Anda di halaman 1dari 13

“MENJADI KOREA”:

MELIHAT CARA, BENTUK


DAN MAKNA BUDAYA POP KAREA
BAGI REMAJA DI SURABAYA
Sarah Fella1, Abdus Sair2
1
Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
2
Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Email : sarrahfellaroseadie@ymail.com

Abstrak

Artikel ini mendalami tentang cara, bentuk dan makna budaya pop Korea bagi remaja di Surabaya.
Beberapa kajian tentang masalah ini menunjukkan bahwa budaya pop Korea telah berkembang di
Indonesia sejak awal tahun 2000-an melalui film-film Korea, kemudian diikuti musik, makanan dan
produk kecantikan. Namun kajian-kajian dengan topik ini yang fokus pada cara, bentuk, dan makna
budaya pop Korea bagi remaja Surabaya sebagai kota metropolitan masih sangat terbatas. Artikel ini di
sisi lain ingin mengulas hal tersebut melalui penelitian lapangan dengan melakukan wawancara
mendalam terhadap 5 orang remaja Surabaya yang tergabung dalam KLOSS (Korea Lovers Surabaya
Community). Artikel ini menunjukkan bahwa budaya pop Korea telah menjadi budaya baru bagi remaja
Surabaya karena memiliki nilai kebaruan. Cara mereka mendapatkan budaya pop Korea adalah dengan
melalui televisi dan media sosial. Bentuk-bentuk menonjol dari budaya pop yang digunakan oleh
sebagian besar remaja Surabaya adalah berupa simbol-simbol budaya Korea yang direpresentasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Sementara makna budaya pop Korea adalah berupa imajinasi tentang anak
muda Korea, artis Korea dan “ke-Korea-an” lainnya.

Kata Kunci : Budaya Pop Korea, Menjadi Korea, Ke-Korea-an, Remaja Surabaya.

Abstract

This article explores the ways, forms and meanings of Korean pop culture for teenagers in Surabaya.
Several studies show that Korean pop culture has developed in Indonesia since the early 2000s through
Korean films, followed by music, food and beauty products. However, studies that focus on the ways,
forms and meanings of Korean pop culture for Surabaya youth in metropolitan city are still very limited.
This article, on the other hand, wants to discuss this in field research through in-depth interviews with 5
Surabaya teenagers, members of KLOSS (Korea Lovers Surabaya Community). This article shows that
Korean pop culture has become a new culture for youth in Surabaya because its novelty values. They get
the Korean pop through television and social media. The prominent forms of pop culture used by the
majority of youths are Korean cultural symbols represented in everyday life. Meanwhile, the meaning of
Korean pop culture is in the form of information about Korean youth, Korean artists and other
“Korean-ness”.

Keywords : Korean Pop Culture, To be Korea, Korean-ness, Surabaya Teenagers.

www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 7
“Menjadi Korea”: Melihat Cara, Bentuk dan Makna Budaya Pop Karea bagi Remaja di Surabaya

LATAR BELAKANG masif masuk ke semua lini kehidupan masyarakat


Indonesia. Banyaknya surat kabar yang meliput
Pada mulanya kajian tentang budaya populer dan memberitakan tentang budaya pop Korea
(budaya pop) tidak bisa dilepaskan dari peran membuat ini menjadi fenomena gelombang panas
Amerika Serikat dalam memproduksi dan men- Korea (The heated surge of the Korean wave)
yebarkan budaya populer. Negara itu telah yang terjadi sejak tahun 2003.
menanamkan akar yang sangat kuat dalam industri Lebih jauh, gelombang Hallyu di Indonesia juga
budaya popular, antara lain melalui Music Television dapat dilihat pada awal tahun 2000-an. Pada kisaran
(MTV), Mc.Donald, Hollywood, industri animasi tahun 2000–2007 drama-drama Korea banyak
(seperti Walt Disney, Looney Toones, dll), dan menghiasi layar televisi Indonesia dan mendapat
produk lain seperti celana jins Levi's, iPhone sambutan hangat dari para pemirsanya. Beberapa
Apple, rokok Marlboro, minuman ringan drama Korea yang sukses mengambil hati pemirsa
Coca-Cola, dan film-film Hollywood, dengan Indonesia adalah Winter Sonata (2001), Endless
memanfaatkan citra yang diinginkan (Roll, 2020). Love (2002) dan Dae Jang Geum (2005).
Kemudian diikuti negara-negara lain di Asia yang Setelah drama-drama Korea, pada pertengahan
juga berhasil menjadi pusat budaya populer seperti tahun 2009 giliran musik pop Korea (K-Pop) yang
Jepang, Korea Selatan, Hongkong dan Taiwan. banyak digandrungi. K-pop turut berkembang dan
Dari sekian banyak negara, Korea Selatan menjadi gejala yang tidak bisa dibendung.
adalah salah satu negara yang paling berhasil Bahkan produk-produk asli buatan Korea Selatan
memproduksi dan menyebarluaskan produk seperti makanan (Kimchi, Bibimbab, Pajeon,
budaya popnya tersebut hingga ke berbagai Bulgogi, Ramyeon, Teokbokki), minuman (Soju,
negara, bahkan pengaruhnya sangat mendalam. Maggeolli), kosmetik (Etude House, Innisfree,
Budaya populer dari Negeri Gingseng itu kini Skin Food, Langeige, Republic Nature, The Face
dikenal dengan Hallyu Wave atau Korean Wave Shop), dan produk-produk teknologi seperti mobil
atau K-Pop. Hallyu yang berarti gelombang (Hyundai, KIA) dan alat-alat elektronik seperti
Korea adalah istilah buatan yang bermakna televisi, kulkas, telepon seluler, AC (Samsung, LG)
pengaruh budaya modern Korea di negara-negara juga ikut terseret menjadi bagian dari gelombang
lain, termasuk Indonesia. panas Korea.
Produk-produk budaya populer yang ditawarkan Gelombang panas Hallayu yang tersebar di
Korea Selatan itu berupa hiburan seperti film, seluruh Indonesia dan juga dunia di atas secara
drama, musik dan sejenisnya. Di Indonesia, tidak langsung telah menjadi berkah bagi Korea,
produk-produk budaya pop itu banyak ditayangkan terutama pada bisnis, budaya, dan citra negaranya.
di stasiun televisi di Indonesia seperti drama Sejak awal 1999, Hallyu telah menjadi salah satu
Korea. Melalui tayangan itu, masyarakat mulai fenomena budaya terbesar di Asia. Efek Hallyu
mengenal dan memahami budaya pop Korea luar biasa, menyumbang 0,2% dari PDB Korea
Selatan. Dan faktanya, tayangan itu memiliki pada tahun 2004, yang berjumlah sekitar USD 1,87
apresiasi yang tinggi dari generasi muda. miliar. Pada tahun 2019, Hallyu juga diperkirakan
Artikel-artikel tentang Korean Wave juga mulai mengalami peningkatan sebesar USD 12,3 miliar
bermunculan di halaman gosip selebriti sejak pada ekonomi Korea (Roll, 2020). Sehingga kini
tahun 2001. Efek dari tayangan gosip itu pada Korea telah menjadi salah satu negara di Asia
akhirnya membuat budaya pop korea semakin yang sangat kaya dan futuristik. Padahal tahun

8 Journal of Urban Sociology | Volume 3 / No. 2 / Oktober 2020


Sarah Fella | Abdus Sair

1965, PDB per kapita Korea lebih rendah dari komunitas pecinta budaya pop Korea atau yang
Ghana. Saat ini Korea Selatan telah menjadi disebut Korea Lovers Surabaya yang pertama pada
negara dengan ekonomi terbesar ke-12 di dunia. khususnya dan Indonesia pada umumnya sebagai
Atas kondisi itu, gelombang panas Korea menjadi wadah saling mengenal, berkumpul, berbagi cerita,
fenomena unik, termasuk di Surabaya sebagai kota dan berkreativitas bersama.
terbesar kedua di Indonesia. Para remaja di kota Untuk mendapatkan informan yang memiliki
ini juga ikut mengkonsumsi budaya pop Karea, karakteristik yang tepat, pemilihan 5 orang remaja
mulai cara berdandan, cara berpakaian, memakai Surabaya sebagai narasumber dipilih dengan
rok mini, celana hot-pant, memakai pakaian yang ketat, yakni bukan hanya remaja yang sekedar
memiliki warna cerah, menyemir rambut dengan mengagumi dan menggemari budaya pop Korea,
berbagai warna yang menyolok, berponi tipis ala melaikan juga meniru gaya hidup ala Korea,
boneka Barbie, dan ber-make-up ala baby doll seperti kesukaan terhadap musik yang didengarkan,
supaya muka tampak natural seperti memiliki drama yang ditonton, makanan yang dimakan,
kulit putih mulus bercahaya, pipi memerah, bibir dan cara mereka berdandan. Data didapat dengan
merah muda dengan teknik ombre, alis lurus dan cara melakukan tanya jawab langsung dan
tebal, serta mata terlihat lebih besar dengan meng- melakukan depth interview kepada informan yang
gunakan eyeliner ala cat-eye dan mascara. telah dilih di atas.
Produk-produk budaya pop Korea yang Informan pertama dalam penelitian ini bernama
dikonsumsi oleh remaja Surabaya ini menarik untuk Indah, berusia 22 tahun dan bekerja sampingan di
dikaji, oleh sebab sebagian besar mereka adalah House of Sampoerna sebagai guide. Selanjutnya,
remaja laki-laki dan perempuan berusia 13 sampai informan kedua bernama Rosi, berusia 28 tahun
28 tahun, masih bersekolah dan beberapa diantara dan berstatus sebagai karyawati. Informan ketiga
mereka sudah bekerja, bergabung dengan komunitas bernama Hany, seorang gadis yang masih berusia
pencinta budaya pop Korea, aktif mengikuti 17 tahun dan masih mengeyam pendidikan di
kegiatan komunitas, dan konsisten mengkonsumsi bangku SMK. Informan keempat adalah Farida,
produk-produk budaya pop Korea seperti hiburan, berusia 22 tahun dan bekerja sebagai karyawati.
teknologi, bahasa, fashion, dll. Perilaku remaja Sedangkan informan terakhir bernama Ayu, berusia
penggemar budaya pop Korea ini merupakan 20 tahun dan bekerja sebagai freelance.
pengakuan yang terkesan aneh karena lebih
mengagumi budaya Korea dari pada budaya
Indonesia, namun itu semua perlu di dalami di alam KOREA LOVERS SURABAYA
pikiran mereka dalam kehidupan sehari-hari melalui COMMUNITY (KLOSS)
cara, bentuk dan makna budaya pop Korea.
Penggemar budaya pop Korea di Surabaya
disebut dengan Korea Lovers Surabaya Community
METODE yang disingkat dengan KLOSS. KLOSS adalah
semacam komunitas yang berdiri 10 tahun yang
Artikel ini berbasis penelitian lapangan dengan lalu, tepatnya pada tanggal 14 September 2010.
melakukan wawancara mendalam terhadap 5 remaja Terdapat sembilan orang yang mempelopori
Surabaya yang tergabung dalam KLOSS (Korea komunitas ini. KLOSS mengklaim dirinya sebagai
Lovers Surabaya Community). KOLSS merupakan komunitas bagi para penggemar budaya populer

www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 9
“Menjadi Korea”: Melihat Cara, Bentuk dan Makna Budaya Pop Karea bagi Remaja di Surabaya

Korea Selatan dengan aspek-aspek yang meliputi ketua, sekretaris, bendahara, seksi kreatif, seksi
budaya populer Korea Selatan secara keseluruhan, online shop, seksi humas (hubungan masyarakat),
diantaranya musik, film, drama, budaya, masakan, dan seksi pubdekdok (publikasi, dekorasi dan
tren fashion, dan bahkan olahraga tradisional dokumentasi). Pengurus inti ini mempunyai peran
Korea Selatan. KLOSS juga mengklaim menjadi penting dalam menjaga stabilitas komunitas mulai
tempat untuk menyalurkan kreativitas maupun dari pengumpulan massa pada saat ada acara,
ide-ide unik para Korea Lovers. menerima anggota baru, berkumpul bersama atau
Sebagai komunitas, KLOSS dibangun dengan sekedar rapat. Sebutan bagi para member KLOSS
semangat persahabatan dan kekeluargaan, tujuan yang resmi maupun yang tidak resmi atau hanya
didirikannya KLOSS adalah memberi kesempatan bergabung di grup facebook disebut dengan
pada Korea Lovers untuk menyampaikan dan KLOSS family. Grup facebook ini terbuka untuk
menyalurkan ide-ide, kreativitas hingga bakat para siapa saja yang ingin bergabung. Meskipun
Korea Lovers yang didedikasikan pada K-pop, demikian untuk keanggotaan komunitas, KLOSS
K-drama, serta budaya Korea secara umum. menggunakan sistem member dan non-member.
Selain itu KLOSS mempunyai visi untuk menjadi Untuk non-member adalah mereka atau anggota
komunitas Korea Lovers yang aspiratif, inspiratif, yang telah bergabung melalui grup facebook
kreatif, inovatif dan mendunia. Sedangkan misi KLOSS. Sedangkan member resmi adalah
yang dimiliki KLOSS adalah menyatukan seluruh mereka yang membayar uang administrasi
pencinta musik, drama dan budaya Korea tanpa pendaftaran member, tercatat di buku besar
membedakan fandom, menjadi wadah berkumpul keanggotaan KLOSS dan memiliki member card
dan menyalurkan kreativitas pencinta musik, atau kartu anggota resmi. Para member resmi ini
drama dan budaya Korea, serta melaksanakan memiliki hak yang dilindungi, kewajiban yang
event rutin setiap tahunnya dengan tema yang harus dilaksanakan, serta rules/peraturan yang wajib
bervariasi (familykloss, 2020). dipatuhi. Biaya yang dipungut dari pendaftaran
Komunitas pencinta budaya pop Korea ini juga ini selanjutnya digunakan untuk kegiatan KLOSS
berjejaring sosial. Di facebook page misalnya, sendiri yang melibatkan banyak anggota.
sampai Desember 2020 mereka telah disukai sekitar Sebagai komunitas, mereka menunjukkan
3.764 orang dan diikuti sekitar 3.790 orang eksistensinya dengan membuat berbagai kegiatan.
(KLOSS, 2020). Sementara di wordpress, mereka Kegiatan-kegiatan itu seperti lomba menyanyi
telah dilihat 137.210 pengunjung dengan alamat lagu Korea, Korean dance cover, pertemuan antar
https://familykloss.wordpress.com/about/. Di bagian penggemar K-pop setiap bulan, berbagai festival
description box-nya, mereka memperkenalkan diri yang berhubungan dengan Korea, perayaan hari
sebagai komunitas dengan keterangan “We stand ulang tahun bintang K-pop yang diidolakan, dan
here and now because we want people to recognize beberapa kegiatan lainnya. Kegiatan-kegiatan
us as Korean entertainments and cultures lovers tersebut rutin dilakukan sebagai bentuk kecintaan
who is doing positive activities.”, yang artinya mereka terhadap budaya pop Korea.
komunitas ini dibangun agar dikenal oleh masyarakat
sebagai penghibur dan penggemar budaya populer
Korea Selatan dengan melakukan hal-hal positif. LEDAKAN MEDIA DAN POPULARITAS
Sebagai komunitas, mereka memiliki struktur, HALLYU DI SURABAYA
diurus oleh enam orang pengurus inti saja, yaitu

10 Journal of Urban Sociology | Volume 3 / No. 2 / Oktober 2020


Sarah Fella | Abdus Sair

Gelombang Hallyu mulai masuk ke Indonesia penyiaran di beberapa negara, setidak-tidaknya


sekitar tahun 2000 diawali dengan penayangan menurut Masduki (2017 ) sistem penyiaran yang
beberapa Korean Drama (K-Drama) di stasiun berlaku di Indonesia itu tidak semata-mata liberal,
televisi swasta. Pada kisaran tahun 2000 – 2007 melainkan juga sebuah perpaduan model liberal
hampir setiap hari drama-drama Korea mulai dan otoriter. Karakter unik itu diadopsi dari negara-
menghiasi layar televisi Indonesia dan mendapat negara pasca komunis dan pasca otoriter di Asia,
sambutan hangat dari para pemirsanya. Beberapa Afrika dan Eropa Timur. Perpaduan ini terlihat
drama Korea yang cukup sukses menarik di layar dalam adopsi lembaga penyiaran publik dan
televisi Indonesia antara lain; Winter Sonata (2001), komunitas dan pembentukan Komisi Penyiaran
Endless Love (2002) dan Dae Jang Geum (2005). Indonesia (KPI) sebagai regulator independen
Setelah drama-drama Korea meraih kesuksesan di yang disertai dengan kontrol pemerintah yang
Indonesia, pada pertengahan tahun 2009 euforia berkuasa kepada lembaga penyiaran publik (RRI
Korean Pop Culture atau yang biasa disebut dengan & TVRI), sekaligus lemahnya mandat KPI dan
K-pop juga ikut menguat, khususnya musik-musik pembiaran dominasi penyiaran komersial.
pop Korea yang menampilkan girlband dan Langkah pemerintah menyiapkan beberapa
boyband dengan ciri khas masing-masing. kebijakan itu, membuat perkembangan penyiaran
Namun perlu di catat bahwa, munculnya tidak bisa dibendung, termasuk tayangan-tayangan
gelombang hallyu di Indonesia itu tidak lepas dari didalamnya. Beberapa tayangan impor seperti
liberalisasi dan diversifikasi media di Indonesia yang film India, Korea, Jepang dan Amerika membanjiri
memainkan peran penting di dalam penyebaran film layar di Indonesia, sehingga ada semacam
budaya pop Korea. Liberalisasi itu dimulai pada pertarungan “Asianisasi” dan “Westernisasi”
tahun 1989, dengan didirikannya lima stasiun TV (Heryanto, 2015, hal. 248-289). Dalam kurun
swasta dalam sebuah mediascape Indonesia yang waktu tahun 1970-an sampai dengan tahun
sebelumnya hanya ada satu stasiun TV milik 1990-an misalnya, tayangan film impor masih
negara yakni TVRI (Kitley, 2000). Logika kapitalis merajai pasar film Indonesia dengan ribuan judul,
dalam memaksimalkan keuntungan kemudian sementara film nasional sebaliknya dengan
menghasilkan saluran komersial baru yang cenderung jumlah judul yang bisa dihitung dengan jari (Kurnia,
menyiarkan sebagian besar konten impor yang 2006, hal. 284-295). Demikian juga dalam kurun
tidak mahal dan populer. Misalnya Indosiar, waktu tahun 2002-2011, jumlah drama Korea
sebuah stasiun televisi nasional yang didirikan yang ditayangkan di Indonesia mencapai 70 judul
pada tahun 1994, banyak menayangkan drama film (Jeong, Lee, & Lee, 2017, hal. 2292). Namun
Jepang, Taiwan, dan Korea dengan fokus pada di saat bersamaan, film-film dari Taiwan juga
program budaya konten Asia. Konsekuensinya, meraih sukses di Indonesia. Serial drama yang
pertelevisian Indonesia yang awalnya dirancang sangat terkenal adalah Meteor Garden yang
sebagai bagian dari proyek kebudayaan nasional diedarkan pada tahun 2001. Bahkan ketika bintang
Orde Baru, menjadi medan pertarungan budaya Meteor Garden seperti Jerry Yan, Vaness Wu, Ken
dan politik (Kitley, 2000). Chu, dan Vic Chou datang ke Indonesia pada
Demikian juga setelah berakhirnya kekuasaan tahun 2003 sangat menghebohkan remaja-remaja
Orde Baru (Orba), kebijakan penyiaran Indonesia perempuan yang berteriak histeris menyambut
semakin menunjukkan gambaran yang lebih mereka di bandara Jakarta (Heryanto, 2015, hal. 255).
terbuka dengan mengadopsi beberapa kebijakan Popularitas film-film di atas juga didukung

www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 11
“Menjadi Korea”: Melihat Cara, Bentuk dan Makna Budaya Pop Karea bagi Remaja di Surabaya

oleh perkembangan teknologi informasi dan sebagai penetrasinya. Oleh sebab itu, tidak meng-
komunikasi di Indonesia. Dari hanya 5 televisi di herankan jika sebagian remaja Surabaya ikut
tahun 1990an menjadi lebih 1000 stasiun televisi antusias terhadap munculnya gelombang Hallayu
yang terdiri dari stasiun yang siarannya berskala tersebut. Mereka juga mengkonsumsi budaya pop
nasional, TV lokal, atau TV publik, seperti TVRI Korea itu dengan berbagai jenisnya yang lain
dan stasiun TV milik pemerintah daerah. Dari yang direpresentasikan dalam kehidupan
sekian banyak stasiun itu, memang beberapa sehari-hari, seperti memakai rok mini, celana
stasiun besar saja yang punya hak frekuensi hot-pant, memakai pakaian yang memiliki warna
dengan siaran nasional yakni pemain lama seperti cerah, menyemir rambut dengan berbagai warna
TVRI, Grup MNC (RCTI, Global, dan MNC), yang menyolok, berponi tipis ala boneka Barbie,
Grup SCTV-Indosiar, Grup Trans-TV, dan Grup dan ber-make-up ala baby doll di mana tren dalam
Viva (AnTV dan TVOne (Trihusodo, 2020). make-up ini juga bertujuan agar muka mereka
Namun mereka memiliki jangkauan yang sangat tampak natural seperti memiliki kulit putih mulus
luas di seluruh Indonesia. Belum lagi perkembangan bercahaya, pipi memerah, bibir merah muda
media lain seperti radio, koran cetak dan dengan teknik ombre, alis lurus dan tebal, serta
sebagainya. Jika ditotal, maka ada kurang lebih mata terlihat lebih besar dengan menggunakan
47.000 media massa yang terdiri dari media cetak, eyeliner ala cat-eye dan mascara.
radio, televisi dan media online, sehingga menurut Sebagian besar informan dalam penelitian ini
Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo, Indonesia menjadi juga mengaku bahwa, mereka telah terinspirasi
negara dengan media masa paling banyak di dunia oleh gelombang Hallayu itu dari berbagai sumber,
(Antara, 2018). Perkembangan media ini kemudian seperti menonton drama Korea melalui televisi,
juga didukung oleh perkembangan pengguna melihat artis-artis Korea di poster, media sosial
internet di Indonesia sebagai penetrasinya yang youtube, majalah-majalah khusus yang berkaitan
terus bertambah. Berdasarkan hasil survei Asosiasi dengan K-pop, dan beberapa informasi tentang
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), K-pop dari beberapa teman sejawat. Namun,
dari total 264,16 juta penduduk Indonesia, sebanyak mereka juga mengaku bahwa budaya pop Korea
171,17 juta orang (64,8%) yang melek internet. itu memberi kesan yang positif pada produk-
Jumlah ini telah mengalami peningkatan dari tahun produknya yang kebanyakan berupa hiburan.
ke tahun. Menurut APJII peningkatan pengguna Musik Korea misalnya memberikan kemasan dan
internet di Indonesia itu telah mencapai 10,12 tampilan berbeda daripada musik-musik lainnya
persen sepanjang 2018 dibandingkan dengan yang pernah ada. Artis-artisnya juga memiliki
tahun 2017. Artinya, dari 2017 ke 2018, pengguna muka bening khas orang Korea yang rata-rata
internet di Indonesia telah bertambah sebanyak berwajah mungil, bermata besar dan berkelopak,
27,92 juta orang (Nurhanisah & Hapsari, 2019 ). berhidung bangir yang ujungnya lancip, dan
Situasi inilah yang kemudian turut mempopuler- berahang dan kualitas serta kepribadian para pelaku
kan budaya pop Korea di Indonesia, termasuk di K-pop yang unik dan sangat berbakat menjadi
Surabaya sebagai kota terbesar kedua setelah bagian terpenting atas keberhasilan K-pop dalam
Jakarta. Surabaya sebagai kota metropolitan yang menarik hati para penggemarnya. Begitu juga
memiliki karakter budaya arek (Sa’ir, 2020 ) pada dengan drama-drama Korea yang menampilkan
akhirnya turut serta dipengaruhi oleh popularitas cerita cukup singkat daripada sinetron di Indonesia
budaya pop Korea itu melalui ledakan media pada umumnya, namun tetap menarik untuk

12 Journal of Urban Sociology | Volume 3 / No. 2 / Oktober 2020


Sarah Fella | Abdus Sair

ditonton dengan berbagai adegan yang disuguhkan sebagaimana dipahami memang melibatkan
di dalamnya, mulai dari komedi, romantisme dan banyak hal terkait dengan seluruh aspek kehidupan
aksi. Kemasan inilah yang membuat drama Korea para remaja di Surabaya, mulai cara berdandan,
tidak monoton. Selain itu keindahan kondisi alam cara berkomunikasi, cara bermusik, cara makan di
Korea Selatan serta para aktor yang memiliki restoran, hingga cara memanfaatkan waktu luang.
tampang cakep juga membuat drama Korea menjadi Semua aspek kehidupan tersebut memang bertabur
salah satu faktor penting untuk menarik minat simbol-simbol budaya populer yang cenderung
remaja Surabaya untuk mengkonsumsinya. glamour. Kita dapat melihat misalnya seorang
informan yang kami wawancarai mengatakan
bahwa dalam kesehariannya, ia tidak bisa lepas
BENTUK-BENTUK MENONJOL BUDAYA dari TV kabel dan beberapa channel TV swasta
POP KOREA DALAM KEHIDUPAN milik Korea seperti SBS, KBS dan TVN yang
SEHARI-HARI menayangkan drama-drama Korea.
Informan lain juga mengatakan bahwa budaya
Sebelum menjelaskan lebih jauh soal ini, penting populer Korea telah menjadi bagian penting
diungkap apa yang dijelaskan David Chaney dalam hidupnya. Baginya tak ada tanggal merah
dalam bukunya yang berjudul “Lifestyle, sebuah untuk menonton drama Korea dan mendengarkan
pengantar komprehensif. Ia menjelaskan sebuah musik Korea. Ia selalu mengikuti perkembangan
konsep gaya hidup adalah pola-pola tindakan drama Korea terbaru. Belum lagi jika pemain drama
yang membedakan antara satu orang dengan (artisnya) yang dianggapnya memiliki wajah
orang lain. Selain itu, Chaney juga mengatakan cakep dan bening. Episode drama Korea yang
bahwa ternyata pilihan gaya hidup yang ditawarkan hanya terdiri dari 16 episode saja, bisa diselesikan
dalam masyarakat merupakan hasil dari pergulatan dalam dua hari berturut-turut. Selain itu menurutnya,
diri dalam pencarian identitas dan sensibilitas mendengarkan musik Korea juga merupakan
dengan lingkungan dimana seseorang hidup. hukum wajib baginya. Tiada hari tanpa musik
Sekalipun mungkin orang tersebut tidak menyadari Korea, begitulah yang kami tangkap dari apa yang
bahwa kini dalam banyak hal mereka sudah mereka jelaskan.
banyak berubah, namun mereka tidak tahu persis Tidak hanya itu, para informan di atas juga
apa sebenarnya yang paling dominan yang mem- berkembang pengetahuannya ke soal makanan khas
bentuknya- nilai, cita rasa, gaya-hingga tampilan Korea. Bahkan mereka mengkonsumsinya dua
seseorang menjadi seperti sekarang ini (Chaney, sampai tiga kali dalam sebulan bersama teman-
1996, hal. 40). teman sesama penggemar K-pop. Mereka mengaku
Apa yang dijelaskan Chaney di atas nampaknya bahwa makanan Korea adalah makanan yang
juga memberi keterangan terhadap apa yang mahal di Surabaya, karena itu mereka menyesuaikan
dialami oleh sebagian besar remaja Surabaya. isi kantongnya dengan mengkonsumsi 2-3 kali
Mereka yang kami pilih sebagai informan adalah dalam sebulan. Namun, ada juga informan lain
mereka yang setia pada budaya pop ini, bahkan yang tidak bisa lepas dari makanan khas Korea
setiap hari mereka bergulat dengan budaya pop tersebut seperti Kimchi. Baginya, Kimchi adalah
Korea, sekalipun kami tidak tahu apakah mereka makanan pendamping khas orang Korea yang tidak
adalah orang pertama sebagai pengadopsi budaya boleh absen dari meja makan. Selain rasanya yang
pop Korea tersebut. Budaya pop Korea pedas dan sedikit asam karena hasil fermentasi

www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 13
“Menjadi Korea”: Melihat Cara, Bentuk dan Makna Budaya Pop Karea bagi Remaja di Surabaya

selama berbulan-bulan, Kimchi juga mempunyai Nama Korea itu ia pilih dari sebuah aplikasi yang
sejuta manfaat untuk kesehatan bila dikonsumsi bernama Korean Name Generator. Arti nama Park
setiap hari. Bagi informan yang bernama Ayu ini Min Hee misalnya ia jelaskan sebagai nama yang
mengaku tidak bisa hidup tanpa Kimchi. Seperti berasal dari nama-nama khas orang Korea. Park
orang Indonesia pada umumnya yang merasa kurang adalah nama keluarga, Min berarti kecerdasan
puas jika makan tak ada sambal. Karena itu ia bisa atau cemerlang, dan Hee berarti suka cita. Arti nama
empat kali dalam seminggu mengonsumsi makanan seorang artis ini, ia cocokkan dengan nama informan
itu. Realitas ini pada akhirnya menunjukkan sendiri yang memiliki karakter sebagai orang
kepada kami bahwa pergulatan remaja Surabaya yang selalu bersuka cita, cerdas serta memiliki
dengan budaya pop Korea itu tidak hanya sekedar masa depan yang cemerlang. Karena itu, ia memilih
interaksi biasa, melainkan telah melalui pergulatan nama Park Min Hee sebagai nama Koreanya.
yang mendalam. Kondisi ini tentu meyakinkan kita Informan lain bernama Rosi juga menjelaskan
bahwa sebagian besar remaja Surabaya penggemar hal yang serupa. Ia memiliki nama Korea yang
budaya pop korea itu adalah penggemar setia sudah lama ia buat sendiri. Namun ia sedikit
yang pola-pola tindakannya konsisten dalam pandai membuat nama itu dengan mengambil
kehidupan sehari-hari. nama khas orang-orang Korea. Nama tengah Rosi
Belum lagi soal bahasa Korea, hampir semua adalah Yuliana, yang hampir terdengar mirip
informan remaja Surabaya penggemar budaya dengan nama Korea. Lalu ia mencoba untuk
pop Korea di atas memilih kursus bahasa Korea. mengkombinasikan namanya agar terdengar lebih
Baik secara pribadi ke lembaga swasta yang mirip dengan nama orang Korea. Berasal dari
berbayar, maupun kursur gratis yang disediakan Yuliana menjadi Lee Ha Na (dibaca i-ha-na).
oleh Pemerintah Kora Surabaya melalui program Nama yang sengaja dibuat sendiri itu bukan tanpa
Rumah Bahasa. Bagi mereka, bahasa Korea arti. Lee merupakan nama umum yang dimiliki
adalah jalan menuju ke Korea. Selain pula karena oleh orang Korea, sementara Ha Na bisa berarti
mereka membayangkan bisa menjadi bagian dari satu, kesatuan atau bunga. Itu sebab, Rosi memilih
Korea. Karena itu, kursus dan mempraktikan nama itu sebagai nama panggilan Koreanya.
kemampuan bahasa Korea di lingkungan dan Dari seluruh penjelasan di atas, kami yakin
tempat kerja atau sekedar menggunakan bahasa bahwa langsung atau tidak langsung budaya pop
Korea adalah cara bagi mereka untuk memenuhi Korea benar-benar telah mempengaruhi gaya
impian itu. Fakta ini menjadikan secara tidak hidup para remaja Surabaya. Mereka seperti telah
langsung, Korea sebagai budaya nasional kedua menjadi bagian dari budaya pop Korea tersebut,
setelah budaya nasional Indonesia. oleh sebab keinginannya yang kuat menunjukkan
Menariknya pula, dari bahasa itu, berkembang identitas diri sebagai penggemar budaya populer
pula ke soal nama panggilan ala Korea. Bagi sebagian Korea dengan merepresentasikan dalam kehidupan
besar penggemar budaya pop Korea di Surabaya, sehari-hari, seperti mengisi waktu luang,
mereka telah memiliki nama panggilan Korea yang mendengarkan musik, menonton drama korea
dibuat sendiri dengan menggunakan aplikasi bahasa. (drakor), berbusaha ala korea, berdandan ala
Ini menjadi semacam hukum baru bagi penggemar korea, makanan hingga bahasa yang digunakan.
untuk memiliki nama Korea tersebut. Seorang Walau itu semua tidak sempurna, namun itu
informan bernama Indah misalnya, mengaku adalah pola perilaku mendasar yang menunjukkan
dengan bangga telah memiliki nama Korea tersebut. sebuah refleksi pemahaman dan pengetahuan atas

14 Journal of Urban Sociology | Volume 3 / No. 2 / Oktober 2020


Sarah Fella | Abdus Sair

budaya pop Korea yang mereka konsumsi. berbagai situasi yang kurang-lebih serupa.
Seperti yang dikatakan Jean Baudrillard, dalam Sama halnya dengan para remaja penggemar
satu pembahasannya, konsumsi bukan hanya budaya populer Korea di Surabaya yang hingga kini,
sekedar nafsu untuk membeli begitu banyak meskipun satu dekade telah berlalu dan berbagai
komoditas, namun juga soal satu fungsi budaya populer dari negara lain juga ikut populer,
kenikmatan, satu fungsi individual, pembebasan namun masih setia berinteraksi dan mengonsumsi
kebutuhan, pemuasan diri, kekayaan atau konsumsi produk-produk yang ditawarkan oleh K-pop dan
objek. Sama halnya dengan melihat fenomena menjadikannya sebagai gaya hidup. Peneliti yakin
budaya pop Korea para remaja Surabaya di atas, bahwa apa yang dilakukan oleh penggemar setia
mereka telah mengkonsumsinya atas produk-produk budaya populer Korea Selatan adalah bentuk
yang ditawarkan oleh budaya populer Korea, pemaknaan dari tindakan-tindakan yang mereka
mulai dari mendengarkan musik dan menonton lalkukan. Walaupun harus diakui, pemaknaan
drama Korea setiap hari, makan makanan Korea, terhadap budaya pop Korea itu sebetulnya adalah
pemakaian kosmetik Korea, dan seterusnya, sebatas pemaknaan biasa bias teknologi informasi.
yang sesungguhnya bukan hanya sekedar sebagai Sebagaimana diketahui, gelombang hallayu tidak
kebutuhan, namun lebih pada hasrat atas kencintaan lepas dari peran media yang merumuskan budaya
mereka terhadap budaya populer Korea yang nilai- pop Korea, sehingga menjadi budaya baru bagi
nilainya dianggap lebih gaul, lebih trendy, lebih para penggemarnya di banyak tempat, termasuk
hits dan sesuai dengan keadaan zaman hari ini. di Surabaya, Indonesia.
Selain itu, menurut Heryanto (2015) dan Jeong,
Lee, & Lee (2017) ini juga menyangkut soal
MEMAKNAI ARTI BUDAYA selera budaya berdasarkan hierarki yang tumbuh
POP KOREA dan berkembang seiring dengan westernisasi atau
globalisasi. Selera budaya itu telah melahirkan
Untuk memahami suatu tindakan seseorang setidaknya tiga tingkatan; Barat, Asia Timur, dan
tidak dapat dilakukan secara langsung, mengingat Indonesia. Budaya Indonesia diletakkan pada posisi
bahwa setiap orang memiliki alasan masing-masing yang relatif rendah, yang ditunjukkan dengan
dalam melakukan dan memaknai tindakan tersebut. berbagai penilaian terhadap budaya Indonesia dan
Dibutuhkan waktu dan observasi mendalam untuk budaya Barat pada umumnya. Amerika misalnya
mengetahui suatu makna dari tindakan seseorang. dianggap negara berkebudayaan maju yang
Manusia cenderung mengulangi aktivitas yang direpresentasikan dalam kehidupana sehari-hari,
pernah dilakukannya dan pada akhirnya mulai seperti bersih, rapi, disiplin, modern, dan seterusnya.
terbiasa dengan aktivitas-aktivitas tersebut. Dalam Sebaliknya budaya Indonesia berkedudukan
terminologi yang dipakai Berger, “Habitualisasi” dibawahnya yang tradisional, ndeso dan
adalah pengulangan tindakan atau aktivitas oleh sebagainya. Seorang informan dalam penelitian
manusia. Di mana manusia melakukan suatu ini menjelaskan begini, orang Korea itu tidak
aktivitas di masa depan dengan cara yang kurang- melupakan jati dirinya sebagai orang Asia. Walau
lebih sama seperti yang dilakukan pada masa telah menjadi negara maju, budaya asli Korea
sekarang dan masa lampau. Ada kemungkinan, tetap ditempatkan secara proporsional. Sebagai
cara seseorang memaknai suatu situasi akan contoh, pelaku budaya pop Korea akan memakai
dijadikannya sebagai dasar bertindak dalam pakaian yang sedikit terbuka dan seksi saat berada

www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 15
“Menjadi Korea”: Melihat Cara, Bentuk dan Makna Budaya Pop Karea bagi Remaja di Surabaya

di pasar barat dan tentu saja akan menggunakan (2017) dalam penelitiannya menggambarkan
kostum yang berbeda saat berada di pasar Asia. bahwa dari beberapa orang yang diwawancarai
Ini merupakan strategi yang tidak dimiliki oleh (sebelas orang), seorang wanita Tionghoa Indonesia
budaya populer lainnya. berusia 24 tahun, berkomentar bahwa dia berpikir
Penilaian ini juga menyangkut orang Korea itu "semua orang di Korea berpakaian sangat bagus
(tentu saja mereka melihatnya dari musik dan dan berusaha keras untuk kecantikan dengan
drama korea, bukan melihat dari kehidupan orang melakukan hal-hal seperti operasi plastik." Setelah
Korea di Korea sana) keren, artis-artisnya berbakat mengunjungi Korea, dia "menyadari bahwa
dan memiliki muka bening. Penilaian itu adalah mereka tidak begitu cantik". Artinya, apa yang
soal ketampanan, kecantikan, dan segala penilaian dibayangkan remaja Surabaya tentang orang
lainnya yang bersifat glamour, dan sejujurnya Korea sebetulnya hanya imajinasi hasil konstruksi
banyak dikonstruksi oleh peran media yang luar media dan tayangan-tayangan tentang Korea di
biasa. Masalahnya kemudian, penilaian itu menjadi Indonesia. Bahkan, orang-orang Indonesia yang
imajinasi masing-masing mereka tentang dirinya pernah mengunjungi Korea dan melakukan
dan orang Korea. Sehingga dalam kehidupan perjalanan lebih lama dengan melihat orang Korea
sehari-hari, mereka merepresentasikan bagaimana secara dekat, bisa merekonstruksi kembali kesan
mereka seperti orang Korea yang standartnya artis Korea yang selama ini mereka terima di Indonesia.
itu, dengan cara berdandan ala orang Korea, Singkatnya, sifat Korea dan ke-korea-an lainnya
menggunakan kosmetik Korea dan sebagainya sesungguhnya masih cair, bahkan bisa menjadi
berharap wajah mereka bersih, muka bening dan sangat ambigu.
keren. Walau demikian, imajinasi remaja Surabaya
Orang Korea yang mereka bayangkan itu yang tentang orang Korea dan ke-Korea-an lainnya itu
berwajah mungil, bermata besar dan berkelopak secara tidak langsung adalah bentuk kritik terhadap
dan berhidung bangir yang ujungnya lancip, budaya Indonesia dan budaya populer lainnya
sebenarnya adalah trend wajah ala baby doll. yang muncul bersamaan dengan kemajuan industri
Wajah seperti ini sangat digandrungi oleh sebagian di tanah air dan munculnya kaum urban Indonesia.
besar anak muda Korea (termasuk oleh para Seorang informan bernama Indah berusia 22 tahun
artisnya), sehingga upaya melakukan operasi dan bekerja sebagai part-time job di House of
plastik begitu tinggi. Sementara bagi remaja Sampoerna mengidentifikasi perbedaan dan
Surabaya, tidak satupun yang melakukan operasi kemudian membandingkan Indonesa dan Korea
plastik itu karena biayanya yang mahal. Karena itu, untuk menilai keadaan budaya sendiri:
jalan tengahnya adalah mereka cukup berdandan “Kalau dari drama sendiri saya suka drama
ala orang Korea, menggunakan kosmetik Korea, Korea karena ceritanya tidak pernah monoton,
mengaplikasikan bb cushion, menggunakan blush on, jadi dramanya berakhir sampai 16 eposide saja.
dan liptint dan teknik ombre, serta penggunaan Berbeda dengan sinetron-sinetron Indonesia
eyeliner dan mascara. Semua ini adalah jalan agar yang kita ketahui sekarang, sinetron Indonesia
mereka terlihat mirip seperti orang Korea. bisa sampai ratusan episode, kalau drama
Namun, apa yang mereka bayangkan tentang Korea hanya sampai 16 eposide dan cerita
orang Korea itu sebetulnya bisa sangat berbeda yang disuguhkan itu cerita yang menarik
dengan apa yang terjadi di Korea sendiri atau dan jarang-jarang ada yang dipikiran kita
pada orang Korea dimanapun. Jeong, Lee, & Lee sendiri”.

16 Journal of Urban Sociology | Volume 3 / No. 2 / Oktober 2020


Sarah Fella | Abdus Sair

Demikian juga apa yang dijelaskan oleh Rosi sebagai rujukan gaya hidup dalam kehidupan
umur 28 tahun. Dia tidak hanya membandingkan sehari-hari. Persepsi mereka tentang budaya pop
dan menilai, namun juga mengkritiknya karena Korea itu jauh lebih ideal dibanding budaya
ketidakpuasan secara umum terhadap drama negara lain, bahkan juga dengan budaya sendiri.
Indonesia yang diputar oleh beberapa stasiun
televisi nasional, sebagai berikut:
“Yaa kita kan tau sendiri kalau musik, KESIMPULAN
drama dan kosmetik Korea itu jauh lebih
bagus dari pada musik, drama dan kosmetik Dari semua penjelasan di atas, artikel ini secara
lainnya. Dari pada nonton sinetron Indonesia garis besar telah berhasil menyelidiki gelombang
yang episodenya banyak dan alur cerita yang Hallyu dan diadopsi oleh remaja Surabaya.
ngga karu-karuan, FTV-FTV Indonesia juga Gelombang yang dikenal dengan buaya pop Korea
ceritanya yaa gitu-gitu aja kan, jadi jelas itu dimulai dengan penayangan drama Korea di
mending nonton drama Korea yang semua televisi swasta yang merupakan awal kemunculan
artisnya bening, singkat tapi menarik”. dan daya tarik budaya populer Korea Selatan itu
Sementara di sisi lain, seorang informan bernama sendiri. Setelah meraih kesuksesan pada drama
Ayu umur 20 tahun tidak hanya membandingkan Korea, euforia musik pop khas Korea yang masuk
Indonesia dan Korea, namun juga membandingkan pada tahun 2009 juga menjadikan budaya populer
drama dari Turki dan India yang juga diputar di Korea Selatan semakin digandrungi oleh remaja
stasiun televisi Indonesia dengan Korea sebagai Surabaya. Berbagai media massa juga dapat diakses
berikut: dengan mudah sebagai rujukan untuk dapat
“Kalau di Indonesia sendiri kan sebenernya mengenal lebih jauh tentang budaya populer
akhir-akhir ini mulai banyak drama dari Korea Selatan, seperti televisi, internet (youtube),
Turki dan India kan, cuma ya gitu ceritanya majalah, dan poster. Keberhasilan ini kemudian juga
cuma tentang perseteruan keluarga aja, merambah ke soal produk yang lain, seperti makanan,
malahan sempat ada tuh drama Turki yang bahasa, budaya, dll. Kegemaran remaja Surabaya
ceritanya muirip banget sama drama Korea, terhadap K-pop merupakan hasil interaksi dengan
jadi makin males nontonnya. Nahh kalau di simbol-simbol khas budaya populer Korea Selatan
drama Korea itu meskipun ada perseteruan yang telah menguasai hampir seluruh aspek
keluarga tapi romancenya ada jadi bikin kehidupan para remaja di Surabaya melalui
menarik, terus yang paling penting nihh produk-produk yang ditawarkannya.
drama Korea kan menjual face jadi kalau Puncak dari proses interaksi itu, sebagian besar
pun alur ceritanya udah mulai ngga penggemar budaya pop Korea mengadopsinya
karu-karuan tapi tetep ngga bosen pantengin dalam bentuk perilaku dan ekspresi dalam
mukanya artis Korea”. kehidupan sehari-hari, dan tanpa disadari pula
Dengan demikian, apa yang ditangkap dan mereka telah mengkonsumsi dan membelinya.
diungkapkan oleh banyak remaja Surabaya Tidak ada tuang kosong tanpa budaya pop Korea.
tentang Korean dan ke-Korea-an lainnya di atas Mereka mengisinya dengan menonton drama
menjadi gambaran bahwa gelombang budaya pop Korea setiap hari, mendengarkan musik Korea di
Korea telah menjadi pengetahuan baru bagi setiap kegiatan, dan ini seperti hukum wajib.
banyak remaja di Surabaya dan menjadikannya Belum lagi harus memasukan daftar menu

www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 17
“Menjadi Korea”: Melihat Cara, Bentuk dan Makna Budaya Pop Karea bagi Remaja di Surabaya

makanan ala Korea dalam kehidupan sehari-hari, terbanyak-di-dunia/full&view=ok


bergabung dengan beberapa komunitas pengge- Chaney, D. (1996). Lifestyle Sebuah Pengantar
mar K-pop, memilih nama Korea sendiri dan Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.
berusaha penggunaan bahasa Korea. Semua ini Familykloss. (2020, December 25). https://
adalah bentuk menonjol budaya baru hasil adopsi familykloss.wordpress.com. Diambil kembali
gelombang Hallayu. dari https://familykloss.wordpress.com:
Gaya hidup baru hasil adopsi di atas telah https://familykloss.wordpress.com/about/
menimbulkan perilaku Koreanisme. Semacam Heryanto, A. (2015). Identitas dan Kenikmatan :
ideologi baru yang sifatnya cair. Konstruksi Politik Budaya Layar Indonesia. Jakarta:
budaya baru itu memang melahirkan banyak KPG (Kepustakaan Populer Gramedia.
makna yang mereka rumuskan berdasarkan kesan Jeong, J.-S., Lee, S.-H., & Lee, S.-G. (2017).
dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. When Indonesians Routinely Consume
Namun, makna-makna yang terkandung seluruhnya Korean Pop Culture: Revisiting Jakartan
bersifat just for fun, untuk kesenangan dalam Fans of the Korean Drama Dae Jang Geum.
jangka waktu tertentu dan secara substansial akan International Journal of Communication 11,
berhenti ketika mereka telah memasuki umur 2288–2307.
yang lebih dewasa, atau sudah menikah, atau Kitley, P. (2000). Television, nation, and culture in
sudah memiliki anak. Walau demikian, menjadi Indonesia. Columbus, OH: Ohio University
penggemar K-pop adalah suatu kebanggan bagi Press.
mereka, mengingat popularitas budaya populer KLOSS. (2020, December 25). https://web.
Korea Selatan cepat meningkat, itu sebabnya facebook.com/KLOSS.Community. Diambil
merasa puas dengan mengikuti perkembangan kembali dari https://web.facebook.com/KLOSS.
K-pop yang sampai sekarang masih berhasil Community: https://web.facebook.com/
mejadi trending topic di dunia, dan secara tidak KLOSS.Community/?_rdc=1&_rdr
langsun, ini menjadi kritikan terhadap budaya Kurnia, N. (2006). Lambannya Pertumbuhan
Indonesia (pemerintah atau pelaku budaya) yang Industri Perfilman. Jurnal Ilmu Sosial dan
sangat kaya akan budaya, namun tak satupun Ilmu Politik, Vol. 9 No. 3, 271-296.
yang mampu menembus dunia. Masduki. (2017 ). Media and Politics: Re-Thinking
the Indonesian Broadcasting System. Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. 21 No. 1,
DAFTAR PUSTAKA 12-27.
Nurhanisah, Y., & Hapsari, O. (2019 , Desember 1).
Antara, R. (2018, Februari 10). https://nasional. http://indonesiabaik.id/infografis/pengguna-
tempo.co/read/1059285/terungkap-indonesia internet-tinggi-berkah-bagi-indonesia.
punya-media-massa-terbanyak-di-dunia/ Diambil kembali dari http://indonesiabaik.id/
full&view=ok. Diambil kembali dari https:// infografis/pengguna-internet-tinggi-berkah-
nasional.tempo.co/read/1059285/terungkap- bagi-indonesia: http://indonesiabaik.id/
indonesia-punya-media-massa-terbanyak- infografis/pengguna-internet-tinggi-berkah-
di-dunia/full&view=ok: bagi-indonesia
https://nasional.tempo.co/read/1059285/ Roll, M. (2020, August 1). https://martinroll.com.
terungkap-indonesia-punya-media-massa- Diambil kembali dari https://martinroll.com:

18 Journal of Urban Sociology | Volume 3 / No. 2 / Oktober 2020


Sarah Fella | Abdus Sair

https://martinroll.com/resources/articles/
asia/korean-wave-hallyu-the-rise-of-koreas-
cultural-economy-pop-culture/
Sa’ir, A. e. (2020 ). Social and cultural behavior in
handling urban issues: The case of Surabaya,
Indonesia. IOP Conf. Ser.: Earth Environ.
Sci. 485 012012 (hal. 485). United Kingdom:
IOP Publishing Ltd.
Trihusodo, P. (2020, July 17). https://indonesia.
go.id. Diambil kembali dari https://indonesia.
go.id: https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-
dalam-angka/ekonomi/percepatan-langkah-
menuju-tv-digital#:~:text=Di%20Indonesia
%2C%20sejauh%20ini%20ada,televisi
%20di%20Indonesia%20memang%20riuh.

www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 19

Anda mungkin juga menyukai