Anda di halaman 1dari 2

Nama :

Waktu : 90 Menit
Sifat : open book
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan benar dan tepat,:

1. Bagaimanakah implementasi kaidah al-aslu fil muamalah al-ibahah illa an yadulla


dalilun 'ala tahrimiha dengan perkembangan ekonomi di Indonesia sekarang ini….
2. Bagaimana pendapat anda dengan kaidah fiqhiyah kullu qardhin jarra manfaatan
fahuwa riba.(setiap huatng piutang yang menarik manfaat adalah riba) jika dikaitkan
dengan kondisi sekarang terutama dalam dunia perbankan yang menarik bunga atau
pegadaian yang meminta jasa sewa dalam pegadian.
3. Pada saat ini ada Sebagian saudara kita ada yang ingin Kembali pada romantisme
masa keemas an islam, sehingga dalam kehidupan sehari-hari ingin penerapan Syariah
oslam diberlakukan di Indonesia termasuk di dalamnya pada sektor ekonomi. Karena
itulah ia ingin melakukan aktivitas ekonomi harus sesuai dengan syariat islam dalam
perspektif mereka seperti beli dengan uang girham atau dinar dan
sebagainya….menurut anda kejadian itu jika di kaitkan dengan kaidah Al-Ibrah fil
uqud lil maqasidi wal ma'ani la lil al-fadhi wal mabani apakah sudah sesuai jelaskan.
4. Bagaimanakah implemenatasi kaidah khukmul khakim rafa'al khilaf dalam perspektif
anda,,,berikan contonya.
5. Soleh merupalam pedagang beras yang menguasai pasar di Jawa Tengan ia
mempunya banyak cabang bisnis di seluruh daerah di Jawa Tengah bahkan ia
mempunyai cabang di Jakarta. Karena itulah Ia dapat mengatur harga sedemikian rupa
agar mendapatkan untung banyak bagaimanakah pendapat anda tentang hal itu. Dan
kaidah apakah yang sesuai untuk mensikapi apa yang dilakukan oleh soleh.

Jawab:

1. Sesuai kaidah tersebut artinya bangsa Indonesia yang diwakilkan oleh para pejabat
merumuskan perekonomian nya sendiri dengan hasil peikiran para ahli. Sebagai,ana
contohnya dalam menetapkan bunga dan penetapan mata uang adalah ketentuan oleh
pemerintah Indonesia. Walaupun belum di ajarkan oleh Rasulullah SAW dan tidak
pula di larang oleh Rasulullah SAW maka perilaku yang dilakukan pemerintah
Indonesia dalam mengatur sistematika kenegaraan dalam hal ekonomi merupakan hak
penuh tanpa ada larangan. kecuali jika negara tersebut memperbolehkan melakukan
ekonomi yang jelas-jelas diharamkan oleh Rasulullah SAW, aka hal tersebut tidak
diperbolehkan
2. Ketika seseorang menggadaikan barang mestinya ada hal yang di gadaikan. Barang
yang digadaikan berguna untuk penjamin, karena penggadai (muqtaridh) memberikan
barangnya agar dimanfaatkan oleh pemberi pinjaman (muqridh). Di dalam pegadaian,
barang-barang gadaian akan di simpan dalam box atau lemari gadai, dalam
penyimpaan ini ada biaya perawatan barang. Maka diperlukan adanya ijarah dalam
hal pegadaian.
3. Dirham dan emas sudah tidak dipergunakan menjadi alat tukar untuk membeli suatu
barang atau jasa, dan ketika seseorang mengaitkan penggunaan dirham dan
emasuntuk kemajuan islam, maka hal tersebut bertentangan dengan keadaan yang ada
sekarang, karena alat tukar yang diterima oleh negara adalah menggunakan uang
kertas dan koin yang sudah di resmikan menjadi alat tukar resmi. Alat tukar resmi
yang sekarang beredar sudah sesuai dengan kaidah “Al-Ibrah fil uqud lil maqasidi wal
ma'ani la lil al-fadhi wal mabani”, memang tidak diajarkan Rasulullah SAW, akan
tetapi ketika menggunakan alat tukar resmi tersebut, maka subtansi dan tujuan dari
alat tukar resmi tersebut memiliki nilai yang sama menjadi alat tukar yang memenuhi
syarat dan tidak terlarang dalam islam.
4. Tidak dapat dipungkiri setiap orang memiliki perbedaan dalam hal penetapan suatu
hukum, semua perbedaan itu adalah hasil pemikiran yang meupakan hasil Ra’yu, pada
kaidah tersebut terimplimentasi ketika adanya penetapan 1 ramdhan dan 1 sayawal.
Memang setiap negara memiliki perbedaan dalam menetapkan awal ramadhan dan
awal syawal. Bahkan di satu wilayah saja bisa terjadi perbedaan dalam penetapan, hal
ini dikarenakan metode-metode yang digunakan berbeda-beda, akan tetapi semua
metode tersebut tidak dilarang oleh Rasulullah SAW. Maka dalam penetapan bisa
berbeda-beda akan tetapi tidak di larang oleh agama islam.
5. Kaidah yang sesuai terhadap contoh ilustrasi tersebut yakni “Aklul mal al-bathil
haramun” yang memiliki arti memakan harta secara bathil itu haram. Ketika pak
soleh melakukan bisnis, maka tujuan dalam bisnis bukanlah mendapatkan untung
sebesar-besarnya dengan cara yang bathil , seperti menaikan harga setinggi-tingginya
sehingga tidak sesuai dengan harga pada umumnya. Menetapkan harga setinggi-
tingginya merupakan bentuk monopoli harga dan hal ini dilarang dalam islam.

Anda mungkin juga menyukai