Anda di halaman 1dari 19

TUGAS REVIEW JURNAL

Tugas ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah

“PSIKOLOGI SOSIAL”

Dosen Pengampu : Dr. Nina Permata Sari ,S.Psi.,M.Pd

& Akhmad Sugianto, S.Pd.,M.Pd

Oleh:

ARNAS

2210123810070

Pendidikan Bimbingan dan Konseling

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin

2022
Jurnal Pertama
Judul Perilaku Pengguna Media Sosial beserta Implikasinya
Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan
Jurnal Buletin Psikologi
Volume dan Vol. 25, No. 1, 36 – 44
Halaman
Tahun Penulis 2017
Reviewer ARNAS
Tanggal di Review 16 September 2022
Abstrak This paper presents an analysis based on numerous
literature reviews. The purpose is to examine social media
users' behaviors, as well as the implication of their
actions, through an applied social psychological
perspective. Social media becomes a new tool for many
areas to perform functions and works, such as political
campaign media, advertising, and teaching. However, the
use of social media nowadays also raises excessive
effects which could be serious problems if it was not
overcame as soon as possible. There are some social
media usage behaviors that should be observed, such as
selfie, cyber bullying, online shopping, user-
personalization, and shared-culture. Through the study of
social psychology, it is expected that readers have more
comprehensive perspective in looking at the phenomenon
of social media hegemony as part of contemporary social
reality.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membahas berbagai
perilaku pengguna media sosial beserta implikasinya
melalui perspektif psikologi sosial terapan.
Pengantar Pada bagian ini dapat kita kutip tulisan penulis yang
menjelaskan bahwa berdasarkan Riset yang
dipublikasikan oleh Crowdtap, Ipsos MediaCT, dan The
Wall Street Journal pada tahun 2014 melibatkan 839
responden dari usia 16 hingga 36 tahun menunjukkan
bahwa jumlah waktu yang dihabiskan khalayak untuk
mengakses internet dan media sosial mencapai 6 jam 46
menit per hari, melebihi aktivitas untuk mengakses media
tradisional (Nasrullah, 2015). Meski hanya bisa
digunakan terbatas dan tanpa bermaksud membuat
pernyataan bahwa inilah perilaku semua khalayak di
dunia, hasil riset tersebut menunjukkan bahwa media
tradisional tidak lagi menjadi media yang dominan
diakses oleh khalayak. Kebutuhan akan menjalin
hubungan sosial di internet merupakan alasan utama yang
dilakukan oleh khalayak dalam mengakses media.
Kondisi ini tidak bisa didapatkan ketika khalayak
mengakses media tradisional.
Metode Penelitian -
Pembahasan  Media Sosial dan Isu-isu Terkini

Isu-isi terkini terkait penggunaan media sosial yang relatif


menyita perhatian para akademisi dan peneliti, yaitu
swafoto (selfie), cyberwar, belanja daring, personalisasi
diri pengguna, dan budaya share.
 Swafoto (Selfie)

Ada beberapa ulasan yang bisa dipaparkan dalam kajian


ini terkait dengan fenomena swafoto menggunakan
perspektif psikologi sosial. Pertama, kegiatan tersebut
sebagai wujud dari eksistensi diri. Kedua, swafoto
merupakan salah satu bentuk narsisme digital (Nasrullah,
2015), dan Ketiga, swafoto juga dapat menandakan
bahwa pengguna melakukan keterbukaan diri (self-
disclosure) di media sosial.
 Cyberwar
 Belanja Daring

Untuk mempromosikan produk usaha secara daring,


banyak perusahaan berlomba-lomba membuat iklan
semenarik mungkin. Tidak hanya iklan produk saja yang
diupayakan agar dapat menarik minat khalayak, ekspansi
promosi melalui berbagai macam media sosial juga
dilakukan, seperti Facebook, Instagram, Twitter,
Snapchat, dan lain-lain. Tak berhenti sampai disitu,
sebagai strategi pemasaran jitu pula, perusahaan ikut
menggaet sejumlah nama figur ternama untuk me-review
produk yang mereka tawarkan. Atau dengan kata lain,
semakin menarik, unik, dan luasnya pemasaran produk
yang dilakukan, maka semakin mudah pula khalayak
mengingat, mengenali, bahkan membeli.
 Personalisasi Diri Pengguna

Media sosial hadir layaknya sekumpulan negara atau


masyarakat, di mana di dalamnya juga terdapat ragam
etika dan aturan yang mengikat para penggunanya.
Aturan ini ada karena perangkat teknologi itu merupakan
sebuah mesin yang terhubung secara daring atau bisa
muncul karena interaksi diantara sesama pengguna.
Realitas ini senada dengan gagasan yang diungkapkan
oleh Baudrillard (1994), dimana ia menggunakan istilah
simulacra yang diartikan sebagai “bukan cerminan dari
realitas”. Kesadaran akan sesuatu yang nyata di benak
para pengguna media sosial semakin terdegradasi dan
tergantikan realitas semu. Menurut Nasrullah (2015),
kondisi ini disebabkan oleh imaji yang ditampilkan media
secara terus-menerus hingga pada akhirnya khalayak
seolah berada diantara realitas dan ilusi karena tanda yang
ada di media seakan-akan telah terputus dari realitas.
Dengan kata lain, media sosial telah menjadi realitas itu
sendiri, bahkan apa yang di dalamnya justru lebih real
dan actual.
 Budaya Share

Simpulan Hegemoni media sosial dapat dilihat melalui kacamata


psikologi sosial (terapan), meliputi konsep, teori dan hasil
penelitian psikologi sosial dalam perilaku individu yang
berhubungan dengan topik-topik terkait aktivitas
penggunaan media sosial, seperti swafoto, cyberwar,
belanja daring, personalisasi diri pengguna, dan budaya
share. Perilaku manusia yang semakin hari semakin tidak
terpisahkan dari (realitas) dunia maya patut menjadi
perhatian yang serius, sehingga pada tiap-tiap sub-tema
perilaku media sosial sebagaimana yang telah disebutkan
di atas dapat ditindaklanjuti menjadi ide penelitian bagi
peminat kajian psikologi sosial khususnya, maupun
disiplin ilmu lain yang terkait dan diharapkan dari hasil
penelitian tiap sub-tema didapatkan hasil dan bahasan
spesifik yang memperkaya kajian tentang perilaku
penggunaan media sosial.
Kekuatan Penelitian 1. Deskripsi pembahasan cukup lengkap
2. Pembahasan isi jurnal menarik untuk dibaca
Kelemahan 1. Tidak dicantumkan secara jelas tentang metode
Penelitian penelitian yang digunaka
2. Sistematika penulisan jurnal masih belum lengkap
Jurnal Kedua
Judul PERAN PERSEPSI KETERLIBATAN ORANG TUA
DAN STRATEGI PENGASUHAN TERHADAP
PARENTING SELF-EFFICACY
Jurnal JURNAL PSIKOLOGI SOSIAL
Volume dan Vol 16 dan Hal. 74-85
Halaman
Tahun Penulis 2018
Reviewer ARNAS
Tanggal di Review 17 September 2022
Abstrak Jurnal yang berjudul “Peran Persepsi Keterlibatan Orang
Tua Dan Strategi Pengasuhan Terhadap Parenting Self-
Efficacy” ini berisis tentang pentingnya peran orang tua
untuk menjalankan proses pengasuhan yang positif yang
akan memengaruhi perilaku anak; bagaimana pengaruh
persepsi keterlibatan ayah ataupun ibu dan pengasuhan
secara bersama-sama terhadap parenting self-efficacy.

Abstrak yang disajikan penulis menggunakan bahasa


Indonesia dan bahasa inggris ( bahasa internasional).
Secara keseluruhan isi dari abstrak ini langsung menuju
ke topic bahasan yang dibahas dalam jurnal ini, yang
menurut saya pembaca menjadi mudah memahami jurnal
ini.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh persepsi
keterlibatan orang tua (ayah dan ibu) dan strategi
pengasuhan secara bersama-sama terhadap parenting self-
efficacy yang dimiliki oleh orang tua yang memiliki anak
berusia kanak-kanak madya.
Pengantar Didalam paragraf awal penulis menegaskan bahwa dalam
proses pengasuhan, orang tua menjadi salah satu
contributor yang sangat penting bagi perkembangan anak.
Salah satu kompetensi yang perlu dimiliki orang tua
adalah parenting self-efficacy. Menurut Coleman dan
Karraker (2000), parenting self-efficacy yang tinggi
berhubungan dengan kemampuan orang tua untuk
menyediakan lingkungan pengasuhan yang adaptif dan
stimulatif, meningkatkan kepekaan orang tua terhadap
kebutuhan anak dan keterkaitan dalam interaksi langsung
sebagai orang tua. Sebaliknya, parenting self-efficacy
yang rendah berdampak pada perilaku pengasuhan
(defensive dan controlling behavior), munculnya persepsi
orang tua mengenai kesulitan pada anak, tingkat stress
yang tinggi pada orang tua, munculnya masalah perilaku
pada anak seperti kecemasan, agresif, hiperaktif, dan
kekerasan pada teman sebaya (Coleman & amp;
Karraker, 200; Secer & amp; Ogelman, 2012)

Paragraf berikutnya penulis akan lebih memfokuskan


pada pengalaman masa kecil orang tua yang akan dilihat
dari persepsi keterlibatan orang tuanya di masa lalu dan
pengalaman dengan anak yang akan dilihat dari
bagaimana orang tua menerapkan strategi pengasuhan
pada anak. Pada pengalaman masa kecil orang tua dapat
dilihat dengan adanya keterlibatan orang tua sebagai
pengasuh utama pada diri orang tua sebagai anak. Dalam
proses pengasuhan anak, keterlibatan antara seorang ayah
dan ibu memiliki peran yang berbeda. Dengan kata lain,
semakin tinggi orang tua menilai keterlibatan orang
tuanya (dimasa lalu), maka saat ia (sebagai orang tua
pada masa kini) juga akan semakin terlibat dalam
kehidupan (pengasuhan ) anaknya. Oleh karena itulah,
dapat dilihat bahwa keterlibatan orang tua memiliki
dampat jangka panjang bagi perkembangan anak, yang
tentunya juga akan memengaruhi perilaku pengasuhan
anak yang dilakukan dirinya saat ia kelak menjadi orang
tua

Dalam paragraf akhir, penulis menjabarkan bahwa peran


keterlibatan orang tua dimasa lalu maupun strategi
pengasuhan memiliki keterkaitan satu sama lain dengan
parenting self-efficacy. Ketika orang tua menilai bahwa
kedua orang tuanya banyak terlibat pada tingkah laku
pengasuhan yang positif di masa kecil, maka orang tua
berpeluang besar untuk melakukan strategi pengasuhan
yang positif dan mampu menjalankan peran sebagai
orang tua.

Metode Penelitian 1. Jumlah partisipan pada penelitian ini berjumlah


270 orang, terdiri dari ayah 134 orang dan ibu 136
orang, dengan mean usia = 38.95 tahun, standar
deviasi = 4.271. teknik yang digunakan penulis
untuk menentukan partisipan pada penelitiannya
adalah dengan menggunakan teknik sampling,
yakni convenience sampling yang berarti
mengambil sampel dari individu yang mudah
ditemukan selama penelitian dan termasuk dalam
karakteristik subjek.
2. Desain yang digunakan adalah Parenting Self-
Efficacy. Penelitian ini menggunakan alat ukur
Self-Efficacy for Parenting Task Index (SEPTI)
milik Coleman dan Karraker (2000) yang terdiri
dari 36 aitem berupa pernyataan yang dibagi
menjadi lima dimensi yaitu prestasi, rekreasi,
disiplin, nurturance, dan kesehatan. Skala yang
digunakan pada alat ukur ini berupa skala likert.
3. Untuk mengukur variabel persepsi keterlibatan
orangtua, peneliti menggunakan alat ukur persepsi
keterlibatan ayah yakni Reported Father
Involvement Scales (RFIS) yang disusun oleh
Finley dan Schwartz (2004), sedangkan alat ukur
persepsi keterlibatan ibu yaitu Reported Mother
Involvement Scales (RMIS) yang dikembangkan
kembali oleh Finley dkk.,
(2008).
4. hasil bahwa persepsi keterlibatan ayah dan
strategi pengasuhan memiliki pengaruh yang
signifikan secara bersama- sama terhadap
parenting selfefficacy, F (2, 267)= 13.805,
p<0.01.
Dalam sub pokok bahasan diatas penulis menjelaskan
dengan sangat rinci bagaimana penelitian tersebut
dilaksanakan. Pembahasan yang dilakukan oleh penulis
mudah dipahami maksud dan tujuannya oleh pembaca.
Pembahasan Pembahasan dalam penelitian ini merupakan diskusi hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa
1. terdapat kontribusi antara persepsi keterlibatan
orangtua dan strategi pengasuhan yang signifikan
secara bersama-sama terhadap parenting self-
efficacy pada orangtua dengan anak usia kanak-
kanak madya.
2. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil
penelitian yang menyatakan adanya hubungan
antara strategi pengasuhan dan parenting self-
efficacy.
3. Melihat gambaran parenting selfefficacy
mayoritas orangtua pada pada penelitian ini
memiliki parenting selfefficacy yang tinggi.
Pembahasan yang dilakukan oleh penulis mudah
dipahami maksud dan tujuannya oleh pembaca dan
dijelaskan secara rinci mengenai diskusi hasil
penelitiannya.

Simpulan Pada bagian kesimpulan, penulis membuktikan bahwa


persepsi keterlibatan orangtua dan strategi pengasuhan
memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap parenting self-efficacy pada
orangtua, namun kekuatan pengaruh antara keduanya
tergolong lemah.

Pada kesimpulan ini penulis menjelaskan faktor penyebab


lemahnya kekuatan pengaruh keterlibatan orang tua
secara sederhana sehingga mudah dimengerti.
Kekuatan Penelitian 3. Teori dan model analisis yang digunakan tepat
4. Bahasa yang digunakan oleh penulis mudah
dipahami maksud dan tujuannya oleh pembaca.
Analisisnya sangat rinci dan mudah dipahami
5. Penulis detail dalam memberikan hasil yang
didapat dalam melakukan penelitiannya.
Kelemahan 1. Peneliti kurang lengkap dalam menyimpulkan
Penelitian keseluruhan hasil isi dari jurnal ini.
2. selama berlangsungnya penelitian, pada saat
pengambilan data kepada partisipan yang
dititipkan kuesioner tidak sedikit peneliti
mendapatkan kuesioner yang tidak terisi lengkap
baik pada aitem dan data demografis. Kemudian,
nilai koefisien reliabilitas yang dihasilkan dari
masingmasing alat ukur tergolong tinggi sehingga
perlu ditinjau kembali mengenai alat ukur yang
digunakan.
Jurnal Ketiga
Judul Sikap Pemilih Pemuda terhadap Calon Kepala Daerah
Calon Kepala Daerah Ditinjau Dari Karakteristik Sosial
Jurnal Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman
Volume dan Vol. 4, No.1, halaman 17-45
Halaman
Tahun 2015
Penulis Muhammad Ali Adriansyah, Muhammad Alfeisyahri
Fahlevi, Ratna Dyah, Adie Hasthina
Reviewer Arnas
Tanggal di Review 19 September 2022
Abstrak Pemilihan kepala daerah secara langsung, seperti halnya
pemilihan umum, merupakan arena masyarakat politik,
tempat bagi masyarakat untuk mengorganisir kekuasaan
dan meraih kontrol atas negara. Dalam pemilu pemilih
pemula merupakan peluang politik yang dapat diraih oleh
partai politik untuk mendapatkan dukungan.
Perkembangan yang meningkat secara jumlah dan terus
berubah dari tiap pemilihan umum menunjukkan bahwa
pemilih pemula sebagai aset politik yang berharga,
sentral dan strategis. Penelitian ini berjenis kuantitatif
dengan pengambilan data menggunakan angket. Sampel
penelitian ini adalah mahasiswa psikologi angkatan 2014
dan 2015 yang berjumlah 184. Hasil penelitian
menunjukkan tidak ada perbedaan sikap pemilih pemula
terhadap calon kepala daerah baik ditinjau dari agama,
daerah tempat tinggal, jenis kelamin, penghasilan orang
tua, pekerjaan orang tua, pendidikan ayah, dan
pendidikan ibu.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan sikap pemilih
pemula terhadap calon kepala daerah ditinjau dari
karakteristik sosial
Pengantar Sama seperti sebelumnya pelaksanaan pemilu
sebelumnya pemilu untuk pemilihan calon walikota dan
wakil walikota identik dengan besarnya partisipasi kaum
muda di dalamnya, khususnya bagi pemilih pemula yang
baru pertama kalinya akan memberikan suaranya.
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 2008 dalam
Bab IV pasal 19 ayat 1 dan 2 serta pasal 20 menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan pemilih pemula adalah
warga Indonesia yang pada hari pemilihan atau
pemungutan suara adalah Warga Negara Indonesia yang
sudah genap berusia 17 tahun dan atau lebih atau
sudah/pernah kawin yang mempunyai hak pilih, dan
sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan
Undang-Undang Pemilu.
Berdasarkan dari jajak pendapat yang dilakukan oleh
Kompas, terbukti bahwa jumlah persentase dari pemilih
pemula menduduki urutan pertama yang akan
memberikan suara. Jumlah pemilih pemula yang akan
memberikan suara berkisar 84,4%, diikuti oleh kelompok
usia 22-29 mencapai 81,3%, kelompok usia 30-40 tahun
mencapai 81,6%, dan kelompok usia 41 tahun ke atas
mencapai 79,3% (Kompas, 1 Desember 2012).
Dalam menentukan pilihan, hasil penelitian Karim
(dalam Suyono, 2005) mengatakan ada empat faktor yang
mempengaruhi partisipasi politik anak muda, yaitu status
sosial ekonomi orang tua, partisipasi orang tua, kegiatan
sekolah menengah atas remaja, dan orientasi
kemasyarakatan orang tua, dan jenis kelamin.
Metode Penelitian Jenis penelitian dari tesis ini adalah penelitian kuantitatif.
Adapun pendekatan yang digunakan adalah korelasi dan
komparasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiwa Program Studi Psikologi angkatan 2014 dan
2015 yang telah berumur minimal 17 tahun yang
berjumlah 180 orang mahasiswa. Tehnik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah purposife random
sampling yang artinya setiap subyek yang telah berumur
17 tahun ke atas diberi kesempatan yang sama untuk
menjadi sampel penelitian. Total sampel dalam penelitian
ini adalah 180 orang siswa.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan data primer, yakni data yang diperoleh
langsung dari sumber atau objek penelitian. Data primer
ini diperoleh melalui kuesioner.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu
Library research (penelitian kepustakaan) dan Field Work
research (penelitian lapangan)
Pembahasan Hasil penelitian di atas didaptkan bahwa tidak ada
perbedaan sikap pemilih pemula terhadap calon kepala
daerah baik ditinjau dari agama, daerah tempat tinggal,
jenis kelamin, penghasilan orang tua, pekerjaan orang
tua, pendidikan ayah, dan pendidikan ibu. Hal ini
menunjukkan pemilih pemula tak menjatuhkan pilihan
politiknya karena faktor popularitas belaka.
Pemilih pemula selalu menjadi pusat perhatian menjelang
pemilihan umum. Disamping karena mereka merupakan
generasi muda yang mempunyai karakter emosi yang
masih labil, pengalamannya dalam memutuskan pilihan
politik, menjadi sesuatu yang baru. Karena merupakan
pengalaman baru maka banyak yang menduga bahwa
perilaku politik anak-anak muda pemilih pemula ini tidak
konstan. Artinya bahwa karena didasari oleh
ketidaktahuan sosial politik, maka pilihannya tergantung
dari lingkungan mereka. Anak-anak muda biasanya
berdampingan dengan rekan-rekan, orang tua, dosen atau
guru bagi mereka yang sedang menempuh pendidikan di
sekolah lanjutan atas. Lingkungan ini mempunyai
pengaruh signifikan yang pada akhirnya membuat pilihan
itu berubah-ubah dari partai politik satu kepada partai
lainnya. Atau dari figur yang satu kepada figur yang
berbeda. Perubahan itu bisa berlangsung cepat, dalam
hitungan hari dan sangat tergantung dari seberapa lincah
interaksi sosial (pergaulan) dari anak-anak muda tersebut
(Arjawa, 2015).
Simpulan Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak ada
perbedaan sikap pemilih pemula terhadap calon kepala
daerah baik ditinjau dari agama, daerah tempat tinggal,
jenis kelamin, penghasilan orang tua, pekerjaan orang
tua, pendidikan ayah, dan pendidikan ibu.
Kekuatan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan bahasa yang jelas dan
sangat mudah dimengerti oleh para pembaca. Serta, data
yang didapatkan dalam penelitian ditampilkan secara
detail sehingga para pembaca mendapatkan informasi
penelitian secara jelas.
Kelemahan Tidak ada kelemahan
Penelitian

Jurnal 3
Judul Prasangka Mahasiswa Papua Pada Etnis Jawa di Kota
Malang
Jurnal Jurnal Mediapsi
Volume Vol 2. Nomor 01, halaman 11-18
Tahun 2016
Penulis Klaudia Ulaan, Ika Herani, Intan Rahmawati
Reviewer Anggyubella Reskya Wisda
Tanggal di Review 12 September 2022
Abstrak Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki
keragaman etnis. Keragaman ini membawa Indonesia
sering dihadapkan pada berbagai permasalahan di
antaranya adalah adanya prasangka. Prasangka juga
berkembang pada masyarakat Papua dan Jawa. Prasangka
antar kedua etnis membawa penelitian ini
mengungkapkan prasangka pada mahasiswa asli Papua
yang melanjutkan penelitian di kota Malang, di mana
mahasiswa Papua yang memiliki prasangka harus hidup
dan bersosialisasi dengan masyarakat etnis Jawa yang
mendominasi kota Malang. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Subjek dalam penelitian ini adalah 5 mahasiswa Papua
yang memiliki prasangka pada masyarakat etnis Jawa.
Teknik pengumpulan data adalah observasi non
partisipan dan wawancara semi terstruktur. Teknik
analisis menggunakan model Miles dan Huberman.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sumber prasangka
yang berbeda antar subjek. Hal ini dikarenakan
berbedanya pengalaman dan cara pandang masing-
masing subjek. Dalam tipe prasangka, dua subjek
tergolong tipe aversive dan tiga subjek tergolong tipe
ambivalent. Dampak prasangka yang dimiliki keempat
subjek memiliki kesamaan yaitu pengucilan sosial dan
adanya konflik sosial yang berbeda bentuk satu sama
lainnya. Dampak prasangka pada kelima subjek juga
menjelaskan adanya jarak sosial antara mahasiswa Papua
dengan masyarakat etnis Jawa.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan prasangka
pada mahasiswa asli Papua yang melanjutkan penelitian
di kota Malang, di mana mahasiswa Papua yang memiliki
prasangka harus hidup dan bersosialisasi dengan
masyarakat etnis Jawa yang mendominasi kota Malang.
Pengantar Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki
keragaman etnis. Keragaman ini membawa Indonesia
sering dihadapkan pada berbagai permasalahan di
antaranya adalah adanya prasangka.
Fenomena kesenjangan sosial antara Jawa dan Papua,
berbanding terbalik dengan kondisi di Kota Malang yang
notabene merupakan salah satu kota dari pulau Jawa,
yang mana masyarakatnya dianggap kaum penjajah di
pulau Papua. Kota Malang merupakan kota pendidikan di
Jawa Timur yang memiliki beragam masyarakat yang
tinggal di dalamnya.
Dampak prasangka menurut Putra (2012) ada dua.
Pertama, pengucilan sosial, yang dipahami sebagai
pengucilan terus menerus dan gradual dari partisipasi
secara penuh di dalam lingkungan sosial. Studi dalam
psikologi telah menunjukkan dampak negatif dari
pengucilan sosial, di antaranya adalah menurunkan
perilaku prososial. Kedua, konflik sosial yang merupakan
salah satu bentuk proses sosial yang disosiatif selain
persaingan dan kontraversi akibat adanya
perbedaanperbedaan tertentu dalam masyarakat maupun
pribadi, seperti akibat perbedaan ras, suku bangsa,
agama, adat istiadat, golongan politik, pandangan hidup,
profesi, dan budaya lainnya.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sumber prasangka
yang berbeda antar subjek. Hal ini dikarenakan
berbedanya pengalaman dan cara pandang masing-
masing subjek. Dalam tipe prasangka, dua subjek
tergolong tipe aversive dan tiga subjek tergolong tipe
ambivalent. Dampak prasangka yang dimiliki keempat
subjek memiliki kesamaan yaitu pengucilan sosial dan
adanya konflik sosial yang berbeda bentuk satu sama
lainnya. Dampak prasangka pada kelima subjek juga
menjelaskan adanya jarak sosial antara mahasiswa Papua
dengan masyarakat etnis Jawa.
Simpulan Keseluruhan subjek yang berprasangka pada masyarakat
etnis Jawa memiliki sumber prasangka, penggolongan
tipe prasangka, dan dampak prasangka yang berbeda satu
sama lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
terhadap pengalaman dan cara menyikapi masing-masing
subjek.
Kekuatan Penelitian Menggunakan bahasa Indonesia yang baik, memberikan
penjelasan dengan jelas, dan memaparkan hasil penelitian
dengan baik dan lebih mudah dimengerti
Kelemahan Tidak ada kelemahan
Penelitian

Anda mungkin juga menyukai