkan opini publik, seperti yang terjadi

2
pada era perang dingin Uni Soviet dan Amerika Serikat menggunakan media untuk
membangun opini dunia ( McNair, 1999 ).
2. Hubungan internasional menitik beratkan pada hubungan antarbangsa, pemerintah,
atau negara berdasarkan hukum internasional yang berlaku, bersifat formal, dan
political. Hubungan internasional dapat bersifat kultural, ekonomis, dan militer. Dasar
pemikirannya berhubungan erat dengan berbagai subjek politik internasional,
diplomasi, dan organisasi internasional ( Sastropoetro, 1991 ).
3. Hubungan antarbudaya merupakan proses pertukaran pemikiran dan makna antara
orang yang berbeda budaya dari bangsa satu dengan bangsa lain yang menyangkut
pada seni, etiket, tingkah laku, dan sebagainya ( Maletzke, 1989 ). Dalam hubungan
atarkebudayaan tidak menggunakan komunikasi antarbudaya, melainkan komunikasi
internasional (Sastropoetro, 1991).

1.2. Sejarah Komunikasi Internasional


Komunikasi internasional muncul karena adanya perang dunia II yang melibatkan berbagai
benua dan negara serta terjadi perdagangan antar negara. Pada abad 20 muncul komunikasi
internasional di Amerika, Inggris, dan Kawasan Eropa lainnya dalam konteks propaganda,
ekspansi nasional, dan penaklukan. Di Universitas Amerika Utara komunikasi internasional
dijadikan bidang studi resmi (Global Communication, 2002:viii).

- 1920-1950 Sarjana komunikasi berasal dari disiplin ilmu sosiologi, ekonomi, dan ilmu
politik (McMillin, 2007:28)
- 1926 Harold D Laswell dan Walter Lippman (editor devisi propaganda Amerika)
mengkaji Teknik-teknik perang psikologis, seperti mempelajari efek teknologi
komunikasi terhadap dunia barat. (5W)
- 1955 Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika membuka program studi
yaitu “Studi komunikasi internasioanl” (Allyene, 1997:9)
- 1960 Amerika menjadikan studi komunikasi internasional sebagai lembaga, karena
bagian dari bidang studi hubungan internasional.

3
1.3. Perspektif Komunikasi Internasional
 Perspektif jurnalistik.
Perspektif jurnalistik dalam komunikasi internasional dilakukan melalui saluran
media cetak dan media elektronik berupa pertukaran informasi tentang
peristiwa internasional untuk mempengaruhi opini publik internasional,
menemukan peluang bisnis, dan mendorong upaya kerja sama.
Contoh : Berita penyiksaan dan pemerkosaan terhadap TKW di Saudi Arabia.
 Perspektif diplomatik.
Dilakukan oleh suatu pemerintah atau negara dengan pemerintah atau negara
lain melalui saluran diplomatik. Mohammad Shoelhi dalam bukunya
“Diplomasi Praktik Komunikasi Internasional” menyatakan bahwa dalam
menjalin kerjasama internasional, Indonesia selalu menekankan pada kerja
sama konkret di berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan nasional,
Contoh : Kunjungan Menlu AS, Collin Powell ke Indonesia untuk menjelaskan
kebijakan luar negeri AS dalam penanggulangan terorisme internasional
(pertengahan 2002).
 Perspektif propagandistik.
Komunikasi internasional lebih ditujukan untuk menanamkan gagasan ke dalam
benak masyarakat negara lain (internasional) secara keseluruhan.
Contoh : AS melakukan pendekatan secara persuasif terhadap negara-negara
lain dan menempatkan dirinya sebagai “korban terorisme” pada tragedi 11
September 2001 untuk menjustifikasi serangan militer ke Afganistan.
 Perspektif kulturalistik.
Kegiatan komunikasi di bidang budaya.
Contoh : Budaya pop, K-pop, BTS, Lomba berselancar di kota Bali dsb.
 Perspektif bisnis.
Dilakukan oleh para pebisnis internasional atau pembuat keputusan untuk
meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi, industri, keuangan, dan bisnis.

1.4. Etika Komunikasi Internasional


Secara etimologi Etika/etik/ethics (bahasa inggris) berasal dari kata latin “ethicus”, dalam
bahasa Yunani “ethicos” yang artinya kebiasaan (Wursanto, 1995:16). Jadi etika adalah suatu
ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia yang dinilai baik

4
maupun buruk. Etiket berasal dari bahasa perancis “etiquette” yang artinya kartu undangan,
pada awalnya dipakai oleh raja-raja perancis dalam acara pesta (Wursanto:18-19).
Implementasi peran etika bagi penyandang pofesi, bisnis, dan kmunikasi di era globalisasi :
1. Implementasi Peran Etika Bagi Penyandang Profesi di Era Globalisasi :
a. Bertanggungjawab terhadap Profesinya.
Setiap orang yang mempunyai profesi tertentu diharapkan selalu memiliki sikap
bertanggung jawab dalam dua arah, yakni : 1) terhadap pelaksanaan pekerjaan dan
terhadap hasilnya, 2) terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain
dan masyarakat pada umumnya (Keraf, 1993 : 49-50).
b. Konsekuen menerapkan keadilan.
Menuntut seorang profesional untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya (Keraf 1993 : 50).
c. Bebas dalam Menjalankan Profesi.
Prinsip Otonomi menuntut organisasi profesi secara keseluruhan bebas dari campur
tangan yang berlebihan dari pihak pemerintah atau pihak-pihak lain. Karena
anggota profesi itulah yang paling tahu mengenai seluk beluk profesinya, maka
tidak pada tempatnya apabila ada campur tangan yang berlebihan dari pihak lain
(Keraf 1993 : 51).
d. Menghormati Hak Orang lain.
Profesional tidak boleh melanggar hak orang lain, lembaga lain, atau hak warga
negara. Apabila profesi melanggar hak orang lain maka sebaiknya berhenti
(Magnis 1993 : 73).
e. Mendahulukan Kepentingan Klien, Pelanggan, atau Konsumen.
f. Melakukan suatu Pengabdian, kewajiban, dan Idealisme.

2. Implementasi Peran Etika dalam BISNIS Global, dengan menerapkan prinsip :


a. Prinsip otonomi dalam bisnis global.
b. Prinsip kejujuran dalam bisnis global.
c. Prinsip tidak menipu dan prinsip berbuat baik dalam bisnis global.
d. Prinsip keadilan dalam bisnis global.
e. Prinsip hormat kepada diri sendiri.

3. Implementasi Peran Etika dalam Komunikasi di Era Global :


a. Tidak mendiskreditkan orang lain/kelompok lain/bangsa lain.

5
b. Tidak mencela orang lain/kelompok lain/bangsa lain.
c. Hindari mengkritik orang lain/kelompok lain/bangsa lain sehingga dapat
menimbulkan sengketa.
d. Tidak berbohong dan menipu.
e. Tidak berprasangka buruk.
f. Berbicara berdasarkan fakta.
g. Tidak berbeda pendapat sehingga menimbulkan perdebatan.
h. Menggunakan istilah khusus yang dapat menyinggung orang lain/ kelompok
lain/bangsa lain.
i. Tidak bersifat menginterogasi.
j. Tidak menyalahkan orang lain.
k. Tidak mempertanyakan integritas interview.
l. Tidak merendahkan harga diri/melecehkan orang lain/kelompok lain/bangsa lain.
m. Tidak memaki.

Dikutip dari berita Bentarnews.com, sebuah penyelenggaraan webinar dengan pemateri


Dr.Ahmad Zakiyuddin S.IP.,S.H.,M.I.KOM membawakan tema “manner marketh a good
global communication”.
Dalam ruang digital kita melakukan interaksi dan komunikasi dengan berbagai perbedaan
kultural untuk membangun hubungan lebih jauh dan berkolaborasi dengan orang lain melalui
lintas geografis dan budaya.
Ruang lingkup dalam etika (manner) yaitu :
- Adanya kesadaran, yaitu melakukan sesuatu dengan sadar atau memiliki tujuan
- Tanggung jawab, yaitu kemauan menanggung konsekuensi dari perilakunya
- Integritas, yaitu kejujuran
- Menghindari plagiasi, manipulasi, dan kebijakan, yaitu hal-hal yang bernilai
kemanfaatan, kemanusiaan, dan kebaikan
- Melakukan kompetensi manner, yaitu kompetensi mengakses, menyeleksi dan
menganalisis informasi saat berkomunikasi di platform digital.
- Memahami etika atau netiket untuk membentengi diri dari tindakan negatif di platform
digital
- memproduksi dan mendistribusikan informasi di platform digital
- Memverifikasi pesan sesuai standar netiket
- Berpartisipasi membangun relasi sosial

6
- Berkolaborasi data dan informasi dengan aman dan nyaman di platform digital.

1.5. Tantangan Dalam Komunikasi Internasional


1. Perbedaan bahasa.
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi internasional bisa menjadi masalah utama. Bahasa
yang digunakan bisa berbeda antara satu negara dengan negara lainnya, dan bisa menjadi sulit
bagi seseorang untuk menguasai semua bahasa yang ada.
Menurut Yoshida (2002), terdapat 4 masalah utama yang ia temui selama menjadi CEO global,
yaitu:
 Kurangnya kemampuan berbahasa Inggris yang mumpuni, secara lisan dan tulisan para
karyawan dan manajer. Kemampuan dan keterampilan berbahasa Inggris yang tidak
cukup akan menyebabkan keterlambatan dalam merespons instruksi sehingga
mempengaruhi proses bisnis dan kelancaran operasional.
 Para manajer dan pimpinan perusahaan global di kantor pusat sering kali kurang
berkomunikasi dengan para manajer di kantor cabang tentang visi dan kebijakan-
kebijakan strategis perusahaan. Hal ini dapat menghilangkan kesempatan untuk
mempelajari perbedaan strategis dan melakukan brainstorming dengan para manajer
lokal untuk mengatasi masalah lokal.
 Keangkuhan budaya dan etnosentrisme dari para pimpinan dan manajer global yang
menghambat pemahaman antarbudaya.
 Kurangnya pengetahuan dan pemahaman kebutuhan lokal serta penyesuaian tata
laksana aturan yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai budaya setempat, termasuk
memahami perbedaan persepsi dan gaya berkomunikasi.

2. Perbedaan budaya.
Budaya yang berbeda di setiap negara bisa menjadi hambatan dalam komunikasi internasional.
Beberapa aspek yang berbeda-beda antara budaya adalah nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan,
dan adat-istiadat. Dalam ranah global sendiri, dunia mengarah menjadi multicultural society,
yang di dalamnya setiap orang bisa saja berasal dari beberapa ras yang berbeda dan hidup pada
beberapa konteks budaya (Samovar, Porter, & McDaniel, 2010).

3. Perbedaan zona waktu.


Zona waktu yang berbeda-beda di setiap negara bisa menjadi sulit untuk mengatur waktu untuk

7
melakukan komunikasi internasional secara efektif.
Requirement Engineering (RE) merupakan sebuah tugas yang cukup sulit dilakukan pada tim
lokal apalagi penentuan fungsional spesifikasi kebutuhan pada lintas kelompok stakeholder,
lintas budaya, bahasa dan batasan zona waktu (antar negara, benua dan samudera) (Zowghi,
2002), (J.S. Gallego, 2021).

4. Teknologi.
Teknologi bisa menjadi tantangan dalam komunikasi internasional. Beberapa negara mungkin
memiliki akses yang terbatas terhadap teknologi tertentu atau mungkin memiliki peraturan
yang berbeda dalam penggunaan teknologi. Oleh karena itu, masyarakat dituntut untuk akrab
dengan teknologi dan menguasai digital skill seperti :
 Coding.
adalah keahlian dalam membuat suatu program dengan cara menyusun code, menguji,
mengedit, memperbaiki (debug), dan memelihara kode untuk membangun suatu
program yang terstruktur pada computer.
 Skill UI dan Design.
Untuk menentukan nilai akhir dari suatu produk dengan meningkatkan daya guna,
aksesibilitas dan efisiensi untuk pengguna.
 Copywriting.
Adalah Teknik penulisan yang bertujuan menarik pembaca. Skill ini mampu
menunjukkan keunggulan suatu produk dengan cara mempromosikan produk melalui
sosial media.
 Web development.
Skill yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam membangun dan mengembangkan situs
web yang dapat memberikan informasi jelas seperti founder, alamat, email, dan
sebagainya (Jabarnews.id- Ahmad zakiyyudin “Kesiapan masyarakat dalam
menghadapi transformasi digital).
Pendidikan di era digital harus mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi
ke dalam seluruh mata pelajaran (Kristiawan, 2014).
Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-learning ini membawa pengaruh
terjadinya proses transformasi pendidikan konvesional ke dalam bentuk digital, baik
secara isi (contents) dan sistemnya (Kristiawan, 2014).
Adapun hambatan teknologi dibidang pendidikan, sebagai berikut :

8
A. Secara Fisik.
Berupa sarana dan prasarana yang belum memadai terutama untuk sekolah yang berlokasi di
pelosok. Meskipun sarana dan prasana tersedia, namun masih sangat minim baik dari segi
jumlah maupun segi mutu peralatan tersebut. Masih menggunakan perangkat multimedia bekas
di lembaga pendidikan yang terdapat di daerah pedesaan. Sehingga penggunaannya tidak
mampu bersaing dengan laju perkembangan TIK yang begitu pesat.
B. Secara Non-fisik.
 Kurangnya confidence,/ kepercayaan.
 Kurangnya kompetensi.
 Kurangnya akses ke sumber daya.

5. Etika bisnis.
Etika bisnis yang berbeda di setiap negara bisa menjadi tantangan dalam komunikasi
internasional. Beberapa praktik bisnis yang diterima dengan baik di satu negara
mungkin dianggap tidak pantas atau tidak profesional di negara lain.
Etika bisnis merupakan standar moral yang diterapkan ke dalam sistem dan organisasi
yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang
dan jasa, kemudian diterapkan kepada orang yang ada dalam organisasi. Studi ini tidak
hanya mencakup analisa norma dan nilai moral, namun juga berusaha mengaplikasikan
kesimpulan analisis tersebut ke beragam isntitusi, teknologi, transaksi, aktivitas, dan
usaha yang disebut bisnis (Velasquez:2005).

6. Keterbatasan sumber daya.


Sumber daya jaringan internet yang tidak stabil atau keterbatasan daya baterai pada
perangkat mobile bisa menjadi masalah dalam komunikasi internasional. Hal ini bisa
mengganggu kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dengan rekan
bisnis di luar negeri. Sedangkan di era digital ini segala bentuk informasi berkembang
dengan pesat, maka sumber daya saing juga meningkat.
Daya saing dapat didefinisikan sebagai sebuah kemampuan yang dimiliki suatu bangsa
untuk memperbaiki dirinya sendiri. Dalam hal ini, daya saing adalah kemampuan suatu
masyarakat untuk merubah dirinya secara terus menerus dalam merespon perubahan
ekonomi, politik, dan teknologi (Ahli Ekonomi Swedia, Gunnar Eliasson).

9
1.6. Kebijakan komunikasi internasional

Kebijakan komunikasi internasional muncul pada tahun 1970-an setelah para pakar dari
negara- negara berkembang mengeluhkan adanya ketidakseimbangan dan tidakadilan dari
negara-negara maju mengenai pengaliran informasi di dunia.
Ketidakseimbangan informasi ini didukung oleh hasil hasil riset dari (Dean, Annenberg
School Of Communication) terhadap isi 60 surat kabar yang terbit di 9 negara, yakni 3 negara
kapitalis (Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman Barat), 3 negara sosialis (Rusia, Hongaria,
Cekoslawakia), dan 3 negara berkembang (India, Filipina, dan Ghana). Dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa surat kabar yang terbit di negara kapitalis dan negara sosialis terlalu
sedikit mengekspos tentang berita di negara berkembang. Bahkan cenderung hanya
memberitakan hal yang berkaitan dengan kerusuhan dan kemiskinan (Cangara, 2013:5).
Di Indonesia sendiri, kebijaksanaan komunikasi secara implisit dapat dilihat pada nilai yang
tumbuh dan dianut oleh masing-masing masyarakat dari suatu suku yang memperlakukan
aturan itu meski tidak dalam bentuk tertulis. Sedangkan secara ekplisit, kebijaksanaan
komunikasi di Indonesia dapat dilihat dengan adanya berbagai undang-undang atau peraturan
yang telah dikeluarkan oleh pemerintah (Cangara, 2013:12).
Pengertian kebijakan komunikasi berhasil dirumuskan oleh beberapa pakar di antaranya:
1. Allan Hancock (1981), kebijaksanaan komunikasi adalah perencanaan strategis untuk
menetapkan alternatif dalam mencapai tujuan jangka panjang dan menjadi kerangka
dasar untuk perencanaan operasional jangka pendek. Perencanaan strategis
diwujudkan dalam target yang dapat dikuantifikasi dengan pendekatan sistematis
terhadap tujuan yang ingin dicapai dari kebijaksanaan komunikasi.
2. UNESCO (1978), kebijaksanaan komunikasi adalah kumpulan dari prinsip dan norma
yang dibuat untuk memberikan pedoman terhadap perilaku sistem komunikasi yang
berasal dari ideologi politik, sosial, ekonomi, budaya, kondisi legal dan nilai dari
suatu negara dengan berusaha mengaitkan kebutuhan nyata, dan kesepakatan yang
mungkin ada dalam bidang komunikasi.

1.7. Ancaman Kebijakan Komunikasi Internasional


SM Ali, seorang konsultan komunikasi UNESCO yang berkedudukan di Bangkok mulai
mempertanyakan kebijakan komunikasi. Beliau melihat bahwa komunikasi tidak lepas dari

10
kebijakan nasional yang terintegrasi dengan kebijakan pembangunan lainnya, seperti halnya
pendidikan, kebudayaan, dan kependudukan. Komunikasi dapat memberikan kontribusi
dalam mendukung pelaksanaan program pembangunan nasional di setiap negara, bahkan
kebijakan nasional yang dibangun atas kebijakan sektoral juga tidak lepas dari perencanaan
komunikasi (Cangara, 2013:10). Komunikasi memiliki potensi yang sangat vital untuk
pengembangan perubahan sosial, terutama dalam mendorong percepatan proses alih
teknologi dan upaya peningkatan partisipasi masyarakat.

 Menurut Sean McBride, Aktivitas komunikasi semakin rumit akibat kemajuan


teknologi. Dari aspek global, ekspansi komunikasi internasional makin menguatkan
batas-batas negara. Oleh karena itu, kebijaksanaan komunikasi perlu diformulasi
untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan regulasi internasional, agar negara
tidak mengalami ketertinggalan teknologi. Konvergensi teknologi infomasi
menimbulkan arah baru dengan munculnya tekonologi multimedia. Hal ini perlu
diantisipasi kemungkinan timbulnya kompetisi di kalangan penyedia jasa informasi
yang dapat mengarah pada hal negatif tanpa penegakan etika, serta dilakukan
peningkatan profesionalisme di kalangan para pekerja informasi.
 Kedua adalah penggunaan sumber daya komunikasi yang tidak efisien, makin
tajamnya kesenjangan informasi antara kalangan elite dan non-elite, atara penduduk
mayoritas dengan minoritas, atara kota dan desa, serta antara pintar dan yang bodoh.
Adanya kegagalan yang terjadi dalam berbagai proyek komunikasi dalam bentuk
infrastruktur maupun proyek yang memerlukan dukungan komunikasi tidak menemui
sasaran. Adanya potensi komunikasi yang dapat digunakan untuk memajukan
peradaban umat manusia, dan Kemungkinan di masa depan teknologi komunikasi dan
informasi dapat disalahgunakan untuk hal-hal negatif.

1.8. Sistem Informasi Komunikasi Internasional

Sistem informasi internasional sedang bergerak dengan cepat kearah yang bersifat teoritis, di
mana sistem ini mampu mengirim informasi dalam waktu yang sesingkat mungkin (Manik,
dkk 1993:58). Dari beberapa pernyataan di atas jelasalah bahwa pengaliran berita
internasional dewasa ini telah dikuasai oleh negara Barat terutama Amerika, Inggris, Prancis,
dan Rusia. Kantor berita internasional tersebut yaitu AP, UPI, Reuters, AFP, dan TASS tetap
menjadi sumber utama berita internasional terutama bagi negara Timur. Kantor tersebut

11
bergerak di atas dasar dan tujuan ekonomi yang memandang bahwa kepentingan konsumen
mesti diutamakan. Kecenderungan demikian membuat mereka meliput dan menyebarkan
berita yang sesuai dengan keinginginan konsumen, sehingga seringkali tidak sesuai dengan
ideologi dan kebijaksanaan negara yang menjadi objek pemberitaan (Kholil, 2007).
Menurut John C. Merriel, hal tersebut bersumber dari perbedaan konsep dari masing-
masing negara. Dalam konteks kebebasan arus informasi, negara maju (Barat) menilai
informasi dapat bebas masuk ke negara lain, dengan demikian bebas memberitakan apa saja.
Sementara pada negara berkembang (timur) menganggap kebebasan arus informasi menuntut
adanya keseimbangan, artinya jika informasi negara maju bebas masuk ke negara
berkembang, maka seharusnya informasi dari negara berkembang juga bdapat bebas masuk
ke negara maju. Demikian juga isi informasi tidak seharusnya identik dengan kemiskinan dan
kerusuhan, melainkan juga hal yang positif, sesuai dengan tahap perkembangannya.
Pada tahun 1984 di Solo, Indonesia melakukan Seminar Internasional Pemerataan Satelit
Komunikasi yang dilakukan oleh Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) yang dihadiri
oleh para pakar dan praktisi komunikasi dari Jepang, Thailand, Filipina, Australia, Singapura,
dan Indonesia sendiri sebagai tuan rumah. Dari berbagai pertemuan yang dilaksanakan oleh
UNESCO di bidang komunikasi, akhirnya diputuskan agar setiap negara anggota kembali
menyusun dan memantapkan kebijakan dan perencanaan komunikasi dalam menangani
pengelolaan infrastruktur, sumber daya, maupun program-program komunikasi di negara-
negara masing (Cangara, 2013: 9).
Yang menjadi

1.9. Landasan Dasar Komunikasi Internasional

Diantaranya terdapat pada Pancasila sila kedua yaitu “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”,
mengandung unsur bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari umat manusia di dunia.
Oleh karena itu, dikembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa
lain. Dasar hukum kebijakan komunikasi internasional Indonesia juga tergambarkan secara
jelas di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea I dan alinea IV. Alinea I
menyatakan bahwa “kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan
peri keadilan”. Selanjutnya pada alinea IV dinyatakan bahwa “ ikut melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial ”. Dari dua kutipan

12
UUD 1945 tersebut, jelas bahwa kebijakan komunikasi internasional Indonesia mempunyai
landasan atau dasar hukum yang sangat kuat.
Landasan dasar komunikasi internasiona Indonesia juga terdapat dalam ketetapan MPR No.
IV/MPR/1999 tentang GBHN, Bab IV Arah Kebijakan, huruf C angka 2 tentang Hubungan
Luar Negeri, dirumuskan hal-hal sebagai berikut :
1. Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan berorientasi pada
kepentingan nasional, menitik beratkan pada solidaritas antar negara berkembang,
mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa, menolak penjajahan dalam
segala bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa dan kerjasama internasional
untuk kesejahteraan rakyat.
2. Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu melakukan
diplomasi pro-aktif dalam segala bidang untuk membangun citra positif Indonesia di
dunia internasional, memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap warga negara
dan kepentingan Indonesia, serta memanfaatkan setiap peluang positif bagi
kepentingan nasional.
3. Meningkatkan kualitas diplomasi guna mempercepat pemulihan ekonomi dan
pembangunan nasional, melalui kerjasama ekonomi regional maupun internasional
dalam rangka stabilitas, kerjasama dan pembangunan kawasan.
4. Meningkatkan kesiapan Indonesia dalam segala bidang untuk menghadapi
perdagangan bebas, terutama dalam menyongsong pemberlakuan AFTA, APEC dan
WTO.
5. Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negaranegara sahabat serta memperlancar
prosedur diplomatik dalam upaya melaksanakan ekstradisi bagi penyelesaian perkara
pidana.
6. Meningkatkan kerjasama dalam segala bidang dengan negara tetangga yang
berbatasan langsung dan kerjasama kawasan ASEAN untuk memelihara stabilitas,
pembangunan dan kesejahteraan.

Banyaknya organisasi internasional yang dikuti Indonesia tak terlepas dari kebijakan politik
luar negeri Indonesia. Politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Bebas, bahwa
Indonesia tidak memihak pada kekuatan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa,
sebagaimana tercermin dalam Pancasila. Aktif, bahwa dalam menjalankan kebijakan luar
negerinya, Indonesia tidak bersikap pasif atas berbagai kejadian internasional. Juga aktif

13
dalam mendukung usaha-usaha yang diarahkan agar terciptanya masyarakat dunia yang
aman, damai, dan tentram (Djamaluddin Manik dkk, 1993).

1.10. Contoh Kasus


5 kasus pelanggaran etika profesi di dalam dan luar negeri :
1. Kejati Riau tetapkan 3 PNS jadi tersangka korupsi APBD.
Penyidik tindak pidana khusus Kejaksaan Tinggi Riau menetapkan tiga orang pegawai
negeri sipil sebagai tersangka dugaan tindak pidana korupsi penyimpangan pengelolaan
anggaran APBD Rohil tahun 2014 di Dinas Pendidikan. Asisten Pidana Khusus
(Aspidsus) Kejati Riau, Sugeng Riyanta mengatakan, pihaknya belum bisa
mengungkapkan identitas ketiga PNS Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan Hilir
tersebut.
“Identitas untuk 3 tersangka saat ini belum dapat kami buka. Nanti setelah tersangka
diperiksa oleh penyidik, kami akan infokan inisial dan identitasnya,” ujar Sugeng,
Senin (21/11). Dikatakan Sugeng, ketiga tersangka sebelumnya telah menjalani proses
pemeriksaan mulai dari penyelidikan hingga penyidikan. Penetapannya sebagai
tersangka dilakukan Kejati Riau pada pekan lalu. “Kasus ini terkait pengelolaan
anggaran TA 2014 di dinas pendidikan Kabupaten Rokan Hilir, pekan kemarin sudah
dilakukan gelar hasil penyidikan, telah diperoleh bukti cukup untuk menetapkan 3
orang sebagai tersangka,” kata Sugeng.
Menurut Sugeng, pihaknya telah menemukan bukti-bukti cukup untuk menjerat
ketiganya sebagai tersangka. Penyidik juga telah menemukan adanya dugaan kerugian
negara dalam perkara ini.
Jumlah kerugian yang ditemukan berdasarkan bukti-bukti yang telah diperiksa dan
diperoleh secara sah oleh penyidik sebesar Rp 1,9 miliar,” tegasnya. Sugeng akan
membuka identitas ketiga tersangka korupsi setelah penyidik selesai melakukan
pemeriksaan sebagai tersangka terhadap mereka. Penyidik juga sedang mempersiapkan
jeratan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terhadap ketiga tersangka tersebut.

2. Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI.


Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga ternyata belum sepenuhnya
dilaksanakan oleh salah satu badan usaha milik negara, yakni PT Kereta Api Indonesia.

14
Dalam laporan kinerja keuangan tahunan yang diterbitkannya pada tahun 2005, ia
mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar. Padahal, apabila dicermati,
sebenarnya ia dinyatakan menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar.
Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat
menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga
dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan, ia
tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan demikian,
kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi di sini.
Di lain pihak, PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan pencatatan
tersebut hanya terjadi karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan piutang yang
tidak tertagih. Terdapat pihak yang menilai bahwa piutang pada pihak ketiga yang tidak
tertagih itu bukan pendapatan. Sehingga, sebagai konsekuensinya PT Kereta Api
Indonesia seharusnya mengakui menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Sebaliknya,
ada pula pihak lain yang berpendapat bahwa piutang yang tidak tertagih tetap dapat
dimasukkan sebagai pendapatan PT Kereta Api Indonesia sehingga keuntungan sebesar
Rp. 6,90 milyar dapat diraih pada tahun tersebut. Diduga, manipulasi laporan keuangan
PT Kereta Api Indonesia telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga,
akumulasi permasalahan terjadi disini.

3. Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono.


September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung
malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia
sebesar US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa
profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak
perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York. Berkat aksi sogok ini,
kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi
hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was dengan
polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar, Baker
melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya.Badan pengawas
pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan Foreign
Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar
negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas.
Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar
pengadilan. KPMG pun terselamatan.

15
4. Dewan Pers menganggap RCTI telah melanggar kode etik Jurnalistik.
Dewan Pers memutuskan, stasiun televisi RCTI melanggar Pasal 1 dan Pasal 3 Kode
Etik Jurnalistik soal kejelasan sumber informasi terkait pemberitaan soal “Dugaan
Pembocoran Materi Debat Capres” yang ditayangkan dalam program Seputar Indonesia
Sore pada 11 Juni 2014, Seputar Indonesia Malam pada 11 Juni 2014, dan Seputar
Indonesia Pagi pada 12 Juni 2014.
Pada berita tersebut, RCTI mengatakan adanya pembocoran materi debat calon
presiden yang menguntungkan pasangan capres-cawapres Joko “Jokowi” Widodo dan
Jusuf Kalla. Dewan Pers menilai, sumber pemberitaan tersebut tidak jelas. Stasiun
televisi milik Hary Tanoesoedibjo, yang mendukung pasangan capres-cawapres saat
itu, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, dinilai tidak memiliki dokumen yang kuat untuk
mendukung tudingannya.
“Konfirmasi yang sudah dilakukan oleh teradu (RCTI) kepada Komisioner KPU dan
tim sukses Jokowi-JK tidak dapat menutupi lemahnya sumber informasi atau data yang
dapat menjadi landasan teradu dalam memberitakan isu bocornya materi debat capres,”
demikian isi putusan Dewan Pers No 27/PPD-DP/XI/2014 yang ditandatangani Ketua
Dewan Pers Bagir Manan, Jumat (21/11/2014).
Dewan Pers mengatakan, seharusnya RCTI melakukan verifikasi lebih dulu terhadap
informasi tersebut sebelum menayangkannya demi memenuhi prinsip keberimbangan.
“Penayangan berulang-ulang berita yang tidak jelas sumbernya tidak sesuai dengan
prinsip jurnalistik yang mengedepankan akurasi, independensi, dan tidak beriktikad
buruk” kata Bagir dalam putusannya.
Dewan Pers pun merekomendasikan RCTI untuk mewawancarai Komisioner KPU
Pusat selaku prinsipal, dan menyiarkannya sebagai hak jawab. RCTI juga dituntut
meminta maaf kepada publik dan menyiarkan pernyataan penilaian Dewan Pers.
Hal ini diputuskan setelah adanya laporan dari Dandhy D Laksono selaku warga, dan
Arian Rondonuwu selaku karyawan RCTI ke Dewan Pers pada 16 Juli 2014. Sebelum
memutuskan, Dewan Pers telah mengundang Dandhy, Raymond, dan pihak RCTI pada
5 September 2014 untuk memberikan penjelasan dan klarifikasi.
Solusi dari kasus ini adalah sebaiknya RCTI yang merupakan statsiun televisi swasta
yang cukup besar harus lebih berhati-hati dalam memberikan informasi. Apalagi
masalah debat capres dan cawapres.
Diharapkan ini jadi pelajaran bagi RCTI dan seluruh stasiun televisi swasta Indonesia

16
harus bisa lebih professional dalam melakukan pejerjaan nya harus bisa membedakan
mana masalah pribadi dan umum.

5. Kasus Mulyana W Kusuma.


Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU
diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan
dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak
suara, surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi.
Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan
laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan
tersebut lebih baik daripada sebelumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu,
maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali. Setelah lewat satu bulan,
ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian waktu tambahan. Di
saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana ditangkap
karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni
Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerja sama
dengan auditor BPK.
Menurut Khairiansyah, upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan
alat perekam gambar pada dua kali pertemuan mereka. Penangkapan ini menimbulkan
pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang bersangkutan, yakni Salman
telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain berpendapat bahwa Salman
telah melanggar kode etik akuntan.

17
PENUTUP

2.1. Kesimpulan
Komunikasi internasional merupakan suatu proses komunikasi di antara negara atau bangsa
melampaui batas-batasnya (Maletzke, 1989).
Pada komunikasi internasional perspektif terdiri dari perspektif jurnalistik, perspektif
diplomatik, perspektif propaganda, perspektif kulturalistik, dan perspektif bisnis (Dalam buku
komunikasi internasional, DRS.Moh Shoelih).
Implementasi peran etika di era globalisasi : Konsekuen dalam menerapkan keadilan,
menghormati hak orang lain, mendahulukan kepentingan bersama, dan bertanggung jawab.
Tantangan komunikasi internasional diantaranya perbedaan bahasa, perbedaan budaya,
perbedaan zona waktu, perbedaan iklim, teknologi, dan keterbatasan sumber daya.
Dasar kebijakan komunikasi internasional Indonesia . Kebijakan komunikasi internasional,
muncul pada tahun 1970-an setelah para pakar dari negara- negara berkembang mengeluhkan
adanya ketidakseimbangan dan tidakadilan dari negara-negara maju mengenai pengaliran
informasi di dunia, dimulai dari Perdana Menteri Indira Gandhi yang akhirnya di respon oleh
negara berkembang lainnya termasuk Indonesia. Dasar kebijakan komunikasi internasional
Indonesia lainnya yaitu Pancasila sila kedua, UUD 1945 (Alinea I dan IV) dan batang tubuh
(pasal 11 dan 13). Kemudian Ketetapan MPR, yaitu GBHN dab kebijaksanaan/peraturan
yang dikeluarkan oleh Menteri luar negeri.

2.2. Kritik Dan Saran


Permasalahannya yaitu :
 Pelaksanaan program dan kegiatan bidang komunikasi dan informatika antara instansi
pusat, daerah, dan Departemen Komunikasi dan Infomatika belum sinkron.
 Adanya “mata rantai” yang terputus dalam pelaksanaan koordinasi kelembagaan dan
fungsional antara pusat dan daerah.
 Rendahnya kualitas SDM di bidang komunikasi dan informatika, masih banyak
daerah “blank spot” dan wilayah perbatasan yang belum terjangkau pembangunan.
Belum tertangani secara optimal pengelolaan komunikasi dan informasi di daerah
konflik dan rawan konflik.
 Masih minimnya anggaran yang dikelola Departemen Komunikasi dan Informatika.

18
Solusinya adalah :
 Perlu harmonisasi dan penjabaran seluruh program, dan kegiatan Depkominfo dengan
rencana pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengan,
rencana strategis (RENSTRA), dan kesepakatan-kesepakatan dunia.
 Menciptakan progam yang seimbang antara pembangunan dan pemanfaatan ICT, baik
sebagai tools maupun sebagai industri secara luas.
 Memfokuskan program dan kegiatan Depkominfo pada upaya untuk merealisasikan
pencapaian target.
 Meningkatkan koordianasi baik vertikal maupun horizontal dengan institusi terkait,
baik di pusat maupun daerah untuk menghindari duplikasi dalam penyusunan program
dan kegiatan, sehingga sumber daya yang ada dapat teralokasikan secara baik, dan
memperoleh dukungan yang luas terhadap implementasi berbagai program- program
dan kegiatan.

Sebuah negara perlu membuat kebijaksanaan komunikasi dalam bentuk tertulis, baik berupa
undang-undang atau peraturan pemerintah dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mencapai suatu iklim kesamaan semangat pada usaha yang dilakukan negara
berkembang, maupun melalui mitra kerja dengan negara maju dalam konteks kerja
sama antar dua negara (bilateral) atau lebih (multilateral).
2. Mengoptimalkan sumber daya komunikasi untuk mendorong terjadinya peningkatan
kesejahteraan bangsa secara sistematis, agar infomasi yang disebarluaskan relevan
dengan kehidupan sehari-hari bagi pihak yang memerlukan.
3. Memberikan motivasi kepada masayarakat untuk berperan serta dalam kegiatan
kemasyarakatan seperti membantu dalam koordinasi kerja antarlembaga, organisasi
pemerintah, dan swasta dalam proses dan penyebarluasan infomasi. Serta
memfasilitasi arah terciptanya partisipasi masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Buku komunikasi internasional oleh DRS. MOHAMMAD SHOELHI, M.B.A., M.M


Ahmad Zakiyuddin Tegaskan Pentingnya Kecakapan Digital di Era Society 5.0 - JabarNews
BentarNews.com - Ahmad Zakiyuddin Ajak Milenial Bangun Netiket Dalam Komunikasi
Global
Etika Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pendidikan | Ramli |
Epsilon:jurnal pendidikan fisika (uin-antasari.ac.id)
674 (unisba.ac.id)
441 (archive.org)
PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK ISLAMI DI ERA MILENIAL (uin-
alauddin.ac.id)
UEU-Article-14438-5_0200.pdf (esaunggul.ac.id)
PENDEKATAN KOMUNIKASI INTERNASIONAL | Jurnal Common (unikom.ac.id)
file:///C:/Users/USER/Downloads/2976-Article%20Text-8045-2-10-20170619.pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/jaiit,+JAIIT_0301_0001+online.pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/1654-Article%20Text-3457-1-10-20151203.pdf
HAMBATAN DAN TANTANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI | PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROGRAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG (univpgri-palembang.ac.id)
article.php (kemdikbud.go.id)
Kebijakan Komunikasi Internasional Indonesia | JURNAL SIMBOLIKA: Research and
Learning in Communication Study (E-Journal) (uma.ac.id)
KOMUNIKASI INTERNASIONAL(KP) MATERI 2.pdf (binadarma.ac.id)
Peluang dan Tantangan Komunikasi Internasional dalam Diplomasi Multilateral - PELUANG
DAN TANTANGAN - Studocu
Etiket Berkomunikasi Secara Diplomatik Etiket Berkomunikasi Secara Diplomatik Diskusi
Mahasiswa - (gontor.ac.id)
admin,+3.+daryantosetiawannew[1].pdf
1100-2295-1-PB[1].pdf

20

Anda mungkin juga menyukai