Kelompok 2
2022
UNIVERSITAS INDONESIA
Latar Belakang
Kelompok usia yang paling rentan terhadap permasalahan kesehatan mental akibat
penggunaan media sosial yang berlebihan adalah kelompok young people, yaitu mereka yang
berada pada rentang usia 15-24 tahun yang saat ini termasuk dalam generasi Z (Albano,
2021). Generasi Z atau gen Z merupakan generasi yang digolongkan oleh penelitian Bencsik,
Csikos, dan Juhez (2016) dalam Putra (2016) sebagai generasi yang dilahirkan pada tahun
1995 – 2010. Dalam Sari (2018) dijelaskan bahwa generasi Z menganggap media sosial
sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Dengan demikian, gen Z berpotensi besar
mengalami masalah kesehatan mental akibat penggunaan media sosial. Potensi masalah
kesehatan mental yang mereka hadapi diantaranya adalah kecemasan dan depresi, isolasi diri
terhadap interaksi di dunia nyata, merasa lebih rendah dari orang lain, cyberbullying, adiksi
penggunaan media sosial, gangguan tidur, dan lain sebagainya (Albano, 2021).
Salah satu media sosial yang paling sering diasosiasikan dengan isu kesehatan mental
adalah Instagram. Asosiasi Psikolog Amerika (APA) menyebutkan bahwa banyak studi yang
menunjukkan hubungan antara penggunaan Instagram dengan depresi, masalah citra tubuh
dan harga diri, kecemasan, dan beragam permasalahan lainnya (Abrams, 2021). Namun
demikian, terdapat juga peneliti yang menganggap media sosial Instagram membawa banyak
dampak positif, seperti ruang untuk menunjukkan ekspresi diri, pembentukan komunitas, dan
menjadi sumber dukungan emosional (Firestone, 2019). Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa dampak positif dan negatif dari penggunaan media sosial Instagram dapat berbeda
antara satu individu dengan individu lainnya.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna Instagram
yang cukup besar. Pengguna Instagram di Indonesia pada bulan Oktober 2021 kemarin
tercatat berjumlah 98.05 juta pengguna dengan komposisi pengguna dari kelompok usia
18-24 tahun sejumlah 33,9 juta atau sepertiga dari keseluruhan total pengguna Instagram
di Indonesia (Annur, 2021). Dari statistik ini, dapat diketahui bahwa lebih dari sepertiga dari
pengguna Instagram di Indonesia termasuk dalam kategori young people. Hal ini dapat
diartikan bahwa kelompok pengguna Instagram terbanyak merupakan kelompok yang rentan
terhadap gangguan kesehatan mental akibat penggunaan media sosial.
Namun demikian, hingga saat ini, masih jarang peneliti yang mengangkat isu
mengenai pengaruh penggunaan media sosial instagram terhadap kesehatan mental kelompok
usia remaja akhir sampai dewasa awal yang ada di Indonesia dalam bentuk penelitian
kualitatif. Kebanyakan riset yang selama ini dilakukan cenderung bersifat kuantitatif dan
menjadikan seluruh pengguna media sosial Instagram tanpa memandang usianya sebagai
subjek penelitian dalam penelitian mereka, seperti survei yang dilakukan oleh Facebook yang
menemukan korelasi antara penggunaan Instagram dengan perasaan negatif remaja
perempuan terhadap citra tubuh dan self-esteem yang dimilikinya (Horwitz, 2021).
Selain itu, muncul fenomena social media detoxification atau detoks media sosial yang
belakangan ini ramai dibahas di forum daring. Menurut dr. Kevin Adrian dari alodokter.com,
terdapat beberapa hal yang dapat menjadi pertanda seseorang mungkin perlu melakukan
detoks media sosial, diantaranya adalah merasakan emosi negatif ketika mengakses media
sosial, ketergantungan untuk terus membuka media sosial tiap saat, sulit berkonsentrasi pada
kegiatan yang dikerjakan karena terganggu dengan media sosial, dan lain sebagainya
(Adrian, 2021).
Ada riset yang menunjukkan bahwa detoks media sosial memberikan manfaat positif
bagi orang yang melakukannya, salah satunya pada aspek self-esteem individu. Pada jurnal
yang berjudul ‘Detox Instagram Pada Self-Esteem Pengguna’ tersebut, disebutkan bahwa
individu yang sadar bahwa penggunaan Instagram mereka bersifat toxic dan melakukan
detoksifikasi Instagram mendapatkan banyak dampak positif, seperti lebih bisa menerima diri
sendiri karena memiliki pemahaman tidak ada manusia yang sempurna dan keputusan untuk
mengembangkan diri sesuai dengan potensi daripada menghabiskan waktu untuk melihat dan
iri akan kehidupan orang lain (Harsono, 2020). Oleh karenanya, detoks media sosial bisa
menjadi solusi bagi pengguna Instagram yang mengalami masalah gangguan kesehatan
mental.
Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana praktik social media detox pada aplikasi
Instagram dapat mempengaruhi well-beingness mahasiswa Ilmu Komunikasi UI angkatan
2020. Hal ini disebabkan oleh kehidupan sehari-hari saat ini yang tidak dapat terlepas dari
media sosial, salah satunya adalah Instagram. Jika dikorelasikan dengan kecenderungan
praktik bermedia sosial dengan aplikasi Instagram dan intensitas penggunaannya, kami
melihat urgensi untuk mengetahui dampak yang diberikan oleh praktik ini terhadap
well-being mahasiswa. Kami merumuskan beberapa pertanyaan yang akan dibahas lebih
lanjut melalui penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Apa yang memotivasi mahasiswa Ilmu Komunikasi UI angkatan 2020 untuk
menggunakan media sosial Instagram?
2. Bagaimana ritme praktik mahasiswa Ilmu Komunikasi UI angkatan 2020 dalam
melakukan social media detox?
3. Bagaimana dampak dari praktik penggunaan Instagram terhadap well-beingness
mahasiswa Ilmu Komunikasi UI angkatan 2020?
4. Bagaimana praktik social media detox pada aplikasi Instagram dapat mempengaruhi
well-beingness mahasiswa Ilmu Komunikasi UI angkatan 2020?
Kerangka Pemikiran
a. Bermedia Sosial dengan Instagram Sebagai Praktik Digital Rhythm
Praktik merupakan kegiatan yang berfokus kepada kebiasaan dan rutinitas keseharian
seseorang yang dapat tercermin daya apa yang dikatakan dan dilakukan seseorang.
Dalam etnografi digital, konsep praktik dapat diartikan sebagai konsep yang berfungsi
untuk memahami kegiatan orang yang berkaitan dengan media digital dalam
kesehariannya (Pink, 2016). Terdapat sebuah konsep yang berkaitan dengan praktik,
yaitu ritme digital. Mengutip pengertian dari kamus Cambridge, ritme diartikan
sebagai gerakan atau pola yang teratur. Jika dihubungkan dengan digital, ritme dapat
berkaitan erat dengan pola yang dilakukan secara berulang ketika seseorang berada
dalam dunia digital.
Media yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita bukan lagi dibuat tetapi
teknologi media yang menciptakan pengalaman dalam rutinitas dan hubungan
interpersonal seseorang (Pink, 2016). Dengan praktik penggunaan media Instagram
dalam keseharian yang berbeda, masing-masing pengguna tentu akan mendapatkan
pengaruh yang berbeda. Ketika menggunakan Instagram dengan frekuensi yang cukup
sering, seseorang akan tanpa sadar terpengaruhi oleh apa yang disajikan di dalamnya.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Astuti & Subandiah (2020), detoks media digital
terjadi ketika adanya kesukarelaan seseorang untuk menahan dirinya dari penggunaan
media sosial. Media sosial yang dimaksud dalam proposal ini adalah Instagram.
Harsono & Winduwati (2020), menjelaskan bahwa detox atau deleting toxic dapat
terjadi pada Instagram yang disebabkan ketika pengguna merasa bahwa terdapat efek
negatif yang diberikan oleh Instagram bagi dirinya secara fisik maupun mental.
Seseorang akan mulai merasakan dampak dari penggunaan media ketika dia terbiasa
hidup menggunakannya. Untuk itu, menurut Trine Syvertsen dan Gunn Enli (2020),
detoks digital merupakan jawaban bagi seseorang yang sudah mengalami kecanduan
untuk selalu mengakses media digital. Tekanan yang dirasakan seseorang akibat
mengakses media sosial melalui teknologi digital inilah yang akan mempengaruhi
well-being. Huffington (2015) mengatakan bahwa untuk memelihara diri sendiri, kita
perlu untuk berhubungan kembali dengan diri sendiri. Pendapat ini didukung oleh
Fielding (2014) yang menyatakan untuk dapat kembali kepada diri sendiri, kita
memerlukan hal lain lebih dari sekadar berbagi gambar dan pesan di media digital
untuk lebih bisa mendengarkan diri sendiri. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa cara untuk dapat terkoneksi dengan diri sendiri adalah melepas sejenak
koneksi dengan media sosial melalui praktik detoks.
c. Well-Being
a. Subjek Penelitian
Syarat dan ketentuan partisipan:
a. Subjek penelitian merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia
angkatan 2020 yang merupakan generasi Z.
b. Subjek penelitian bersedia melakukan detoks Instagram selama 7 hari.
c. Subjek penelitian bersedia durasi penggunaan Instagram akan dipantau setiap
hari.
d. Diharapkan subjek penelitian melakukan pengurangan waktu dalam mengakses
dan/atau menghapus aplikasi Instagram selama praktik detoks Instagram.
e. Subjek penelitian bersedia melaporkan praktik detoks Instagram dan dampak
yang dirasakannya seperti dengan mengumpulkan tangkapan layar durasi
pemakaian Instagram pada hari tersebut.
f. Subjek penelitian bersedia untuk melakukan wawancara mendalam.
b. Pendekatan Penelitian
Paradigma yang dipegang peneliti sebagai dasar pemilihan metode dan diseminasi
adalah non-media-centric. Paradigma ini mendesentralisasi digital dan berfokus pada
bagaimana media tidak terpisahkan dari aktivitas, teknologi, materialitas, dan
perasaan lain yang digunakan, dialami, dan dioperasikan (Pink, 2016). Hal ini didasari
oleh tujuan dari penelitian ini yang berfokus pada ritme penggunaan (termasuk detox)
Instagram dan pengaruhnya terhadap well-beingness dari subjek penelitian, bukan
semata-mata berfokus pada sistem aplikasi Instagram.
Dalam penelitian ini, peneliti harus melibatkan pemahaman mengenai kognisi, emosi,
dan motivasi dari subjek penelitian. Menurut Sounders (2022), motif adalah
pengalaman internal dalam bentuk kebutuhan, kognisi, serta emosi yang memicu
sebuah tindakan. Untuk mengetahui motif seseorang, diperlukan sebuah pendekatan
yang dapat mengungkapkan kebutuhan, proses kognitif, dan dinamika emosi
seseorang.
Selain motif dan pengaruh, penelitian ini juga berupaya untuk mengungkap ritme
seseorang dalam mempraktikkan detoks media sosial karena setiap subjek penelitian
tentu memiliki cara, keunikan, dan kompleksitas masing-masing. Penelitian kualitatif
memungkinkan peneliti untuk mendapatkan keragaman dan kompleksitas tersebut.
Tidak hanya QDR, peneliti juga akan menggunakan metode wawancara mendalam.
Hal ini bertujuan supaya peneliti mendapatkan jawaban yang mendalam mengenai
pemahaman responden mengenai social media detox, well-beingness, serta teori-teori
terkait. Dalam wawancara, terjadi komunikasi langsung dua arah yang memudahkan
peneliti untuk menanyakan follow-up question dan melakukan verifikasi dari
interpretasi peneliti. Dengan wawancara, peneliti juga akan mendapatkan aspek
nonverbal seperti intonasi dan ekspresi wajah dari subjek penelitian. Hal tersebut akan
memperkaya informasi yang dapat digali saat wawancara sehingga data yang
didapatkan lebih akurat.
e. Diseminasi
Diseminasi dari penelitian ini akan dilakukan melalui pengunggahan hasil penelitian
pada situs web akademis dan infografis pada kanal Instagram pribadi peneliti. Hal ini
bertujuan supaya hasil penelitian dapat diakses dengan mudah oleh siapapun dengan
jaringan internet. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dibaca oleh pengguna Instagram
dengan harapan mereka dapat lebih mindful dalam praktik penggunaan Instagram.
5. Kerenhapukh Gavrila
Keren pada awalnya menggunakan Instagram karena aplikasi ini pernah
menjadi hits pada waktu itu. Setelah menjadi mahasiswa, Keren menggunakan
Instagram dengan tujuan untuk mencari teman. Tujuan tersebut dirasa Keren tercapai
karena dia dan teman-temannya saling mengikuti akun Instagram satu sama lain.
Sebelum melakukan detoks, keren menggunakan Instagram saat sedang bosan. Keren
juga membuka Instagram untuk melihat life update teman-temannya. Pola pemakaian
Instagram yang demikian digunakan oleh keren dengan tujuan rekreatif dan sebagai
sumber topik obrolan dengan orang disekitarnya.
Keren bersedia melakukan detoks karena dia pernah melakukannya 2 tahun
yang lalu dan merasakan dampak positif. Dia merasa lebih nyaman karena tidak
mengetahui life update orang lain. Metode yang dia gunakan berupa deaktivasi akun
Instagram. Untuk detoks kali ini, Keren melakukan deaktivasi semua akun Instagram
pribadinya dan menghapus aplikasi tersebut dari ponselnya. Keren melakukan hal ini
karena dia merasa kebiasan penggunaan Instagram yang dia lakukan dengan tanpa
sadar masih tetap terbawa dan membuatnya tetap membuka Instagram sekalipun dia
sedang detoks. Oleh karenanya, dia menghapus aplikasi ini agar bisa melakukan
detoks Instagram secara penuh.
Abrams, Z., 2021. How Can We Minimize Instagram’s Harmful Effects?. [Online] APA.org.
Available at:
<https://www.apa.org/monitor/2022/03/feature-minimize-instagram-effects#:~:text=St
udies%20have%20linked%20Instagram%20to,them%20to%20keep%20on%20scrolli
ng>. [Accessed 5 April 2022].
Adrian, K., 2021. Detoks Sosmed, Ini Manfaat dan Tips Melakukannya. [Online]
alodokter.com. Available at:
<https://www.alodokter.com/detoks-sosmed-ini-manfaat-dan-tips-melakukannya>.
[Accessed 5 April 2022].
Albano, Anne Marie. 2021. Is Social Media Threatening Teens’ Mental Health and
Well-being?. [Online] cuimc.columbia.edu. Available at:
<https://www.cuimc.columbia.edu/news/social-media-threatening-teens-mental-health
-and-well-being>. [Accessed 5 April 2022].
Astuti, S. and Subandiah, D., 2020. Detox Media Digital (Sikap Milenial Terhadap Detox
Media Digital). PROMEDIA (PUBLIC RELATION DAN MEDIA KOMUNIKASI),
6(2).
Annur, Cyndi M., 2021. Ada 91 Juta Pengguna Instagram di Indonesia, Mayoritas Usia
Berapa?. [Online] databoks.katadata.co.id. Available at:
<https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/15/ada-91-juta-pengguna-instagr
am-di-indonesia-mayoritas-usia-berapa>. [Accessed 5 April 2022].
Bolger, Niall. Rafaeli, Eshkol. 2003. Diary Methods: Capturing Life as It Is Lived.
[Researchgate Accessed 12 April 2022].
Chowdhry, A. 2017. Study Says Instagram Is Ranked The Worst Social App For Causing
Young People To Feel Depressed. [Online] forbes.com. Available at:
<https://www.forbes.com/sites/amitchowdhry/2017/05/31/instagram-depression/?sh=3
1f9afe47453>. [Accessed 5 April 2022].
Cook, A, Egan, H, Hussain, M, Keyte, R, Mantzios, M, Mullis, L 2021, ‘Self-Compassion
and Instagram Use Is Explained by the Relation to Anxiety, Depression, and Stress’,
Journal of Technology in Behavioral Science, vol.6, pp. 436-441.
Enli, G, & Syvertsen, T 2020, 'Digital Detox: Media Resistance and the promise of
authenticity', Journal of Research into New Media Technologies, vol. 26, no. 5-6,
pp.1269-1283.
Denissen, J & Stavrova, O 2021, ‘Does Using Social Media Jeopardize Well-Being? The
Importance of Separating Within- From Between-Person Effects’, Social
Psychological and Personality Science, vol. 12, no.6, pp.964-973.
Firestone, L., 2022. Which is Worst for Your Mental Health: Instagram, Facebook, or
Youtube?. [Online] psychalive.org. Available at:
<https://www.psychalive.org/worst-mental-health-instagram-facebook-youtube/>.
[Accessed 5 April 2022].
Hanson, R., 2019. Mass communication: Living in a Media World. 7th ed. SAGE
Publications, Inc.
Harsono, L. and Winduwati, S., 2020. Detox Instagram Pada Self-Esteem Pengguna. Koneksi,
vol: 4, no: 1, pp.83.
Horwitz, J., Seetharaman, D. & Wells, G., 2021. Facebook Knows Instagram Is Toxic for
Teen Girls, Company Documents Show. [Online] Wall Street Journal. Available at:
<https://www.wsj.com/articles/facebook-knows-instagram-is-toxic-for-teen-girls-com
pany-documents-show-11631620739>. [Accessed 5 April 2022].
Khairani, M, Mamita, E, Mawarpury, M & Sari, K 2019, ‘Hubungan Stres dan Kesejahteraan
(Well-being) dengan Moderasi Kebersyukuran’, Gadjah Mada Journal of Psychology,
vol. 5, no. 2, pp.178-186.
Harsono, L. & Septia W., 2020, ‘Detox Instagram Pada Self-Esteem Pengguna’, E-journal
Untar, vol. 4, no. 1, pp. 83-89
Indrawati, R & Nuswantoro, E 2021, ‘Intensitas Penggunaan Media Sosial Instagram Serta
Pengaruhnya Terhadap Subjective Well-Being Siswa’, Jurnal Bimbingan dan
Konseling, Universitas Negeri Semarang, vol. 8, no.2, pp.99-124.
Pink, S., Horst, H., Postill, J., Hjorth, L., Lewis, T. and Tacchi, J., 2016, Digital ethnography,
London: SAGE Publications.
Ritchie, J. and Lewis, J., 2003. Qualitative research practice: A Guide for Social Science
Students and Researchers. London: Sage Publications.
Sendari, A., 2022. Instagram Adalah Platform Berbagi Foto dan Video, Ini Deretan Fitur
Canggihnya. [online] liputan6.com. Available at:
<https://www.liputan6.com/tekno/read/3906736/instagram-adalah-platform-berbagi-f
oto-dan-video-ini-deretan-fitur-canggihnya> [Accessed 5 April 2022].
Patterson, Anthony. 2005. Processes, Relationships, Settings, Products and Consumers: The
Case for Qualitative Diary Research. Researchgate. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/228137148_Processes_Relationships_Settings
_Products_and_Consumers_The_Case_for_Qualitative_Diary_Research [Accessed 12
April 2022]
West, R. and Turner, L., 2019. Introducing Communication Theory: Analysis and
application.. 3rd ed. New York: McGraw-Hill
Lampiran
Diary Research
1. Uzaldy Davin
7. 12 April Tidak memakai Pada hari ini, Davin tidak membuka Instagram
2022 sama sekali dan justru merasa well-being-nya
terganggu karena ia tidak bisa melakukan
kegiatan yang biasa ia lakukan di Instagram,
seperti mengobrol dengan teman. Selain itu, ia
merasa harus mencari media alternatif yang
algoritmanya cocok dengannya mendapatkan
berita terbaru.
2. Mawar
3. 12 April 1 Jam 6 menit Hari ini screen time-nya lebih banyak karena
2022 Mawar lupa menutup aplikasi Instagram setelah
memakainya. Namun, ia mulai melihat
perkembangannya. Mawar banyak mengalihkan
kegiatan yang biasanya untuk main Instagram,
dialihkan ke pekerjaan lain, seperti olahraga dan
menjemput adik. Ketika ia harus membuka
instagram itu karena tuntutan tugas admin
komunitas jadi harus posting info.
3. Nurul Azizah
4. Adinda Sekar
5. Kerenhapukh Gavrila
Hasil Wawancara
1. Uzaldy Davin
4. Perubahan pola penggunaan Saat detoks, Davin berfokus hanya pada konten
Instagram yang berkaitan dengan aviasi.
6. Kendala saat melakukan detoks Saat terjadi kasus yang viral yang menimpa
dosen di kampusnya, ia ingin mencari informasi
tersebut melalui Instagram.
2. Mawar
5. Bagaimana kegiatan atau aktivitas Davin membuka media sosial lain seperti
pengganti pada saat detox telegram. Namun, Davin merasa kurang cocok
Instagram? dengan media sosial lain jadi ia lebih sering
bermain game.
7. Bagaimana dampak dari praktik Mawar merasa bahwa Instagram dapat menjadi
penggunaan Instagram terhadap sumber trigger dari perasaan tidak nyaman.
well-beingness mahasiswa Ilmu Namun, apabila akun Instagram yang ia
Komunikasi UI angkatan 2020? gunakan merupakan akun keduanya, ia tetap
merasa nyaman karena hanya mengikuti
orang-orang terdekatnya. Selain itu, ketika
penggunaan Instagram tidak dibatasi, ia akan
merasa bersalah karena menunda-nunda
pekerjaan dan merasa kecanduan.
3. Nurul Azizah
8. Bagaimana praktik social media Azizah masih merasa kurang lama dalam
detox pada aplikasi Instagram melakukan detoks. Namun, ia merasakan
dapat mempengaruhi bahwa terdapat efek terhadap well-beingness
well-beingness mahasiswa Ilmu dirinya. Terdapat perbedaan tempat pencarian
Komunikasi UI angkatan 2020? konten dari beranda ke explore. Menurutnya, di
beranda adalah unggahan dari teman-teman
yang dia follow. Apa yang mereka post
beragam dan ada yang membuat insecure dan
fear of missing out. Di Instagramnya, explore
lebih ke edukasi. misal style hijab lebaran,
diksi-diksi bahasa Inggris, dan lain-lain. Di
beranda ada sponsor yang insightful walaupun
jarang.
4. Adinda Sekar
No. Pertanyaan Jawaban
8. Bagaimana praktik social media Praktik detoks ini merupakan praktik detoks
detox pada aplikasi Instagram kedua kalinya bagi Dinda. Ia mengatakan
dapat mempengaruhi bahwa detoks yang pertama memberikan
well-beingness mahasiswa Ilmu pengaruh baik yang jelas sehingga Dinda
Komunikasi UI angkatan 2020? menjadi paham bagaimana membatasi diri
dalam penggunaan Instagram. Dengan
demikian, untuk detoks keduanya ini,
menurutnya tidak ada pengaruh yang
signifikan. Hal tersebut disebabkan durasi
pemakaian Instagram dinda yang sama-sama
sedikit baik detoks maupun saat detoks.
Ditambah, Dinda juga tidak lagi peduli dengan
konten orang lain karena ia memahami bahwa
apa yang ditampilkan di Instagram, khususnya
first account itu merupakan front stage dari
seseorang. Namun, Dinda merasa lebih baik
karena detoks membantunya untuk
mendiskoneksikan diri dengan orang lain
dalam waktu-waktu tertentu.
5. Kerenhapukh Gavrila
6. Bagaimana kendala saat melakukan Keren mengalami gangguan FOMO atau Fear
detoks? of Missing Out karena ingin mengetahui apa
yang sedang terjadi tetapi terhambat karena
tidak bisa membuka instagram. Keren tidak
dapat melihat apa yang dikirimkan oleh
temannya dan juga tidak bisa mengunggah
maupun me-repost story Instagram. Tidak
hanya itu, ada mata kuliah yang mengharuskan
Keren membuka instagram. Namun, Keren
meminta pertolongan teman untuk
memberikan tangkapan layar dari konten
instagram yang dibutuhkan olehnya.
7. Bagaimana dampak dari praktik Saat detoks Instagram, Keren merasakan 3 hal,
penggunaan Instagram terhadap yaitu: (1) senang karena dapat mengalokasikan
well-beingness mahasiswa Ilmu waktu ke sesuatu yang lebih bermanfaat dan
Komunikasi UI angkatan 2020? bisa survive tanpa Instagram, (2) senang
karena dapat mencapai rekor pribadi dalam
lepas dari Instagram, dan (3) pada saat Keren
magang, Keren pernah memegang bagian
sosial media uang membuatnya stress, ketika
detoks Keren benar-benar merasa senang dan
stress saya menghilang.