Anda di halaman 1dari 11

Tugas Mengomentari Jurnal

Judul Jurnal : Media Sosial dan Presentasi Diri

Penulis : Jandy E. Luik (Prodi Ilmu Komunikasi, UK Petra – Surabaya)

Sumber : http://core.kmi.open.ac.uk/display/11851698

1. Jenis penulisan dalam jurnal ini sudah jelas, yaitu menjelaskan mengenai pengaruh
berbagai macam media sosial terhadap presentai diri maupun perkembangann
karakter maupun sifat seorang individu terhadap lingkungan sosialnya.
2. The Problem
1. Masalah dalam jurnal ini hanya mengutarakan persoalan siswa yang memiliki
sikap yang positif dengan siswa yang mempunyai sikap negatif namun tidak
memberikan batasan dan kriteria apa saja yang tergolong siswa yang memiliki
sikap positif dan sikap negatif.
2. Dalam jurnal ini terdapat pembahasan media sosial, presentasi diri serta
penjelasan secara gabungan terkait media sosial dan presentasi secara jelas,
terinci dan saling berkaitan.
3. Variabel bebas dalam jurnal ini ada dua variabel bebas diantaranya variabel
bebas pertama adalah media sosial itu sendiri, kemudian variabel bebas yang
kedua adalah sikap indvidu terhadap berkembangnya media sosial yang
beragam. Hal ini sudah tepat karena sudah sesuai dengan judul jurnal.
4. Variabel terikat dalam jurnal ini adalah hasil belajar pendidikan jasmani, hal
ini sudah tepat karena sudah sesuai dengan judul jurnal.
5. The Design
1. Pembahasan maupun isi dalam jurnal ini sudah tepat dalam menjawab
rumusan masalah dalam jurnal ini.
2. Contoh kasus dalam jurnal ini sudah dijelaskan secara jelas yaitu peran
media sosial yang sangat berpengaruh besar terhadap
mempresentasikan dirinya kepada orang lain melalui media semacam
Facebook, Twitter, MySpace, LinkedIn, Path, Instagram, Flickr dan
lain lain. Mereka banyak yang menggunakan media sosial tersebut
untuk men-share status, foto, sedang dimana mereka berada maupun
kondisi emosional mereka ke dalam media sosial. Media sosial
memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi setiap individu (user)
untuk berkreasi, khususnya dalam menampilkan diri masing-masing
3. Dalam jurnal ini dilakukan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
sudah jelas dan tepat.
4. Penulisan jurnal ini bersifat kualitatif, yaitu didasarkan pada kejadian
atau situasi nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
1. Perlakuan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini sudah
digambarkan secara jelas.
2. Penggambaran karakteristik pensampelan dalam penelitian ini
sudah dipaparkan secara jelas sehingga pembaca memahami
karakter pensampelan.
3. The Measurement
1. Alat bukti reliabilitas yang diberikan dalam penelitian
ini ada sehingga tingkat realibilitasnya bisa dikatakan
akurat karena sesuai dengan kehidupan nyata.
2. Alat bukti validitas yang diberikan dalam penelitian ini
ada sehingga tingkat validitasnya jelas dan bisa
dipertanggungjawabkan.
3. The Interpretation
1. Kesimpulan dan hasil penelitian dalam jurnal
ini konsisten dan rinci karena terdapat pula
contoh kasus terkait penampilan diri seseorang
terhadap pengaruh media sosial, sehingga
pembaca dapat memahaminya secara jelas.
2. Dilakukan spesialisasi terkait pembahasan dalam
jurnal tersebut karena penjelasan yang
dipaparkan dpat menunjang aktivitas seseorang
dalam menghadapi perkembagan media sosial
lainnya.
3. Jurnal ini merupakan penelitian yang cukup
signifikan karena dalam pembahasan dan isinya
menyangkut hal atau kejadian yang terjadi
secara nyata dalam kehidupan sehari-hari,
penulisan ini menekankan aspek yang bersifat
menyeluruh terkait sikap, emosional, aktivitas
sosial serta fasilitas lain yang terdapat dalam
media sosial. Media sosial yang ada membuat
fase perkenalan dan pertemanan menjai semakin
dinamis. Begitu pula dengan karakteristik media
sosial yang mampu membuat presentasi diri
berjalan semakin dinamis dan berkelanjutan.
Disamping itu, oresentasi diri juga bisa diartikan
sebagai sebuah upaya mengembangkan atau
eksperimen terhadap identitas pengguna.
Penulisan jurnal ini memberikan dan
menyatakan bahwa kajian-kajian presentasi diri
tidak tetrutup pada suatu level atau tingkat usia
saja, tetapi juga tidak tertutup pada faktor
gender, etnis, maupun jenis media sosial itu
sendiri.
Media Sosial dan Presentasi Diri
Setiap orang memiliki harapan untuk bisa menjadi sebuah sosok impian. Sosok
impian yang bisa saja berdasarkan kebutuhan dirinya sendiri, karena melihat-lihat kondisi
sekitarnya, atau berdasarkan konstruksi pribadi. Berdasarkan figur impiannya tersebut, setiap
individu akan menata dirinya dengan berbagai cara baik itu dari cara berbicara, pemilihan
kata-kata, cara berpakaian, peralatan teknologi yang dimiliki, teman atau kelompok yang
dipilih, kegiatan yang diikuti, dan tempat makan/minum yang dipilih. Bagi seorang anak
muda yang sangat memimpikan untuk menjadi seperti sosok artis tertentu, maka dia akan
menata dirinya baik itu pakaian, kata-kata, dan berbagai elemen untuk mencapai figur
tersebut. Bagi seorang yang ingin menampilkan diri sebagai seorang profesional muda, maka
tentulah dia akan menata dirinya sesuai dengan sosok profesional muda yang dia harapkan.
Singkatnya, hampir semua wadah bisa dipakai oleh setiap individu untuk melakukan
penataan terhadap dirinya. Dengan demikian, ketika media sosial hadir, maka media sosial
pun bisa digunakan sebagai sebuah wadah untuk melakukan penataan diri.

Kehadiran media sosial tidak berbayar, yang sekarang sudah sangat bervariasi,
membuat penggunaan media sosial menjadi suatu praktek yang lumrah. Tanpa memerlukan
keahlian khusus bahasa pemrograman, memanfaatkan media sosial menjadi sangat mudah
(user friendly). Sehingga hampir semua kalangan pun menjadi familiar dengan media sosial
ini. Kemutakhiran teknologi media sosial di sisi konvergensi media, hyperteks, dan simulasi
membuat media sosial ini semakin diminati. Bahkan, mobile application untuk media sosial
ini membuat setiap orang bisa menggunakan dimana saja dengan bermodalkan telepon selular
(termasuk smartphone) sepanjang ada jaringan.

Tentunya berbagai kajian mengenai fenomena ini telah menarik perhatian beberapa
pakar komunikasi, namun salah satu area yang bisa menarik perhatian adalah presentasi diri.
Berawal dengan pemikiran bahwa manusia adalah aktor dalam panggung kehidupan ini,
maka tentulah apa yang ditampilkan di panggung akan berdasarkan penataan. Seiring dengan
perkembangan medium, setiap individu (menjadi pengguna) akan memasuki presentasi diri
yang termediasi. Apalagi, jika kesempatan mempresentasikan diri ini berada pada konteks
media sosial. Sekilas terlihat bahwa kehadiran media sosial seperti Facebook, Twitter, Blog
dan LinkedIn memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi setiap individu (user) untuk
berkreasi, khususnya dalam menampilkan diri masing-masing.

Media sosial
Sejak kemunculan classmates.com dan sixdegrees.com di pertengahan tahun 1990-an,
maka berbagai jenis media sosial mulai bermunculan dan bahkan sudah spesifik ke
bidangbidang tertentu. Hal ini terlihat dengan adanya media semacam Facebook, Twitter,
LinkedIn (mengkhususkan untuk bisnis dan profesional), devianART (mengkhususkan ke
digital art), Wayn dan CouchSurfing (travelling), Flickr (berbagi foto), dan beberapa lainnya.
Dengan adanya perkembangan yang pesat ini, pengguna mendapatkan kesempatan yang
seluasluasnya untuk memaksimalkan tujuan berintekasi sosial ataupun melakukan
pengembangan dirinya.
Media sosial pun merambah sampai pada alat untuk menggerakan massa. Begitu pula
dengan adanya komunitas-komunitas yang dibentuk di dalam media sosial, yang baik
komunitas yang telah ada maupun komunitas yang terbentuk khusus karena adanya
pertemuan di dunia maya. Kehadiran media sosial membuat setiap orang berpotensi untuk
menjadi komunikator massa. Setiap individu berpotensi untuk menyampaikan berbagai
kejadian di belahan bumi tanpa harus membawa beritanya ke meja redaktur atau editor.
Media sosial bisa dipakai untuk menunjuang aktivitas rutin pengguna atau aktivitas lainnya.
Beberapa perusahaan atau individu menggunakan media sosial untuk melancarkan aktivitas
bisnisnya.

Presentasi Diri
Presentasi diri atau sering juga disebut manajemen impresi (impression management)
merupakan sebuah tindakan menampilkan diri yang dilakukan oleh setiap individu untuk
mencapai sebuah citra diri yang diharapkan. Presentasi diri yang dilakukan ini bisa dilakukan
oleh individu atau bisa juga dilakukan oleh kelompok individu/tim/organisasi (Boyer, dkk,
2006:4).

Presentasi diri yang terjadi di dalam new media akan berbeda-beda berdasarkan jenis
mediumnya. Jika medium tersebut adalah homepage pribadi, maka presentasi diri akan terjadi
lebih konstan dan tetap. Hal disebabkan frekuensi untuk melakukan perubahan-perubahan di
dalam medium tersebut tidak terlalu tinggi. Kondisi yang berbeda muncul ketika mediumnya
adalah Twitter, microblog. Pengguna Twitter mempresentasikan dirinya melalui biografi
singkat dan tweets. Tweets merupakan salah satu cara yang paling dominan di dalam Twitter
untuk mempresentasikan diri. Sementara tweets ini, yang bersifat dinamis dan interaktif,
mengalami perubahan yang sangat cepat dari waktu ke waktu. Sehingga, medium seperti
Twitter membuat presentasi diri berlangsung lebih dinamis (Marwick & Boyd, 2010:2-3).

Media Sosial dan Presentasi Diri


Ketika mengkaitkan antara media sosial dan presentasi diri, bisa terjadi pandangan
yang cukup kontradiktif. Di satu sisi, presentasi diri yang berakar dari interaksi tatap muka
antar individu memandang presentasi diri melalui media sosial akan menghilangkan elemen
non verbal komunikasi dan konteks terjadinya komunikasi. Sehingga presentasi diri tidak
maksimal di dalam media sosial.

Dari sisi medium, ekspresi non verbal maupun konteks bisa dijembatani dengan
adanya aplikasi khusus yang bisa melambangkan ekspresi. Emoticons, animasi, simulasi,
hypertext dan kata atau simbol tertentu bisa digunakan untuk menggambarkan ekspresi.
Dengan demikian, terkadang kemampuan untuk melakukan kreasi terhadap media sosial yang
dipakai bisa membuat ketiadaan ekspresi non verbal menjadi tidak terasa. Sebagai contoh,
jika ingin memberikan senyum, maka biasanya di ketikkan tanda “:” dan “)”, jika ingin
tertawa biasanya diberikan tanda “:” dan “D”, untuk mengungkapkan tertawa dengan “LOL”
= laugh out loud , dan untuk menggambarkan konteks biasanya di tambahkan elemen
*ngakak*, *loncat-loncat*, *cross finger* dan berbagai kreasi lainnya yang dipakai.
Selain itu, kehadiran kajian presentasi diri di media baru sudah dilakukan oleh
beberapa orang. Luik (2010:402) menemukan bahwa terdapat beberapa kajian yang
memfokuskan pada blog. Dominick (1999) memulai kajian presentasi diri ke World Wide
Web dengan mengukur strategi presentasi diri pada web pribadi. Selain digunakan oleh
pribadi, presentasi diri atau manajemen impresi bisa dilakukan dalam konteks organisasi atau
institusi. Seperti yang dikutip oleh Boyer dkk (2006), Niven dan Zilber (2001) pernah
melakukan kajian pada website anggota kongres. Pengguna media sosial akan menata media
yang dipakai selayaknya sebuah ‘ruang tamu’, bahkan ‘kamar’, bagi para pengunjungnya.
Joseph Dominick (1999:646) pernah melakukan penelitian mengenai presentasi diri di
website pribadi.

Dalam media sosial, setidaknya ada dua fase penting dalam presentasi diri yaitu fase
awal perkenalan dan fase berteman. Dalam fase awal perkenalan, pengguna akan saling
mencari informasi mengenai calon temannya di media sosial. Misalkan di medium Facebook,
pengguna melakukan eksplorasi terhadap akun calon temannya baik itu biodata, foto-foto,
teman-temannya, update statusnya, bergabung di grup mana, bermain game apa, dan bebagai
elemen lainnya. Fase berteman merupakan fase yang lebih dinamis karena pengguna dan
temannya (atau teman-temannya) sudah memiliki interaksi yang dan impresi awal. Seperti
yang telah diutarakan bahwa identitas dalam konteks media sosial akan lebih bersifat
dinamis, maka fase berteman akan berpotensi untuk mengubah atau mempertahankan impresi
awal. Selain itu, fase pertemanan yang terjadi di media sosial membuat presentasi diri
terkesan lebih kompleks dari dunia nyata.

Presentasi diri dalam media sosial juga bisa dipandang sebagai sebuah bentuk
revitalisasi atau eksperimen terhadap identitas dirinya. Individu bisa saja memiliki kendala
dalam melakukan presentasi diri sesuai dengan impiannya. Misalkan saja, dalam kehidupan
keseharian seorang individu yang ingin banyak memberi komentar terhadap
peristiwaperistiwa yang sedang terjadi mengalami kendala semantik maupun konteks dalam
menyampaikan. Media sosial memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi pengguna tersebut
untuk mempresentasikan dirinya. Seorang mahasiswa yang dalam kesehariannya mengalami
kendala dalam mempresentasikan dirinya, bisa begitu berbeda cara mempresentasikan dirinya
di media sosial. Dalam konteks gender, identitas yang ada di dunia nyata juga bisa
dieksperimenkan di dalam media sosial.
Dalam mempresentasikan diri, para pengguna harus mengatur penampilan mereka
dengan berbagai strategi. Apa yang dipublikasikan atau konten dalam media sosial harus
melalui standar editorial diri yang dimiliki. Maka dari itu, mereka harus memiliki strategi
dalam mengkonstruksi identitas mereka. Jones (1990) menyatakan rangkuman dari lima
strategi dalam konstruksi presentasi diri yang diperoleh dari eksperimen terhadap situasi
interpersonal:

• Ingratiation
Tujuan pengguna strategi ini adalah agar ia disukai oleh orang lain.
• Competence
Tujuan dari strategi ini agar dianggap terampil dan berkualitas.
• Intimidation
Pengguna strategi ini bertujuan untuk memperoleh kekuasaan.
• Exemplification
Tujuan dari strategi ini agar dianggap secara moral lebih unggul atau memiliki standar moral
yang lebih tinggi.
• Supplication
Tujuannya adalah merawat atau tampak tidak berdaya sehingga orang lain akan datang untuk
membantu orang tersebut.

Strategi-strategi yang ada ini dipakai bisa dipakai oleh pengguna dalam memodifikasi
akun media sosialnya. Implementasi dari masing-masing strategi ini akan bergantung pada
kehendak pengguna memodifikasi media sosial yang dimilikinya.

Terkait dengan karakteristik masing-masing media sosial, maka setiap individu bisa
memiliki beberapa akun di media sosial. Misalkan saja seorang individu memiliki akun di
Facebook, lalu memiliki akun di Twitter, dan di Wordpress. Hal ini umumnya terjadi
sehingga terkesan satu individu bisa menjadi tiga virtual self. Tentunya, memiliki tiga akun
sekaligus juga bisa dipandang sebagai sebuah strategi dalam mempresentasikan diri. Akan
tetapi, ada satu hal yang perlu digarisbawahi adalah setiap media sosial memiliki
karakteristiknya masing-masing sehingga pengguna harus bisa menyesuaikan cara-cara
mempresentasikan dirinya sesuai dengan sosok impiannya. Sehingga media sosial sampai
pada titik ini merupakan sebuah wadah bagi individu untuk melakukan eksplorasi serta
leluasa terhadap presentasi dirinya.
CONTOH KRITIK JURNAL
Posted by suardiabang ⋅ Februari 29, 2012 ⋅ Tinggalkan komentar

Kritik Jurnal

Juddul : Model Inklusi dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Pada Siswa SLTP

Penulis : Cucu Hidayat, Drs., M.Pd

Sumber : http://educare.e-fkipunla.net/index.php?option=com_contact

1. Jenis penelitian yang tepat untuk menggambarkan penelitian ini adalah penelitian
experimental dengan rancangan (disain) faktorial 2×2. Hal ini sudah tepat menjawab
permasalahan yang ada dalam penelitian ini.
2. The Problem
1. Masalah dalam jurnal ini hanya mengutarakan persoalan siswa yang memiliki
sikap yang positif dengan siswa yang mempunyai sikap negatif namun tidak
memberikan batasan dan kriteria apa saja yang tergolong siswa yang memiliki
sikap positif dan sikap negatif.
2. Dalam jurnal ini terdapat Hipotesis, rumusan masalah, dan tujuan penelitian
secara konsisten
3. Latar belakang masalah dalam jurnal ini tidak terdapat landasan teori padahal
idealnya sebuah penelitian harus mempunyai landasan teori karena landasan
teori tersebut merupakan penguatan dari statemen dari penulis.
4. Variabel bebas dalam jurnal ini ada dua variabel bebas diantaranya variabel
bebas pertama adalah gaya pembelajaran kemudian variabel bebas yang kedua
adalah sikap siswa terhadap pendidikan jasmani. hal ini sudah tepat karena
sudah sesuai dengan judul jurnal
5. Variabel terikat dalam jurnal ini adalah hasil belajar pendidikan jasmani, hal
ini sudah tepat karena sudah sesuai dengan judul jurnal
6. The Design
1. Desain dalam penelitian ini sudah tepat dalam menjawab rumusan
masalah dalam jurnal ini.
2. Populasi dalam jurnal ini adalah siswa putera kelas tujuh tahun ajaran
2007/2008 sebanyak 128 orang di SMPN 8 Kota Tasikmalaya Jawa
Barat
3. Sampel dalam jurnal ini dijelaskan secara spesifik yaitu dalam
pengambilan sampel ada 5 tahap diantaranya tahap pertama
menentukan populasi yang terjangkau sebanyak 128, tahap kedua
secara random atau acak sebanyak 80 orang siswa putera kelas tujuh,
tahap ketiga dari 80 orang tersebut dibagi menjadi 2 kelompok dengan
cara random terdiri dari 40 0rang setiap kelompok dengan sistem
pembelajaran inklusi dengan pembelajaran latihan. Tahap keempat
setelah diberikan perlakuan kepada masing-masing kelompok
kemudian diberikan tes motivasi berprestasi. Tahap kelima
menempatkan sampel yang terpilih berdasarkan sikap siswa. Tahapan
tersebut sudah tepat dalam penelitian ini. Namun dalam
pengkategorian dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
belum tepat karena dalam mengukur sikap positif siswa dan sikap
negatif siswa digunakan tes motivasi berprestasi padahal instrumen
sikap dan instrumen motivasi terdapat perbedaan.
4. Dalam jurnal ini dilakukan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
sudah jelas dan tepat.
5. Kelompok dalam jurnal ini dilakukan secara random dalam penentuan
kelompok dan sistem random tersebut sudah tepat
6. Dalam penelitian ini tidak ada informasi yang jelas apakah penelitian
ini masuk dalam penelitian replikasi atau bukan
7. Terdapat Tingkat spesifikasi secara apriori dalam penelitian ini, tingkat
kepercayaan dalam penelitian ini 95% dan tingkat margin errornya
0,5% yang ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat
dikendalikan oleh peneliti.
8. The Procedure
1. Perlakuan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini sudah
digambarkan secara jelas.
2. Penggambaran karakteristik pensampelan dalam penelitian ini
tidak terjelaskan secara jelas sehingga pembaca kurang
memahami karakter pensampelan.
3. Kelompok perlakuan dan kelompok latihan dalam penelitian ini
dilakukan kontrol akan tetapi tidak dijelaskan variabel-variabel
apa saja yang dikontrol padahal idealnya kontrol tersebut harus
terjelaskan secara terperinci misalnya pengaruh karakteristik
subyek penelitian, pengetahuan awal, tes, pre tes, pos tes yang
merupakan pengaruh variabel luar, dan pengaruh interaksi
pelaksana
4. The Measurement
1. Alat bukti reliabilitas yang diberikan dalam penelitian
ini tidak ada sehingga tingkat realibilitasnya kurang
akurat.
2. Alat bukti validitas yang diberikan dalam penelitian ini
tidak ada sehingga tingkat validitasnya kurang akurat.
3. The Interpretation
1. Kesimpulan dan hasil penelitian dalam jurnal
ini konsisten sehingga pembaca dapat
memahaminya secara jelas.
2. Dilakukan Generalisasi populasi dalam
penelitian ini sehingga hasilnya berlaku secara
umum karena tiddak dijelaskan lagi siswa-siswa
sekolah tertentu.
3. General

Penelitian ini merupakan penelitian yang tidak signifikan karena dalam pembelajaran
pendidikan jasmani menekankan aspek pendidikan yang bersifat menyeluruh baik kesehatan,
kebugaran jasmani, keterampilan kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran,
tindakan moral, dan keterampilan gerak yang lain. Namun pada intinya kegiatan
pembelajaran pendidikan jasmani ini lebih banyak dilapangan bagaimana mengembangkan
daya kreatifitas siswa sehingga proses dalam pengembangan kemampuan siswa tersebut guru
hanya memberikan metode, pemahaman dan memberikan bimbingan tanpa mengikat daya
kkreatifiitas siswa sehingga hasil penelitian ini tidak memberikan pengaruh secara signifikan,
hasil penelitian ini bukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang dinanti-nantikan hasilnya,
dikatakan demikian karena penelitian ini tidak memberikan efek bagi tenaga pengajar pada
khususnya dalam penggunaan metode pembelajaran pendidikan jasmani.
TUGAS MENGOMENTARI JURNAL

Molecular mechanisms involved in the regulation of cytokine


production by muramyl dipeptide

KELEBIHAN

 Abstraknya cukup jelas sehingga dengan membacanya saja pembaca dapat mengerti
isi jurnal tersebut.

 Isinya cukup menarik untuk dibaca.

 Jika riset dalam jurnal tersebut dikembangkan tentunya akan memperluas


perkembangan dibidang ilmu pengetahuan secara ilmiah

KEKURANGAN

 Dalam jurnal ini ditemukan beberapa singkatan kata yang tidak ditunjukkan
kepanjangannya

 Terdapat beberapa kata sulit yang kurang dapat dimengerti pemahamannya

 Penulisan kode nomor kurang dapat dimengerti maksudnya

ISI
Dalam jurnal ini penulis menjelaskan mengenai mekanisme molekular yang dilibatkan dari
produksi sitokina oleh muramyl dipeptide (MDP). Muramyl dipeptide adalah suatu
komponen dari peptidoglikan yang saling berhubungan dengan NOD2 (Nukliotide-binding
Oligomerisasi Daerah 2) merangsang NOD2-RIP2 (Receptor Interacting Protein 2) untuk
mengaktifkan dan penting untuk pertahanan antibakterial. Kinase aktifitas protein dari RIP2
mempunyai dua fungsi yaitu untuk membatasi dan untuk menstabilkan enzim yang aktif.
NOD1/NOD2-RIP2 diper kirakan dapat digunakan untuk pertahanan tubuh terhadap bakteri
intraseluler. NOD2 juga menyediakan suatu pertahanan terhadap Gram-positive bacteri.
dinding bakteri yang tidak berisi LPS (lipopolysaccaride). NOD2 menjadi penting dalam
perlindungan terhadap penyakit usus yang menjadi penyebab radang dari temuan mutasi itu
didalam NOD2 dihubungkan dengan kepekaan terhadap penyakit crohn.

Anda mungkin juga menyukai