KOMUNIKASI INTERNASIONAL
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah komunikasi Internasional
Disusun oleh :
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 1
1.1. Pengertian Komunikasi Internasional .............................................. 1
1.2. Sejarah Komunikasi Internasional ................................................... 3
1.3. Perspektif Komunikasi Internasional ............................................... 4
1.4. Etika Komunikasi Internasional ...................................................... 4
1.5. Tantangan Komunikasi Internasional .............................................. 7
1.6. Kebijakan Komunikasi Internasional............................................. 10
1.7. Ancaman Komunikasi Internasional.............................................. 10
1.8. Sistem Komunikasi Internasional .................................................. 11
1.9. Landasan Komunikasi Internasional.............................................. 12
1.10. Contoh Kasus Komunikasi Internasional ..................................... 14
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 18
2.1. Kesimpulan................................................................................... 18
2.2. Kritik dan Saran ............................................................................ 18
Daftar Pustaka ................................................................................................. 20
ii
PEMBAHASAN
1
Komunikasi internasional melalui perspektif jurnalistik yang tentunya berkaitan dengan media,
tentu bagaikan tong sampah segala bentuk informasi baik positif dan negatif akan bermunculan,
pada hal ini menjadi sebuah tantangan bagi masyarakat nasional dan internasional untuk mawas
diri dan memanfaatkan media sebaik-baiknya demi kepentingan pribadi dan negara. Dunia ini
menjadi perkampungan besar (global village) karena dimanapun manusia akan hidup seolah-
olah tidak lagi terkotak-kotak oleh batas wilayah, tempat, dan waktu (Marshall McLucan-
dalam bukunya understanding media).
Definisi komunikasi internasional menurut para ahli :
Menurut onong Uchjana Effendy, komunikasi internasional adalah komunikasi yang
dilakukan komunikator yang mewakili suatu negara untuk menyampaikan pesan-pesan
yang berkaitan dengan berbagai kepentingan negaranya kepada komunikan yang
mewakili negara lain dengan tujuan untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan kerja
sama, melalui berbagai media komunikasi atau media massa internasional.
Menurut Sastropoetro (1991:12), komunikasi internasional adalah pernyataan
antarnegara, antarpemerintah, dan antarbangsa yang bersifat umum melalui lambing-
lambang yang berarti.
Menurut Gerhard Maletzke, komunikasi internasional adalah proses komunikasi
antara berbagai negara atau bangsa yang melintas batas-batas negara.
Menurut K.S Sitaram (2000:17), komunikasi internasional adalah komunikasi antara
struktur-struktur politik alih-alih antara budaya-budaya individual, artinya komunikasi
internasional sering dilakukan lewat para pemimpin negara atau wakil-wakil negara
(Mentri luar negeri, duta besar, konsul jendral).
2
pada era perang dingin Uni Soviet dan Amerika Serikat menggunakan media untuk
membangun opini dunia ( McNair, 1999 ).
2. Hubungan internasional menitik beratkan pada hubungan antarbangsa, pemerintah,
atau negara berdasarkan hukum internasional yang berlaku, bersifat formal, dan
political. Hubungan internasional dapat bersifat kultural, ekonomis, dan militer. Dasar
pemikirannya berhubungan erat dengan berbagai subjek politik internasional,
diplomasi, dan organisasi internasional ( Sastropoetro, 1991 ).
3. Hubungan antarbudaya merupakan proses pertukaran pemikiran dan makna antara
orang yang berbeda budaya dari bangsa satu dengan bangsa lain yang menyangkut
pada seni, etiket, tingkah laku, dan sebagainya ( Maletzke, 1989 ). Dalam hubungan
atarkebudayaan tidak menggunakan komunikasi antarbudaya, melainkan komunikasi
internasional (Sastropoetro, 1991).
- 1920-1950 Sarjana komunikasi berasal dari disiplin ilmu sosiologi, ekonomi, dan ilmu
politik (McMillin, 2007:28)
- 1926 Harold D Laswell dan Walter Lippman (editor devisi propaganda Amerika)
mengkaji Teknik-teknik perang psikologis, seperti mempelajari efek teknologi
komunikasi terhadap dunia barat. (5W)
- 1955 Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika membuka program studi
yaitu “Studi komunikasi internasioanl” (Allyene, 1997:9)
- 1960 Amerika menjadikan studi komunikasi internasional sebagai lembaga, karena
bagian dari bidang studi hubungan internasional.
3
1.3. Perspektif Komunikasi Internasional
Perspektif jurnalistik.
Perspektif jurnalistik dalam komunikasi internasional dilakukan melalui saluran
media cetak dan media elektronik berupa pertukaran informasi tentang
peristiwa internasional untuk mempengaruhi opini publik internasional,
menemukan peluang bisnis, dan mendorong upaya kerja sama.
Contoh : Berita penyiksaan dan pemerkosaan terhadap TKW di Saudi Arabia.
Perspektif diplomatik.
Dilakukan oleh suatu pemerintah atau negara dengan pemerintah atau negara
lain melalui saluran diplomatik. Mohammad Shoelhi dalam bukunya
“Diplomasi Praktik Komunikasi Internasional” menyatakan bahwa dalam
menjalin kerjasama internasional, Indonesia selalu menekankan pada kerja
sama konkret di berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan nasional,
Contoh : Kunjungan Menlu AS, Collin Powell ke Indonesia untuk menjelaskan
kebijakan luar negeri AS dalam penanggulangan terorisme internasional
(pertengahan 2002).
Perspektif propagandistik.
Komunikasi internasional lebih ditujukan untuk menanamkan gagasan ke dalam
benak masyarakat negara lain (internasional) secara keseluruhan.
Contoh : AS melakukan pendekatan secara persuasif terhadap negara-negara
lain dan menempatkan dirinya sebagai “korban terorisme” pada tragedi 11
September 2001 untuk menjustifikasi serangan militer ke Afganistan.
Perspektif kulturalistik.
Kegiatan komunikasi di bidang budaya.
Contoh : Budaya pop, K-pop, BTS, Lomba berselancar di kota Bali dsb.
Perspektif bisnis.
Dilakukan oleh para pebisnis internasional atau pembuat keputusan untuk
meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi, industri, keuangan, dan bisnis.
4
maupun buruk. Etiket berasal dari bahasa perancis “etiquette” yang artinya kartu undangan,
pada awalnya dipakai oleh raja-raja perancis dalam acara pesta (Wursanto:18-19).
Implementasi peran etika bagi penyandang pofesi, bisnis, dan kmunikasi di era globalisasi :
1. Implementasi Peran Etika Bagi Penyandang Profesi di Era Globalisasi :
a. Bertanggungjawab terhadap Profesinya.
Setiap orang yang mempunyai profesi tertentu diharapkan selalu memiliki sikap
bertanggung jawab dalam dua arah, yakni : 1) terhadap pelaksanaan pekerjaan dan
terhadap hasilnya, 2) terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain
dan masyarakat pada umumnya (Keraf, 1993 : 49-50).
b. Konsekuen menerapkan keadilan.
Menuntut seorang profesional untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya (Keraf 1993 : 50).
c. Bebas dalam Menjalankan Profesi.
Prinsip Otonomi menuntut organisasi profesi secara keseluruhan bebas dari campur
tangan yang berlebihan dari pihak pemerintah atau pihak-pihak lain. Karena
anggota profesi itulah yang paling tahu mengenai seluk beluk profesinya, maka
tidak pada tempatnya apabila ada campur tangan yang berlebihan dari pihak lain
(Keraf 1993 : 51).
d. Menghormati Hak Orang lain.
Profesional tidak boleh melanggar hak orang lain, lembaga lain, atau hak warga
negara. Apabila profesi melanggar hak orang lain maka sebaiknya berhenti
(Magnis 1993 : 73).
e. Mendahulukan Kepentingan Klien, Pelanggan, atau Konsumen.
f. Melakukan suatu Pengabdian, kewajiban, dan Idealisme.
5
b. Tidak mencela orang lain/kelompok lain/bangsa lain.
c. Hindari mengkritik orang lain/kelompok lain/bangsa lain sehingga dapat
menimbulkan sengketa.
d. Tidak berbohong dan menipu.
e. Tidak berprasangka buruk.
f. Berbicara berdasarkan fakta.
g. Tidak berbeda pendapat sehingga menimbulkan perdebatan.
h. Menggunakan istilah khusus yang dapat menyinggung orang lain/ kelompok
lain/bangsa lain.
i. Tidak bersifat menginterogasi.
j. Tidak menyalahkan orang lain.
k. Tidak mempertanyakan integritas interview.
l. Tidak merendahkan harga diri/melecehkan orang lain/kelompok lain/bangsa lain.
m. Tidak memaki.
6
- Berkolaborasi data dan informasi dengan aman dan nyaman di platform digital.
2. Perbedaan budaya.
Budaya yang berbeda di setiap negara bisa menjadi hambatan dalam komunikasi internasional.
Beberapa aspek yang berbeda-beda antara budaya adalah nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan,
dan adat-istiadat. Dalam ranah global sendiri, dunia mengarah menjadi multicultural society,
yang di dalamnya setiap orang bisa saja berasal dari beberapa ras yang berbeda dan hidup pada
beberapa konteks budaya (Samovar, Porter, & McDaniel, 2010).
7
melakukan komunikasi internasional secara efektif.
Requirement Engineering (RE) merupakan sebuah tugas yang cukup sulit dilakukan pada tim
lokal apalagi penentuan fungsional spesifikasi kebutuhan pada lintas kelompok stakeholder,
lintas budaya, bahasa dan batasan zona waktu (antar negara, benua dan samudera) (Zowghi,
2002), (J.S. Gallego, 2021).
4. Teknologi.
Teknologi bisa menjadi tantangan dalam komunikasi internasional. Beberapa negara mungkin
memiliki akses yang terbatas terhadap teknologi tertentu atau mungkin memiliki peraturan
yang berbeda dalam penggunaan teknologi. Oleh karena itu, masyarakat dituntut untuk akrab
dengan teknologi dan menguasai digital skill seperti :
Coding.
adalah keahlian dalam membuat suatu program dengan cara menyusun code, menguji,
mengedit, memperbaiki (debug), dan memelihara kode untuk membangun suatu
program yang terstruktur pada computer.
Skill UI dan Design.
Untuk menentukan nilai akhir dari suatu produk dengan meningkatkan daya guna,
aksesibilitas dan efisiensi untuk pengguna.
Copywriting.
Adalah Teknik penulisan yang bertujuan menarik pembaca. Skill ini mampu
menunjukkan keunggulan suatu produk dengan cara mempromosikan produk melalui
sosial media.
Web development.
Skill yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam membangun dan mengembangkan situs
web yang dapat memberikan informasi jelas seperti founder, alamat, email, dan
sebagainya (Jabarnews.id- Ahmad zakiyyudin “Kesiapan masyarakat dalam
menghadapi transformasi digital).
Pendidikan di era digital harus mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi
ke dalam seluruh mata pelajaran (Kristiawan, 2014).
Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-learning ini membawa pengaruh
terjadinya proses transformasi pendidikan konvesional ke dalam bentuk digital, baik
secara isi (contents) dan sistemnya (Kristiawan, 2014).
Adapun hambatan teknologi dibidang pendidikan, sebagai berikut :
8
A. Secara Fisik.
Berupa sarana dan prasarana yang belum memadai terutama untuk sekolah yang berlokasi di
pelosok. Meskipun sarana dan prasana tersedia, namun masih sangat minim baik dari segi
jumlah maupun segi mutu peralatan tersebut. Masih menggunakan perangkat multimedia bekas
di lembaga pendidikan yang terdapat di daerah pedesaan. Sehingga penggunaannya tidak
mampu bersaing dengan laju perkembangan TIK yang begitu pesat.
B. Secara Non-fisik.
Kurangnya confidence,/ kepercayaan.
Kurangnya kompetensi.
Kurangnya akses ke sumber daya.
5. Etika bisnis.
Etika bisnis yang berbeda di setiap negara bisa menjadi tantangan dalam komunikasi
internasional. Beberapa praktik bisnis yang diterima dengan baik di satu negara
mungkin dianggap tidak pantas atau tidak profesional di negara lain.
Etika bisnis merupakan standar moral yang diterapkan ke dalam sistem dan organisasi
yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang
dan jasa, kemudian diterapkan kepada orang yang ada dalam organisasi. Studi ini tidak
hanya mencakup analisa norma dan nilai moral, namun juga berusaha mengaplikasikan
kesimpulan analisis tersebut ke beragam isntitusi, teknologi, transaksi, aktivitas, dan
usaha yang disebut bisnis (Velasquez:2005).
9
1.6. Kebijakan komunikasi internasional
Kebijakan komunikasi internasional muncul pada tahun 1970-an setelah para pakar dari
negara- negara berkembang mengeluhkan adanya ketidakseimbangan dan tidakadilan dari
negara-negara maju mengenai pengaliran informasi di dunia.
Ketidakseimbangan informasi ini didukung oleh hasil hasil riset dari (Dean, Annenberg
School Of Communication) terhadap isi 60 surat kabar yang terbit di 9 negara, yakni 3 negara
kapitalis (Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman Barat), 3 negara sosialis (Rusia, Hongaria,
Cekoslawakia), dan 3 negara berkembang (India, Filipina, dan Ghana). Dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa surat kabar yang terbit di negara kapitalis dan negara sosialis terlalu
sedikit mengekspos tentang berita di negara berkembang. Bahkan cenderung hanya
memberitakan hal yang berkaitan dengan kerusuhan dan kemiskinan (Cangara, 2013:5).
Di Indonesia sendiri, kebijaksanaan komunikasi secara implisit dapat dilihat pada nilai yang
tumbuh dan dianut oleh masing-masing masyarakat dari suatu suku yang memperlakukan
aturan itu meski tidak dalam bentuk tertulis. Sedangkan secara ekplisit, kebijaksanaan
komunikasi di Indonesia dapat dilihat dengan adanya berbagai undang-undang atau peraturan
yang telah dikeluarkan oleh pemerintah (Cangara, 2013:12).
Pengertian kebijakan komunikasi berhasil dirumuskan oleh beberapa pakar di antaranya:
1. Allan Hancock (1981), kebijaksanaan komunikasi adalah perencanaan strategis untuk
menetapkan alternatif dalam mencapai tujuan jangka panjang dan menjadi kerangka
dasar untuk perencanaan operasional jangka pendek. Perencanaan strategis
diwujudkan dalam target yang dapat dikuantifikasi dengan pendekatan sistematis
terhadap tujuan yang ingin dicapai dari kebijaksanaan komunikasi.
2. UNESCO (1978), kebijaksanaan komunikasi adalah kumpulan dari prinsip dan norma
yang dibuat untuk memberikan pedoman terhadap perilaku sistem komunikasi yang
berasal dari ideologi politik, sosial, ekonomi, budaya, kondisi legal dan nilai dari
suatu negara dengan berusaha mengaitkan kebutuhan nyata, dan kesepakatan yang
mungkin ada dalam bidang komunikasi.
10
kebijakan nasional yang terintegrasi dengan kebijakan pembangunan lainnya, seperti halnya
pendidikan, kebudayaan, dan kependudukan. Komunikasi dapat memberikan kontribusi
dalam mendukung pelaksanaan program pembangunan nasional di setiap negara, bahkan
kebijakan nasional yang dibangun atas kebijakan sektoral juga tidak lepas dari perencanaan
komunikasi (Cangara, 2013:10). Komunikasi memiliki potensi yang sangat vital untuk
pengembangan perubahan sosial, terutama dalam mendorong percepatan proses alih
teknologi dan upaya peningkatan partisipasi masyarakat.
Sistem informasi internasional sedang bergerak dengan cepat kearah yang bersifat teoritis, di
mana sistem ini mampu mengirim informasi dalam waktu yang sesingkat mungkin (Manik,
dkk 1993:58). Dari beberapa pernyataan di atas jelasalah bahwa pengaliran berita
internasional dewasa ini telah dikuasai oleh negara Barat terutama Amerika, Inggris, Prancis,
dan Rusia. Kantor berita internasional tersebut yaitu AP, UPI, Reuters, AFP, dan TASS tetap
menjadi sumber utama berita internasional terutama bagi negara Timur. Kantor tersebut
11
bergerak di atas dasar dan tujuan ekonomi yang memandang bahwa kepentingan konsumen
mesti diutamakan. Kecenderungan demikian membuat mereka meliput dan menyebarkan
berita yang sesuai dengan keinginginan konsumen, sehingga seringkali tidak sesuai dengan
ideologi dan kebijaksanaan negara yang menjadi objek pemberitaan (Kholil, 2007).
Menurut John C. Merriel, hal tersebut bersumber dari perbedaan konsep dari masing-
masing negara. Dalam konteks kebebasan arus informasi, negara maju (Barat) menilai
informasi dapat bebas masuk ke negara lain, dengan demikian bebas memberitakan apa saja.
Sementara pada negara berkembang (timur) menganggap kebebasan arus informasi menuntut
adanya keseimbangan, artinya jika informasi negara maju bebas masuk ke negara
berkembang, maka seharusnya informasi dari negara berkembang juga bdapat bebas masuk
ke negara maju. Demikian juga isi informasi tidak seharusnya identik dengan kemiskinan dan
kerusuhan, melainkan juga hal yang positif, sesuai dengan tahap perkembangannya.
Pada tahun 1984 di Solo, Indonesia melakukan Seminar Internasional Pemerataan Satelit
Komunikasi yang dilakukan oleh Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) yang dihadiri
oleh para pakar dan praktisi komunikasi dari Jepang, Thailand, Filipina, Australia, Singapura,
dan Indonesia sendiri sebagai tuan rumah. Dari berbagai pertemuan yang dilaksanakan oleh
UNESCO di bidang komunikasi, akhirnya diputuskan agar setiap negara anggota kembali
menyusun dan memantapkan kebijakan dan perencanaan komunikasi dalam menangani
pengelolaan infrastruktur, sumber daya, maupun program-program komunikasi di negara-
negara masing (Cangara, 2013: 9).
Yang menjadi
Diantaranya terdapat pada Pancasila sila kedua yaitu “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”,
mengandung unsur bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari umat manusia di dunia.
Oleh karena itu, dikembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa
lain. Dasar hukum kebijakan komunikasi internasional Indonesia juga tergambarkan secara
jelas di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea I dan alinea IV. Alinea I
menyatakan bahwa “kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan
peri keadilan”. Selanjutnya pada alinea IV dinyatakan bahwa “ ikut melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial ”. Dari dua kutipan
12
UUD 1945 tersebut, jelas bahwa kebijakan komunikasi internasional Indonesia mempunyai
landasan atau dasar hukum yang sangat kuat.
Landasan dasar komunikasi internasiona Indonesia juga terdapat dalam ketetapan MPR No.
IV/MPR/1999 tentang GBHN, Bab IV Arah Kebijakan, huruf C angka 2 tentang Hubungan
Luar Negeri, dirumuskan hal-hal sebagai berikut :
1. Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan berorientasi pada
kepentingan nasional, menitik beratkan pada solidaritas antar negara berkembang,
mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa, menolak penjajahan dalam
segala bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa dan kerjasama internasional
untuk kesejahteraan rakyat.
2. Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu melakukan
diplomasi pro-aktif dalam segala bidang untuk membangun citra positif Indonesia di
dunia internasional, memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap warga negara
dan kepentingan Indonesia, serta memanfaatkan setiap peluang positif bagi
kepentingan nasional.
3. Meningkatkan kualitas diplomasi guna mempercepat pemulihan ekonomi dan
pembangunan nasional, melalui kerjasama ekonomi regional maupun internasional
dalam rangka stabilitas, kerjasama dan pembangunan kawasan.
4. Meningkatkan kesiapan Indonesia dalam segala bidang untuk menghadapi
perdagangan bebas, terutama dalam menyongsong pemberlakuan AFTA, APEC dan
WTO.
5. Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negaranegara sahabat serta memperlancar
prosedur diplomatik dalam upaya melaksanakan ekstradisi bagi penyelesaian perkara
pidana.
6. Meningkatkan kerjasama dalam segala bidang dengan negara tetangga yang
berbatasan langsung dan kerjasama kawasan ASEAN untuk memelihara stabilitas,
pembangunan dan kesejahteraan.
Banyaknya organisasi internasional yang dikuti Indonesia tak terlepas dari kebijakan politik
luar negeri Indonesia. Politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Bebas, bahwa
Indonesia tidak memihak pada kekuatan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa,
sebagaimana tercermin dalam Pancasila. Aktif, bahwa dalam menjalankan kebijakan luar
negerinya, Indonesia tidak bersikap pasif atas berbagai kejadian internasional. Juga aktif
13
dalam mendukung usaha-usaha yang diarahkan agar terciptanya masyarakat dunia yang
aman, damai, dan tentram (Djamaluddin Manik dkk, 1993).
14
Dalam laporan kinerja keuangan tahunan yang diterbitkannya pada tahun 2005, ia
mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar. Padahal, apabila dicermati,
sebenarnya ia dinyatakan menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar.
Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat
menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga
dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan, ia
tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan demikian,
kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi di sini.
Di lain pihak, PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan pencatatan
tersebut hanya terjadi karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan piutang yang
tidak tertagih. Terdapat pihak yang menilai bahwa piutang pada pihak ketiga yang tidak
tertagih itu bukan pendapatan. Sehingga, sebagai konsekuensinya PT Kereta Api
Indonesia seharusnya mengakui menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Sebaliknya,
ada pula pihak lain yang berpendapat bahwa piutang yang tidak tertagih tetap dapat
dimasukkan sebagai pendapatan PT Kereta Api Indonesia sehingga keuntungan sebesar
Rp. 6,90 milyar dapat diraih pada tahun tersebut. Diduga, manipulasi laporan keuangan
PT Kereta Api Indonesia telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga,
akumulasi permasalahan terjadi disini.
15
4. Dewan Pers menganggap RCTI telah melanggar kode etik Jurnalistik.
Dewan Pers memutuskan, stasiun televisi RCTI melanggar Pasal 1 dan Pasal 3 Kode
Etik Jurnalistik soal kejelasan sumber informasi terkait pemberitaan soal “Dugaan
Pembocoran Materi Debat Capres” yang ditayangkan dalam program Seputar Indonesia
Sore pada 11 Juni 2014, Seputar Indonesia Malam pada 11 Juni 2014, dan Seputar
Indonesia Pagi pada 12 Juni 2014.
Pada berita tersebut, RCTI mengatakan adanya pembocoran materi debat calon
presiden yang menguntungkan pasangan capres-cawapres Joko “Jokowi” Widodo dan
Jusuf Kalla. Dewan Pers menilai, sumber pemberitaan tersebut tidak jelas. Stasiun
televisi milik Hary Tanoesoedibjo, yang mendukung pasangan capres-cawapres saat
itu, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, dinilai tidak memiliki dokumen yang kuat untuk
mendukung tudingannya.
“Konfirmasi yang sudah dilakukan oleh teradu (RCTI) kepada Komisioner KPU dan
tim sukses Jokowi-JK tidak dapat menutupi lemahnya sumber informasi atau data yang
dapat menjadi landasan teradu dalam memberitakan isu bocornya materi debat capres,”
demikian isi putusan Dewan Pers No 27/PPD-DP/XI/2014 yang ditandatangani Ketua
Dewan Pers Bagir Manan, Jumat (21/11/2014).
Dewan Pers mengatakan, seharusnya RCTI melakukan verifikasi lebih dulu terhadap
informasi tersebut sebelum menayangkannya demi memenuhi prinsip keberimbangan.
“Penayangan berulang-ulang berita yang tidak jelas sumbernya tidak sesuai dengan
prinsip jurnalistik yang mengedepankan akurasi, independensi, dan tidak beriktikad
buruk” kata Bagir dalam putusannya.
Dewan Pers pun merekomendasikan RCTI untuk mewawancarai Komisioner KPU
Pusat selaku prinsipal, dan menyiarkannya sebagai hak jawab. RCTI juga dituntut
meminta maaf kepada publik dan menyiarkan pernyataan penilaian Dewan Pers.
Hal ini diputuskan setelah adanya laporan dari Dandhy D Laksono selaku warga, dan
Arian Rondonuwu selaku karyawan RCTI ke Dewan Pers pada 16 Juli 2014. Sebelum
memutuskan, Dewan Pers telah mengundang Dandhy, Raymond, dan pihak RCTI pada
5 September 2014 untuk memberikan penjelasan dan klarifikasi.
Solusi dari kasus ini adalah sebaiknya RCTI yang merupakan statsiun televisi swasta
yang cukup besar harus lebih berhati-hati dalam memberikan informasi. Apalagi
masalah debat capres dan cawapres.
Diharapkan ini jadi pelajaran bagi RCTI dan seluruh stasiun televisi swasta Indonesia
16
harus bisa lebih professional dalam melakukan pejerjaan nya harus bisa membedakan
mana masalah pribadi dan umum.
17
PENUTUP
2.1. Kesimpulan
Komunikasi internasional merupakan suatu proses komunikasi di antara negara atau bangsa
melampaui batas-batasnya (Maletzke, 1989).
Pada komunikasi internasional perspektif terdiri dari perspektif jurnalistik, perspektif
diplomatik, perspektif propaganda, perspektif kulturalistik, dan perspektif bisnis (Dalam buku
komunikasi internasional, DRS.Moh Shoelih).
Implementasi peran etika di era globalisasi : Konsekuen dalam menerapkan keadilan,
menghormati hak orang lain, mendahulukan kepentingan bersama, dan bertanggung jawab.
Tantangan komunikasi internasional diantaranya perbedaan bahasa, perbedaan budaya,
perbedaan zona waktu, perbedaan iklim, teknologi, dan keterbatasan sumber daya.
Dasar kebijakan komunikasi internasional Indonesia . Kebijakan komunikasi internasional,
muncul pada tahun 1970-an setelah para pakar dari negara- negara berkembang mengeluhkan
adanya ketidakseimbangan dan tidakadilan dari negara-negara maju mengenai pengaliran
informasi di dunia, dimulai dari Perdana Menteri Indira Gandhi yang akhirnya di respon oleh
negara berkembang lainnya termasuk Indonesia. Dasar kebijakan komunikasi internasional
Indonesia lainnya yaitu Pancasila sila kedua, UUD 1945 (Alinea I dan IV) dan batang tubuh
(pasal 11 dan 13). Kemudian Ketetapan MPR, yaitu GBHN dab kebijaksanaan/peraturan
yang dikeluarkan oleh Menteri luar negeri.
18
Solusinya adalah :
Perlu harmonisasi dan penjabaran seluruh program, dan kegiatan Depkominfo dengan
rencana pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengan,
rencana strategis (RENSTRA), dan kesepakatan-kesepakatan dunia.
Menciptakan progam yang seimbang antara pembangunan dan pemanfaatan ICT, baik
sebagai tools maupun sebagai industri secara luas.
Memfokuskan program dan kegiatan Depkominfo pada upaya untuk merealisasikan
pencapaian target.
Meningkatkan koordianasi baik vertikal maupun horizontal dengan institusi terkait,
baik di pusat maupun daerah untuk menghindari duplikasi dalam penyusunan program
dan kegiatan, sehingga sumber daya yang ada dapat teralokasikan secara baik, dan
memperoleh dukungan yang luas terhadap implementasi berbagai program- program
dan kegiatan.
Sebuah negara perlu membuat kebijaksanaan komunikasi dalam bentuk tertulis, baik berupa
undang-undang atau peraturan pemerintah dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mencapai suatu iklim kesamaan semangat pada usaha yang dilakukan negara
berkembang, maupun melalui mitra kerja dengan negara maju dalam konteks kerja
sama antar dua negara (bilateral) atau lebih (multilateral).
2. Mengoptimalkan sumber daya komunikasi untuk mendorong terjadinya peningkatan
kesejahteraan bangsa secara sistematis, agar infomasi yang disebarluaskan relevan
dengan kehidupan sehari-hari bagi pihak yang memerlukan.
3. Memberikan motivasi kepada masayarakat untuk berperan serta dalam kegiatan
kemasyarakatan seperti membantu dalam koordinasi kerja antarlembaga, organisasi
pemerintah, dan swasta dalam proses dan penyebarluasan infomasi. Serta
memfasilitasi arah terciptanya partisipasi masyarakat.
19
DAFTAR PUSTAKA
20