Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH BAHASA INDONESIA FENOMENA HALLYU WAVE DI INDONESIA

Disusun oleh Kelompok IV Rheisa Mauida Melissa Ariana Dini Yunianita Erika Norfitriah Soraya Fatimah Anggi Mirna Dara Mustika I1D109218 I1D109219 I1D109220 I1D109201

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN Febuari 2012

BAB I PENDAHULUAN Selama sepuluh tahun terakhir ini, demam budaya pop Korea melanda Indonesia. Fenomena ini dilatar belakangi Piala Dunia Korea-Jepang 2002 yang berakhir dengan masuknya Korea sebagai kekuatan empat besar dunia dalam hal persepakbolaan. Kesuksesan Korea di Piala Dunia 2002 semakin mempersohor nama Korea di mata dunia. Beberapa waktu menjelang,

selama dan setelah hiruk-pikuk Piala Dunia, beberapa stasiun televisi swasta di tanah air gencar bersaing menayangkan musik, film-film maupun sinetron-sinetron Korea. Globalisasi budaya pop Korea atau yang lebih dikenal dengan Korean Wave (Hallyu) ini berhasil memengaruhi kehidupan masyarakat dunia. Hasil diskusi dalam rangka memperingati hari jadi Jurusan Korea di Universitas Gadjah mada menyatakan bahwa Korea pada abad 21 dapat dikatakan berhasil menyaingi Hollywood dan Bollywood dalam melebarkan sayap budayanya ke dunia internasional. Berbagai produk budaya Korea mulai dari drama, film, lagu, fashion, hingga produk-produk industri menghiasi ranah kehidupan masyarakat di berbagai belahan dunia. Bukan hanya di kawasan Asia tetapi sudah merambah ke Amerika dan Eropa. Korean Wave mampu mempengaruhi pola hidup dan cara berpikir masyarakat yang dipengaruhi. Hal ini lah yang disadari pemerintah Korea, bahwa dengan merebaknya Korean Wave, akan membuka jalan bagi kemajuan ekonomi Korea. Pemerintah Korea menyadari betul potensi Korean Wave sehingga rela mengucurkan dana untuk membiayai produksi hiburan mulai dari film, sinetron hingga musik. Penyebaran pengaruh Korean Wave bukan hanya meningkatkan peluang untuk melaksanakan pertukaran budaya, meningkatkan interaksi budaya tetapi juga menjadi sarana untuk melegalkan ideologi Korea agar mudah diterima dunia Internasional.

BAB II

FENOMENA HALLYU WAVE DI INDONESIA

Hallyu atau Korean Wave adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia. Umumnya Hallyu memicu banyak orang-orang di negara tersebut untuk mempelajari Bahasa Korea dan kebudayaan Korea. Drama Korea merupakan penyebab dari mulainya Hallyu di berbagai negara. Warga Korea Selatan suka menonton drama dan film dan mendengar musik. Perusahaan TV Korea mengeluarkan biaya besar untuk memproduksi drama dan beberapa diantaranya yang mencetak kesuksesan, diekspor ke luar negeri. Drama televisi yang memicu Hallyu antara lain, Winter Sonata, Dae Jang Geum, Stairway to Heaven, Beautiful Days dan Hotelier. Film Korea, bersama drama TV dan musik pop, merupakan produk utama Hallyu yang dinikmati tidak hanya di dalam negeri, namun juga di berbagai negara. Pada awalnya, film Hongkong mendominasi bioskop di Asia, namun dengan kehadiran Hallyu, mulai tersaingi oleh film Korea. Film produksi Korea Selatan dikenal karena alur ceritanya yang kuat dan genre yang bervariasi sehingga menarik banyak penonton. Seiring dengan drama Korea yang semakin diterima publik Indonesia, muncul pula kegemaran akan grup musik pria (boyband) seperti grup musik dari SM Entertainment, seperti TVXQ dan Super Junior. Penyanyi Rain mulai dikenal lewat serial drama Full House yang ditayangkan di stasiun televisi Indonesia. Sejak itu, penggemar K-pop dan drama Korea mulai umum dijumpai. Populernya drama Korea di stasiun televisi Indonesia terjadi setelah drama negara Asia lain seperti Taiwan dan Jepang diputar. Berbagai stasiun televisi Indonesia mulai menayangkan drama produksi Korea Selatan setelah RCTI yang mempelopori pemutaran drama Endless Love . Para sineas drama di Korea mulai menyadari daya jual drama Korea sangat tinggi di negaranegara tetangganya sehingga produksi serial mereka menjadi komoditas ekspor. Puncaknya terjadi saat serial Winter Sonata diputar di Jepang, Cina, Taiwan dan Asia Tenggara. Sejak saat itu istilah Hallyu atau demam Korea muncul. Tidak banyak yang menyangka bahwa Korea akan berhasil mengekspor budaya popnya sebegitu besar dan gencar seperti halnya yang terjadi dengan budaya pop Jepang yang telah terlebih dahulu menyerbu Asia pada era 90-an. Untuk itu, paparan dalam makalah ini dimulai dengan menengok kembali bagaimana situasi budaya pop Korea di negerinya sendiri sebelum seperti sekarang ini. Kemudian, akan disinggung bagaimana Hallyu menjadi titik tolak kajian tentang Korea.

2.1 Situasi Budaya Pop Korea di Negerinya Sendiri Selama hampir 50 tahun sejak Korea lepas dari pendudukan Jepang, pemerintah Korea menerapkan larangan masuknya budaya Jepang. Impor musik dan film Jepang atau apa pun yang berbau budaya Jepang telah lama mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan masih adanya rasa sentimen atas 35 tahun penjajahan Jepang di Korea di awal abad ke-20. Namun, pada tahun 1998 pemerintah Korea Selatan mencabut larangan itu dan mulailah dengan apa yang disebut dengan maraknya pengaruh Jepang di Korea. Perlu juga diketahui bahwa walaupun selama masa itu larangan masuknya budaya Jepang ke Korea diberlakukan, tidak sedikit masyarakat Korea yang tetap bisa menerima dan menikmati berbagai produk budaya Jepang. Melihat kenyataan ini, Korea bisa dianggap tertinggal dalam hal terkena pengaruh Jepang pada tahun 90-an, karena negara-negara Asia lain termasuk Indonesia telah lama terbiasa atau terkena budaya pop atau modern Jepang, baik lewat film, musik, maupun kartun. Sejak dicabutnya larangan itu, situasi budaya pop Korea dalam hal ini musik, film, fashion, dan lain sebagainya, mulai terpengaruh lagi oleh Jepang. Kaum muda Korea menggandrungi apa pun yang berbau Jepang. Penjualan lagu-lagu Jepang, bahkan mengalahkan penjualan kaset dari penyanyi dalam negerinya. Film-film Jepang juga mulai mendapat hati di kalangan masyarakat Korea. Game-game dari Jepang pun juga mulai mendapatkan tempat di hati para remaja Korea. Yang menarik adalah apa yang mulai disukai oleh para remaja Korea itu adalah sesuatu yang masih banyak dibenci oleh kaum tua yang masih teringat pahitnya larangan menggunakan bahasa Korea dan hal-hal yang berbau Korea saat pendudukan Jepang dulu. 2.2 Hallyu sebagai Titik Tolak Kajian tentang Korea Merebaknya Hallyu di negara-negara Asia Timur dan beberapa negara Asia Tenggara telah menunjukkan adanya aliran budaya dari Korea ke negara-negara tetangganya. Terlepas dari dampak panjang yang akan terus berlanjut, Hallyu memang suatu fenomena tersendiri dalam dunia industri hiburan modern Korea. Dalam situasi dunia pada saat pertukaran informasi terjadi hampir tanpa halangan apa pun, Korea telah menjejakkan pengaruhnya di kawasan Asia.

Meluasnya Hallyu ini, sekali lagi, tidak bisa dilepaskan dari peran media massa yang secara sadar maupun tidak telah membantu terjadinya aliran budaya ini. Bahkan, bisa dikatakan bahwa dengan media massa-lah Hallyu memasuki semua sudut negara-negara Asia. Perubahan yang dialami oleh industri budaya pop Korea, baik produk budaya televisi, film, maupun industri rekaman merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji. Sebagai sebuah negara yang banyak diperhitungkan kiprahnya di kawasan Asia, Korea tidak bisa begitu saja dilihat sebelah mata. Banyak hal yang bisa dipelajari dari fenomena itu, terutama bagaimana semua pihak di dalam negeri bersatu padu membuat fenomena tiba-tiba itu menjadi suatu komoditas yang berharga bagi bangsa. Pada titik inilah perlunya Korean Studies sebagai salah satu kajian yang mulai berkembang patut dipertimbangkan. Apabila selama ini kajian tentang budaya luar negeri sering dititikberatkan atau lebih condong kepada beberapa negara, misalnya Amerika atau Jepang sebagai referensi, maka dengan lahirnya Korea sebagai kekuatan ekonomi Asia berikut produkproduk budayanya perlu juga mendapat perhatian. Di kalangan akademisi perguruan tinggi di luar negeri, kajian tentang Korea telah banyak dan semakin berkembang, sedangkan di Indonesia bisa dikatakan mulai berkembang. Dengan semakin banyaknya produk budaya Korea yang secara sadar atau tidak telah menemani kehidupan masyarakat Indonesia, pentinglah kiranya pemahaman terhadap budaya Korea mulai diperkenalkan di tingkat pendidikan yang lebih luas lagi; tidak hanya di kalangan perguruan tinggi seperti saat ini, namun bisa juga dimulai dari kalangan sekolah menengah sehingga pemahaman tentang Korea semakin luas yang akhirnya diharapkan hubungan budaya antarkedua negara bisa semakin diterima dan berlanjut lebih baik.

BAB III Kesimpulan & Saran

KESIMPULAN 1. Hallyu wave adalah Globalisasi budaya pop Korea yang saat ini sedang melanda Indonesia 2. Hallyu Wave meliputi musik, drama dan film, fashion, dan bahasa Korea 3. Korean Wave mampu mempengaruhi pola hidup dan cara berpikir masyarakat yang dipengaruhi 4. Meluasnya Hallyu ke negara-negara di Asia bahkan sudah merambah sebagian Eropa tidak terlepas dari peran media massa.

SARAN Hallyu wave di Indonesia harus disikapi secara bijak agar kita tidak kehilangan jati diri serta rasa nasionalisme.

DAFTAR PUSTAKA Asia Times: www.atimes.com/atimes/Korea/FA22Dg02.html.

Cine 21 (www.cine21.co.kr) http://sangyeon.pixelpoems.com/mywork.html http://times.hankooki.com/lpage/culture/200402/kt2004021219302611690.htm Jowett, Garth, & Linton, James M., Movies as Mass Communication. London-Beverly Hills: Sage Publications, Ltd., 1980. Kim, Kyu, Kim, Won-Yong, & Kang, Jong-Geung, Broadcasting in Korea:, Nanam Publishing House, 1994. Kim, Y., Korean Pop Culture: Craze Hallyu Sweeps through Asia. Koreana 161, 2002, p. 46-51. Korean Movies Market Share Reaches 40% in Cine 21, 2001. No. 315, p. 46 54. Koreana: Korean Art and Culture www.kf.or.kr/koreana/14_2/main/content1.html Lee, Hyang-jin. (2001) Contemporary Korean Cinema. Manchester University Press. Nugroho, Suray Agung, Korean Movies as Reflected in Korean Movies Magazines (2000-2001) . M.A.Thesis. Graduate School of International Area Studies. Hankuk University of Foreign Studies, 2002. Pacquet, D. 2001. Korean Film Newsletter #12: Desember 15, 2001, http://Koreanfilm.org/news13.html (16 October 2002). Pacquet, D. 2002a. Korean Film Newsletter #13: Maret 21, 2002, http://Koreanfilm.org/news13.html (16 Oktober 2002). Pacquet, D. 2002b. Korean Film Newsletter #14: Juli 26, 2002 http://Koreanfilm.org/news14.html (16 Oktober 2002). Rhee, T. January 21 2001. Are Korean Movies Seeing a Renaissance? The Korea Times (12 April 2001)

Anda mungkin juga menyukai