Tugas ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah
“PSIKOLOGI SOSIAL”
Dosen Pengampu : Dr. Nina Permata Sari ,S.Psi.,M.Pd
& Akhmad Sugianto, S.Pd.,M.Pd
Oleh:
2210123810102
Jurnal Pertama
Pengantar Pada awalnya adiksi media sosial identik dengan adiksi Facebook
(Kuss & Griffiths, 2011), dan mayoritas riset terkait adiksi media
sosial hingga kini juga merujuk pada adiksi Facebook (Brailovskaia,
Margraf, & Köllner, 2019; Kanat-Maymon, Almog, Cohen, &
Amichai-Hamburger, 2019). Namun demikian, saat ini Instagram –
yang lebih menekankan pada foto dan video – menjadi media
sosial yang paling populer (Mulyani, Mikarsa, & Puspitawati, 2018;
Solomon, 2013). Instagram juga baru saja meraih pengguna aktif
sebanyak satu miliar, yang diproyeksi akan bertambah menjadi dua
miliar dalam lima tahun ke depan (Kurnia, 2018). Demikian pula
dengan WhatsApp yang lebih fokus pada pertukaran pesan juga
sudah menjadi salah satu media komunikasi virtual utama
(Karapanos, Teixeira, & Gouveia, 2016). Kini WhatsApp sudah
digolongkan menjadi media sosial karena berbagai fiturnya yang
kian kompleks dan berkembang sehingga dapat memfasilitasi
pertukaran gambar, pesan teks, video, hingga panggilan suara,
sehingga bukan hanya menjadi media komunikasi belaka (Kirwan,
2016; Montag, Blaskiewics, Saryska, Lachman, Andone, Trendafilov,
Eibes, & Markowetz, 2015). WhatsApp sendiri merupakan media
sosial nomor dua paling banyak digunakan oleh masyarakat
Indonesia, yaitu 83 persen dari total 150 juta penduduk yang
menggunakan internet (Haryanto, 2019). Kepopuleran dua media
sosial yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan facebook
ini mengarahkan pada perlunya riset mengenai adiksi media sosial
pada Instagram dan WhatsApp. Di sisi lain, baru beberapa riset
yang fokus pada adiksi media sosial seperti Instagram (Balta,
Emirtekin, Kircaburun, & Griffiths, 2018; Kircaburun & Griffiths,
2018), dan WhatsApp (Chan & Leung, 2016).
Simpulan Ada beberapa hal penting yang dapat dikedepankan sebagai hasil
dari riset ini. Pertama, adiksi media sosial WhatsApp dapat
dijelaskan oleh lima pemenuhan kebutuhan, sedangkan adiksi
media sosial Instagram hanya dapat dijelaskan oleh dua
pemenuhan kebutuhan. Pada penggunaan Instagram pemenuhan
kebutuhan yang menonjol adalah kebutuhan untuk membangun
relasi sosial yang hangat, dan kebutuhan untuk mendapatkan
kesenangan dan suka cita. Adapun pada penggunaan WhatsApp,
selain temuan yang sama dengan penggunaan Instagram,
kebutuhan lain yang juga muncul adalah kebutuhan untuk merasa
mampu menampilkan performansi yang baik dan juga kebutuhan
untuk dihargai oleh orang lain. Temuan dasar ini didukung oleh dua
model yang sama-sama sesuai dengan data empirik. Temuan
penting lainnya adalah bahwa durasi penggunaan media sosial
mempertegas kuatnya pengaruh pemenuhan kebutuhan terhadap
adiksi media sosial.
Kelemahan Penelitian -
Jurnal Kedua
Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh kontrol
diri terhadap agresivitas mahasiswa sebagai aktivis mahasiswa
dalam unjuk rasa (demonstrasi) di Kota Malang.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri orang tua yang
amanah serta perbedaan antara ayah dan ibu yang amanah.
Subjek penelitian adalah 444 pelajar SMA dan mahasiswa di
Pekanbaru, Riau yang mendapatkan kuesioner dengan pertanyaan
terbuka yang dimodifikasi dari kuesioner Kim (2009). Analisis data
penelitian menggunakan kombinasi metode kualitatif dan
kuantitatif dengan pendekatan indigenous psychology, yaitu
pendekatan yang dilihat dari sudut pandang budaya lokal, yang
memungkinkan untuk melihat setiap fenomena berdasarkan
konteks terkait. Analisis data dilakukan dengan
mengkategorisasikan jawaban subjek berdasarkan persamaan
tema, kemudian dilakukan tabulasi silang berdasarkan frekuensi
respon dalam kelompok kategori. Hasil penelitian menemukan
bahwa ada empat kategori ciri-ciri ayah dan ibu yang amanah
yaitu (1) peran, (2) karakter, (3) integritas, dan (4) benevoleance.
Peran merupakan kemampuan yang dilakukan orang tua untuk
menunaikan amanah, karakter adalah tabiat atau sifat yang
mengarahkan pada perilaku amanah orang tua, sedangkan
integritas merupakan kesesuaian dan konsistensi antara
komitmen dan perilaku orang tua pada anak, dan benevoleance
merupakan bentuk perhatian dan kasih sayang orang tua yang
dirasakan anak.
Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan indigenous
psychologies ini bertujuan untuk mewadahi adanya variasi
individual, sosial, kultural, dan temporal serta masih memerlukan
verifikasi secara teoritik dan empirik untuk dapat mengasumsikan
secara a priori eksistensi psikologi universal sehingga masih
membutuhkan investigasi lintas budaya dan cross individual.
Pengantar Orang tua adalah figur pendidik utama dan pertama bagi anak–
anaknya. Orang tua diharapkan mampu menjalankan peran dan
tanggung jawabnya khususnya pengasuhan terhadap anak–
anaknya. Peran dan tanggungjawab orang tua juga mendapatkan
penilaian dari masyarakat, orang tua lain, dan bahkan anaknya
sendiri. Perhatian dan penilaian yang diberikan bagi orang tua
termasuk tentang bagaimana orang tua harus mengekspresikan
pikiran, perasaan dan perilaku kesehariannya khususnya saat
pengasuhan anak. Penilaian ini dapat juga diberikan oleh anak
saat ia berinteraksi dengan orang tuanya. Demikian halnya anak
dapat memberikan koreksi terhadap orang tuanya agar lebih
berperan sebagai orang tua yang ideal sesuai dengan norma
budaya tempat tinggalnya. Orang tua yang bertempat tinggal di
Pekanbaru dengan dominasi aplikasi norma budaya Melayu juga
tak luput dari penilaian peran dan tanggungjawab yang
dilakukannya. Dalam ranah budaya Melayu, Othman (1993)
mengungkapkan bahwa anak dengan latar belakang Melayu dapat
menyuarakan pendapat mengenai orang tuanya seperti
berpendapat yang menentang orang tua (ibu dan bapak) namun
orang tua tidak menganggap anak tersebut telah berperilaku
kurang ajar. Orang tua lebih mementingkan bagaimana cara anak
mengemukakan pendapatnya. Bahkan untuk anak bungsu,
perilaku anak yang menentang pendapat orang tua dapat
dianggap sebagai tingkah laku manja.
Metode Penelitian -
Simpulan Penelitian ini menemukan adanya amanah relasi pada orang tua
dari sudut pandang penilaian anak kandungnya. Amanah relasi
memiliki ciri adanya peran, karakter, integritas, dan benevolance
pada orang tua. Peran orang tua mencakup kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis anak, bertanggung
jawab terhadap perkembangan intelektual anak dengan membina
dan mendidik serta menciptakan rasa aman melalui pengasuhan
dan perawatan, ucapan serta perlakuan yang baik. Karakter
berupa nilai personal pribadi yang bertanggungjawab kumpulan
penerimaan diri berupa saling menghargai, simpati, dan perasaan
terharu pada orang lain sehingga seseorang menjadi berbuat
kebajikan terhadap orang lain dan mengindikasikan kapasitas
minat personal saat menerima trust sebagai kewajiban moral.
Integritas sebagai konsistensi keseluruhan antara pemikiran,
perkataan, perilaku, kewajiban yang seharusnya ditampilkan ayah
atau ibu, sedangkan benevolance terdiri dari pemikiran, perasaan,
dan perilaku kasih sayang yang ditunjukkan orang tuasehingga
anak merasakan kenyamanan dan keamanan.
Kekuatan Penelitian -
Tujuan Penelitian Pada penelitian ini akan mengukur state empathy dan ingin
membuktikan kembali apakah jika state diukur setelah menerima
manipulasi untuk meningkatkan empati, bagaimana hasil dan
hubungannya terhadap perilaku prososial. Pengukuran empati
pada penelitian ini berfokus pada pengukuran empati emosional
state yang dilihat pada perbedaan jenis kelamin. Berdasarkan
adanya dipaparkan perbedaan hasil yang oleh penelitian
sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti apakah gender
memiliki pengaruh dalam menguatkan atau melemahkan
hubungan antara empati terhadap perilaku prososial.
Simpulan Mengacu pada hasil dan analisa dari penelitian ini, sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa hal yang dapat
disimpulkan. Menjawab pada pertanyaan penelitian pertama yang
sudah dirumuskan, hipotesis satu penelitian dapat diterima dan
terbukti secara signifikan bahwa empati mempengaruhi
munculnya perilaku prososial. Pengaruh empati terhadap perilaku
prososial terbukti meningkatkan empati emosional yang lebih
tinggi di kelompok eksperimen dibandingkan empati di kelompok
netral pada dimensi afek positif. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa empati emosional dan donasi lebih besar dipengaruhi oleh
skor afek positif. Kemudian, menjawab pertanyaan penelitian
kedua, hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak. Didapatkan
analisa moderasi yang dilakukan memperlihatkan bahwa tidak
terdapat efek moderasi jenis kelamin yang dihasilkan pada
pengaruh empati terhadap perilaku prososial.
Kekuatan Penelitian 1. Struktur penelitian tertata dengan sangat baik dan jelas
Kelemahan Penelitian -