Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DAYA SAING DAERAH

Disusun oleh
Moch Hasan Slamet Pramata Djahri Hidayat 24023220113
Cahya Fitri Utami 24023120173

UNIVERSITAS GARUT
FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN
2021
Kata Pengantar

Puji syukur khadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ DAYA SAING DAERAH” ini teppat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi OTDA.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini jauh dari kata sempurna hal ini
dolarenalan keterbatasan pengetahuan dan kesulitan yang dihadapi penulis. Dengan segala
harapan semoga tugas ini dapat memberikan manfaat baik bagi para penulis, pembaca, dan
semua pihak.
Saya juga mengharapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
ilmunya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurana. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Garut, 12 Agustus 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Konsep daya saing daerah berkembang dari konsep daya saing yang bertujuan untuk
perusahan suatu negara. Pemikiran Michael poter banyak bersaing di tingkat perusahaan.
Selanjutnya konsep ini dikembangkan untuk tingkat daya saing global, khususnya melalui
lembaga WEF indeks daya saing ini menjadi ukuran dan referensi dan iklim disuatu negara.
WEF mempublikasinya lewat level “ GLOBAL COMPETITIVENESS “ indeks sejak
tahun 1979 GCI. Dengan menggunakan 126 indikator dan 12 pilar yaitu kelambangan,
instruktur, lingkungan makro ekonomi, pendidikan dasar kesehatn, pendidikan tinggi dan
pelatihan, efesiensi pasar barang, efesiensi pasar tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan,
kesiapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis, dan inovasi.
Indonesia termasuk pada 144 negara yang diukur oleh WEF di tahun 2014 – 2015.
Lima besar dunia berturut – turut ditempati dan setelah tiga tahunnya mengalami penurunan
Indonesia menempati peringkat ke 34 pada edisi 2014 – 2015. Dan digolongan pada ke lima
tahap diantaranya “ efficiency deiven” bersama 29 negara lainnya.
Lima pilar yang menempati peringkat tertinggi diantaranya ukuran pasar ( peringkat ke
15) , inovasi (31) , lingkuungan makro ekonomi (34), kecanggihan bisnis (34) dan pasar
keuangan. Peringkat tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memliki daya saing yang bagus
diera ekonomi. Lima pilar dari peringkat terendah adalah pasar tenaga kerja (110), kesiapan
teknologi (77), pendidikan dasar dan kesehatan (74), instuktur (56), kelambangan (53).
Sementara Indonesia masih dianggap kalah saing oleh Asia Pasifik dimana wilayah
tersebut berada pada Singapura (2), Jepang (6) , Hongkong (7) , Taiwan (4) , Selandia baru (17) ,
Malaysia (20) , Australia (22) , Korea selatan (26) , Tiongkok (38) , Thailand (31) , dan hanya
unggul di Asia Tenggara yakni Filipina (52) , Vietnam (56).
Sementara tingakat persaingan negara pun sangat berdampak bagi penomena ekonomi
globalisasi, dimana hal terBsebut mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan dimana
semakin tinggi tingkat persaingan di negara ini tidak akan berdampak perekonomian dunia
diseluruhnya tetapi berdampak langsung pada perekonomian daerah dan desentrelisasi fiskal.
Otonomi daerah merupakan konsep penyelenggaran pemerintah yang diberikan kepada
wewenang rumah tangganya, kegiatan ini memicu kegairahan untuk meningkatkan
perekonomian yang bersangkutan, dengan adanya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal,
setiap daerah memiliki kesempatan untuk melakukan inovasi, peningkatan transportasi
akuntabilitas, serta menciptakan ekonomi daerah yang bermutu tinggi dan akan berkembang
dengan lancar perekonomiannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tingkat daya saing untuk mengembangkan ekonomi di suatu wilayah
2. Bagimana konsep daya saingnya diwilayah tersebut
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui konsep daya saing untuk mengembangkan disuatu wilayah
2. Mengetahui Bagaimana peran konsep dayya saing disuatu wilayah
D. MANFAAT
Makalah ini diharapkan berguna bagi teman teman mahasiswa lainumumnya semua pihak
sebagai bahan belajar dan juga bisa bermanfaat bagi semuanya.
BAB II
PEMBAHSAN
A. TINJAUN DAYA SAING DAERAH
Daya saing daerah menurut poster merupakan konsep yang dapat diterapkan dilevel
nasional tak lain adalah produktivitas yang diartikan sebagai nilai yang dihasilkan oleh
sesrorang tenaga kerja. Daya saing daerah sendiri memliki aspek yang sangat luas tidak
hanya berpokus pada level mikro sebuah perushaan tetapi mencakup aspek aspek
internasional.
WEF adalah suatu lembaga yang secara rutin menerbitan global comperrivrnness report
dimana berisi informasi mengenai daya saing nasional untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi dimana kebijakan kebijkan yang diatur oleh instunsi intunsi
terkait mempengaruhi tingkat daaya saing sebuah negara ditingkat internasional.
Kebijakan kebijakan juga dibuat instansi terkait memberikan danfak kepada tingkat daya
saing suatu daerah yang bisa menemtukan kedepanya apakah bisa berthan atau sebaliknya .
Daya saing daerah menurut UK- DTI adalah kemampuan suatu daerah yang didalamnya
menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang lebih tinggi dan tetap terbuka terhadap
persaingan antar daerah maupun internasional. Sementara itu CURDS menarikan daya saing
daerah sebagai kemampuan pemerintah daerah guna untuk menghasilkan pendapatan yang
tinggi dan pemanfatan potesi sebaik mungkin.
Menurut Martin 2003, Konsep dan definisi daya saing suatu daerah menucakup beberapa
elmen diantaranya:
1. Meningkatkan taraf hidup masyrakat.
2. Mampu berkompetisi dengan daerah maupun negara.
3. Mampu memenuhi kewajiban domestik maupun internasional.
4. Dapat menyediakan lapangan pekerjaan.
5. Pembangunan yang berkesinambungan dan tidak membebani garis yang akan datang.
Konsep daya saing wilayah menurut Europen commision diantranya sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk memproduksi barang serta jasa
2. Kemampuan untuk menciptakan pendapat
Menueut Bristow 2005 dapat dipandang dari dua sisi
1. Daya saing sebagai produktifitas mikro
2. Daya saing sebgai tenaga mikro regional
B. KEUNGGULAN IMPORMATIF DAN KEUNGGULAN KOMPETITIF DAYA
SAING DAERAH
1. KEUNGGULAN KOMPARATIF
 Teori pertumbuhan neoklasik menekankan pada pentingnya keunggulan komparatif
dimana perbedaan secara ragional dan produktifitas sehubungan dengan berbedanya
faktor faktor anugrah bawaan dan khususnya perbedaan dalam hal kapital tenaga kerja
dan teknologi.
 Dalam konsep keunggulan komperaktif keadaan ini mencerminkan adanya perbedaan
dalam faktor faktor anugrah seperti tanah tenaga kerja sdm dan capital.
2. KEUNGGULAN KOMPETITIF
 Menurut poter 2000 pada hakikatnya kemampuan daya saing ialah produktifitas, dimana
produktifitas menjadi penentu utama dalam standar kehidupan
 Salah satu unsur penting yang mendukung produktifitas perushaan menurut poter adalah
lokasi geografis dimana terdapat konsentrasi geografis yang memberikan akses terhadap
faktor faktor yang dianggap khusus seingga mampu memberikan akses yang dianggap
input faktor faktor tertentu.
3. KEUNGGULAN KOMPARATIF VS KOMPETITIF
 Konsep daya saing merupakan upaya untuk menghubungkan keuntungan kompetitif pada
tingkat perusahaan dan keuntungan kompararaktif pada tingkat kerangka tunggal.
 Menurut neary 2003 kengulan komparatif selalu menetukan arah perdagangan sedangkan
keunggukan kompertitif mempengaruhi alokasi sumber data pola perdagangan volume
perdangan.
C. INDIKATOR UTAMA DAYA SAING DAERAH
1. PEREKONOMIAN DAERAH
Ukuran kinerja dari ekonomi umum sebagai kinerja makro yang meliputi:
 Nilai tambah mereflesikan produktifitas perekonomian setidaknya dalam jangka pendek.
 Akumulasi modal mutalq diperluksn dslam jangka daya saing waktu panjang.
 Kemakmuran suatu daerah yang bekerja dimassa lalu.
 Kompetisi yang didorong mekanisme pasar akan meningkatkan ekonommi suatu derah.
2. KETERBUKAAN
Ukuran suatu jauh seberapa perekonomian suatu daerah yang berhubungan dengan
daerah lain meliputi:
 Keeberhasikan suatu daerah mereflesikan daya saing perekonomian terssebut
 Keterbukaan suatu daerah dalam perdangan domestik maupun internasional
 Investasi internasional mengalokasikan sumber daya lebih efesien
 Daya saing yang didorong ekspor
 Memperthankan standar hidup tinggi
3. SISTEM KEUANGAN
Keuangan ini mereplasikan kemampuan sistem perbangkan dan non perbankan
didaerah untuk memberi nilai tambahan pada aktifitas perekonomian , sistem keuangan ini
yang mempengaruhinya :
 Sisyem keuangan yang baik dan mutalq
 System keuangan yang efesien dan integrasi

4. INPRASTRUKTUR SUMBER DAAYA ALAM

Hal ini terdiri dari beberapa indikator diantaranya:


 modal fisik berupa infrasturutur baik kesetersedian
 modal almiah berupa kondisi geografis
 teknologi informasi yang maju
5. ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI

Hal ini terdiri dari beberapa indikator;

 Kenunggulan kompetitip dapat dibangun melalui teknologi


 Investasi penelitian dasar yang bersipaf inovatif
 Investasi jangka panjang beupa R & D
6. SUMBER DAYA MANUSIA
Hal ini terdiri dari beberapa indikatot:
 Angkatan kerja dalam jumlah besar.
 Pelatihan dan pendidikan.
 Sikap dan nilai yang dianut oleh tenaga kerja
 Kualitas hidup masyarakat suatu daerah
7. KELEMBAGAAN
Hal ini terdiri dari beberapa indikator:
 Stabilitas sosial dan politik melalui sistem demokrasi
 Peningkatan daya saing ekonomi suatu daerah tidak akan dapat tercapai
 Aktivitas perekonomian suatu daerah tidak akan dapat berjalan secara optimal.
8. INDIKATOR GOVERNANCE DAN KEBIJAKAN
 menciptakan iklim persaingan yang sehat.
 Pemerintah daerah berperan dalam menciptakan kondisi sosial.
 Efektivitas administrasi pemerintahan daerah dalam menyediakan infrastruktur .
 Efektivitas pemerintah daerah dalam melakukan koordinasi
 Fleksibilitas pemerintah daerah dalam menyesuaikan kebijakan ekonomi
9. MANJEMEN DAN EKONOMI MIKRO
 Rasio harga yang kompetitif dari suatu produk.
 Orientasi jangka panjang manajemen perusahaan.
 Efisiensi dalam aktivitas dengan kemampuan menyesuaikan diri.
 Kewirausahaan sangat krusial bagi aktivitas ekonomi.
 Dalam usaha yang sudah mapan, manajemen perusahaan memerlukan keahlian
E. DALAM KONSEP WEF DIJELASKAN BEBERAPA INDIKATOR
1. INSTUNSI
Baik swasta maupun publik instunsi ini membangun tat kelola yang baik disusun oleh
TI telah mampu membantu pemebrintah secara publik. Adapun swasta perlu adanya
dorongan dari GCG.
2. INFRASTRUKTUR
Jantung ekonomi hal ini jelas sangat terbatas karena dibutuhkan cara baru
KONDISI MAKRO EKONOMI
Keberadaan TPID sangat membantu karena menyumbang inflasi disetiap daerah
sehingga membutuhkan solusi yang berbeda.
3. KESEHAYAN PENDIDIKAN DASAR
Pembangunan SDM bukan dimulai dari mesin program kesehatan dalam aspek BPJS
perlu didorong terhadap layanan kesehatan
4. PENDIDIKAN TINGGI PELATIHAN
Peningkatan dan pemerataan daerah sama kualitasnya meski kebutuhan mutalq digalakan
5. KESIAPAN TEKNOLOGI
Bagaimana tatacara beragam luas dalam suatu pelayanan dengan mendorong dunia usaha
6. KOMPLEKSITAS BISNIS
Peningkatan sekala ini menjadi pekerjaaan bersama pemerinthahan pusat dan daerah
membantunya.
7. INOVASI
Inovasi selayaknya diinterlisasikan ke tunuh publikswasta uni versitas dan masyarakat
secara umum.
F. STUDI KASUS

Penulis mengambil salah satu jurnal karya Evita Khairani Nasution dan Paidi
Hidayat Se., M.Si dengan judul “Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Tanjungbalai”.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi daya
saing di Kota Tanjungbalai, Sumatra Utara.

Menurut hasil penelitian PPSK Bank Indonesia dan LP3E FE-UNPAD (2008) dalam
neraca daya saing daerah, kota Tanjung Balai berada di peringkat ke-108 secara
keseluruhan dalam daya saing daerah dari 434 neraca daya saing daerah. Berdasarkan
input perekonomian daerah, kota Tanjung Balai berada di peringkat 103. Peringkat ini
masih di bawah kabupaten dan kota lainnya di Sumatera Utara seperti Kabupaten Asahan
yang berada di peringkat 73, Kabupaten Deli Serdang di peringkat 95, dan Kota Medan di
peringkat 23. berdasarkan input SDM dan ketenagakerjaan, kota Tanjung Balai berada di
peringkat 209. Berdasarkan input infrastruktur, SDA, dan lingkungan, berada di peringkat
237. Dan berdasarkan output tingkat kesempatan kerja, kota Tanjung Balai berada di
peringkat 376. Ini menunjukkan bahwa masih tingginya tingkat pengangguran di kota
Tanjung Balai dan infrastruktur yang masih belum memadai.

Gambar 2.1 Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Daerah

Sumber: Jurnal Analisis, 2016


Peneliti mengambil sebanyak 30 responden (15 laki-laki dan 15 perempuan) yang terdiri
dari kelompok masyrakat seperti pelajar, dosen/guru, tokoh masyarakat, birokrasi,
perbankan, non perbankan, dan pengusaha. Metode pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling dan metode analisa data yang digunakan adalah Analytical
Hierarchy Prosses. Dengan karakterisik responden sebagai berikut

Gambar 2.2 Karakteristik Responden

Sumber: Jurnal Analisis, 2016

Setalah dilakukan analisis menggunakan software Expert Chocie, dikeluarkan hasil


analisis sebagai berikut.

Gambar 2.3 Hasil AHP Nilai Bobot dari Faktor Penentu Daya Saing
Ekonomi
Sumber: Jurnal Analisis, 2016
Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor utama penentu
daya saing ekonomi Kota Tanjung Balai adalah faktor infrastruktur fisik diikuti oleg faktor
tenaga kerja dan produktivitas, kemudian faktor perekonomian daerah, faktor kelembagaan
dan faktor sosial politik. Dalam faktor infrastruktur yang paling penting adalah variabel
kualitas infrastruktur, dimana yang perlu diperhatikan adalah kualitas jalan, kualitas
pelabuhan laut dan ketersediaan pelabuhan udara yang belum ada.

Setelah itu peneliti juga memberikan rekomendasi berdasarkan kesimpulan yang didapat.
Dimana peneliti merekomendasikan adanya perbaikan kualitas dan ketersediaan
infrastruktur untuk mendorong tumbuhnya kegiatan usaha baru dan memudahkan
mobilitas kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan daya saing ekonomi di Kota
Tanjung Balai. Setelah itu peneliti juga merekomendasikan bahwa perlu adanya
keterlibatan dunia usaha dalam setiap kebijakan yang dirumuskan pemerintah daerah
terutama yang berkaitan dalam kegiatan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

Anita Nur Fadilah, 2013. Daya Saing Daerah Jawa Tengah, Semarang: Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Diponegoro

www.neliti.com, Strategi Peningkatan Daya Saing Daerah Wilayah Pengembangan Satu


Kabupaten Malang, 1 Maret 2017. https://www.neliti.com/id/publications/211025/strategi-
peningkatan-daya-saing-daerah-wilayah-pengembangan-satu-kabupaten-malan (Diakses,
13 Agustus 2021)

https://katadata.co.id/. Mendorong Daya Saing Daerah untuk Pembangunan Berkelanjutan,


18 September 2020. https://katadata.co.id/anshar/berita/5f643aefacd97/mendorong-daya-
saing-daerah-untuk-pembangunan-berkelanjutan, Anwar Dwi Wibowo (Diakses 1 Agustus
2021)

Anda mungkin juga menyukai